Makalah Konsep BK
Makalah Konsep BK
Makalah Konsep BK
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
1.1
Latar belakang..................................................................................................2
1.2
Rumusan masalah.............................................................................................3
1.3
Tujuan penulisan...............................................................................................3
1.4
Manfaat penulisan.............................................................................................3
Implikasi.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan pada peserta didik
dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa
depan
(PP No.
29 Tahun
1990).
Sementara
itu,
konseling
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konsep, tujuan, asas, dan prinsip bimbingan?
2. Apa saja yang termasuk dalam proses konseling?
3. Bagaimana moral, nilai, dan etika dalam prarktik konseling?
4. Bagaimana hubungan antara bimbingan dengan konseling?
1.3
Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui maksud dari konsep, tujuan, asas, dan prinsip bimbingan
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam proses konseling
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan moral, nilai, dan etika dalam
prarktik konseling
4. Untuk mengetahui hubungan antara bimbingan dengan konseling
1.4
Manfaat penulisan
1. Untuk penulis
-
2. Untuk pembaca
-
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Tingkat Menengah Mengandung Proposisi
Teori tingkat "menengah" yang mengandung proposisi teoretis seperti
penjelasan tentang kepribadian anal Freud atau kondisi inti (core condition)
menurut Roger untuk perubahan terapeutik, dapat menjadi level teori yang
paling berguna bagi para praktisi. Sebab, level tersebut memaparkan berbagai
rangkaian mengenai sebab-akibat yang memberikan para pegangan kepada
konselor untuk memfasilitasi perubahan. Kesulitan dari teori ini adalah apakah
penjelasan tertentu yang dipaparkan oleh model teoretis dapat diyakini sebagai
sesuatu yang benar, atau hanya dilihat tidak lebih daripada satu interpretasi dari
berbagai interpretasi yang ada. Misalnya, psikoanalis mengklaim bahwa pola
kaku potty training menghasilkan orang-orang yang berkelebihan berat badan
namun pernyataan ini terlalu melihatkan kesederhanaan teori. Walaupun
hubungan antara potty training dengan perilaku orang dewasa dapat
didemonstrasikan, hubungan ini dapat dijelaskan dengan banyak cara seperti
kegemukan yang dibahas merupakan akibat perilaku obesional yang dipicu
oleh orang tua yang juga menderita obesitas (pen- jelasan behavioral), atau
oleh akuisisi conditions of vorth (kondisi yang layak) untuk sebuah penampilan
(penjelasan Rogerian) Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa pembelajaran dan
penggunaan teori konseling melibatkan berbagai jenis tugas dan tantangan
yang berbeda. Di sisi lain, untuk menjadi akrab dengan teori itu sendiri, belajar
cara mendeteksi atau melabeli fenomena observasional seperti defences
(pembelaan/pertahanan),
transference
(pemindahan),
empati,
keyakinan
(ketidaksadaran),
selfactualisation
(aktualisasi
diri),
atau
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Bimbingan
3.1.1 Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance
berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukan, membimbing,
menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.
Menurut Priyatno (2004) Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan normanorma yang berlaku (Prayitno, 2004). Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan
pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara
terus menerus dan sitematis kepada individu untuk memcahkan masalah yang
dihadapinya. Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi
individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.
Sedangkan menurut Bernard & Fullmer (1969) mengemukakan bahwa
bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan realisisasi
pribadi setiap individu. Berdasarkan pengertian konseling menurut para ahli di atas
maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan
tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu
atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
mana yang salah, serta cara yang menghukum misalnya, merasa bersalah
apabila mereka menerobos aturan ini.
Isu moral dan etika dalam konseling berkaitan erat dengan
pertanyaan tentang nilai. Salah satu kontribusi penting yang dibuat oleh
para pendiri psikologi humanistic, seperti Maslow dan Rogers, adalah
penekanan terhadap arti penting dari konsep nilai. Nilai dapat
didefinisikan sebagai keyakinan kuat bahwa suatu kondisi akhir atau
mode perbuatan adalah sesuatu yang bisa diterima. Rokeach (1973)
membedakan antara nilai instrumental dan terminal. Jenis ini pertama
merujuk kepada kondisi akhir yang diharapkan seperti kebijaksanaan,
kenyamanan, keamanan, atau kebebasan. Nilai instrumental berkaitan
dengan cara yang menjadikan tujuan ini dapat dicapai. Misalnya melalui
kompetensi, kejujuran atau ambisi. Rokeach (1973) menyatakan bahwa
sebagian besar orang akan menyetujui seperti ekualitas, dan cara
terbaik untuk menguak sistem ini personal yang memandu perilaku
seseorang adalah dengan menanyakan nilai yang dipilihnya. Misalnya,
seseorang bisa saja menilai ekualitas lebih tinggi dibadingkan dengan
kebebasan, sedangkan yang lain justru menempatkan kedua nilai ini
dalam urutan yang berbeda. Karenanya, studi tentang ini adalah studi
yang kompleks. Walaupun demikian, beberapa studi menunjukan bahwa
nilai para konselor mempengaruhi nilai yang dipegang oleh klien.
Kecenderungan yang dipegang dalam sebagian besar studi adalah adanya
hubungan antara nilai yang dipegang oleh klien yang dimiliki oleh
konselor (Kelly, 1989). Temuan ini menimbulkan beberapa pertanyaan
terhadap praktik konseling.
Pada saat dimana baik intuisi personal atau kode etik tidak dapat
memberikan solusi terhadap isu moral atau etika, konselor harus
membuat referensi kepada prinsip filosifis atau etika yang lebih umum.
Ini adalah ide atau peringatan moral umum yang mendasari dan
yang
10
Memperhatikan
kualitas
aktivitas
mendengarkan
dan
menjaga
kepercayaan.
Manajemen
kerahasiaan
yang
11
12
dan
kerelaan
peserta
didik
(konseli)
mengikuti/menjalankan
13
4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yaitu: peseta didik sebagai sasaran layanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
6. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan menghendaki agar obyek sasaran layanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam kondisinya
sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau
dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat
diperbuat sekarang.
7. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling/konselor maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan.
9. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada,
10. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional.
11. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihakpihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
14
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalih tangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
12. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
peserta didik (konseli) untuk maju. Segenap asas perlu diselenggarakan secara terpadu
dan tepat waktu yang satu tidak perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain.
Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, agama, dan stasus sosial ekonomi. Bimbingan dan konseling berurusan
dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis. Bimbingan dan
konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan
individu. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalahan individu:
15
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
didik. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga. Program bimbingan dan
konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai
tertinggi. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu
diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan:
Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan. Dalam
proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan yang akan dilakukan oleh
individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau
desakan dari pembimbing atau pihak lain. Permasalahan individu harus ditangani oleh
tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Guru dan
orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan
konseling. Oleh karena itu kerjasama antar konselor dengan orang tua dan guru sangat
diperlukan. Dan memberikan penilaian agar dapat diketahui seberapa baik
pengembangan yang telah dilakukan.
BAB IV
16
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bimbingan merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada
individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk
memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang
tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
Menurut konsep proses konseling John McLEOD (2010), konsep proses
didefinisikan dan dipakai dalam berbagai cara didalam sebuah literatur, yang dapat
mengarah kepada kebingungan. Terdapat empat makna utama dari proses yang dapat
diidentifikasikan. Pertama, terdapat pemahaman yang luas bahwa setiap aktivitas yang
melibatkan perubahan dapat dideskripsikan sebagai proses. Makna ini merujuk
kepada ide yang menyatakan apa yang terjadi dalam terapi adalah tidak statis, dan
adanya rangkaian peristiwa yang terjadi. Makna kedua dari kata proses digunakan
terudama dalam riteratur riset, yang merujuk pada serangkaian faktor yang luas, yang
mungkin saja dapat menghadirkan atau menghambat efek terapeutik terhadap klien.
Penggunaan terminologi tersebut disini membedakan proses dengan hasil
(outcome). Maksudnya, proses terapeutik merupakan adonan yang membuahkan hasil.
(John McLEOD. 2010: 363).
4.2 Implikasi
Sebagai seorang calon pendidik, sudah sepatutnya kita mengetahui kebutuhan dari
para peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang konsepkonsep dasar Bimbingan dan Konseling sebagai pondasi dalam menghadapi kasuskasus yang mungkin akan terjadi dalam dunia pendidikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
17