Makalah Linguistik Umum Kelompok 3
Makalah Linguistik Umum Kelompok 3
Makalah Linguistik Umum Kelompok 3
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makah yang berjudul “Objek Linguistik:
Bahasa” ini tepat pada waktunya.
Ajat Manjato M. Pd pada mata kuliah Linguistik Umum. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Ajat Manjato M. Pd, selaku dosen
mata kuliah Linguistik Umum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..…i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi sosial manusia dalam penggunaan bahasa bisa berupa percakapan dua orang atau
lebih. Percakapan terjadi apabila ada pergantian tuturan antara penutur dan mitra tutur.
Proses terjadinya percakapan sangat dipengaruhi oleh situasi yang terjadi saat
berkomunikasi, sehingga makna dalam tuturan ini sesuai dengan situasi tuturnya.
Tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersiraf psikologis dan yang dilihat dari
makna tindakan dalam tuturannya itu. Serangkain tindak tutur akan membentuk suatu
peristiwa tutur, kemudian tindak tutur dan peristiwa ini menjadi dua gejala yang terdapat
pada suatu proses yang disebut komunikasi (Chaer, 2010:6). Agar tercipta komunikasi yang
baik perlu adanya kerja sama yang bertujuan bisa memahami maksud dari tuturan lawan
bicaranya.Menurut (Chaer, 2010:6) menyebutkan bahwa kesatuan berbahasa lebih
berkenaan dengan subtansi bahasanya. Maka etika berbahasa lebih berkenaan dengan
perilaku atau tingkah laku di dalam bertutur. Beberapa ahli bahasa menyebutkaan bahwa
sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya itu disebut etika berbahasa atau
tata cara berbahasa.
Kesatuan berbahas tercermin dalam cara berkomunikasi lewat tanda verbal maupun
nonverbal. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma norma budaya, tidak hanya
sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tata cara berbahasa haru sesuai dengan
unsur:unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan digunakannya suatu
bahasa dalam berkomunikasi. Kesatuan berbahasa dapat dipandang sebagai usaha untuk
menghindari konflik antara penutur dan mitra tutur. Setiap anggota masyarakat percaya
bahwa kesatuan berbahasa yang diterapkan mencerminkan budaya masyarakat. Hal itu
terjadi juga dalam masyarakat sekolah. Interaksi dalam guru menyampaikan berbagai
nasihat dengan menggunakan bahasa yang santun dan mudah dipahami oleh siswa.
Seiring dengan perkembangan zaman pada saat ini, kesantunan dalam bertutur sangat
diperlukan oleh manusia khususnya dalam dunia pendidikan siswa dengan guru. Ketika
seorang guru dalam menyampaikan sebuah tuturan menasehati siswa dengan bahasa yang
kasar atau bahasa yang kurang santun, siswa pun malas untuk mendengarkan. Berbeda lagi
dengan guru memberikan sebuah nasihat menggukan bahasa yang halus dan sopan, maka
siswa akan menerima nasihat tersebut dengan baik. Kesantunan berbahasa yang dilakukan
oleh guru dalam berinteraksi dengan siswa dengan akan menimbulkan respon yang baik dari
siswa sehingga terjadi komunikasi yang baik. Guru bisa disebut sebagai penutur dan murid
berperan sebagai mitra tutur.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu bahasa, apa saja hakikat bahasa, bahasa dan faktor luar bahasa,
klasifikasi bahasa, dan bahasa tulis, aksara, dan ejaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata bahasa dalam Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga
sering kali membingungkan. Untuk jelasnya, coba perhatikan pemakaian kata bahasa dalam
kalimat-kalimat berikut!
Kata bahasa pada kalimat (1) jelas menunjuk pada bahasa tertentu.Pada kalimat (2) kata
bahasa menunjuk bahasa pada umumnya; jadi, suatu langage. Pada kalimat (3) kata bahasa
berarti ‘sopan santun’. Pada kalimat (4) kata bahasa berarti ‘kebijakan dalam bertindak’. Pada
kalimat (5) kata bahasa berarti ‘ maksud-maksud dengan bunga sebagai lambang’. Pada kalimat
(6) kata bahasa berarti ‘dengan cara’. Pada kalimat (7) kata bahasa berarti ujarannya, yang sama
dengan parole menurut peristilahan de Saussure. Yang terakhir, pada kaliamat (8) kata bahasa
bersifat hipotesis.
Sebagai objek kajian linguistic, parole merupakan objek konkret karena parole itu
berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa.
Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud sistem suatu bahasa tertentu
secara keseluruhan; sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak karena dia
berwujud sistem bahasa secara universal.
Beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa, antara lain:
Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf
sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-
perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau
benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia. Lalu, yang dimaksud
dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dalam linguistic yang disebuh bahasa, yang primer, adalah yang diucapkan, yang
dilisankan, yang keluar dari alt ucap manusia.
2.2.3 Bahasa itu Bermakna
Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan itu adalah
suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, arau suatu pikiran yang ingin disampaikn
dalam wujud bunyi itu. Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu
konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu didalam bahasa berupa satuan-
satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
2.2.4 Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, manasuka’.
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang
dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand de Sausure (1966:67) dalam kotominya membedakan apa yang disebut
significant (inggris: signifier) dan signifie (inggris: signified). Signifian adalah
lambang bunyi itu,sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh significant.
2.2.5 Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat
arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat
konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi
bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
Kekonvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk
menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
2.2.6 Bahasa itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produkdi. Arti produktif adalah
“banyak hasilnya”, atau lebih tepat “terus-menerus menghasilkan”. Lalu, kalau
bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-
satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relative, sesuai dengan
sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Keproduktifan bahsa Indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang dapat
dibuat.
2.2.7 Bahasa itu Unik
Lalu, kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahsa mempunyai ciri
khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut
sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-
sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata
tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Maksudnya, kalau pada kata tertentu
didalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu tetap.
2.2.8 Bahasa itu Universal
Bhasa itu juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh
setiap bahasa yang ad di dunia ini. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri
universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan.
2.2.9 Bahasa itu Dinamis
Dalam kehidupannya didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu
berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi
tidak statis. Karena itulah, bahasa itu disebut dinamis
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintarkis,
semantic, maupun leksikon.`
Perubahan dalam bahasa ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan
perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami
masyarakat bahasa yang bersangkutan .
2.2.10 Bahasa itu Bervariasi
Yang termasuk dalam satu masyarakat bahasa adalah mereka yang merasa
mengunakan bahasa yang sama.
Karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang meraka
gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu
dengan yang lain seringkali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek,
dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
pada suatu tempat atau suatu waktu.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi,
keadaan, atau untuk keperluan tertentu.
2.2.11 Bahasa itu Manusiawi
Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti
hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi
binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup
“kebinatangannya” itu saja.
Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang (dalam jumlah yang
banyaknya relative), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang
mempunyai kepentingan sosial yang sama. Yang dimaksud dengan masyarakat bahasa adalah
sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Karena titik berat pengertian
masyarakat bahasa pada “merasa menggunakan bahasa yang sama”. Maka konsep masyarakat
bahasa dapat menjadi luas dan dapat menjadi sempit. Masyarakat bahasa bisa melewati batas
provinsi, batas negara, bahkan juga batas benua.
1. Setting and scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan.
2. Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
4. Act Sekuences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
5. Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
6. Instrumentalities, yaitu menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan
7. Norms, yaitu menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
8. Gendres, yaitu menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
Hal yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah
terjadinya atau terdapatnya yang disebut bilingualism dan multilingualisme dengan berbagai
macam kasusunya, seperti interferensi, integrasi, alihkode, dan campurkode.
Yang dimaksud dengan interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain kedalam bahasa
yang sedang digunakan, sehingga tanpa adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang sedang
diguanakan itu.
Dalam sejarah linguistic ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan
bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua orang pakar, yaitu Edward Sapir
dan Benjamin Lee Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis Sapir-Whorf) yang menyatakan
bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi,
bahasa itu menguasai cara berfikir dan bertindak manusia.
Klasifikasi genetis dilkukan berdasarkan kriteriabunyi dan arti, yaitu bahasa kesamaan bentuk
(bunyi) dan makna yang dikandungnya. Klasifikasi genetis bisa dikatakan merupakan hasil
pekerjaan linguistic historis komparatif.
Klasifikasi genetis ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa-bahasa didunia ini bersifat
diferegensif, yakni memecah dan menyebar menjadi banyak. Tetapi pada masa mendatang
karena situasi politik dan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih terjadi.
Klasifikasi pada tataran morpologis yang telah dilakukan pada abad XIX secara garis besar dapat
dibagi tiga kelompok yaitu:
Kelompok pertama adalah yang semata-mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar
klasifikasi. Kelompok kedua adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi.
Kelompok ketiga adalah yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi.
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa
yang satu dengan bahasa yang lain didalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan
apakah bahasa itu berkerabat secara genetic atau tidak.
Klasifikasi ini bersifat arbitrer karena dalam kontak sejarah bahasa-bahasa itu memberikan
pengaruh timbal balik dalam hal-hal tertentu yang terbatas. Klasifikasi ini pun bersifat
nonekshaustik, sebab masih banyak bahasa-bahasa didunia ini yang masih bersifat tertutup,dalam
arti belum menerima unsur-unsur luar.
Dalam bagian terdahulu sudah disebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem bunyi, jadi
bahasa itu adalah apa yang dilisankan. Juga sudah disebutkan bahwa linguistic melihat bahasa itu
adalah bahasa lisan, bahasa yang diucapkan, bukan yang dituliskan. Bagi linguistic bahasa lisan
adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder.
Bahasa tulis pun sebenarnya merupakan “rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk
“menyimpan” bahasanya atau untuk bisa disampaikan kepada orang lain yang berada dalam
ruang dan waktu yang berbeda.
Jauh sebelum tulisan romawi atau latin itu tiba di Indonesia, berbagai bahasa di Indonesia telah
mengenal aksara, seperti yang dikenal dalam bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bugis, bahasa
Makasar, bahasa Lampung, Batak, dan bahasa Sasak. Aksara-aksara itu diturunkan dari aksara
pallawa (yang digunakan di India Selatan pada abad IV Masehi) yang tersebar di Indonesia
bersamaan dengan penyebaran agama Hindu dan agama Budha. Sedangkan Akasara pallawa itu
sendiri berasal dari akasaraBrhami yang asal muasalnya dapat di telusuri sampai ketulisan semit.
Jadi, aksara pallawa itu seasal dengan aksara Ibrani, Parsi, dan Arab.
Dalam pembicaraan mengenai bahasa tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah huruf,
abjad, alphabet, aksara, graf, grafen, alograf, dan juga kaligrafi dan graffiti. Huruf adalah istilah
umum untuk graf dan grafen. Abjad atau alphabet adalah urutan huruf-huruf dalam sistem
aksara! Akasara adalah keseluruhan sistem tulisan. Graf adalah satuan terkecil dalam aksara
yang belum ditentukan statusnya. Alograf adalah varian dari grafen (bandingkan dengan alofon
dalam fonologi dan alomorf dalam morfologi). Grafiti adalah corat-coret di didinding, tembok,
pagar, dan sebagainya dengan huruf-huruf dan kata-kata tertentu.
Beberapa jenis aksara yaitu aksara fiktografis, aksara idiografis, aksara silabis, dan aksara
fonemis. Semua jenis aksara itu tidak ada yang bisa “merekam” bahasa lisan secara sempurna.
Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan
tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk
melambangkan satu fonem.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan
untuk berkomunikasi. Sifat atau ciri yang hakiki dari bahasa antara lain, yaitu, bahasa itu adalah
sebuah sistem, bahasa itu berwujud lambang, bahasa itu berupa bunyi, bahasa itu bersifat
arbitrer, bahasa itu bermakna, bahasa bersifat universal, bahasa itu bersifat produktif, bahasa itu
bervariasi, bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan
bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Faktor- faktor yang berada diluar bahasa yang
menjadi objek kajian linguistic adalah, masyarakat bahasa, variasi dan status sosial bahasa,
penggunaan bahasa, kontak bahasa,dan yang terakhir adalah bahasa dan budaya. Klasifikasi
bahasa terdiri dari klasifikasi genetis, klasifikasi tipologis, klasifikasi areal, dan klasifikasi
sosiolinguistik.
Bahasa tulis bagi linguistic adalah sekunder. Bahasa tulis pun sebenarnya merupakan rekaman
bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk menyimpan bahasanya untuk bisa disampaikan
kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktuyang berbeda. Aksara adalah sebuah
sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan simbol-simbol atau keseluruhan sistem
tulisan.
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,semoga dapat
bermanfaat bagi para pembacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharpkan kritik dan saran yang membangun untuk kami.
Kami juga mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam pengetikan karena kami masih dalam
tahap belajar.