Daftar Nilai Kritis SKP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Daftar nilai kritis hasil pemeriksaan

laboratorium
Aprisal Darwis Sunday, April 10, 2016 Analisis
Semua laporan berupa telepon kepada dokter untuk melaporkan nilai-nilai kritis
didokumentasikan dalam BUKU LAPORAN HASIL KRITIS. Untuk memenuhi tujuan
kesalamatan pasien, petugas laboratorium yang melaporkan hasil kritis harus membaca kembali
nama pasien, No laboratorium, Tanggal Lahir dan semua hasil laboratorium yang di periksa.
1.
2.

A. Bank Darah
Adanya kesalahan label
Hasil uji cocok serasi inkompatibel
B. Kimia Darah
NO
NAMA TEST
1
Amonia
2
Amilase
3
Arterial PCO2
4
Arterial PH
5
Arterial PO2 (dewasa)
6
Arterial PO2 (bayi baru lahir)
7
Bicarbonat
8
Calsium
9
CO2
10 Troponin T
12 Chlorida
13 CK

KURANG DARI
< 20 mmHg
< 7,10
< 40 mmHg
< 37 mmHg
< 6,5 mg/dl
< 11 meq/L
-

14

CKMB

15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27

Creatinin
Glukosa
Glukosa (bayi baru lahir)
Magnesium
Phosfor
Kalium
Kalium (bayi baru lahir)
Natrium
Ureum
Bilirubin total (dewasa)
Bilirubin total (bayi)
Albumin

< 45 mg/dl
< 30 mg/dl
< 1 mg/dl
< 1,1 mg/dl
< 2,8 meq/l
< 2,5 meq/l
< 120 meq/l
< 2 mg/dl
< 1,5 g/dl

LEBIH DARI
> 40 umol/L
>200 U/L
> 75 mmHg
> 7,59
> 92 mmHg
> 20 mg/dl
> 14 mg/dl
> 40 meq/L
> 50 ug/L
> 115 meq/l
> 3-5 kali batas atas
normal
> 5 % atau >= 10
ug/L
> 5,0 mg/dl
> 500 mg/dl
> 300 mg/dl
> 4,7 mg/dl
> 6,2 meg/l
> 8,0 meq/l
> 160 meq/l
> 80 mg/dl
> 12 mg/dl
> 15 mg/dl

28
29

>= 10 mg/dl
> 4,0 meq/l

C. Cerebrospinal fluid / Cairan otak


NO
NAMA TEST
1
Glukosa
2
Protein total
3
Lekosit

KURANG DARI
< 80% dari darah
-

LEBIH DARI
> 45 mg/dl
> 10 /ul

D. Hematologi
NO
NAMA TEST
1
Hematokrit
2
Hemoglobin
3
Trombosit (dewasa)
4
Trombosit (anak)
5
APTT
6
PT

KURANG DARI
< 20 vol%
< 7,0 g/dl
< 50.000 /ul
< 20.000 /ul
-

LEBIH DARI
> 60 vol%
> 20 g/dl
> 1.000.000 /ul
> 1.000.000 /ul
> 100 detik
> 30 detik atau >3
kali nilai kontrol
> 700 mg/dl
> 30.000 /ul
> 3,6
> 30 menit
> 60 detik
-

7
8
9
10
11
12

Kreatinin
Laktat

Fibrinogen
Lekosit
INR
Masa Perdarahan
Trombin time
Feritin

< 100 mg/dl


< 500 /ul
< 10 ng/ml

9.

E. Mikrobiologi
Jika hasil kutur positif pada cairan tubuh yang seharusnya steril seperti : Cerebrospinal fluid,
cairan pericardial, cairan pleura, cairan peritoneal.
Hasil kultur darah positif
Hasil rotavirus positif
Jika pasien telah mengkonsumsi antibiotik dan pada uji sensitifitas hasilnya resisten
Jika pada hasil kultur ditemukan C Perfingens (spesimen luka), Listteria monocytogenes,
Clostridium difteri, E.Coli 0157,
Pada kultur dengan spesimen darah dan mata ditemukan bakteri Neisseria meningitidis
Pada Anak < 1 th di temukan Neisseria gonorrhoe
Ditemukan bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) atau hasil skrining
MRSA positif
Hasil uji sensitifitas karbapenem Resisten

1.
2.

F. Patologi Anatomi
Hasil potong beku (VC)
Hasil patologi anatomi dengan kesimpulan adanya tanda keganasan / malign

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Waktu Pelayanan Senin Sabtu


1. Pagi (07.00 -17.00); 2 dokter spesialis
anestesi dengan ruang lingkup
pelayanan meliputi: poliklinik, kamar
operasi, kamar bersalin, unit radiologi,
emergency dan ICU.
2. Malam (17.00 07.00); 1 dokter
spesialis anestesi dengan ruang lingkup
pelayanan meliputi kamar operasi, kamar
bersalin, unit radiologi, emergency dan
ICU.
3. On Call 1 dokter anestesi
Pasien
1. Neonatus geriatris
2. Pasien Operasi
3. Pasien endoscopy GI
4. Pasien Melahirkan
5. Pasien Lain: Radiologi intervensi
6. Pasien Rawat Inap
7. ICU
8. Pasien Rawat Jalan
Staff
1. 2 dokter anestesi purna waktu
2. 2 dokter anestesi paruh waktu

3. 6 perawat anestesi
of 14

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI


Download KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
Transcript

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI 1. PENDAHULUAN RS


Sehat Sejahtera menyediakan kebijakan untuk mengatur
tentang pelayanan anestesi sebagai bagian dari tindakan
diagnostik anterapeutik. Kebijakan pelayanan anestesi ini
mengatur pelayanan anestesi yang dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi. 2. TUJUAN Tujuan dari kebijakan ini
adalah untuk menetapkan kebutuhan dan standar
minimal pada pelayanan anestesi yang dilakukan di RS
Sehat Sejahtera 3. RUANG LINGKUP 3.1. Pelayanan
anestesi yang diberikan adalah seragam di seluruh unit
dimana pelayanan anestesi dilakukan. 3.2. Pelayanan
anestesi meliputi: penilaian pre-anestesi, tindakan
anestesi yaitu sedasi, anestesi umum dan anestesi
regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer),
pemantauan selama anestesi, pelayanan pasca anestesi,
tatalaksana nyeri, management ICU, Resusitasi Jantung
Paru dan transportasi medis pasien. (sesuai lampiran
1 Ruang lingkup pelayanan departemen anestesi) 3.3.
Dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi
yang meliputi: sedasi sedang dan dalam, anestesi umum

dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf


perifer) dengan perawat anestesi bertugas sebagai
asisten saat dokter spesialis anestesi melakukan tindakan
anestesi 3.4. Pelayanan anestesi dapat diberikan untuk
kebutuhan tindakan diagnostik dan terapeutik. 3.5.
Penjelasan dan inform consent diberikan kepada pasien,
keluarga atau penanggung jawab pasien atas risiko,
manfaat dan alternatif dari tindakan anestesi yang akan
dilakukan Dokter spesialis anestesi 4. TANGGUNG JAWAB
ORGANISASI 4.1. Direktur Utama (CEO) bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa mekanisme
implementasi, pemantauan dan perbaikan secara
keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan dan
dijalankan dengan menghormati hak pasien, serta dapat
diakses dan dimengerti oleh seluruh staf terkait 4.2.
Direktur Operasional (COO) bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa Manajer Pelayanan Medis, Perawatan
dan Penunjang Klinis 4.2.1. Menyebarkan kebijakan ini di
bagian yang menjadi tanggung jawab mereka 4.2.2.
Melakukan implementasi dari kebijakan ini di dalam
bagian yang menjadi tanggung jawab mereka 4.2.3.
Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang
sesuai agar terpenuhinya kebijakan ini 4.2.4. Memastikan
kebijakan ini diinformasikan kepada semua staf 4.3.
Semua DokterSpesialisAnestesiyang terlibat dalam ruang
lingkup kebijakan ini bertanggung jawab untuk
memahami, mematuhi dan mengimplementasikan
kebijakan ini 5. DEFINISI 5.1. Sedasi minimal (anxiolisis)
yaitu : 5.1.1. Respons terhadap stimulasi verbal normal
5.1.2. Fungsi kognitif dan koordinasi mungkin terganggu

5.1.3. Fungsi kardiovaskular dan pernafasan tidak


terganggu 5.2. Sedasi sedang/analgesia (sebelumnya
disebut sebagai conscious sedation), yaitu : 5.2.1.
Kesadaran menurunkarena pengaruh obat 5.2.2.
Responspasienterhadap perintah verbal normal 5.2.3.
Jalan nafas paten (tidak ada hambatan), pernafasan
spontan adekuat 5.2.4. Fungsi kardiovaskular tidak
terganggu 5.3. Sedasi dalam/analgesia, yaitu 5.3.1.
Kesadaran menurun karenapengaruh obat 5.3.2. Pasien
sulit dibangunkan. Respons terhadap stimulus nyeri atau
stimulus berulang masih ada. 5.3.3. Tidak dapat
mengingat proses yang telah terjadi (amnesia) 5.3.4.
Fungsi pernafasan mungkin terganggu, pasien mungkin
membutuhkan bantuan untuk menjaga patensi jalan
nafas. Pernafasan spontan mungkin tidak adekuat 5.3.5.
Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga baik 5.4.
Anestesia umum, yaitu : 5.4.1. Hilangnya kesadaran
karena pengaruh obat, pasien tidak dapat dibangunkan
bahkan oleh stimulus nyeri 5.4.2. Fungsi pernafasan
terganggu, terutama bila menggunakan pelumpuh otot
5.4.3. Fungsi kardiovaskular mungkin terganggu karena
efek depresi kardiovaskular dari obat-obat anestesi 5.4.4.
Tidak dapat mengingat proses yang telah terjadi
(amnesia) 5.5. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam
kebijakan ini adalah pelayanan anestesi yang dilakukan
oleh dokter spesialis anestesi, yang mencakup : 5.5.1.
Sedasi sedang dan dalam 5.5.2. Anestesi umum 5.5.3.
Anestesi regional (anestesi spinal, epidural dan blok saraf
perifer) 5.6. Perawat anestesi adalah perawat yang telah
terlatih dan bekerja di kamar operasi di bidang anestesi

selama paling tidak1 tahun, dengan memiliki sertifikasi


BTCLS (Basic trauma cardiac life support)dan ACLS
(Advance Cardiac Life Support) 6. LOKASI PELAYANAN
ANESTESI Pelayanan anestesi diberikan untuk kebutuhan
diagnostikdan terapeutik 6.1. Di poliklinik, emergency,
ruang rawat inap ataupun kamar operasi dilakukan
pemeriksaan pre-anestesi 6.2. Di kamar operasi dilakukan
tindakan anestesi umum dan anestesi regional 6.3.
Tindakan sedasi sedang dan dalam dilakukan di kamar
operasi, ruang perawatan intensif, ruang tindakan
endoskopi dan unit radiologi. Pada kondisi emergency
tindakan sedasi dapat dilakukan ditempat dimana sedasi
dibutuhkan. 7. PELAYANAN ANESTESI 7.1.
Tindakananestesimeliputi 7.1.1. Sedasi sedang dan dalam
7.1.2. Anestesi umum 7.1.3. Anestesi regional, yang
terdiri dari anestesi spinal, regional dan blok saraf perifer
7.2. Tindakan anestesi dilakukan hanya oleh dokter
spesialis anestesi dengan asisten perawat anestesi 7.3.
Tindakan anestesi pada setiap pasien direncanakan dan
perencanaan didokumentasikan dalam case note pasien.
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI Hal. 3 dari 5 7.4.
Pelayanan anestesi di RS Sehat Sejahtera diperlakukan
seragam di semua unit dimana anestesi dilakukan,
memadai, teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan
pasien 7.5. Pelayanan anestesi disediakan secara teratur
dan rutin yaitu : 7.5.1. Dua puluh empat jam sehari, tujuh
hari seminggu, termasuk hari libur. 7.5.2. Untuk kasus
elektif maupun darurat (Sesuai Lampiran - 1 Cakupan
Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat Sejahtera) 8.
PENILAIAN PRE-ANESTESI DAN PENILAIAN PRE-INDUKSI

8.1. Penilaian pre-anestesi dilakukan sebelum tindakan


anestesi. 8.1.1. Penilaian pre-anestesi yang dilakukan
oleh dokter spesialis anestesi berguna untuk menilai
kondisi fisiologis pasien sebelum dilakukan tindakan
anestesi 8.1.2. Berdasarkan penilaian pre-anestesi maka
dilakukan perencanaan anestesi, diantaranya teknik dan
obat-obat anestesi yang akan digunakan, persiapan yang
dibutuhkan sebelum tindakan anestesi, serta perawatan
pasien pasca operasi. 8.1.3. Penilaian pre-anestesi dan
perencanaan anestesi yang akan dilakukan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien. 8.2.
Pemeriksaan pre-induksi dilakukan sebelum induksi
anestesi, 8.2.1. Pemeriksaan pre-induksi bertujuan untuk
menilai kondisi fisiologis pasien sesaat sebelum induksi
anestesi dilakukan. 8.2.2. Penilaian pre-induksi
didokumentasikan dalam rekam medis 8.3. Penilaian preanestesi dan pre-induksi dilaksanakan sesuai dengan
prosedur pre-anestesi dan pre-induksi 9. PEMANTAUAN
9.1. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien
dilakukan sebelum, selama dan sesudah anestesi 9.2.
Pemantauan berguna untuk 9.2.1. Menjaga kondisi
hemodinamik pasien berada dalam kondisi yang optimal
9.2.2. Melakukan deteksi dini terhadap perubahan
hemodinamik guna mencegah morbiditas dan mortalitas
pasien selama anestesi dan operasi 9.3. Pemantauan
minimal yang dilakukan adalah sama disemua unit
dimana anestesi dilakukan, yaitu pemantauan : 9.3.1.
Tekanan darah 9.3.2. Rekam jantung 9.3.3. Laju nadi
9.3.4. Pernafasan 9.3.5. Saturasioksigenperifer 9.3.6.
Suhutubuh 9.4. Hasil pemantauan pasien direkam dalam

rekam medis 9.5. Pemantauan yang dilakukan sesuai


dengan SOP pemantauan dalam anestesi 9.6. Untuk
mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantaun
selama proses anesetesi, merujuk pada kebijakan dan
protokol pencegahan pasien jatuh KEBIJAKAN PELAYANAN
ANESTESI Hal. 4 dari 5 10. INFORMED CONCENT 10.1.
Dokter spesialis anestesi memberikan penjelasan kepada
pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien tentang
manfaat, resiko dan alternatif serta tata cara menghadapi
resiko yang mungkin terjadi dari tindakan anestesi yang
akan diberikan. 10.2. Pasien, keluarga atau penanggung
jawab pasien memberikan persetujuan atas tindakan
anestesi dan alternatifnya yang akan dilakukan. 10.3.
Inform consent terdokumentasi dalam rekam medis 11.
DOKUMENTASI Dokumentasi pada rekam medis pasien
antara lain adalah 11.1. Pemeriksaan pre-anestesi 11.2.
Dokumen persetujuan tindakan anestesi 11.3. Lembar
catatan anestesi, yaitu: catatan selama pasien dalam
anestesi, berisikan antara lain: 11.3.1. Penilaian preinduksi 11.3.2. Teknik anestesi yang digunakan 11.3.3.
Obat-obat anestesi yang diberikan 11.3.4. Pemantauan
selama anestesi 11.3.5. Pemantauan pasca anestesi
11.3.6. Namapasien, dokters pesialis anestesi dan
perawat anestesi 12. MONITORING DAN KEPATUHAN
Monitor terhadap kebijakan ini dilakukan melalui medical
record review 13. DOKUMEN TERKAIT Standar Prosedur
Operasi: 13.1. Pemantauan dalam anestesi 13.2.
Penilaian pre-anestesi dan pre-induksi 13.3.
Puasasebelumanestesi 13.4. Anestesiumum 13.5. Sedasi
sedang dan dalam yang dilakukan oleh dokter spesialis

anestei 13.6. Pengelolaan pasien pasca anestesi 13.7.


Medical Record Review 14. REFERENSI 14.1. IDSAI (2008)
Standard dan Pedomen Pelayanan Anestesiologi
Indonesia 14.2. The Joint Commission (2010) Accreditaion
Program: Anesthesia and Surgical Care (ASC). URL:
http://www.jointcommission.org 14.3. Emedicine. Pediatric
Sedation. URL:
http://emedicine.medscape.com/article/804045. diunduh
tanggal 11 Desember 2011 14.4. Emedicine. Procedural
Sedation. URL:
http://emedicine.medscape.com/article/109695-overview.
diunduh tanggal 19 Desember 2011 KEBIJAKAN
PELAYANAN ANESTESI Hal. 5 dari 5 Lampiran 1 Ruang
Lingkup Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat
Sejahtera RUANG LINGKUP PELAYANAN DEPARTEMEN
ANESTESI Kepala Departement Dr. Kepala Unit Kamar
Operasi KUP: Tujuan Memberikan Pelayanan anestesi
yang aman, berkualitas, dan efisien yang sesuai dengan
statuts, peraturan/undang-undang yang berlaku oleh
dokter yang sudah teregistrasi Standar Standar
Pelayanan Anastesiologi dan Reanimasi di
RSNo.779/Menkes/SK/VII/2008 Ruang Lingkup 1. Penilaian
pre-anestesi 2. Pelayanan Anestesi termasuk sedasi,
anestesi umum dan anestesi regional 3. Pengawasan
selama anestesi 4. Pelayanan pasca anestesi 5.
Tatalaksana nyeri 6. Management ICU 7. Resusitasi
Jantung Paru 8. Transportasi Waktu Pelayanan Senin
Sabtu 1. Pagi (07.00 -17.00); 2 dokter spesialis anestesi
dengan ruang lingkup pelayanan meliputi: poliklinik,
kamar operasi, kamar bersalin, unit radiologi, emergency

dan ICU. 2. Malam (17.00 07.00); 1 dokter spesialis


anestesi dengan ruang lingkup pelayanan meliputi kamar
operasi, kamar bersalin, unit radiologi, emergency dan
ICU. 3. On Call 1 dokter anestesi Pasien 1. Neonatus
geriatris 2. Pasien Operasi 3. Pasien endoscopy GI 4.
Pasien Melahirkan 5. Pasien Lain: Radiologi intervensi 6.
Pasien Rawat Inap 7. ICU 8. Pasien Rawat Jalan Staff 1. 2
dokter anestesi purna waktu 2. 2 dokter anestesi paruh
waktu 3. 6 perawat anestesi
4.1. Direktur Utama (CEO) bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme
implementasi, pemantauan dan perbaikan secara keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan
dan dijalankan dengan menghormati hak pasien, serta dapat diakses dan dimengerti oleh
seluruh staf terkait
4.2. Direktur Operasional (COO) bertanggungjawab untuk memastikan bahwa Manajer
Pelayanan Medis, Perawatan dan Penunjang Klinis
4.2.1. Menyebarkan kebijakan ini di bagian yang menjadi tanggung jawab mereka
4.2.2. Melakukan implementasi dari kebijakan ini di dalam bagian yang menjadi tanggung jawab
mereka
4.2.3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang sesuai agar terpenuhinya
kebijakan ini
4.2.4. Memastikan kebijakan ini diinformasikan kepada semua staf
4.3. Semua DokterSpesialisAnestesiyang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan ini
bertanggung jawab untuk memahami, mematuhi dan mengimplementasikan kebijakan ini
5. DEFINISI
5.1. Sedasi minimal (anxiolisis) yaitu :
5.1.1. Respons terhadap stimulasi verbal normal
5.1.2. Fungsi kognitif dan koordinasi mungkin terganggu
5.1.3. Fungsi kardiovaskular dan pernafasan tidak terganggu
5.2. Sedasi sedang/analgesia (sebelumnya disebut sebagai conscious sedation), yaitu :
5.2.1. Kesadaran menurunkarena pengaruh obat
5.2.2. Responspasienterhadap perintah verbal normal
5.2.3. Jalan nafas paten (tidak ada hambatan), pernafasan spontan adekuat
5.2.4. Fungsi kardiovaskular tidak terganggu
5.3. Sedasi dalam/analgesia, yaitu
5.3.1. Kesadaran menurun karenapengaruh obat
5.3.2. Pasien sulit dibangunkan. Respons terhadap stimulus nyeri atau stimulus
berulang masih ada.
5.3.3. Tidak dapat mengingat proses yang telah terjadi (amnesia)
5.3.4. Fungsi pernafasan mungkin terganggu, pasien mungkin membutuhkan bantuan

untuk menjaga patensi jalan nafas. Pernafasan spontan mungkin tidak adekuat
5.3.5. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga baik
5.4. Anestesia umum, yaitu :
5.4.1. Hilangnya kesadaran karena pengaruh obat, pasien tidak dapat dibangunkan
bahkan oleh stimulus nyeri
5.4.2. Fungsi pernafasan terganggu, terutama bila menggunakan pelumpuh otot
5.4.3. Fungsi kardiovaskular mungkin terganggu karena efek depresi kardiovaskular
dari obat-obat anestesi
5.4.4. Tidak dapat mengingat proses yang telah terjadi (amnesia)
5.5. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah pelayanan anestesi
yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, yang mencakup :
5.5.1. Sedasi sedang dan dalam
5.5.2. Anestesi umum
5.5.3. Anestesi regional (anestesi spinal, epidural dan blok saraf perifer)
5.6. Perawat anestesi adalah perawat yang telah terlatih dan bekerja di kamar operasi
di bidang anestesi selama paling tidak1 tahun, dengan memiliki sertifikasi BTCLS
(Basic trauma cardiac life support)dan ACLS (Advance Cardiac Life Support)
6. LOKASI PELAYANAN ANESTESI
Pelayanan anestesi diberikan untuk kebutuhan diagnostikdan terapeutik
6.1. Di poliklinik, emergency, ruang rawat inap ataupun kamar operasi dilakukan
pemeriksaan pre-anestesi
6.2. Di kamar operasi dilakukan tindakan anestesi umum dan anestesi regional
8.2.1. Pemeriksaan pre-induksi bertujuan untuk menilai kondisi fisiologis pasien sesaat
sebelum induksi anestesi dilakukan.
8.2.2. Penilaian pre-induksi didokumentasikan dalam rekam medis
8.3. Penilaian pre-anestesi dan pre-induksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur preanestesi dan pre-induksi
9. PEMANTAUAN
9.1. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien dilakukan sebelum, selama dan
sesudah anestesi
9.2. Pemantauan berguna untuk
9.2.1. Menjaga kondisi hemodinamik pasien berada dalam kondisi yang optimal
9.2.2. Melakukan deteksi dini terhadap perubahan hemodinamik guna mencegah
morbiditas dan mortalitas pasien selama anestesi dan operasi
9.3. Pemantauan minimal yang dilakukan adalah sama disemua unit dimana anestesi
dilakukan, yaitu pemantauan :
9.3.1. Tekanan darah
9.3.2. Rekam jantung
9.3.3. Laju nadi
9.3.4. Pernafasan
9.3.5. Saturasioksigenperifer
9.3.6. Suhutubuh
9.4. Hasil pemantauan pasien direkam dalam rekam medis
9.5. Pemantauan yang dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan dalam anestesi
9.6. Untuk mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantaun selama proses

anesetesi, merujuk pada kebijakan dan protokol pencegahan pasien jatuh


KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
Hal. 4 dari 5
10. INFORMED CONCENT
10.1. Dokter spesialis anestesi memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga atau
penanggung jawab pasien tentang manfaat, resiko dan alternatif serta tata cara
menghadapi resiko yang mungkin terjadi dari tindakan anestesi yang akan diberikan.
10.2. Pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien memberikan persetujuan atas
tindakan anestesi dan alternatifnya yang akan dilakukan.
10.3. Inform consent terdokumentasi dalam rekam medi
14.3. Emedicine. Pediatric Sedation. URL:
http://emedicine.medscape.com/article/804045. diunduh tanggal 11 Desember 2011
14.4. Emedicine. Procedural Sedation. URL:
http://emedicine.medscape.com/article/109695-overview. diunduh tanggal 19 Desember
2011
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
Hal. 5 dari 5
Lampiran 1 Ruang Lingkup Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat Sejahtera
RUANG LINGKUP PELAYANAN DEPARTEMEN ANESTESI
Kepala Departement Dr.
Kepala Unit Kamar Operasi KUP:
Tujuan Memberikan Pelayanan anestesi yang
aman, berkualitas, dan efisien yang
sesuai dengan statuts,
peraturan/undang-undang yang berlaku
oleh dokter yang sudah teregistrasi
Standar Standar Pelayanan Anastesiologi dan
Reanimasi di
RSNo.779/Menkes/SK/VII/2008
Ruang Lingkup
1. Penilaian pre-anestesi
2. Pelayanan Anestesi termasuk sedasi,
anestesi umum dan anestesi regional
3. Pengawasan selama anestesi
4. Pelayanan pasca anestesi
5. Tatalaksana nyeri
6. Management ICU
7. Resusitasi Jantung Paru
8. Transportasi

Ibu hamil akan melahirkan secara normal setelah sekitar 37 minggu


masa kehamilan, sebagian lagi bisa lebih cepat atau lebih lambat. Ada
beberapa kondisi dimana dokter akan merekomendasikan proses induksi
untuk merangsang kelahiran si buah hati. Menurut seorang pakar
kandungan dari Australia, Dr Gino Pecoraro, proses induksi kelahiran
aman dilakukan selama dalam dilakukan dan dalam pantauan ahli
kandungan.
Baca juga: Daftar makanan sumber zat besi bagi si kecil
Kapan induksi kelahiran dilakukan?
Umumnya proses induksi kelahiran direkomendasikan jika opsi tersebut
dinilai sebagai jalan terbaik bagi bunda dan si janin. Dr. Gino Pecoraro
menjelaskan secara lanjut bahwa proses kelahiran induksi sering kali
direkomendasikan ketika ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi atau
saat ibu hamil mengalami kondisi medis yang disebut dengan
Choestasis, yaitu kondisi dimana terjadi penguraian hormon pada
plasenta yang berdampak pada kinerja liver ibu hamil.
Selain dua kondisi medis diatas, proses induksi juga sering dilakukan
pada kelahiran yang mengalami keterlambatan setidak-tidaknya 7 hari
dari perkiraan tanggal kelahiran normal. Keterlambatan kelahiran dapat
menimbulkan resiko gangguan kesehatan pada si janin, bahkan dalam
beberapa kasus, kondisi ini dapat mengancam jiwa si buah hati.
Bagaimana cara kerja induksi kelahiran?
Sebelum proses induksi dilakukan, dokter kandungan akan melakukan
pemeriksaan mulut rahim bunda. Jika hasil pemeriksaan menyatakan
tidak ada masalah, dokter kemudian akan menggunakan alat khusus
untuk memecahkan ketuban. Pada beberapa kasus, pemecahan ketuban

ini dapat secara alami merangsang kontraksi kelahiran, namun jika tidak,
dokter akan memberikan hormon oksitosin untuk memicu kontraksi
pada rahim ibu hamil sehingga si janin bisa lahir.
Baca juga: 8 Tips mencegah kulit kering pada balita
Jika dokter menganggap mulut rahim bunda belum siap, dokter akan
memberikan prostaglandin sintetis yang biasanya dalam bentuk gel.
Prostaglandin secara alami dihasilkan tubuh bunda sesaat sebelum
kelahiran terjadi. Saat mulut rahim bunda siap, air ketuban dapat pecah
dengan sendirinya, atau dibantu oleh dokter. Sama dengan proses
sebelumnya, setelah air ketuban pecah si janin dapat keluar sendiri atau
dengan memasukan oksitosin untuk merangsang kontrasi rahim bunda.
Resiko kehamilan induksi
Beberapa ibu hamil dengan usia kandungan yang siap melahirkan
meminta dokter kandungan untuk melakukan induksi agar kelahiran
banyinya dapat dipercepat. Hal ini boleh-boleh saja, namun bukan tanpa
resiko, kata Dr Pecoraro. Resiko terbesar saat proses induksi tidak
berjalan lancar, ibu hamil harus siap menjalani operasi sesar.
Baca juga: Penyebab dan cara mengatasi mimisan pada anak
Bolehkan diinduksi setelah sesar pada kehamilan
sebelumnya?
Pada beberapa ibu hamil, penggunaan gel prostaglandin yang digunakan
untuk melemaskan bagian mulut rahim saat proses induksi dilakukan,
dapat memicu kontraksi hebat. Jika sebelumnya ibu hamil pernah
menjalani operasi sesar, dikhawatirkan kontraksi hebat tersebut dapat
merobek bekas luka operasi sebelumnya. Oleh karenanya, Dr. Pecoraro
merekomendasikan ibu hamil yang pernah mengalami operasi sesar,
sbaiknya melahirkan dengan operasi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai