Draf SK Kebijakan Hak Pasien Dan Keluarga

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS

Jl. Charitas No.1 BK 10 Tegalrejo Belitang


Kabupaten OKU Timur - 32382 SumSel
Telp./Fax (0735) 450066, 452269

E-mail : [email protected]

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS BELITANG
NOMOR : /..
TENTANG
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
DI RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS BELITANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS BELITANG :
Menimbang

: a.
b.
c.

Mengingat

Bahwa setiap pasien rumah sakit mempunyai kebutuhan, nilai-nilai dan


kepercayaan yang berbeda sehingga rumah sakit harus membangun
kepercayan dan komunikasi dengan pasien;
Bahwa dalam rangka membangun kepercayaan dan komunikasi pasien,
hak pasien dan keluarga harus diperhatikan untuk melindungi hak pasien
dan dalam upaya memberikan penjelasan yang lebih baik;
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur tentang Kebijakan
Hak Pasien dn Keluarga di Rumah Sakit Paanti Bhaktiningsih Charitas
Belitang.

: 1.
2.
3.
4.
5.
6.

Undang-Undang R.I. No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.


Undang-Undang R.I. No. 14 Tahun 2008 tentang Informasi Publik.
Undang-Undang R.I. No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang R.I. No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Undang-Undang R.I. No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
R.I.
No.
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
7.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
R.I.
No.
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
8.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
R.I.
No.
1171/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.
9.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
R.I.
No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
10.
Komunikaasi Efektif Dokter-Dokter, Konsil Kedokteran Indoneisa
(KKI) tahun 2006
11.
Akte Notaris No. 22 tanggal 17 Desember 2009 tentang
Pernyataan Keputusan Rapat Yayasan Bakti Kasih Palembang.
12.
SK Yayasan Bakti Kasih No : 001/SK/YBK-II/2015 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih Charitas
Belitang
MEMUTUSKAN

Menetapkan

KESATU

: KEPUTUSAN
DIREKTUR
RUMAH
SAKIT
PANTI
BHAKTININGSIH CHARITAS BELITANG TENTANG KEBIJAKAN
HAK PASIEN DAN KELUARGA DI RUMAH SAKIT PANTI
BHAKTININGSIH CHARITAS BELITANG.
: Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga tertuang dalam lampiran keputusan
ini.

KEDUA

: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diubah dan
atau diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam isi penetapannya.
Ditetapkan di : Belitang
Pada tanggal :
RS. PB. Charitas
Direktur

dr. Yanto Taslim

RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS


Jl. Charitas No.1 BK 10 Tegalrejo Belitang
Kabupaten OKU Timur - 32382 Sumatera Selatan
Telp./Fax (0735) 450066, 452269

Lampiran
Nomor
Tanggal
Tentang

E-mail : [email protected]

: Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Panti Bhaktingsih Charitas Belitang


:
:
: Pengangkatan Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga Di Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang
A. HAK PASIEN

Setiap pasien mempunyai hak :


1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa dikriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginn dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion)
yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP).
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-data
medisnya.
10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
11. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dana tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadapa tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
17. Mengadukan rumah sakit apabila rumah sakit memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar.

18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan memalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEWAJIBAN PASIEN SESUAI DENGAN UU RI NO 29 PASAL 53 TAHUN 2009
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN :
1.

Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

2.

Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.

3.

Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan

4.

Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan

5.

Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuat.

B. PERLINDUNGAN HAK PASIEN DAN KELUARGA


1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit dan
memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
a. Pemberian informasi hak dan kewajiban pasien
1) Pemberian informasi hak dan kewajiban pasien diberikan kepada pasien pada saat
masuk rawat inap atau rawat jalan dan tersedia pada setiap kunjungan atau selama
dirawat.
2) Rumah sakit memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien dengan cara
dan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien yaitu dapat berupa leaflet atau banner
yang di letakkan di area pelayanan rumah sakit.
b. Penjelasan hak pasien dalam pelayanan
1) Untuk mendapatkan persetujuan, pasien harus diberikan penjelasan tentang hal yang
berhubungan dengan pelayanan yang telah direncanakan, terkait dengan keputusan
persetujuan tersebut.
2) Pasien dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan/pengobatan yang
direncanakan atau meneruskan pelayanan/pengobatan setelah kegiatan dimulai.
3) Pasien mendapat hak istimewa pada pasien yang di rawat di ruang VIP, SVIP dan
Suite Room yaitu :
a) Diperbolehkan dijaga oleh lebih dari satu orang
b) Diperbolehkan besuk diluar jam besuk
2. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi, dan memperoleh
keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.

Perlidungan terhadap kekerasan fisik


1) Semua pasien bayi, anak, cacat, lanjut usia dan yang tidak mampu melindungi
dirinya/koma atau memberi tanda untuk minta bantuan diidentifikasi rumah sakit untuk
dilindungi.
2) Selain dari kekerasan fisik, perlindungan juga terhadap keselamatan pasien seperti
melindungi dari penyiksaan. Kelalaian asuhan, tidak dilaksanakannya pelayanan atau
bantuan dalam kejadian kebakaran dan bencana lainnya.
3) Loksi yang terpencil dilakukan pemantauan dengan menggunakan CCTV dan
pemantauan oleh petugas keamanan/security, pengunjung diluar jam berkunjung
menggunakan kartu tamu serta individu yang tidak menggunakan identitas diperiksa.
4) Khusus perlindungan anak setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipai secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
3. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional.
1) Pemberian layanan kesehtan oleh rumah sakit secara aman anti diskriminatif dan efektif
dengan mengutamanakn kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan RS yang
bermutu sebgai bagian dati tata kelola klinis yang baik.
2) Memperoleh layanan kesehatan dalam assesmen kesehatan dan menajemen nyeri untuk
mengatasi nyeri pada pasien :
a. Manajemen Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan manajemen nyeri pasien
secara komperehensif dan menetapkan proses untuk asesmen dan pengolahan rasa
nyeri sesuai dengan hak dan kebutuhan setiap pasien.
b. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap dilakukan skrining awal untuk rasa nyeri
dan dilakukan asasmen awal apabila ada rasa nyeri dengan menggunakan deskripsi P
Q R S T (Penyebab nyeri, Qualitas nyeri, Lokasi dan Penyebaran, Tingkat nyeri dan
Waktu nyeri).
c. Pasien mengalami nyeri dilakukan asasmen lanjutan dan pengelolaan rasa nyeri
secara teratur dan efektif.
d. Penilaian dan pengelolaan derajat nyeri disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien
seperti pasien neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik, pasien bersalin, dan pasien
dengan penurunan kesadaran. Skala yang digunakan adalah FLACSS ( Face, Legs,
Activity, Cry, Consolability Scale), Wong Baker Faces, VAS/NRS (Visual Analogue
Scale/Numeric Rating Scale), dan BPS (Behaviour Pain Scale).
e. Pemantauan derajat nyeri dilakukan selama diberikan tatalaksana nyeri.
f. Rumah sakit melakukan proses untuk berkomunikasi dan mendidik pasien dan
keluarga tentang pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan antara agama masingmasing.
g. Rumah sakit mendidik dan melatih tenaga kesehatan rumah sakit mengenai rasa nyeri
dan pengelolaannya.

4. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
materi (Upaya perlindungan harta milik pasien).
1) Menyediakan petugas keamanan untuk meminimalisir resiko kehilangan barangbarang milik
pribadi serta aksesibilitas pengunjung yang tidak memiliki kepentingan dengan pasien atau
pelayanan rumah sakit.

2) Memelihara kondisi gedung, halaman dan peralatan Rumah Sakit untuk menghilangkan
resiko bahaya kehilangan bagi pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung rumah sakit.
3) Semua pasien yang dirawat dilarang membawa harta berharga yang berlebihan.
4) Pasien yang tidak mampu mengamankan barang miliknya atau tidak mampu membuat
keputusan mengenai barang pribadi dirinya rumah sakit akan melindungi harta milik
pasien yang telah diserah terimakan.
5) Rumah Sakit mengambil tanggung jawab untuk beberapa atau semua barang milik pribadi
pasien yang telah dibawa ke rumah sakit, ada proses mencatat nilai barang tersebut,
memastikan barang tersebut tidak akan hilang atau dicuri.
6) Proses ini berlaku pada pasin Emergensi, pasien beda rawat sehari tidak memiliki
keluarga, dan pasien yang meminta untuk menitipkan harta miliknya kepada rumah sakit.
5. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan, mengajukan usul, saran
perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya, Mengadukan rumah sakit apabila
rumah sakit diduga memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar, mengeluhkan
pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penyelesaian komplain/keluhan/konflik atau perbedaan pendapat pasien dan keluarga
1) Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan tetang keluhan terhadap pelayanan, konflik
atau dilemma lain bagi rumah sakit dan pasien.
2) Rumah sakit telah mengidentifikasi dan menetapkan caracara mencari solusi terhadap
dilema atau keluhan tersebut.
3) Petugas yang bertanggung jawab adalah penanggung jawab unit kerja, costumer service,
dan kepala jaga bila diluar jam kerja.

6. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit.
Penetapan Dokter Penanggung jawab Pelayanan (DPJP)
1) Pasien mempunyai hak memilih dokter, dan staf rumah sakit menjelaskan tentang dokter, dan
kompetensi masing-masing dokter yang praktik di rumah sakit.
2) Rumah sakit mengatur tentang uraian tugas DPJP
3) DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien
untuk pemulangan
4) Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai
kebutuhan pasien
5) DPJP harus melakukan visite setiap hari kepada pasiennya

6) Pasien IGD, DPJP adalah dokter jaga IGD, setelah dilakukan konsul via telepon dan dokter
spesialis telah memberikan instruksi terapi, maka DPJP telah beralih ke dokter spesialis

7. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion)
yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
Second Opinion
1) Pasien berhak untuk meminta second opinion dalam pelayanan medis terhadap dirinya.
2) Pasien dibantu untuk mencari second opinion pada pelayanan medis baik di dalam maupun di luar
rumah sakit, apabila pasien/keluarga membutuhkan informasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain, masih ragu-ragu terhadap DPJP, apabila diagnosis meragukan.
3) DPJP harus mendukung setiap permintaan pasien untuk second opinion di dalam atau di luar
rumah sakit.

8. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
a.

Pelayanan sesuai kebutuhan privasi pasien


1) Setiap pelayanan yang diberikan di RS.PB. Charitas Belitang harus menghormati kebutuhan
2)

privasi pasien
Semua staf memahami semua kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hak privasi
pasien dan dapat menjelaskan tanggung jawab mereka dalam melindungi hak privasi pasien
(saat wawancara klinis, pemeriksaan klinis, diagnosa medis, pemeriksaan penunjang,

b.

prosedur/pengobatan dan transportasi)


3) Permintaan pasien akan privasi harus dipatuhi oleh petugas RS
Perlindungan terhadap kerahasiaan informasi pasien
1) RS menghormati informasi sebagai hal yang bersifat rahasia dan telah menetapkan
kebijakan dan prosedur untuk melindungi informasi tertulis, lisan, elektronik maupun
2)

kombinasi tersebut dari kehilangan dan penyalahgunaan


RS mengatur untuk tidak memasang informasi rahasia pasien di pintu kamar pasien, nurse

3)

station, dan tidak membicarakan di tempat umum


RS menetapkan proses membuka rahasia pasien seijin pasien dan keluarga

9. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
a.

Informed Consent
1) Pernyataan persetujuan dari pasien didapat melalui proses yang ditetapkan rumah sakit yang
2)

dilaksanakan oleh staf yang terlatih dalam bahasa yang dapat dipahami pasien
Persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) diperoleh sebelum operasi, anestesi,

3)

penggunaan darah/produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang beresiko tinggi
Untuk mendapatkan persetujuan, pasien harus diberikan penjelasan tentang hal yang
berhubungan dengan pelayanan yang telah direncanaka, terkait dengan keputusan

4)

persetujuan tersebut
Batas waktu perberlakuan persetujuan tindakan kedokteran selama tidak ada perubahan
masih dapat berlaku, jika ada perubahan/ada kemungkinan timbul komplikasi/penyulit
harus dijelakan ulang dan menandatangani persetujuan tindakan kedokteran/melakukan

b.

verifikasi.
Penolakan resusitasi atau Do Not Resuscitate (DNR)
1) Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan resusitasi dan
2)

membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar


RS memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan atau pilihan
pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup
dasar Do Not Resuscitate

10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
Pemberian informasi termasuk rencana pengobatan
1)

2)

Staf RS menerangkan dengan jelas tentang tindakan kepada pasien yang meliputi:
a. Kondisi pasienusulan pengobatan
b. Nama individu yang memberikan pengobatan
c. Potensi manfaat dan kekurangannya
d. Kemungkinan alternative tindakan
e. Kemungkinan keberhasilan
f. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan
g. Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
h. Biaya pengobatan
RS memberikan informasi mengenai identitas pemberi pelayanan kepada pasien baik tenaga
keperawatan maupun tenaga medis

11. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.


Pelayanan pasien tahap terminal
1)

Pasien dalam tahap terminal (akhir hidup) diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan dan

2)

keinginan pasien dan keluarga


RS memberikan perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek

3)

pelayanan pada tahap akhir kehidupan


Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya yaitu meliputi
pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek
psikologi, sosial, emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganyaa serta keterlibatannya
dalam keputusan pelayanan

12. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya dan menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
a.

Identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien dalam pelayanan


Bahwa RS PB Charitas Belitang memfasilitasi pasien dalam menjalankan nilai-nilai kepercayaan
atau budaya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari selama di rawat di rumah sakit.

b.

Pelayanan kerohanian pasien


1) Setiap praktisi pelayanana di rumah sakit harus berusaha memahami asuhan dan pelayanan
yang diberikn dlam konteks nilai-nilai dan kepercayaan pasien.
2) RS merespon permintaan untuk keperluan dukungan agama dan spiritual pasien
3) Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang
pada akhir kehidupan
4) Petugas kesehatan harus dapat mengantarkan doa dengan cara yang disesuaikan dengan
kepercayaan dan agama pasien sebelum pemuka agama datang

Anda mungkin juga menyukai