Makalah Mandiri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

I.

Pendahuluan

Anugerah paling mulia yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan adanya

akal maka manusia akan jelas berbeda dari makhluk lannya. Dan dengan akal pula

manusia apat menduduki derajat yang tinggi di sisi Tuhan-Nya. Peranan akal

dalam memperoleh pengetahuan tak bias dipisahkan. Tanpa akal manusia tak akan

mampu menyerap pengetahuan serta tidak mungkin akan memiliki perdaban.

Tingkat kekuatan akal tergantung dari si pemilik akal tersebut. Akal pikiran

manusia tidak akan cerdas dan tidak berguna selama tidak diperkenalkan , tidak

dipergunakan dan tidak ditantang dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu akal harus selalu dasah, diperdayakan untuk meikirkan apa yang

dapat difikirkan dengan melalui pendidkan.Pendidikan sebagai sebuah proses

dalam menjaga fitrah manusia tingkat kedewasaan dan kesempurnaan dlam

hidupnya.

Penulis tertarik untuk membahas pendidikan akliah menurut Al-Ghozali guna

mengetahui sejauh mana pandangan dan pemikiran ulama besar abad 11 ini yang

terkenal dengan berbagai ilmunya terutama dalam bidang pendidikan akliah dan

relevansinya dengan pendidikan saat ini. Pendidikan akliah yang dimaksudkan

adalah menuntun dan mengembangkan daya fakir rasional dan obyektif.

Makalah ini penulis tulis dengan mengambil satu buku rujukan utama dan

ditambah referensi-referensi lain yang mendukung. Untuk itu penulis akan

menyusun makalah mandiri ini dengan susunan sebagai berikut ; I tentang

Pendahuluan, II tentang Telaah Pustaka, III tentang Pembahasan dan IV tentang

Kesimpulan.

1
II. Telaah pustaka

Penulis memilih buku berjudul Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghozali karya

Drs. Zaenudin dan kawan-kawan, Penerbit Bumi Aksara, Cetakan pertama

Agustus 1991. Buku ini penulis ambil sebagai buku sumber rujukan dalam

penulisan makalah mandiri. Dikarenakan dalam buku tersebut ada bagian yang

sangat relevan dengan pembahasan dalam tulisan yang penulis ajukan sebagai

referensi pertama dan utama. Untuk itu akan diulas dalam buku sebagai berikut:

Buku dengan jumlah halaman135 ini terdiri dari lima bab :

Bab pertama : Pendahuluan

Bab kedua : Mengupas mengenai biografi Al-Ghozali yakni tentang

kisah hidupnya, kemasyhurannya, corak pemikirannya serta

hasil-hasil karyanya.

Bab ketiga : Mengkaji pemikiran A-l-Ghozali yang menyangkut ilmu

pengetahuan, meliputi kemuliaan ilmu pengetahuan serta

kemuliaan menuntut ilmu dan mengajarkannya. Juga

membahas klasifikasi terhadap pencari kebenaran ilmu

pengetahuan, pandangan Al-Ghozali terhadap ilmu dria,

ilmu akliah dan ilmu filsafat serta klasifikasi ilmu

pengetahuan.

Bab keempat : Menyajikan pemikiran Al-Ghozali tentang factor-faktor

pendidikan, meliputi tujuan pendidikan, pendidik, anak

didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidik.

Bab kelima : Membahas pemikiran Al-Ghozali tentang aspek-aspek

pendidikan, yaitu pendidikan keimanan, pendidikan akhlak,

2
pndidikan akliah, pendidikan social dan pendidkan

jasmaniyah.

Dalam telaah putaka ini penulis hanya akan mencantumkan hal-hal yang

berkatan dengan kepentingan penulis sendiri yaitu hubungannya dengan

pembahasan masalah. Pada bab kelima pemikiran Al-Ghozali tentang aspek-aspek

pendidikan, sub bab mengenai pendidikan akliah inilah yang akan penulis bahas.

Akal adalah sumber ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Dengan

akal dapat dipergunakan untuk menemukan dan menciptakan alat-alat yang

berguna baginya untuk menghadapi problema kehidupan manusia. Al-Ghozali

menjelaskan bahwa ia sangat menghormati akal pikiran manusia dan

menempatkan ilmu pengetahuan pada tempat yang mulia dalam perdaban dan

kebudayaan dengan sistemnya yang universal. Mempelajari dan memperoleh ilmu

pengetahuan dapat ditempuh melalui berbagai macam cara, seperti dengan metode

percobaan, pengalaman, penelitian dan mempelajari alam sekitarnya atau

mungkin dengan bertafakur (berfikir merenung) tentang alam semesta yang sangat

dianjurkan dalam Al-Qur’an.

Hasil tafakur adalah ilmu pengetahuan, keadaan dan amal. Ilmu merupakan

buah yang terutama apabila ilmu telah masuk ke dalam hati maka berubahlah

keadaan hati, dan berubah pula amal perbuatannya. Sebagaimana dikatakan

Abdullah bin Nuh bahwa ilmu lebih mulia daripada ibadah. Tetapi ibadah

merupakan buah dari ilmu.

3
III. Pembahasan

A. Pengertian Pendidikan Akliah

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan,

pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketermpilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari definisi tersebut nampaknya bahwa tujuan pendidikan yang sebenarnya

adalah untuk mewujudkan manusia yang sempurna baik dari segi mental spiritual

maupun kecerdasan akalnya serta hubungan sosial dengan lingkungannya. Untuk

kepentingan pendidikan manusia seutuhnya pada ahirnya tercermin dalam

dimensi-dimensi fisik, akal, akhlak, dan sosial kemasyarakatan yang lebih dinamis

dan saling menunjang satu sama lain. Hal ini tentunya untuk kebahagiaan dirinya

di dunia dan akhirat kelak.

Sedangkan akliah berasal dari kata akal yang dalam bahasa Arab “aqala

berarti mengikat dan menahan. Pada zaman jahiliyah orang yang berakal(“aqli)

adalah orang-orang yang dapat menahan amarahnya dan mengendalikan hawa

nafsunya, sehingga karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan yang

bijaksana dalam menghadapi segala persoalan. Menurut Ensiklopedi Islam, akal

adalah daya berfikir yang ada dalam diri manusia yang merupakan salah satu daya

dari jiwa serta mengandung arti berfikir, memahami, dan mengerti.

4
Al-Ghozali memaknai akal sebagai sumber ilmu pengetahuan tempat terbit

dan sendi-sendinya. Dalam ilmu pengetahuan itu berlaku dari akal, sebagaimana

berlakunya buah-buahan dari pohon, sinar matahari dan penglihatan dari mata.

Jadi pendidikan akliah adalah pendidikan yang diusahakan dalam rangka

mengembangkan akal pikiran manusia sebagi sebuah proses menuju tingkat

kedewasaan sehingga dapat mengoptimalkan fungsi akal yang sebenarnya guna

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Erwati aziz (2003:106)

menyatakan bahwa pendidikan akal merupakan usaha menuntun dan

mengembangkan daya pikir rasional dan objektif. Dalam hal ini manusia

diharapkan dapat menggunakan akal pikirannya secara baik dan maksimal serta

maupun memikirkan hal-hal yang bersifat rasional.

B. Biografi Singkat Al-Ghozali

Nama lengkap Al-Ghozali adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad

bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Thusi al-Syafi’I (semoga Allah

meridhoinya), mendapat gelar Imam Besar Abu Hamid Al-Ghozali Hujjatul

Islam. Beliau lahir pada tahun 450 H/1058 M di Ghazalah, Thusia, Khurasan,

Persia. Sejak kecil Al-Ghozali sangat tertarik akan ilmu pengetahuan, terutama

ilmu-ilmu agama. Ia belajar ilmu fiqh kepada seorang faqih Ahmad al-Rajaqani,

Abu al Ma’ali al-Juwaini al-Haramain dalam bidang teologi dan logika, dan dalam

bidang tassawwuf kepada Yusuf al Nassaj.

Kecerdasan dan intelektual al-Ghazali tidak diragukan lagi, karena itu ia

diangkat menjadi penasehat dan guru besar di Universitas Nizamiyah Baghdad

pada tahun 483 H/1090 M. dalam interaksi intelektualnya di Baghdad, al-Ghazali

5
berupaya untuk mencari kebenaran melalui indra dan akal. Namun beliau tidak

merasa puas bahwa indra dan akal tidak dapat menjawab semua persoalan yang

dialaminya. Al-Ghazali mengalami krisis keyakinan, kelisahan dan krisis jiwa. Ia

tinggalkan semua jabatan di Nazamiyah sebagai sikap jujur terhadap dirinya dan

mencari ketengan batin lewat meditasi dan refleksi yang selama ini ia cari dan

semua itu ada pada tasawwuf.

Al-Ghazali adalah seorang intelektual dan pemikir yang produktif dan

berwawasan luas. Karya-karyanya tidak hanya dapat dinikmati dalam satu bidang

ilmu saja, tetapi juga dalam bidang kajian lain. Menurut para mufassir, karya-

karya al-Ghazali ada sekitar 80 buah buku dan risalah yang meliputi bidang fiqh,

ushul fiqh, ilmu kalam, akhlak, logika, fislafat, dan tasawwuf. Diantara sekian

banyak karya yang paling terkenal adalah Ihya Ulumuddin (Menghidupkan

kembali Ilmu-ilmu agama) yang menguraikan secara pendapatnya tentang

tasawwuf dan menghubungkan dengan fiqh dan akhlak.

Pada tahun 488 H, al-Ghazali meningalkan Baghdad untuk menuankan ibadah

haji ke Mekkah. Kemudian ia pergi ke berbagai daerah seperti Syam, Damaskus,

Mesir dan Iskandariyah untuk mengajar. Setelah itu ia kembali ke daerah asalnya

dan mendirikan sekolah, dimana ia habiskan waktu senjanya untuk mengabdi di

tempat ini sambil terus menulis sampai ahir hayat.

IV.

Anda mungkin juga menyukai