Askeb Ketuban Pecah Dini
Askeb Ketuban Pecah Dini
Askeb Ketuban Pecah Dini
OLEH
ANNISA FIRWANDA
NIM. 06242004
II A
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPERTEMEN KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2007
DOKUMENTASI KEBIDANAN
PERSALAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
A. PERINSIP DASAR
1. Ketuban dinyatakan pecah dini apabila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
2. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis
sampai sepsis.
3. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks.
4. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda
persalinan. (Sarwono Prawiraharjo, 2001).
2. Gejala
a. Air ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih kecil dari sesuai
dengan tuanya kehamilan konsistensinya lebih keras.
b. Biasanya terjadi persalinan
c. Cairan: hydroohoea amniotica
C. PATOGENESIS
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.
2. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi,
disproporsi, cervik incompeten dll.
5. Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
F. AKTIF
1. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal Sc dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi
dan persalinan di akhiri.
a. Bila skor pelvik kurang dari 5, lakukan
pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan Sc.
b. Bila skor pelvik lebih dari 5, induksi persalinan,
partus pervaginam.
G. PENATALAKSANAAN
LEBIH DARI SAMADENGAN 37
KETUBAN PECAH
MINGGU
TIDAK ADA TIDAK ADA
INFEKSI INFEKSI
INFEKS INFEKS
- Berikan Amoksilin + Berikan Penisilin Lahirkan Bayi
Penisilin, Eritromisin untuk 7 Gentanisin Dan Berikan Penisilin
Gentamisin hari Metronizadol atau Ampicilin
Dan
Metronidazol
4. Masalah-masalah khusus
Tidak mengalami kelainan yaitu air ketuban pecah sebelum waktunya,
yang akan beresiko terhadap infeksi.
5. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-7 hari
Keluhan : tidak ada
Jumlah : 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 14-12-2006
TP : 21-9-2007
6. Pemeriksaan kehamilan
a. Trimester I
ANC : 2 x di bidan
Keluhan : tidak ada
Anjuran : banyak istirahat
Terapi : berikan ibu vitamin C
b. Trimester II
ANC : 2 x di puskesmas
Keluhan : ibu sering mengalami nyeri perut
Anjuran : ANC secara teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
c. Trimester III
ANC : 2 x di bidan
Keluhan : ibu sering BAK
Anjuran : ANC secara teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
7. Riwayat Hamil, Bersalin Dan Nifas Yang Lalu
Penolong Keadaan
Hamil Lama dan jenis Penyulit
Tahun lahir dan BB/PB anak
ke- persalinan komplikasi
tempat
Sehat
12 jam spontan Bidan 3000 gr/
I 2000 Tidak ada
pervaginam BPS 52 cm
II
2003
12 jam spontan Bidan 2800 gr/
Tidak ada sehat
Hamil pervaginam BPS 50 cm
2007
sekarang
8. Riwayat immunisasi
a. TT I : usia kehamilan 4 bulan di bidan A
b. TT II : usia kehamilan 5 bulan di bidan A
9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
ibu merasa gerakan janin sangat kuat
10. Pola kebiasaan sehari-sehari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : ibu makan 3x sehari
dengan porsi 1 piring nasi, 1 potong lauk, 1
mangkuk sayur, serta minum 7-8 gelas /
hari.
2. Sesudah hamil : ibu mengatakan pada awal
kehamilan, ibu kurang nafsu makan, karena
sering merasa mual pada pagi hari
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1-2 X sehari
BAK : 2-6 X sehari
2. Sesudah hamil : BAB : 1X sehari
BAK : 8-9 X sehari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : ibu tidur malam 7-8 jam /hari, tidur siang 2
jam
2. Sesudah hamil : ibu mengatakan kurang bisa tidur, karena
pegal pada pinggang, nyeri menjalar ke perut
bagian bawah, dan sering BAK
11. Psikologis
Ibu tampak gelisah dan cemas mengahadapi persalinan
B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : compasmentis
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36o C
Nadi : 82 X/menit
RR : 22 X/menit
3. Berat badan ibu
Sebelum hamil : 48 kg
Setelah hamil : 59 kg
Kenaikan : 11 kg
Tinggi badan ibu :157 cm
4. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Rambut : warna hitam, bersih, tidak rontok
b. Mata : kanan kiri simetris, ikterik, fungsi penglihatan
baik, konjungtiva agak pucat
c. Muka : bentuk simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada
pembesaran polip, fungsi penciuman norma,
simetris, tidak ada polip
e. Mulut dan gigi : bentuk simetris, tidak ada caries maupun samotis,
keadaan mulut bersih, fungsi pengecapan baik,
kebersihan cukup, tidak ada caries
f. Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi
pendengaran baik
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembersaran vena jugularis
h. Dada : bentuk dada simetris kanan kiri, pergerakan nafas
teratur,
i. Payudara : membesar simetris kanan kiri, putting susu
menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada bekas luka
operasi
j. Perut : bentuk simetris, pembesaran sesuai dengan usia
kehamilan, letak memanjang, tidak ada bekas luka
operasi
k. Punggung : keadaan lordisis, Michaelis simetris
l. Genetalia : tidak ada haemaroid
m. Ekstremitas :
a. atas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema.
b. bawah : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedema.
5. Palapasi
a. Leopaold I : TFU : 29 cm
TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gr
b. Leopaold II : Bagian kiri teraba bulat, lebar dan keras yang brarti
punggung dan kanan teraba bagian-bagian kecil anak
c. Leopaold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting yang
berarti kepala
d. Leopaold VI : bagian bawah janin sudah masuk PAP / konvergen.
Konvergen 4/5
6. Auskultasi
DJJ terdengar jelas di bawah pusat sebelah kiri dengan frekwensi
134x/menit teratur.
7. Perkusi
Reflek platena (+) ada
8. Pemeriksaan dalam jam 22.00 WIB
a. Vulva / vagina : Slym ada
b. Dinding vagina : teraba rugae, tidak ada benjolan
c. Promantorium : tidak teraba
d. Partio : tipis, pembukaan 3 cm
e. Ketuban : tidak ada/segatif
f. Presentasi : kepala
g. Penurunan : hodge I, 4/5
h. HIS : ada
2x setiap 10 menit
i. Lama : 20 detik
Kekuatan < 20-40 detik
II. ANALISA
1. Diagnosa : multipara
Ibu G3P2A0 hamil 36 minggu, janin hidup, tunggal, intrautrei, letak
memanjang, presentasi kepala posisi puki, inpartu kala I (fase laten) dengan
KPD. Sejak pukul 13.00 ketuban (-). Terdapat pengeluaran lendir
bercampur darah.
2. Masalah
Cemas menghadapi persalinan.
a. Dasar:
Ibu mengatakan cemas karena ketuban sudah pecah, tetapi bayi belum
juga lahir.
b. HIS
Ada, 2x setiap 10 menit
c. Lama
20 detik kekuatan 20-40 detik
3. Ketuban
a. Dukungan psikologis
b. Penyuluhan cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
c. Penyuluhan cara mengedan/meneran efektif
d. Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein,
mineral, vitamin cukup sayur-sayuran, tempe, tahu, telur, ikan, buah-
buahan, apalagi ia mampu membeli susu dan mencobanya walau tidak
suka minum susu. Menganjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari (8-
12 gelas) setiap hari untuk mencegah dehidrasi.
4. Rencana manajemen
a. Jelaskan pada ibu tentang kondisi saat ini.
Keadaan ibu baik, ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan
b. Observasi kala I dengan partograf.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10cm). kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten
dan fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang
dari 4 cm, fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga lengkap atau 10 cm.
c. Anjurkan ibu untuk miring
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama
persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping
lainnya untuk membantu ibu untuk berganti posisi, ibu boleh berjalan,
berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring, atau merangkak. Posisi tegak
seperti berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu turunnya kepala
bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk
sering berganti posisi selama persalinan.
d. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik, dan psikologis
ibu serta kesiapan bidan/penolong.
1. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang di
perlukan dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi. Siapkan ruang persalinan yang hangat dan bersih,
memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2. Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan
asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak.
3. Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan
minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
4. Riwayat psikologis : ibu mengatakan saat ini bahagia dengan
kelahiran bayinya, karena sudah lama menantikannya dan jenis
kelamin bayi sesuai dengan keinginannya.
e. Anjurkan teknik relaksasi
Anjurkan ibu untuk duduk santai, menarik nafas, berendam,
mendengarkan musik.
f. Ajarkan ibu cara mengedan yang baik
1. Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
2. Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran
3. Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih
mudah untuk meneran jika lutut ditarik kearah dada dan dagu
ditempelkan ke dada.
5. Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
6. Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu
kelahiran bayi.
g. Beri ibu dukungan psikologis
Bahwa ibu melewati persalinan ini dengan lancar. Berikan ibu support,
dan dampingi ibu dalam persalinan
h. Siapkan oksigen
Persiapkan oksigen untuk mencegah terjadinya asfeksia pada bayi baru
lahir.
i. Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes / menit
Pasang infuse menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18)
dan berikan RL atau NS. Infuskan1 liter dalam 15 sampai 20 menit. Jika
mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudian
turunkan ke 125 cc/ jam.
j. Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter
Berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
A : 1.Diagnosa
G3P2A0 hamil aterm. Dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan
bercampur darah dan air, janin tunggal, hidup, intrauterine, inpartu kala II.
2. Masalah
Ibu cemas menghadapi persalinan, karena ketiban pecah dini sebelum
proses persalinan berlangsung
P : 1.Jelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala II atau kala pengeluaran. Pada
kala II, persalinan di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi
2. Pantau persalinan kala II
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu di pantau secara
berkala dan ketat selama berlangsungnya kala II persalinan.
Pantau, periksa dan catat:
a. Nadi ibu setiap 30 menit
b. Ferkuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
c. DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
d. Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui
pemeriksaan abdomen (periksa luar)
e. Warna cairan ketiban jika selaputnya sudah pecah
(jernih atau bercampur mekonium atau darah)
f. Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di
samping atau terkemuka
g. Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
h. Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya
bayi pertama lahir
i. Catatan semua pemeriksaan dan intervensi yang
dilakukan pada catatan persalinan
3. Atur posisi ibu senyaman mungkin
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat
mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II, karena hal ini dapat
membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang paling
efektif dan menjaga sirkulasi utera-plasenta tetap baik
4. Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air)
selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin
makan selama fase laten persalinan tetapi setelah setelah memasuki fase
aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar
anggota keluarga sesering mungkin menawarkan minum dan makanan
ringan selama proses persalinan.
5. Anjurkan ibu untuk meneran setiap ada his
Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
lengkap, anjurkan untuk memulai meneran di setiap puncak kontraksi,
anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum
dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi putting susu untuk
memperkuat kontraksi.
6. Observasi tanda-tanda vital
a. Nadi ibu setiap 30 menit
b. Frekuensi dan kontraksi setiap 30 menit
c. DJJ setelah selesai meneran atau setiap 5-10 menit
d. Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen
(pemeriksaan luar) dan periksa setiap 60 menit atau juga ada indikasi,
hal ini dilakukan lebih cepat.
7. Lakukan pertolongan asuhan persalinan normal dengan teknik septic
dan aseptic.
Teknik aseptic membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru
lahir dan penolong persalinan. Teknik antiseptic :penggunaan
perlengkapan pelindung pribadi, antisepsi, menjaga tingkat sterilitas atau
disinfeksi tingkat tinggi.
8. Berikan dukungan pada ibu baik mental maupun spiritual, serta
anjurkan suami untuk mendampingi Ibu.
Anjurkai ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan
dan kelahiran bayinya, dukungan dari suami orang tua dan kerabat yang
disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
9. Menolong melahirkan kepala, bahu, badan.
a. Bayi lahir spontan pukul 04.30 WIB dengan keluarnya lendir
bercampur darah
b. Jenis kelamin perempuan, BB 3000gr, PB 52 cm
Tanda-tanda asfiksia :
1) Tidak bernafas atau bernafas mengap-mengep
2) Warna kulit kebiruan
3) Kejang
4) Penurunan kesadaran
c. Apgar score : 8/9
PENGAWASAN KALA I
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2003. Jakarta:
YBP-SP.
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba DSOD.
EGD