Lapsus TB-Paru
Lapsus TB-Paru
Lapsus TB-Paru
PENDAHULUAN
1
penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan
biaya besar untuk pengobatannya.
Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia.
Dibeberapa negara telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya,
Angka kematian berkisar dari kurang 5 - 100 kematian per 100.000 penduduk
pertahun. Angka kesakitan dan kematian meningkat menurut umur. Di Amerika
Serikat pada tahun 1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per 100.000
penduduk.
Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita dengan
BTA positif. Dari hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa
paru, kota Medan tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan
insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan
catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545
kasus tuberkulosis pada setiap tahun.
2
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. NC
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pagelaran
Pekerjaan : Srabutan
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 29 September 2010
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Batuk darah
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD dengan keluhan batuk-batuk sejak 3 bulan
yang lalu dan disertai dengan darah warna merah hitam yang terjadi sejak
tiga hari yang lalu jumlah darah sedikit berupa bercak yang kaluar
bersama dengan dahak, batuk dirasakan sangat sering (ngekel). Pasien
juga mengeluh keringat dingin malam hari, dan dada terasa sakit dan
panas. Selain itu, dan badan terasa agak panas dan pusing, pasien
mengatakan adanya penurunan berat badan pada pasien. Pasien
mempunyai riwayat tinggal bersama orang yang sakit batuk sangat lama
dan pasien tidak mengetahiu sakit batuk apa.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah menderita sakit sebelumnya hanya
kadang terasa agak panas atau sumer-sumer, pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak terdapat anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
dengan pasien.
5. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat minum alkohol (-)
3
- Riwayat minum jamu-jamuan (-)
- Merokok (+), sekarang (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Pernafasan : 24 x /menit
Suhu : 37 oC
3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
nevi (-).
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),
atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan
mimic wajah / bells palsy (-).
5. Mata
Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-). Sekret (+)
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
4
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
batas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
batas kiri bawah : SIC V 1 cm medial Linea Medio
Clavicularis Sinistra
batas kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
pinggang jantung : SIC III Linea Para Sternalis Sinistra
(batas jantung terkesan normal)
Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
ronchi : - -
- -
5
13. Ektremitas
Palmar eritema (-/-)
akral dingin Oedem
- - - -
- - - -
D. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
o Hemoptoe et causa TB Paru
o Pneumonia
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap (6 oktober 2010)
Hb : 11,4
Lekosit : 19.010
LED : 95
Trombosit : 638.000
Diff.Count : - / - / 5/ 71 / 15 / 9
Kesan: Anemia Ringan, Lekositosis, LED meningkat, Trombositosis
6
Foto thorax 02 Oktober 2010
COR : Normal
Pulmo : Fibro infiltrat di supra dan para hiller sinistra
sinus prenico costalis dan hemi diafragma normal
Kesimpulan : KP aktif, moderat advanced
F. DIAGNOSIS
Hemoptoe + suspect Koch Pulmonum
G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
a. Edukasi tentang penyakitnya
b. Tirah baring
2. Medikamentosa
a. Infus RL 20 tpm
b. Inj. Cefotaxim 2x1gr IV
c. Inj. Asam Traneksamat 3x1amp IV
d. Inj. Ranitidine 2x1amp IV
e. PO Codein 2x1 tab
7
H. FOLLOW UP
Nama : Tn. NC
Diagnosis : Hemoptoe + suspect Koch Pulmonum
8
05. batuk darah, T : 110/70 Hemoptoe Inf.RL 16 tpm
10. keringat dingin, N : 84 + Inj.Ceftriaxon 1x2 mg
10 dada panas, perut RR : 24 KP PO.Tranex 3x1 tab
sakit. Kepala Auskultasi: PO.Codein 3x 10 mg
sedikit pusing Ronkhi Lodia 3x500mg
- - RHZE
- -
- -
06. batuk darah, T: 110/70 Hemoptoe BTA (-) Inf.RL 16 tpm
10. keringat dingin, N: 64 + Inj.Ceftriaxon 1x2 mg
10 dada panas, perut RR:22 KP PO.Tranex 3x1 tab
sakit. Kepala Tm: 38,7 PO.Codein 3x 10 mg
sedikit pusing, Auskultasi: Sanmol 4x1
badan panas Ronkhi Lodia 3x500mg
- - RHZE
- -
- -
07. batuk darah, T: 110/60 Hemoptoe Inf.RL 16 tpm
10. keringat dingin, N: 80 + Inj.Ceftriaxon 1x2 mg
10 dada panas, perut RR:22 KP PO.Tranex 3x1 tab
sakit. Kepala Auskultasi: PO.Codein 3x 10 mg
sedikit pusing. Ronkhi Lodia 3x500mg
- - RHZE
- -
- -
08. batuk darah (-), T: 110/70 Hemoptoe Inf.RL 16 tpm
10. keringat dingin, N: 64 + Inj.Ceftriaxon 1x2 mg
10 dada panas, perut RR:22 KP PO.Tranex 3x1 tab
sakit. Kepala Auskultasi: PO.Codein 3x 10 mg
sedikit pusing. Ronkhi RHZE
- -
- -
- -
09. batuk darah (-), T: 120/60 Hemoptoe Rawat jalan PO.Tranex 3x1
10. keringat dingin, N: 78 + + PO.DMP 3x1
10 dada panas, perut RR:28 S.KP Control PO.Cefadroxil 2x1
sakit. Kepala Auskultasi:
sedikit pusing. Ronkhi
- -
- -
- -
9
BAB III
PEMBAHASAN PENYAKIT
B. HEMOPTOE
Hemoptoe adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung
bercak darah dan berasal dari saluran napas bawah. Hemoptoe masif adalah
batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam.
1. Etiologi
Perlu dicermati bahwa darah yang dibatukkan berasal dari saluran
napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari
gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya
pada hemoptoe darah merah terang dan ph-nya alkali.
Tabel 1. Perbedaan Hemoptoe dengan Hematemesis
Pembeda Haemoptoe Hematemesis
Adanya Riwayat Batuk Gejala GIT
Warna sputum Merah terang Merah tua
pH Alkalis Asam
Karakter berbusa Halus tidak berbusa
2. Pemeriksaan Penunjang
10
Foto toraks PA dan lateral
Bronkoskopi
CT scan dada
3. Indikasi operasi:
batuk darah > 250 ml/ 24 jam dan pada observasi tidak berhenti
Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb < 10 g/dl serta pada
observasi tidak berhenti
Batuk darah antara 100-250 ml/ 24 jam dan Hb > 10 g/dl serta pada
observasi 48 jam tidak berhenti
B. TUBERKULOSIS
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada jaringan tubuh (paru dan ekstra
paru) yang bersifat kronik dan dapat menular yang disebabkan oleh
Microbacterium tuberculosis.
1. Bakteriologi
Penyebab adalah Mycobacterium tuberculosae. Yang tergolong kuman
Mycobacterium tuberculosae complex adalah:
M. tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. bovis
Pembagian tersebut berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.
Kelompok kuman M. tuberculosae dan Mycobacteria other than Tb
(MOTT, atypical)
M. kansasii
M. avium
M. intra cellular
M. scrofulaceum
M. malmacerse
11
M. xenopi
2. Patogenesis
TUBERKULOSIS PRIMER
Batuk
Partikel infeksi
Terhisap
Jaringan paru
Hematogen
Bronkogen
Limfogen
Perkontinuitatum
12
TUBERKULOSIS POST PRIMER (TUBERKULOSIS SEKUNDER)
TB Primer
13
3. Klasifikasi
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan
kelainan klinis, radiologis, dan mikrobiologis:
Tuberkulosis paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka
a. BTA negatif, tanda-tanda lain positif : TB paru tersangka diobati
b. BTA negatif, tanda lain meragukan : TB paru tersangka tidak
diobati
Dalam 2-3 bulan harus sudah dipastikan TB paru aktif / bekas TB
paru
4. Gejala-Gejala Klinis
Secara anamnesis dan pemerikssan fisik TB paru sulit dibedakan
dengan pneumonia biasa
a. Anamnesis
Demam
Batuk/ batuk darah
Sesak napas
14
Nyeri dada
Malaise
b. Pemeriksaan fisik
Konjungtiva/ kulit pucat, demam, kurus, berat badan turun
Lesi yang dicurigai: Bagian apeks paru
Infiltrat, kavitas, penebalan pleura
Lanjut: fibrosis, kor pulmonal
Efusi pleura
c. Pemeriksaan Radiologis
Lokasi lesi : apeks paru (segmen apikal lobus atas dan lobus
bawah)
Awal: bercak seperti awan dengan batas-batas tidak tegas
Bila sudah diliputi jaringan ikat : tuberkuloma
· Kavitas
· Kalsifikasi
· Atelektasis
· TB milier
· Penebalan pleura/ empiema
· Efusi pleura/ pneumotoraks
d. Pemeriksaan Laboratorium
Darah (tidak sensitif dan tidak spesifik)
- Hitung jenis bergeser ke kiri
- LED meningkat
Sputum
- Mikroskopik: pengecatan: Tan Thiam Hok, Kinyoun Gabbet,
auramin-rhodamin
- Kultur : Media: Loenstein Jensen, Kudoh, Ogawa
Tes tuberculin
- Tes Mantoux
Serologi : PAP-TB
15
5. Diagnosis
Dalam diagnosis dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status
radiologis dan status kemoterapi
Pasien dengan sputum BTA positif:
ditemukan BTA sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan
mikroskopik, atau
Satu sediaan sputum positif disertai kelainan radiologis yang sesuai
dengan TB aktif, atau
Satu sediaan sputum positif disertai biakan positif
Pasien dengan sputum BTA negatif:
tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2 x pemeriksaan
mikroskopik tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif, atau
Pada pemeriksaan tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada
biakan positif
TB ekstra paru
Pasien dengan kelainan histologis atau/ dengan gambaran klinis
sesuai dengan TB aktif atau
Pasien dengan satu sediaan dari organ ekstra paru menunjukkan
hasil bakteri M. tuberculosae
16
Pasien yang sputum BTA nya tetap positif atau kembali positif
pada akhir bulan ke 5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan).
f. Kasus kronik
Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat
pengobatan ulang lengkap yang disupervisi baik.
6. Komplikasi
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi pleura
Empiema
Laringitis
Menjalar ke organ lain
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan napas à SOPT
Kerusakan parenkim berat à SOPT/ fibrosis/ cor pulmonal
Amiloidosis
Karsinoma paru
Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)
7. Pengobatan TB
Pengobatan dibagi dalam 2 tahap yakni:
Tahap intensif (initial phase), dengan 4-5 macam obat per hari, dengan
tujuan:
mendapatkan konversi sputum lebih cepat
menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
Mencegah timbulnya resistensi obat
Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan dua
macam obat per hari atau secara intermiten dengan tujuan
menghilangkan bakteri yang tersisa dan mencegah kekambuhan.
17
WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori, yaitu:
Kategori I, ditujukan terhadap:
- kasus baru dengan sputum positif
- kasus baru dengan kerusakan parenkim yang luas
- Kasus baru dengan bentuk TB ekstra paru berat
- 2 RHZE/ 4 RH (4R3H3) (6HE)
Kategori II:
- kasus kambuh
- kasus gagal dengan BTA positif
- 2 RHZSE/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3
Kategori III:
- kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
- kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
- 2 RHZ / 4 RH (4R3H3) (6HE)
Kategori IV:
- TB kronik
8. Evaluasi Pengobatan
Klinis: tiap minggu selama tahap intensif, selanjutnya tiap bulan.
Bakteriologis (Pemeriksaan dahak 2 kali ): akhir tahap intensif, sebulan
sebelum akhir pengobatan atau akhir pengobatan. Contoh untuk yang 6
bulan: akhir bulan ke 2, 5 dan 6.
18
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Aditiawarman, dr.SpPD. Batuk Dan Batuk Darah Bahan Kuliah Pulmonologi Ilmu
Penyakit Dalam.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:oV1fEwMso2QJ:images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attac
hment/0/RtuEaAoKCsAAAGD5GtE1/BATUK%2520DAN%2520BATUK
%2520DARAH.ppt%3Fnmid
%3D56316744+hemoptisis+adalah&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id
Arif N. Batuk darah dalam pulmonologi klinik. Bagian pulmonologi FKUI; Jakarta :
1992, 179-183
Mual Bobby E Parhusip. 2009. Tesis: Peranan foto dada dalam mendiagnosis TB
Paru tersangka dengan BTA negative di Puskesmas Kodya Medan. Program
Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Penyakit Paru FK.USU/SMF
Paru RSUP.H.Adam Malik Medan
Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. Profil penderita batuk darah yang berobat ke
bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. J Respir Indo 1999;19:54-9
20