Book of Extended Abstracts

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 147

Book of (Extended) Abstracts

Simposium Nasional Inovasi dan


Pembelajaran Sains 2011

Bandung, 22-23 Juni 2011



Pembelajaran Sains dan Inovasinya untuk Meningkatkan
Pemahaman pada Penerapan Sains dalam Kehidupan
yang Ramah Lingkungan dan Hemat Energi


http://portal.fi.itb.ac.id/snips/
mailto:[email protected]



Versi 2011.06.21 17.42+07



Sparisoma Viridi, Novitrian, Wahyu Hidayat,
Fourier Dzar Eljabbar Latief, Agus Suroso,
Fatimah Arofiati Noor, dan Dede Enan




Himpunan Fisika Indonesia (HFI)
Himpunan Fisika dan Fisika Terapan Indonesia (HF2TI)
Program Magister Pengajaran MIPA ITB






i
Kata Pengantar
Perkembangan sains dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini baik secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi cara pembelajaran sains. Oleh karena itu
pembelajaran sains, terutama fisika, matematika dan kimia, apabila tidak dikaitkan dengan
perkembangan sains dan teknologi pada saat ini akan terasa hambar karena apa-apa yang
diajarkan terlihat tidak dapat dengan mudah diaplikasikan pada hal-hal yang ditemui
dalam keseharian kehidupan manusia. Untuk itulah harus dilakukan inovasi dalam
pembelajaran sains sehingga belajar sains akan menjadi kegiatan yang menarik dan tidak
lagi menakutkan. Terdapat banyak cara untuk melakukan inovasi, mulai dari membuat
media pembelajaran, sampai melakukan perubahan cara belajar sains. Untuk itulah
kegiatan seminar nasional ini, yaitu Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains
2011 atau SNIPS 2011 diselenggarakan. Dalam kegiatan ini akan bertemu pihak-pihak
yang terlibat dalam pembelajaran sains, yaitu mulai dari yang belajar sains, yang
mengajarkan sains, yang memanfaatkan aplikasi sains, sampai yang hanya menjadi
penikmat sains. Dengan semakin baik pemahaman khalayak ramai mengenai sains, maka
tingkat kehidupan yang lebih baik, yaitu ramah lingkungan dan hemat energi, akan dapat
dengan mudah tercapai.

Peserta SNIPS 2011 adalah peneliti, dosen, guru, dan mahasiswa yang berkecimpung dalam
bidang sains, matematika, dan inovasi terkait. Berdasarkan slot waktu yang disediakan
untuk sesi paralel, jumlah peserta yang menyajikan makalah pada sesi paralel adalah
maksimal 116 orang. Di luar jumlah tersebut peserta masih dapat mengikuti SNIPS 2011
sebagai penyaji poster pada sesi poster. Peserta SNIPS 2011 akan mendapatkan kuliah
yang diberikan oleh lima pembicara utama (keynote speaker) pada sesi utama (plenary
session).

Prof. Khairurrijal (FMIPA, ITB):
Judul: Antara Pendidikan / Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alat dan
Kegiatan (Sekali Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
Prof. Ismunandar (FMIPA, ITB):
Judul: SEAMEO QITEP in Science
Prof. Salman (FMIPA, ITB):
Judul: Matematika: Dari Definisi dan Aksioma Menuju Cinta
Dr. Bambang Widiyatmoko (P2F, LIPI):
Judul: Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam Mendorong Inovasi Teknologi
Dr. Didi Teguh Candra (FPMIPA, UPI):
Judul: Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di SMP

Demikianlah kami mengharapkan agar para peserta SNIPS 2011 memperoleh manfaat
sebesar-besarnya dalam pertemuan ilmiah ini.



Bandung, 21 Juni 2011



Panitia SNIPS 2011




ii
Daftar Isi

1. Kata Pengantar i
2. Daftar Isi ii
3. Editor, Stirring Committee, and Contact iii
4. Denah Ruang Simposium iv
5. Paper dan Prosiding v
6. List of Extended Abstracts vi
7. Jadwal Acara xii




















iii
Editor
Sparisoma Viridi
Novitrian,
Wahyu Hidayat
Fourier Dzar Eljabbar Latief
Agus Suroso
Fatimah Arofiati Noor
Dede Enan
Stirring Committee
Umar Fauzi
Euis Sustini
Djulia Onggo
Oki Neswan
Contact
mailto:[email protected]
http://portal.fi.itb.ac.id/snips/





iv
Denah Ruang Simposium

Lokasi: Gedung Aula Timur Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia



Gambar 1. Denah pembagian ruang di Aula Timur ITB. Terdapat empat ruang presentasi,
yaitu Ruang 1 5. Dua pintu masuk dan keluar, yaitu Pintu 1 dan 2. Dua buah pintu
darurat, yaitu Pintu 3 dan 4. Toilet terletak di luar Aula Timur.

Keterangan:

Ruang 1 : tempat presentasi paralel
Ruang 2 : tempat presentasi paralel
Ruang 3 : tempat presentasi paralel
Ruang 4 : tempat presentasi utama dan paralel, pembukaan dan penutupan simposium
Ruang 5 : tempat presentasi paralel
Ruang P : tempat poster dipasang dan dipresentasikan
Ruang R : tempat makan siang dan rehat kopi
Ruang S : tempat sekretariat SNIPS 2011, meja registrasi terletak di depan Pintu 1

Kapasitas Ruang 1 : 25 orang
Kapasitas Ruang 2 : 25 orang
Kapasitas Ruang 3 : 25 orang
Kapasitas Ruang 4 : 150 orang
Kapasitas Ruang 5 : 25 orang



Toilet
Ruang 4
Ruang 1
Ruang 2 Ruang 3
Pintu 2
Pintu 1
Pintu 3
Pintu 4
U
Ruang
R
Ruang
S
Ruang
P
Rumput

Ruang 5

v
Paper dan Prosiding
Hanya makalah yang dipresentasikan akan dicantumkan dalam Prosiding SNIPS 2011

Extended abstract : abstrak yang lengkap (hasil akhir, gambar, referensi)
Full paper : makalah lengkap dan telah mengikuti format yang ditentukan
Reviewed paper : makalah yang telah diperiksa oleh penilai (reviewer) SNIPS 2011 dan
harus diperbaiki
Revised paper : makalah yang telah diperbaiki penulis atas anjuran penilai (reviewer)
SNIPS 2011
Presented paper : makalah yang telah dipresentasikan
Final manuscript : naskah yang sudah siap untuk dicetak ke dalam prosiding




Gambar 2. Alur makalah dalam kegiatan SNIPS 2011 yang meliputi: (a) extended abstract,
(b) full paper, (c) reviewed paper, (d) revised paper, (e) presented paper, dan (f) final
manuscript.

Naskah dalam SNIPS 2011 akan diberikan kode sesuai dengan bidang dan ruangnya.
Dalam Prosiding SNIPS 2011 kode tersebut dapat berubah menjadi nomor halaman yang
akan disesuaikan. Kode sesuai bidang dan ruangan akan digunakan dalam book of
(extended) abstract dan jadwal presentasi dan nomor halaman akan digunakan dalam
prosiding.



3 4
2
Extended
abstract
Dite-
rima
Full
paper
Dite-
rima
3
Reviewed
paper
Diper-
baiki
Revised
paper
2
Sesuai
format
Final
manuscript
Conference
proceeding
1
2
2
1
Participant
without paper
Dipre-
sentasi-
kan
Presented
paper
4
2
Book of
extended
abstract
Y
Y
Y
Y
Y
T
T
T
T
T

vi
List of Extended Abstracts
0. Sparisoma Viridi, Contoh Extended Abstract Simposium Nasional Inovasi
dan Pembelajaran Sains 2011, 000-COM 1
1. Nurwulan Fitriyanti, Ali Amran, Linda Sekar Utami, Johri Sabaryati, dan
Euis Sustini, Eksperiment Penentuan Indeks Bias Cairan dengan
Menggunakan Cermin Cekung, 001-MAT 3
2. Erma Yulihastin dan Ibnu Fathrio, Analisis Anomali Curah Hujan 2010 di
Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Data 3B42 Satelit TRMM, 002-EPS 4
3. Dadi Rusdiana dan Siska Ayu Nirmala, Pengaruh Dipping Time Elektroda
Kerja Ke Dalam Larutan Dye-Fotosensitizer Eosin Y Terhadap Efisiensi Sel
Surya Jenis Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), 003-MAT 5
4. Dadi Rusdiana dan Muhammad Tawil, Efektivitas Pembelajaran Berbasis
Simulasi Komputer dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif
Mahasiswa, 004-EDU 6
5. Sparisoma Viridi, Nuning Nuraini, Mohammad Samy, Ayu Fitriyanti, Ika
Kusuma Adriani, Nurwenda Amini, and Ganjar Santoso , Rise Time of
Spherical Intruder in Granular Fluid, 005-COM 7
6. Mimin Iryanti, Taufik Ramlan R., dan Nanang Dwi Ardi, Identifikasi Bawah
Permukaan di Wilayah Desa Kayuambon Lembang Kabupaten Bandung
Barat, 006-EPS 9
7. Ali Amran, Pembuatan Sound Level Meter Sederhana untuk Mengukur Taraf
Intensitas Gelombang Bunyi, 007-INS 10
8. M. Samy Baladram, Ayu Fitri Yanti, Nurwenda Amini, Ika Kusuma Adriani,
Nuning Nuraini, dan Sparisoma Viridi, Efek Kacang Brazil dengan Intruder
Prisma Segitiga-Terbalik, 008-COM 10
9. Noperma dan Jusak Sali Kosasih, Penggunaan Media Pembelajaran Teori
Relativitas Khusus menggunakan Metode Digital Storytelling dengan Program
Adobe Flash CS5, 009-EDU 12
10. Sri Suharti dan Herman, Studi Pembentukan Bayangan dalam Mikroskop
Optik, 010-INS 13
11. Fannia Masterika, Novitrian, dan Sparisoma Viridi, Eksperimen Aliran
Fluida menggunakan Self-siphon, 011-INV 15
12. Dewi Lusitasari dan Triyanta , Desain Alat Ukur Tensor Inersia dan
Aplikasinya Pada Raket Bulutangkis, 012-INS 17
13. Hasrul dan Neny Kurniasih, Animasi Pembelajaran Medan Magnetik
menggunakan Program Adobe Flash CS4, 013-EDU 19
14. Arif Hidayat dan Grahita Putri, Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
(KPS) dengan Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E, 014-EDU 20
15. Puji Astutik dan Suminar Prata , Pengaruh Doping ZnO pada Solid Solution
ZnxMg1-XTiO3 (x = 0-0.5), 015-MAT 20
16. Agus Purwanto, Laboratorium Falak, Laboratorium Alternatif yang Murah
dan Terpadu, 016-INV 21
17. Endi Suhendi, Profil Aktivitas Diskusi dan Hasil Belajar Mahasiswa pada
Perkuliahan Fisika Umum Kelas Besar dengan Memanfaatkan e-Learning
Berbasis Moodle, 017-EDU 22
18. Johri Sabaryati dan Maman Budiman, Perancangan dan Implimentasi Alat
Ukur Medan Magnet menggunakan Sensor Efek Hall, 018-INS 24

vii
19. Elinda dan Suparno Satira, Pengukuran Tingkat Homogenitas Aliran
Fluida, 019-INS 25
20. Iwan Setiawan dan Doddy Sutarno, Pembuktian Eksperimental Pengaruh
Jumlah Lilitan Pegas dan Diameter Pegas terhadap Konstanta Pegas, 020-
EDU 27
21. Diana Susyari Mardijanti, Khairul Basar, dan Sparisoma Viridi, Gejala
Gelombang pada Tali Yang Berputar, 021-INS 28
22. Nurwulan Fitriyanti, Pembuatan Media Pembelajaran Fisika Dengan
Menggunakan Macro Excel, 022-EDU 30
23. Rina Susanti, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi, Menentukan
Kecepatan Sudut Benda Berotasi dengan Menggunakan Prinsip Optik, 023-
INS 32
24. Leni Marlina, Pengembangan Media Pembelajaran Teori Kinetik Gas Berbasis
Multimedia, 024-EDU 33
25. Khusnul Khotimah, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi, Pengaruh
Panjang Tali, Sudut Awal, dan Massa Bandul terhadap Periode Serta
Menentukan Konstanta Redaman pada Ayunan Sederhana, 025-INS 34
26. Parlin Sinaga, Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Team Assisted Individualism pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar dan Mengembangkan Generic Skills Siswa, 026-EDU 35
27. Aan Sugiyanto dan Euis Sustini, "Kajian Fenomena Resonansi Gelombang
Pada Beberapa Alat Musik Dan Animasinya Dalam Ponsel Menggunakan
Flashlite", 027-EDU 36
28. Nely Andriani, Imron Husaini, dan Lia Nurliyah, "Efektifitas Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika
Pokok Bahasan Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang", 028-EDU 38
29. Aan Harinurdin dan Khairul Basar, "Studi Awal Pengaruh Laju Alir dan
Konsentrasi Larutan terhadap Beda Potensial Larutan Elektrolit", 029-MAT 38
30. Ida Sriyanti, "Pengembangan Materi Ajar Kinematika dengan Model
Educational Reconstruction", 030-EDU 39
31. Haerul Pathoni, Sparisoma Viridi, dan Khairul Basar, "Menentukan
Induktansi Solenoida Berpenampang Bujursangkar Secara Teori, Ekperimen,
dan Komputasi", 031-COM 39
32. Ninong Komala dan Novita Ambarsari, "Variasi Temporal dan Spasial Ozon
Troposfer Indonesia Berbasis Observasi Sensor OMI Satelit AURA Serta
Kaitannya Dengan Variasi Temperatur", 032-EPS 40
33. Kokom Komariah dan Euis sustini, "Kajian Konsep Mekanika Pada Pendulum
Balistik", 033-EDU 41
34. Sitti Balkis, Wahyu Srigutomo, dan Sparisoma Viridi, "Desain Alat
Eksperimen Sederhana untuk Menentukan Karakteristik Sistem yang
Berosilasi", 034-INS 43
35. Arwan Isliyanti dan Rizal Kurniadi, "Pembuatan Kumpulan Pembahasan
Miskonsepsi pada Beberapa Topik Materi Mekanika", 035-EDU 44
36. Islahudin dan Mitra Djamal, "Pengembangan Sensor Getaran Tiga Dimensi
Berbasis Koil Datar", 036-INS 45
37. Wulan Fitriyani and Enjang Jaenal Mustopa, "Pembuatan Kalorimeter
Sederhana dengan Memanfaatkan Bahan-Bahan Dilingkungan Sekitar", 037-
EDU 46

viii
38. Dedi Efendi dan Suprijadi, "Pengembangan Model Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) untuk Mempelajari Pengaruh Head dan Debit Air", 038-
INS 48
39. Armi Amsiati dan Suprijadi, "Aplikasi Media Game dalam Pembelajaran
Materi Fluida", 039-EDU 50
40. Ius Rusnati dan Rizal Kurniadi, "Pembuatan Bahan Pengayaan (Suplemen)
pada Materi Ajar Fisika Nuklir dengan Penekanan pada Reaksi Nuklir Untuk
Guru SMA dan MA", 040-EDU 52
41. Sandijal Putra and Mitra Djamal, "Pengembangan Sensor Getaran Tiga
Dimensi Menggunakan Sistem Sensor Fluxgate", 041-INS 54
42. Nurohman dan Inge Magdalena, "Desain Alat Untuk Menunjukkan
Hubungan antara Gerak Melingkar Beraturan dengan Gerak Harmonis
Sederhana untuk Demonstrasi Pembelajaran di SMA", 042-EDU 56
43. Sunardi, Triyanta, dan Moedji Raharto,"Kriteria Awal Bulan Hijriyah di
Indonesia: Sebuah Tinjauan untuk Hilal di Pertengahan Winter Solstice dan
Vernal Equinox, dan di Pertengahan Autumnal Equinox dan Winter Solstice",
043-EPS 57
44. Eka Murdani dan Doddy Sutarno, "Karakterisasi Kawat Untuk Sekering
Pengaman", 044-EDU 59
45. Dessy Gusnita, "Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat Kebakaran
Hutan di Indonesia", 045-EPS 61
46. Mhd. Yustar, Indra Noviandri, dan Mitra Djamal, "Pengembangan Kolorimeter
dengan Sensor Light Dependent Resistor", 046-EDU 63
47. Iis Nurhasanah, Ida Nursanti, Arik, Heri Sutanto dan Zaenul Muhlisin,
"Analisis Difraksi Sinar-X Serbuk Nanokristal CeO2 yang Disintesis dalam
Campuran Pelarut Aquades/Alkohol", 047-MAT 65
48. Setiya Utari, Selly Feranie, Mimin Iryanti, "Adopsi dan Adaptasi Metode
Eksperimen Inquiry dan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Fisika di Sekolah Menengah", 048-EDU 66
49. Riri Jonuarti dan Freddy Haryanto, "Analisis Model Fluida Casson untuk
Aliran Darah Dalam Stenosis Arteri", 049-BIO 68
50. Novita Ambarsari dan Ninong Komala, "Variabilitas Ozon Stratosfer di
Wilayah Indonesia Hasil Observasi Instrumen Microwave Limb Sounder (MLS)
Satelit AURA", 050-EPS 70
51. Ismet Rahadi dan Pepen Arifin, "Disain dan Implementasi Sistem Pengukuran
Resistivitas dan Efek Hall Bahan Semikonduktor", 051-MAT 71
52. Muhammad Ilham Amri, Khairul Basar, dan Novitrian, "Studi Eksperimental
Untuk Menentukan Karakteristik Laju Aliran Fluida Terhadap Beda
Temperatur Pada Sistem Sirkulasi Alami", 052-INS 73
53. Mulia Sari, "Pengaruh Jumlah Lilitan dan Luas Penampang Kumparan pada
Besar Kecepatan Sudut Putaran Motor Listrik sebagai Model Pembelajaran
melalui Metode Eksperimen Bagi Siswa SMA", 053-EDU 74
54. Ali Umar Dani dan Suparno Satira, "Interaksi Bola Dalam Aliran Fluida",
054-INS 76
55. Kurniati dan Deana Wahyuningrum, "Pengembangan Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing di SMA/MA melalui Penyusunan Modul Praktikum Isolasi dan
Identifikasi Senyawa dalam Daun Tanaman Mint (Mentha cordifolia opiz)",
055-EDU 78


ix
56. Nia Rojbaniati dan Deana Wahyuningrum, Pengembangan Modul Praktikum
untuk SMK Program Keahlian Analisis Kimia Mengenai Sintesis Senyawa 5,5-
Difenilimidazolidin-2,4-dion sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Karbon dalam
Larutan NaCl 1%, 056-EDU 80
57. Rizaldy Danar Priambodo, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi,
Analisis Karakteristik Akustik Suara Cadel (Rhotacism) sengan
Menggunakan Perangkat Lunak Praat, 057-BIO 81
58. Titin Supriatin dan Veinardi Suendo, Pengukuran Sudut Kontak Cairan
Organik pada Permukaan Padatan, 058-ETC 83
59. Siti Hamidah dan Buchari , Penetapan Karbon Organik Total dalam Limbah
Cair Tapioka Menggunakan K2Cr2O7 sebagai Oksidator, 059-ETC 85
60. Ellya Panjous Sofa Ningsih dan Lia Dewi Juliawaty, Isolasi dan Karakterisasi
Metabolit Sekunder dari Kulit Buah Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq),
060-EDU 87
61. Rudy Prihantoro dan Nurhasan, Simulasi Aktivitas Gunung Api
Menggunakan Tensor Fasa Metode Magnetotellurik, 061-EPS 86
62. Khairul Munir dan Neny Kurniasih, Dampak Penggunaan Multimedia
Pembelajaran Gerak Benda Tegar Terhadap Motivasi Belajar Siswa
SMK/SMA/MA, 062-EDU 87
63. Winny Liliawati, Dhani Herdiwijaya, dan Dadi Rusdiana, IPBA Terintegrasi
berbasis Kecerdasan Majemuk untuk Membekalkan Pemahaman Konsep
IPBA, 063-EDU 3
64. Jaidan Jauhari dan Ida Sriyanti, e-kamus Matematika dan IPA: Sebagai
Inovasi Media Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama, 064-EDU 6
65. Ius Rusnati dan Euis Sustini, Media Pembelajaran Fluida dengan
Menggunakan Alat Peraga, 065-EDU 7
66. Johri Sabaryati dan Euis Sustini, Penerapan Konsep Gaya Magnet Pada
Ayunan Magnetik, 066-EDU 15
67. Zulkarnain dan Ahmad Muchlis, Identifikasi Masalah Belajar Matematika
pada Siswa, 067-EDU 17
68. Elinda dan Euis Sustini, Pembuatan Animasi Pembelajaran Teori Toricelli
Menggunakan Program Flash, 068-EDU 23
69. Hamdi Akhsan dan Supardi, Telaah Gerak Parabola: Sifat Ellips dalam
Gerak Parabola, 069-EDI 34
70. Chevi Ardiana Rusmawan, Djulia Onggo, dan Irma Mulyani, Analisis
Kolorimteri Kadar Besi (III) dalam Sampel Air Sumur dengan Metoda
Pencitraan Digital, 070-INS 47
71. Wewen Nurwenda dan Suryo Gandasasmita, Studi Efektivitas Campuran
Serbuk Biji Kelor dan Tawas Sebagai Koagulan Terhadap Kation Logam
Berat dalam Air Tanah, 071-ETC 88
72. Nunung Nurelah dan Lia Dewi Juliawaty, Kajian Fitokimia Daun Cantigi
Beureum (Rhododendron retusum var. retusum), 072-ETC 89
73. Yati Susanah dan Widayani, Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
Menggunakan Arang dan Serat Bambu Apus dengan Matriks Epoxy Resin,
073-ETC 90
74. Sigit Nugroho dan Ismunandar, Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII
SMA Pokok Bahasan Reaksi Redoks dan Elektrokimia serta Upaya
Pencegahannya, 074-EDU 91

x
75. Jaharap Situmorang dan Linus Ampang Pasasa, Pemanfaatan Karakteristik
Sel Surya Sebagai Media Pembelajaran Fisika Listrik Dinamis, 075-INS 92
76. Dani Irawan, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi, Pemodelan Gerak
Elektron Dalam Pengaruh Medan Magnet Konstan Menggunakan Metode
Euler dengan Korektor Normalisasi Kecepatan, 076-COM 93
77. Ida Widiyaningsih dan Rukman Hertadi, Aktivitas Enzim Karbonik
Anhidrase VI Pada Air Liur Perokok dan Bukan Perokok, 077-EDU 93
78. Sumarno dan Djulia Onggo, Komposit Fe(Htrz)3(BF4)2 nata de coco sebagai
Media Pembelajaran Praktis untuk Senyawa Kompleks, 078-ETC 94
79. Lolita A. M. Parera dan Enny Ratnaningsih, Isolasi dan Uji Aktivitas Lipase
dari Staphylococcus aureus, 079-ETC 95
80. Ika Yudiswastika dan Didin Mujahidin, Pengaruh Kandungan Air dalam
Katalis Asam Padat pada Bio-ETBE (Etil Tersier Butil Eter) dalam Skala
Laboratorium, 080-ETC 96
81. Yeni Yuniarti, Muhamad Ali Zulfikar, dan Aminudin Sulaeman, Pemisahan
Unsur Neodimium Dari Unsur Tanah Jarang Dengan Teknik Membran Cair
Berpendukung Hollow Fiber Dan Pengendapan Bertingkat, 081-ETC 97
82. Zainuddin Tjane, Muhamad A. Martoprawiro, dan Aep Patah, Pemodelan
bagi Pengaruh Mg, Nb, dan Cd terhadap Disosiasi MgH pada Sistem MgH2,
082-ETC 98
83. Muhamad Tang dan Veinardi Suendo, Pengaruh penambahan pelarut
organik terhadap tegangan permukaan larutan sabun, 083-ETC 99
84. Neni Suryamah dan Didin Mujahidin, Temperatur Optimum Untuk Sintesis
ETBE (Etil Tersier Butil Eter) cari Isobutena Dan Etanol Yang Dikatalisis
oleh Amberlyst 15 Pada Skala Mini, 084-ETC 100
85. Ririn Riyani dan Yana Maolana Syah, Senyawa Turunan Asetofenon dari
Daun Euphorbia milii, 085-ETC 100
86. Muh. Afturizalinur Adaminata dan I Nyoman Marsih, Analisis Kesalahan
Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia, 086-EDU 101
87. Bambang Widiyatmoko, Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam
Mendorong Inovasi Teknologi, 087-IVS 102
88. Iis Sutji Rachmawati dan Ciptati, Isolasi Senyawa Antioksidan Dari Daun
Sirih Merah (Piper crocatum), 088-ETC 103
89. Ahmadi dan Barnas Holil, Studi Elektroplating Nikel-krom pada Baja Tipe
ST 37 untuk Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas, 089-EDU 104
90. Nenden Sumartini dan Aminudin Sulaeman, Pemisahan Serium (IV) dari
Mineral Monasit Bangka dengan Teknik Mebran Cair Berpendukung Hollow
Fiber (Hfslm) dan Pengendapan Bertingkat, 090-ETC 105
91. Sri Wahyuni dan Aminudin Sulaeman, Pemisahan Logam Tanah Jarang dari
Mineral Monasit Bangka dengan Teknik Membran Cair Berpendukung
Hollow Fiber (HFSLM), 091-ETC 106
92. Elin Permayani dan Barnas Holil, Pembuatan 20 Modul Praktikum Kimia
sebagai Pendukung Pembelajaran IPA di Madrasah Tsanawiyah (MTs) KELAS
VII, 092-EDU 107
93. Yoram Enggelina Koy dan Djulia Onggo, Demonstrasi Penyimpanan Gas
Hidrogen untuk Pembelajaran Kimia, 093-EDU 108
94. Dian Widianingsih dan Rukman Hertadi, Pembuatan dan Aplikasi
Osmometer Telur sebagai Media untuk Mempelajari Efek dan Potensial
Donnan, 094-ETC 109

xi
95. Endang Haryati, Rena Widita, dan Sparisoma Viridi, Optimasi Sudut
Proyeksi pada Rekonstruksi Citra CT, 095-COM 110
96. Reni Wedyaningsih dan Fida Madayanti Warganegara, Optimasi Kotak
Bjerrum Sebagai Alternatif Penentuan Kadar Kolesterol dari Daging Domba,
096-INS 111
97. Fadhlina Syarif dan Suryo Gandasasmita, Ekstraksi Fasa Padat Emas
Dalam Limbah Sepuh Emas Dengan Metode Solvent-Impregnated Resin
(SIR), 097-ETC 112
98. Eko Setyo Adi Abdul Wahid, Irma Mulyani, dan I Nyoman Marsih,
Penggunaan Sphygmomanometer Sebagai Alat Peraga Pembelajaran Kinetika
Kimia, 098-EDU 113
99. Kokon Suhiwa, Aep Patah, dan Djulia Onggo, Sintesis Metal Organic
Frameworks (MOFs) dari Niobium (V) Oksida dan Asam Benzena-1,4-
Dikarboksilat, 099-EDU 114
100. Hendra Yeni dan Bunbun Bundjali, Memahami Konsep Energetika dan
Kesetimbangan Reaksi Kimia pada Sel Galvani, 100-EDU 115
101. Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman, Antara
Pendidikan / Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alat dan
Kegiatan (Sekali Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui), 101-IVS 116
102. Didi Teguh Chandra, Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP, 102-IVS 117
103. Vidya Ikawati dan Sparisoma Viridi, Studi Awal CMS RBL Departemen Fisika
ITB, 103-EDU 118
104. Ismunandar, SEAMEO QITEP in Science, 104-IVS 119
105. Asri Widyapuri dan Alamta Singarimbun, Studi Metode Hambatan Jenis
untuk Analisa Distribusi Polutan di dalam Tanah, 105-EPS 120
106. Seramika Ari Wahyoedi and Sparisoma Viridi, One-Dimensional Bouncing-
Ball System on a Sinusoidal Plate, 106-COM 120
107. Linda Sekar Utami dan Widayani, Pemanfaatan Sampah Daun Manggis
Menjadi Briket Bioarang sebagai Bahan Bakar Alternatif, 107-MAT 122
108. A. N. M. Salman, Matematika: Dari Definisi dan Aksioma Menuju Cinta,
108-IVS 123



xii

Jadwal Acara
Daftar Acara Ruang 1 [EDU]
Rabu, 22 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
07.30 08.00 Registrasi peserta
08.00 08.30 Pembukaan
08.30 09.15
Plenary
087-IVS
Bambang Widiyatmoko, Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam
Mendorong Inovasi Teknologi
09.15 09.30 014-EDU
Arif Hidayat dan Grahita Putri, Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains(KPS) dengan Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
09.30 09.45 017-EDU
Endi Suhendi, Profil Aktivitas Diskusi dan Hasil Belajar Mahasiswa
padaPerkuliahan Fisika Umum Kelas Besar dengan Memanfaatkan e-
LearningBerbasis Moodle
09.45 10.00 020-EDU
Iwan Setiawan dan Doddy Sutarno, Pembuktian Eksperimental
PengaruhJumlah Lilitan Pegas dan Diameter Pegas terhadap Konstanta Pegas
10.00 10.15 022-EDU
Nurwulan Fitriyanti, Pembuatan Media Pembelajaran Fisika Dengan
Menggunakan Macro Excel
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
101-IVS
Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman, Antara Pendidikan
/ Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alat
dan Kegiatan (Sekali Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
11. 15 12.00
Plenary
108-IVS
M. Salman, Indahnya Matematika dan Bagaimana Mengajarkannya (Dari
Definisidan Aksioma Menuju Cinta)
12.00 13.00 Ishoma
13.00 13.15 004-EDU
Dadi Rusdiana dan Muhammad Tawil, Efektivitas Pembelajaran
BerbasisSimulasi Komputer dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
KreatifMahasiswa
13.15 13.30 009-EDU
Noperma dan Jusak Sali Kosasih, Penggunaan Media Pembelajaran
TeoriRelativitas Khusus menggunakan Metode Digital Storytelling dengan
ProgramAdobe Flash CS5
13.30 13.45 013-EDU
Hasrul dan Neny Kurniasih, Animasi Pembelajaran Medan Magnetik
menggunakan Program Adobe Flash CS4
13.45 14.00 024-EDU
Leni Marlina, Pengembangan Media Pembelajaran Teori Kinetik Gas
BerbasisMultimedia
14.00 14.15 042-EDU
Nurohman dan Inge Magdalena, "Desain Alat Untuk Menunjukkan
Hubungan antara Gerak Melingkar Beraturan dengan Gerak Harmonis
Sederhana untuk Demonstrasi Pembelajaran di SMA"
14.15 14.30 027-EDU
Aan Sugiyanto dan Euis Sustini, "Kajian Fenomena Resonansi GelombangPada
Beberapa Alat Musik dan Animasinya Dalam Ponsel MenggunakanFlashlite"
14.30 15.00
Poster
Session
(Ruang P)
002-EPS: Erma Yulihastin dan Ibnu Fathrio, Analisis Anomali Curah Hujan
2010 diBenua Maritim Indonesia Berdasarkan Data 3B42 Satelit TRMM
032-EPS: Ninong Komala dan Novita Ambarsari, "Variasi Temporal dan
Spasial OzonTroposfer Indonesia Berbasis Observasi Sensor OMI Satelit
AURA SertaKaitannya Dengan Variasi Temperatur"
050-EPS: Novita Ambarsari dan Ninong Komala, "Variabilitas Ozon Stratosfer
di Wilayah Indonesia HasilObservasi Instrumen Microwave Limb Sounder
(MLS) Satelit AURA"
045-EPS : Dessy Gusnita, "Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat
Kebakaran Hutan di Indonesia"



xiii
Kamis, 23 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
08.30 08.45 028-EDU
Nely Andriani, Imron Husaini, dan Lia Nurliyah, "Efektifitas Penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran
FisikaPokok Bahasan Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang"
08.45 09.00 030-EDU
Ida Sriyanti, "Pengembangan Materi Ajar Kinematika dengan Model
Educational Reconstruction"
09.00 09.15 033-EDU
Kokom Komariah dan Euis sustini, "Kajian Konsep Mekanika Pada Pendulum
Balistik"
09.15 09.30 035-EDU
Arwan Isliyanti dan Rizal Kurniadi, "Pembuatan Kumpulan Pembahasan
Miskonsepsi pada Beberapa Topik Materi Mekanika"
09.30 09.45 037-EDU
Wulan Fitriyani and Enjang Jaenal Mustopa, "Pembuatan Kalorimeter
Sederhana dengan Memanfaatkan Bahan-Bahan Dilingkungan Sekitar"
09.45 10.00 039-EDU
Armi Amsiati dan Suprijadi, "Aplikasi Media Game dalam Pembelajaran
Materi Fluida"
10.00 10.15 040-EDU
Ius Rusnati dan Rizal Kurniadi, "Pembuatan Bahan Pengayaan (Suplemen)
pada Materi Ajar Fisika Nuklir dengan Penekanan pada Reaksi Nuklir Untuk
Guru SMA dan MA"
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
104-IVS
Ismunandar, SEAMEO QITEP in Science
11. 15 12.00
Plenary
102-IVS
Didi Teguh Chandra, Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP
12.00 13.00 Ishoma
14.00 14.15 026-EDU
Parlin Sinaga, Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning
TipeTeam Assisted Individualism pada Pembelajaran Fisika untuk
MeningkatkanPrestasi Belajar dan Mengembangkan Generic Skills Siswa
14.15 14.30 044-EDU
Eka Murdani dan Doddy Sutarno, "Karakterisasi Kawat Untuk Sekering
Pengaman"
14.30 14.45 046-EDU
Mhd. Yustar, Indra Noviandri, dan Mitra Djamal, "Pengembangan Kolorimeter
dengan Sensor Light Dependent Resistor"
14.45 15.15 Penutupan, foto bersama, pembagian sertifikat



xiv
Daftar Acara Ruang 2 [EDU]
Rabu, 22 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
07.30 08.00 Registrasi peserta
08.00 08.30 Pembukaan
08.30 09.15
Plenary
087-IVS
Bambang Widiyatmoko, Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam
Mendorong Inovasi Teknologi
09.15 09.30 056-EDU
Nia Rojbaniati dan Deana Wahyuningrum, Pengembangan Modul Praktikum
untuk SMK Program Keahlian Analisis Kimia Mengenai Sintesis Senyawa 5,5-
Difenilimidazolidin-2,4-dion sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Karbon dalam
Larutan NaCl 1%
09.30 09.45 060-EDU
Ellya Panjous Sofa Ningsih dan Lia Dewi Juliawaty, Isolasi dan Karakterisasi
Metabolit Sekunder dari Kulit Buah Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq)
09.45 10.00 062-EDU
Khairul Munir dan Neny Kurniasih, Dampak Penggunaan Multimedia
Pembelajaran Gerak Benda Tegar Terhadap Motivasi Belajar Siswa
SMK/SMA/MA
10.00 10.15 063-EDU
Winny Liliawati, Dhani Herdiwijaya, dan Dadi Rusdiana, IPBA Terintegrasi
berbasis Kecerdasan Majemuk untuk Membekalkan Pemahaman KonsepIPBA
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
101-IVS
Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman, Antara Pendidikan
/ Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alatdan Kegiatan (Sekali
Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
11. 15 12.00
Plenary
108-IVS
M. Salman, Indahnya Matematika dan Bagaimana Mengajarkannya (Dari
Definisidan Aksioma Menuju Cinta)
12.00 13.00 Ishoma
13.00 13.15 048-EDU
Setiya Utari, Selly Feranie, Mimin Iryanti, "Adopsi dan Adaptasi Metode
Eksperimen Inquiry dan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Fisika di Sekolah Menengah"
13.15 13.30 053-EDU
Mulia Sari, "Pengaruh Jumlah Lilitan dan Luas Penampang Kumparan pada
Besar Kecepatan Sudut Putaran Motor Listrik sebagai Model Pembelajaran
melalui Metode Eksperimen Bagi Siswa SMA"
13.30 13.45 055-EDU
Kurniati dan Deana Wahyuningrum, "Pengembangan Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing di SMA/MA melalui Penyusunan Modul Praktikum Isolasi dan
Identifikasi Senyawa dalam Daun Tanaman Mint (Mentha cordifolia opiz)"
13.45 14.00 064-EDU
Jaidan Jauhari dan Ida Sriyanti, e-kamus Matematika dan IPA: SebagaiInovasi
Media Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama
14.00 14.15 066-EDU
Johri Sabaryati dan Euis Sustini, Penerapan Konsep Gaya Magnet Pada
Ayunan Magnetik
14.15 14.30 067-EDU
Zulkarnain dan Ahmad Muchlis, Identifikasi Masalah Belajar Matematika
pada Siswa
14.30 15.00
Poster
Session
(Ruang P)
002-EPS: Erma Yulihastin dan Ibnu Fathrio, Analisis Anomali Curah Hujan
2010 diBenua Maritim Indonesia Berdasarkan Data 3B42 Satelit RMM
032-EPS: Ninong Komala dan Novita Ambarsari, "Variasi Temporal dan
Spasial OzonTroposfer Indonesia Berbasis Observasi Sensor OMI Satelit
AURA SertaKaitannya Dengan Variasi Temperatur"
050-EPS: Novita Ambarsari dan Ninong Komala, "Variabilitas Ozon Stratosfer
di Wilayah Indonesia HasilObservasi Instrumen Microwave Limb Sounder
(MLS) Satelit AURA"
045-EPS : Dessy Gusnita, "Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat
Kebakaran Hutan di Indonesia"


xv
Kamis, 23 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
08.30 08.45 068-EDU
Elinda dan Euis Sustini, Pembuatan Animasi Pembelajaran Teori Toricelli
Menggunakan Program Flash
08.45 09.00 069-EDU
Hamdi Akhsan dan Supardi, Telaah Gerak Parabola: Sifat Ellips dalamGerak
Parabola
09.00 09.15 074-EDU
Sigit Nugroho dan Ismunandar, Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII
SMA Pokok Bahasan Reaksi Redoks dan Elektrokimia serta Upaya
Pencegahannya
09.15 09.30 086-EDU
Muh. Afturizalinur Adaminata dan I Nyoman Marsih, Analisis Kesalahan
Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia
09.30 09.45 089-EDU
Ahmadi dan Barnas Holil, Studi Elektroplating Nikel-krom pada Baja Tipe
ST 37 untuk Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas
09.45 10.00 092-EDU
Elin Permayani dan Barnas Holil, Pembuatan 20 Modul Praktikum Kimia
sebagai Pendukung Pembelajaran IPA di Madrasah Tsanawiyah (MTs) KELAS
VII
10.00 10.15 093-EDU
Yoram Enggelina Koy dan Djulia Onggo, Demonstrasi Penyimpanan Gas
Hidrogen untuk Pembelajaran Kimia
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
104-IVS
Ismunandar, SEAMEO QITEP in Science
11. 15 12.00
Plenary
102-IVS
Didi Teguh Chandra, Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP
12.00 13.00 Ishoma
14.00 14.15 098-EDU
Eko Setyo Adi Abdul Wahid, Irma Mulyani, dan I Nyoman Marsih,
Penggunaan Sphygmomanometer Sebagai Alat Peraga Pembelajaran Kinetika
Kimia
14.15 14.30 100-EDU
Hendra Yeni dan Bunbun Bundjali, Memahami Konsep Energetika dan
Kesetimbangan Reaksi Kimia pada Sel Galvani
14.30 14.45 103-EDU
Vidya Ikawati dan Sparisoma Viridi, Studi Awal CMS RBL Departemen
FisikaITB
14.45 15.15 Penutupan, foto bersama, pembagian sertifikat

xvi

Daftar Acara Ruang 3 [EPS-COM-MAT-INV]
Rabu, 22 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
07.30 08.00 Registrasi peserta
08.00 08.30 Pembukaan
08.30 09.15
Plenary
087-IVS
Bambang Widiyatmoko, Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam
Mendorong Inovasi Teknologi
09.15 09.30 061-EPS
Rudy Prihantoro dan Nurhasan, Simulasi Aktivitas Gunung ApiMenggunakan
Tensor Fasa Metode Magnetotellurik
09.30 09.45 105-EPS
Asri Widyapuri dan Alamta Singarimbun, Studi Metode Hambatan Jenis
untuk Analisa Distribusi Polutan di dalam Tanah
09.45 10.00 005-COM
Sparisoma Viridi, Nuning Nuraini, Mohammad Samy, Ayu Fitriyanti, Ika
Kusuma Adriani, Nurwenda Amini, and Ganjar Santoso , Rise Time
ofSpherical Intruder in Granular Fluid
10.00 10.15 008-COM
M. Samy Baladram, Ayu Fitri Yanti, Nurwenda Amini, Ika Kusuma Adriani,
Nuning Nuraini, dan Sparisoma Viridi, Efek Kacang Brazil dengan Intruder
Prisma Segitiga-Terbalik
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
101-IVS
Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman, Antara Pendidikan
/ Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alatdan Kegiatan (Sekali
Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
11. 15 12.00
Plenary
108-IVS
M. Salman, Indahnya Matematika dan Bagaimana Mengajarkannya (Dari
Definisidan Aksioma Menuju Cinta)
12.00 13.00 Ishoma
13.00 13.15 006-EPS
Mimin Iryanti, Taufik Ramlan R., dan Nanang Dwi Ardi, Identifikasi Bawah
Permukaan di Wilayah Desa Kayuambon Lembang Kabupaten BandungBarat
13.15 13.30 043-EPS
Sunardi, Triyanta, dan Moedji Raharto,"Kriteria Awal Bulan Hijriyah di
Indonesia: Sebuah Tinjauan untuk Hilal di Pertengahan Winter Solstice dan
Vernal Equinox, dan di Pertengahan Autumnal Equinox dan Winter Solstice"
13.30 13.45 031-COM
Haerul Pathoni, Sparisoma Viridi, dan Khairul Basar, "MenentukanInduktansi
Solenoida Berpenampang Bujursangkar Secara Teori, Ekperimen,dan
Komputasi"
13.45 14.00 065-COM
Ius Rusnati dan Euis Sustini, Media Pembelajaran Fluida denganMenggunakan
Alat Peraga
14.00 14.15 076-COM
Dani Irawan, Siti Nurul Fatimah, dan Sparisoma Viridi, Pemodelan Gerak
Elektron Dalam Pengaruh Medan Magnet Konstan Menggunakan Metode
Euler dengan Korektor Normalisasi Kecepatan
14.15 14.30 - -
14.30 15.00
Poster
Session
(Ruang P)
002-EPS: Erma Yulihastin dan Ibnu Fathrio, Analisis Anomali Curah Hujan
2010 diBenua Maritim Indonesia Berdasarkan Data 3B42 Satelit TRMM
032-EPS: Ninong Komala dan Novita Ambarsari, "Variasi Temporal dan
Spasial OzonTroposfer Indonesia Berbasis Observasi Sensor OMI Satelit
AURA SertaKaitannya Dengan Variasi Temperatur"
050-EPS: Novita Ambarsari dan Ninong Komala, "Variabilitas Ozon Stratosfer
di Wilayah Indonesia HasilObservasi Instrumen Microwave Limb Sounder
(MLS) Satelit AURA"
045-EPS : Dessy Gusnita, "Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat
Kebakaran Hutan di Indonesia"



xvii
Kamis, 23 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
08.30 08.45 016-INV
Agus Purwanto, Laboratorium Falak, Laboratorium Alternatif yang Murah
dan Terpadu
08.45 09.00 095-COM
Endang Haryati, Rena Widita, dan Sparisoma Viridi, Optimasi SudutProyeksi
pada Rekonstruksi Citra CT
09.00 09.15 106-COM
Seramika Ari Wahyoedi and Sparisoma Viridi, One-Dimensional Bouncing-
Ball System on a Sinusoidal Plate
09.15 09.30 001-MAT
Nurwulan Fitriyanti, Ali Amran, Linda Sekar Utami, Johri Sabaryati, dan
Euis Sustini, Eksperiment Penentuan Indeks Bias Cairan denganMenggunakan
Cermin Cekung
09.30 09.45 003-MAT
Dadi Rusdiana dan Siska Ayu Nirmala, Pengaruh Dipping Time Elektroda
Kerja Ke Dalam Larutan Dye-Fotosensitizer Eosin Y Terhadap Efisiensi Sel
Surya Jenis Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)
09.45 10.00 015-MAT
Puji Astutik dan Suminar Pratapa , Pengaruh Doping ZnO pada Solid Solution
ZnxMg1-XTiO3 (x = 0-0.5)
10.00 10.15 029-MAT
Aan Harinurdin dan Khairul Basar, "Studi Awal Pengaruh Laju Alir dan
Konsentrasi Larutan terhadap Beda Potensial Larutan Elektrolit"
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
104-IVS
Ismunandar, SEAMEO QITEP in Science
11. 15 12.00
Plenary
102-IVS
Didi Teguh Chandra, Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP
12.00 13.00 Ishoma
14.00 14.15 047-MAT
Iis Nurhasanah, Ida Nursanti, Arik, Heri Sutanto dan Zaenul Muhlisin,
"Analisis Difraksi Sinar-X Serbuk Nanokristal CeO2 yang Disintesis dalam
Campuran Pelarut Aquades/Alkohol"
14.15 14.30 051-MAT
Ismet Rahadi dan Pepen Arifin, "Disain dan Implementasi Sistem Pengukuran
Resistivitas dan Efek Hall Bahan Semikonduktor"
14.30 14.45 107-MAT
Linda Sekar Utami dan Widayani, Pemanfaatan Sampah Daun Manggis
Menjadi Briket Bioarang sebagai Bahan Bakar Alternatif
14.45 15.15 Penutupan, foto bersama, pembagian sertifikat


xviii

Daftar Acara Ruang 4 [INV-BIO-INS]
Rabu, 22 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
07.30 08.00 Registrasi peserta
08.00 08.30 Pembukaan
08.30 09.15
Plenary
087-IVS
Bambang Widiyatmoko, Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam
Mendorong Inovasi Teknologi
09.15 09.30 007-INS
Ali Amran, Pembuatan Sound Level Meter Sederhana untuk Mengukur Taraf
Intensitas Gelombang Bunyi
09.30 09.45 041-INS
Sandijal Putra and Mitra Djamal, "Pengembangan Sensor Getaran TigaDimensi
Menggunakan Sistem Sensor Fluxgate"
09.45 10.00 012-INS
Dewi Lusitasari dan Triyanta, Desain Alat Ukur Tensor Inersia dan
Aplikasinya Pada Raket Bulutangkis
10.00 10.15 018-INS
Johri Sabaryati dan Maman Budiman, Perancangan dan Implimentasi
AlatUkur Medan Magnet menggunakan Sensor Efek Hall
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
101-IVS
Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman, Antara Pendidikan
/ Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alatdan Kegiatan (Sekali
Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
11. 15 12.00
Plenary
108-IVS
M. Salman, Indahnya Matematika dan Bagaimana Mengajarkannya (Dari
Definisidan Aksioma Menuju Cinta)
12.00 13.00 Ishoma
13.00 13.15 011-INV
Fannia Masterika, Novitrian, dan Sparisoma Viridi, Eksperimen Aliran
Fluida menggunakan Self-siphon
13.15 13.30 049-BIO
Riri Jonuarti dan Freddy Haryanto, "Analisis Model Fluida Casson untuk
Aliran Darah Dalam Stenosis Arteri"
13.30 13.45 057-BIO
Rizaldy Danar Priambodo, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi,
Analisis Karakteristik Akustik Suara Cadel (Rhotacism) denganMenggunakan
Perangkat Lunak Praat
13.45 14.00 019-INS Elinda dan Suparno Satira, Pengukuran Tingkat Homogenitas AliranFluida
14.00 14.15 021-INS
Diana Susyari Mardijanti, Khairul Basar, dan Sparisoma Viridi, Gejala
Gelombang pada Tali yang Berputar
14.15 14.30 023-INS
Rina Susanti, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi, Menentukan
Kecepatan Sudut Benda Berotasi dengan Menggunakan Prinsip Optik
14.30 15.00
Poster
Session
(Ruang P)
002-EPS: Erma Yulihastin dan Ibnu Fathrio, Analisis Anomali Curah Hujan
2010 diBenua Maritim Indonesia Berdasarkan Data 3B42 Satelit TRMM
032-EPS: Ninong Komala dan Novita Ambarsari, "Variasi Temporal dan
Spasial OzonTroposfer Indonesia Berbasis Observasi Sensor OMI Satelit
AURA SertaKaitannya Dengan Variasi Temperatur"
050-EPS: Novita Ambarsari dan Ninong Komala, "Variabilitas Ozon Stratosfer
di Wilayah Indonesia HasilObservasi Instrumen Microwave Limb Sounder
(MLS) Satelit AURA"
045-EPS : Dessy Gusnita, "Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat
Kebakaran Hutan di Indonesia"



xix

Kamis, 23 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
08.30 08.45 025-INS
Khusnul Khotimah, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi, Pengaruh
Panjang Tali, Sudut Awal, dan Massa Bandul terhadap Periode Serta
Menentukan Konstanta Redaman pada Ayunan Sederhana
08.45 09.00 034-INS
Sitti Balkis, Wahyu Srigutomo, dan Sparisoma Viridi, "Desain AlatEksperimen
Sederhana untuk Menentukan Karakteristik Sistem yangBerosilasi"
09.00 09.15 036-INS
Islahudin dan Mitra Djamal, "Pengembangan Sensor Getaran Tiga Dimensi
Berbasis Koil Datar"
09.15 09.30 038-INS
Dedi Efendi dan Suprijadi, "Pengembangan Model Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) untuk Mempelajari Pengaruh Head dan Debit Air"
09.30 09.45 010-INS Sri Suharti dan Herman, Studi Pembentukan Bayangan dalam Mikroskop Optik
09.45 10.00 052-INS
Muhammad Ilham Amri, Khairul Basar, dan Novitrian, "Studi Eksperimental
Untuk Menentukan Karakteristik Laju Aliran Fluida Terhadap Beda
Temperatur Pada Sistem Sirkulasi Alami"
10.00 10.15 054-INS Ali Umar Dani dan Suparno Satira, "Interaksi Bola Dalam Aliran Fluida"
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
104-IVS
Ismunandar, SEAMEO QITEP in Science
11. 15 12.00
Plenary
102-IVS
Didi Teguh Chandra, Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP
12.00 13.00 Ishoma
14.00 14.15 070-INS
Chevi Ardiana Rusmawan, Djulia Onggo, dan Irma Mulyani, AnalisisKolorimteri
Kadar Besi (III) dalam Sampel Air Sumur dengan Metoda Pencitraan Digital
14.15 14.30 075-INS
Jaharap Situmorang dan Linus Ampang Pasasa, Pemanfaatan Karakteristik
Sel Surya Sebagai Media Pembelajaran Fisika Listrik Dinamis
14.30 14.45 096-INS
Reni Wedyaningsih dan Fida Madayanti Warganegara, Optimasi Kotak
Bjerrum Sebagai Alternatif Penentuan Kadar Kolesterol dari Daging Domba
14.45 15.15 Penutupan, foto bersama, pembagian sertifikat

xx

Daftar Acara Ruang 5 [ETC]
Rabu, 22 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
07.30 08.00 Registrasi peserta
08.00 08.30 Pembukaan
08.30 09.15
Plenary
087-IVS
Bambang Widiyatmoko, Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam
Mendorong Inovasi Teknologi
09.15 09.30 072-ETC
Nunung Nurelah dan Lia Dewi Juliawaty, Kajian Fitokimia Daun Cantigi
Beureum (Rhododendron retusum var. retusum)
09.30 09.45 073-ETC
Yati Susanah dan Widayani, Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
Menggunakan Arang dan Serat Bambu Apus dengan Matriks Epoxy Resin
09.45 10.00 077-ETC
Ida Widiyaningsih dan Rukman Hertadi, Aktivitas Enzim Karbonik
Anhidrase VI Pada Air Liur Perokok dan Bukan Perokok
10.00 10.15 078-ETC
Sumarno dan Djulia Onggo, Komposit Fe(Htrz)3(BF4)2 nata de coco
sebagaiMedia Pembelajaran Praktis untuk Senyawa Kompleks
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
101-IVS
Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman, Antara Pendidikan
/ Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alatdan Kegiatan (Sekali
Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
11. 15 12.00
Plenary
108-IVS
M. Salman, Indahnya Matematika dan Bagaimana Mengajarkannya (Dari
Definisidan Aksioma Menuju Cinta)
12.00 13.00 Ishoma
13.00 13.15 058-ETC
Titin Supriatin dan Veinardi Suendo, Pengukuran Sudut Kontak Cairan
Organik pada Permukaan Padatan
13.15 13.30 059-ETC
Siti Hamidah dan Buchari , Penetapan Karbon Organik Total dalam Limbah
Cair Tapioka Menggunakan K2Cr2O7 sebagai Oksidator
13.30 13.45 071-ETC
Wewen Nurwenda dan Suryo Gandasasmita, Studi Efektivitas Campuran
Serbuk Biji Kelor dan Tawas Sebagai Koagulan Terhadap Kation Logam
Berat dalam Air Tanah
13.45 14.00 079-ETC
Lolita A. M. Parera dan Enny Ratnaningsih, Isolasi dan Uji Aktivitas Lipase
dari Staphylococcus aureus
14.00 14.15 080-ETC
Ika Yudiswastika dan Didin Mujahidin, Pengaruh Kandungan Air dalam
Katalis Asam Padat pada Bio-ETBE (Etil Tersier Butil Eter) dalam Skala
Laboratorium
14.15 14.30 081-ETC
Yeni Yuniarti, Muhamad Ali Zulfikar, dan Aminudin Sulaeman, Pemisahan
Unsur Neodimium Dari Unsur Tanah Jarang Dengan Teknik Membran Cair
Berpendukung Hollow Fiber Dan Pengendapan Bertingkat
14.30 15.00
Poster
Session
(Ruang P)
002-EPS: Erma Yulihastin dan Ibnu Fathrio, Analisis Anomali Curah Hujan
2010 diBenua Maritim Indonesia Berdasarkan Data 3B42 Satelit TRMM
032-EPS: Ninong Komala dan Novita Ambarsari, "Variasi Temporal dan
Spasial OzonTroposfer Indonesia Berbasis Observasi Sensor OMI Satelit
AURA SertaKaitannya Dengan Variasi Temperatur"
050-EPS: Novita Ambarsari dan Ninong Komala, "Variabilitas Ozon Stratosfer
di Wilayah Indonesia HasilObservasi Instrumen Microwave Limb Sounder
(MLS) Satelit AURA"
045-EPS : Dessy Gusnita, "Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat
Kebakaran Hutan di Indonesia"


xxi
Kamis, 23 Juni 2011
Jam (WIB) Kode Pemakalah/Judul Makalah
08.30 08.45 082-ETC
Zainuddin Tjane, Muhamad A. Martoprawiro, dan Aep Patah, Pemodelan
bagi Pengaruh Mg, Nb, dan Cd terhadap Disosiasi MgH pada Sistem MgH2
08.45 09.00 083-ETC
Muhamad Tang dan Veinardi Suendo, Pengaruh Penambahan Pelarut Organik
Terhadap Tegangan Permukaan Larutan Sabun
09.00 09.15 084-ETC
Neni Suryamah dan Didin Mujahidin, Temperatur Optimum Untuk Sintesis
ETBE (Etil Tersier Butil Eter) dari Isobutena dan Etanol yang Dikatalisis
oleh Amberlyst 15 Pada Skala Mini
09.15 09.30 085-ETC
Ririn Riyani dan Yana Maolana Syah, Senyawa Turunan Asetofenon dari
Daun Euphorbia milii
09.30 09.45 088-ETC
Iis Sutji Rachmawati dan Ciptati, Isolasi Senyawa Antioksidan Dari Daun
Sirih Merah (Piper crocatum)
09.45 10.00 090-ETC
Nenden Sumartini dan Aminudin Sulaeman, Pemisahan Serium (IV) dari
Mineral Monasit Bangka dengan Teknik Mebran Cair Berpendukung Hollow
Fiber (HFSLM) dan Pengendapan Bertingkat
10.00 10.15 091-ETC
Sri Wahyuni dan Aminudin Sulaeman, Pemisahan Logam Tanah Jarang dari
Mineral Monasit Bangka dengan Teknik Membran Cair BerpendukungHollow Fiber
(HFSLM)
10.15 10.30 Break Pagi
10.30 11.15
Plenary
104-IVS
Ismunandar, SEAMEO QITEP in Science
11. 15 12.00
Plenary
102-IVS
Didi Teguh Chandra, Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP
12.00 13.00 Ishoma
14.00 14.15 094-ETC
Dian Widianingsih dan Rukman Hertadi, Pembuatan dan AplikasiOsmometer Telur
sebagai Media untuk Mempelajari Efek dan PotensialDonnan
14.15 14.30 097-ETC
Fadhlina Syarif dan Suryo Gandasasmita, Ekstraksi Fasa Padat EmasDalam Limbah
Sepuh Emas Dengan Metode Solvent-Impregnated Resin(SIR)
14.30 14.45 099-ETC
Kokon Suhiwa, Aep Patah, dan Djulia Onggo, Sintesis Metal Organic
Frameworks (MOFs) dari Niobium (V) Oksida dan Asam Benzena-1,4-
Dikarboksilat
14.45 15.15 Penutupan, foto bersama, pembagian sertifikat



Book of (Extended) Abstracts 1
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Contoh Extended Abstract Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011
Sparisoma Viridi
a

a
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10 Bandung 40132, Indonesia, +62-22-2500834, [email protected]
Abstrak

Extended abstract dalam Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS
2011) ini dibatasi panjangnya, yaitu hanya 2 (dua) halaman termasuk di dalamnya adalah
pendahuluan, metoda, hasil serta pembahasannya, kesimpulan, daftar pustaka, dan
ilustrasi yang dapat berupa persamaan, gambar, dan table. Gambar yang dimaksud di sini
dapat berupa foto, grafik, ataupun diagram. Extended abstract ini merupakan contoh yang
telah disertai style untuk mengatur jarak antar paragraf, ukuran dan jenis font, mode
perataan paragraf, dan lain-lain. Penulis diharapkan mengikuti stye yang telah ditetapkan
ini.
Hal-hal yang menyangkut pendahuluan (studi pustaka, latar belakang, dan tujuan), set
eksperimen dan teori, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan, diharapkan dituangkan
dalam beberapa paragraf di antara judul abstrak dan kata-kata kunci. Persamaan, gambar,
dan tabel yang akan dirujuk diletakkan setelah kata-kata kunci. Referensi diletakkan paling
akhir. Dengan demikian hal utama yang membedakan extended abstract dan abstrak
adalah bahwa dalam suatu extended abstract kata-kata yang panjang dan sulit dalam
mengungkapkan sesuatu dapat diwakilkan dengan suatu obyek yang dapat dirujuk
(persamaan, gambar, atau tabel), yang umumnya tidak terdapat dalam suatu abstract.
Model yang telah dibuat berdasarkan pada teorema yang telah umum digunakan [1]
menghasilkan Persamaan (1). Modifikasi dengan mengenalkan parameter tambahan
diperlukan yang memberikan Persamaan (2) dan (3). Hal ini dilakukan agar data yang
diperoleh dapat dengan mudah dijelaskan korelasinya seperti dalam Gambar 1, sebagai
mana telah dilaporkan sebelumnya [2]. Nilai-nilai paremeter
8 1
c c yang dimaksud dalam
Persamaan (1)-(3) diberikan dalam Tabel 1.
Referensi harus dituliskan sesuai dengan sumbernya, misalnya saja jurnal [1], prosiding
simposium, seminar, konferensi [2], buku [3], bab dalam buku [4], arXiv [5], website [6],
komunikasi pribadi [7], dan Wikipedia [8].
Kata-kata kunci: contoh extended abstract, SNIPS 2011, simposium nasional
Tabel 1. Nilai-nilai beberapa parameter
8 1
c c .
c1 c2 c3 c4 c5 c6 c7 c8
1.55 1.35 21.5 2.9 3.5 1.2 5.5 7.4
1.53 13.5 2.4 2.6 6.5 1.3 1.4 1.3
1.1 0.3 81.53 1.3 4.3 1.4 1.3 1.3
1.3 -1.4 3.55 4.5 3.4 1.7 2.2 2.5


4
2
3 2 5 . 2
1 1
1
log ) ( c
c c
c +
+
+
|
|

\
|
=

(1)
0
0
0
-
C
O
M

2 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

|

\
|
=


5
1 2
exp ) ( ) (
c
(2)

(

\
|

+ =
2
7
6 2 3
1
ln 1 ) ( ) (


c
c (3)
-3.0E+05
-2.0E+05
-1.0E+05
0.0E+00
1.0E+05
2.0E+05
3.0E+05
4.0E+05
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
1
2

Gambar 1. Korelasi antara
1
dan
2
untuk beberapa nilai parameter
8 1
c c yang cCok
dengan ketelitian 10
-15
hanya untuk di sekitar nilai 5 . 5
1
= .
Referensi
[1] Arman Maulana, Stephen Hawking, and Jason Bourne, Nonlinear Solution of
Unknwon Familiar Problems, Journal of Metaphysics in Nature 24 (2), 115-122 (2010)
[2] Agatha Christie, Jacques Costeau, Max Heart, and Anggun C. Sasmi, Multiparemeter
Approximation for Common Metaphysics Problems, PrCeeding of 29
th
International
Conference on Arts in Natural Sciences for Modern Humanism, 19-30 February 2011,
Freiberg, Germany, p. 150-153
[3] Sahrul Khan, Introduction to Arts and Metaphysics, Wiley India, New Delhi, Second
Edition, Third Print, 2009, p. 28-32
[4] Aga Khan, Problems in Nonlinear Multiparameter Metaphysics, in Selected Problem in
Modern Metaphysics, Editor: Brian McGregor, Calcutta Press, Third Edition, 2001,
p.35-93
[5] Jason Bourne, Unknow Familiar Problems Revisited, arXiv:Cond-Matt 0939.0304 v4
Dec 11, 2009
[6] Paul Richardson Tobing, Approximation on Multiparameter Metaphysics, Volunteer
Laboratory Inc., URL http://www.volunterrlab.org/aprroximation.html [accessed
2011.05.25 11.03+07]
[7] Paul Richardson Tobing Jr., Private Communication, 2011.05.28
Book of (Extended) Abstracts 3
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Menentukan Indeks Bias Cairan
Nurwulan Fitriyanti
a
, Ali Amran
b
, Linda Sekar Utami
c
, Johri Sabaryati
d
, dan Euis Sustini
e

a,b,c,d
Program Magister Pengajaran Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10 Bandung 40132, Indonesia
a
Email. [email protected]
b
Email. [email protected]
c
Email. [email protected]
d
Email. [email protected]
e
Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10 Bandung 40132, Indonesia, [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian indeks bias untuk berbagai zat cair dengan menggunakan
prinsip bayangan pada cermin cekung. Prinsip yang digunakan yaitu pemantulan dan
pembiasan pada permukaan cairan dalam cermin cekung. Nilai indeks bias ditentukan dari
perbandingan antara bayangan ketika cermin tanpa cairan dan cermin berisi cairan. Nilai
indeks bias yang diperoleh dari hasil percobaan untuk air (1.30 0.04), gliserin (1.54
0.03), minyak goreng avena yang mengandung omega 3 (1.68 0.11), sirup (1.59 0.11),
dan oli SAE 10 (1.60 0.36).
Kata-kata kunci: eksperimen, indeks bias cairan, cermin cekung


IPBA Terintegrasi berbasis Kecerdasan Majemuk untuk Membekalkan
Pemahaman Konsep IPBA
Winny Liliawati
1
, Dhani Herdiwijaya
2
, dan Dadi Rusdiana
1

1
Universitas Pendidikan Indonesia
2
Institut Teknologi Bandung
Abstrak
Ilmu pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) penting diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini karena letak geografis Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng besar
dunia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia sangat rawan
akan bencana alam yang diakibatkan oleh pergeseran atau tumbukan antar lempeng
seperti gempa bumi dan tsunami. Selain itu letak Indonesia berada di khatulistiwa memiliki
tempat yang strategis terhadap pengamatan benda-benda langit. Oleh karena itu IPBA perlu
dimasukkan ke dalam kurikulum mulai dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi. Namun
rendahnya pemahaman siswa SMP dan mahasiswa calon guru serta hasil TIMSS terhadap
materi earth science mengindikasikan kurang berhasilnya sistem pembelajaran, kurikulum,
dan kemampuan guru dalam mengajarkan IPBA di SMP. Makalah ini akan memaparkan
hasil analisis perkembangan kurikulum IPBA di Indonesia, analisis permasalahan
mengenai IPBA ditinjau dari kurikulum, implementasi kurikulum di lapangan, serta
analisis solusi dari permasalahan tersebut yaitu model IPBA Terintegrasi berbasis
Kecerdasan Majemuk. Instrumen yang digunakan berupa studi literatur, angket, dan
wawancara.
Kata-kata kunci: Ilmu pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) terintegrasi, kecerdasan
majemuk, kurikulum.

0
0
1
-
M
A
T

0
6
3
-
E
D
U

4 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia


Analisis Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia
Berdasarkan Data 3B42 Satelit TRMM
Erma Yulihastin
a
dan Ibnu Fathrio
b

a
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Jl. Dr. Djunjunan 133 Bandung,
022-6037445, [email protected], [email protected]
b
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Jl. Dr. Djunjunan 133 Bandung,
022-6037445, [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjadinya anomali curah hujan di Benua
Maritim Indonesia pada tahun 2010 menggunakan data curah hujan tipe 3B42 Satelit
TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Data tersebut merupakan data curah hujan
dasarian (10-harian) dan memiliki resolusi spasial 0.25 derajat di Benua Maritim Indonesia
(15 LU-15 LS,90-150 BT). Hasil penelitian menunjukkan, anomali curah hujan terjadi
sepanjang tahun 2010 di Benua Maritim Indonesia, yang tampak dari peningkatan curah
hujan dasarian khususnya pada periode musim kemarau. Analisis spasial rata-rata curah
hujan pada periode musim basah (DJF) dan musim kering (JJA) memperlihatkan anomali
curah hujan positif terjadi pada wilayah monsunal, lokal dan ekuatorial Benua Maritim
Indonesia. Anomali curah hujan terbukti telah mengacaukan pola siklus tahunan curah
hujan terhadap tiga wilayah tipe curah hujan (monsunal, lokal, ekuatorial) pada 2010.
Baru-baru ini, organisasi dunia mengenai Perubahan Iklim (IPCC) melansir tahun 2010
sebagai tahun dengan suhu global terpanas selama 30 tahun terakhir. Suhu global yang
meningkat ini salah satu penyebabnya berkaitan dengan siklus 11 tahunan matahari yang
secara periodik akan mencapai puncak pada 2012. Pada 2010 lalu, wilayah di Benua
Maritim Indonesia (BMI) mengalami curah hujan berlebih sepanjang tahun. Pihak Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis anomali musim kemarau tahun 2010
sebagai kemarau basah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis curah hujan di BMI
menggunakan data satelit TRMM untuk membuktikan terjadinya anomali curah hujan dan
pola distribusinya di BMI. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh anomali curah hujan bagi pola siklus tahunan wilayah curah hujan monsunal,
lokal, dan ekuatorial di BMI.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan satelit TRMM 3B42
dasarian (10-harian) tahun 2010 dan data curah hujan klimatologis (1998-2010). Resolusi
spasial data yaitu 0.25 . Tahap pertama dilakukan pengeplotan curah hujan secara spasial
di BMI yang dibatasi 15 LU-15 LS, 90-150 BT dilihat variasi dasariannya sepanjang
tahun 2010. Kedua, pengeplotan terhadap data curah hujan klimatologis. Ketiga,
menghitung anomali curah hujan dasarian pada tiap grid lalu diplot secara spasial. Nilai
anomali curah hujan dihitung dengan cara mencari selisih antara curah hujan dasarian
pada 2010 dan curah hujan klimatologis. Keempat, melakukan perata-rataan anomali
curah hujan di tiga wilayah dengan tipe curah hujan monsunal, lokal, dan ekuatorial.
Hujan dasarian di wilayah Indo-Australia sepanjang tahun 2010 turun berlimpah dengan
intensitas antara 30 hingga 150 milimeter. Kawasan Indo-Australia sengaja dipilih karena
kawasan ini merepresentasikan dengan sangat baik curah hujan tipe monsunal yang
memiliki pola siklus tahunan (Annual Oscillation) dengan hujan maksimum terjadi pada
periode musim hujan (DJF) dan hujan minimum terjadi pada periode musim kemarau
(JJA). Namun, Gambar 1 menunjukkan, anomali curah hujan telah mengacaukan pola
siklus tahunan tersebut. Hal ini tampak dari curah hujan dasarian pada JJA yang melebihi
60 milimeter. Padahal, berdasarkan definisi BMKG, musim kemarau dibuktikan dari curah
hujan dasarian selama tiga kali berturut-turut harus kurang dari 50 milimeter. Sehingga,
menurut kriteria ini, bisa dikatakan tidak ada musim kemarau sepanjang tahun 2010.
Sebab, curah hujan dasarian yang turun tiga kali berturut-turut kurang dari 50 milimeter
tidak pernah terjadi.
0
0
2
-
E
P
S

Book of (Extended) Abstracts 5
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Kata-kata kunci: anomali, curah hujan, Benua Maritim Indonesia, satelit TRMM

Gambar 1. Curah hujan dasarian 2010 di wilayah Indo-Australia (105-140BT,5-10LS).
Rerensi
[1] Fontaine et.al., Rainfall Anomaly Patterns and Wind Field Signals over West Africa in
August (1958-1989), Journal of Climate 8 (issue number), 1503-1510 (1995)
[2] Barring L. and Hulme M., Filters and Approximate Confidence Intervals for
Interpreting Rainfall Anomaly Indices, name of journal 3, 837-847 (1991)
[3] Wu R. and Hu Z., Evolution of ENSO-Related Anomalies in East Asia, Journal of
Climate 16 (issue number), 3742-3758 (2003)


Pengaruh Dipping Time Elektroda Kerja Ke Dalam Larutan Dye-
Fotosensitizer Eosin Y Terhadap Efisiensi Sel Surya Jenis Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC)
a
Dadi Rusdiana dan Siska Ayu Nirmala
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudi 229, Bandung, Indonesia
a
[email protected]
Abstrak
Dye Sensitized Solar Cell atau DSSC adalah sel surya generasi ketiga yang dibuat dengan
menggabungkan material inorganik dan organik. Pada DSSC penyerapan cahaya dan
pemisahan muatan dilakukan dalam proses berbeda dan material berbeda. Penyerapan
cahaya dilakukan oleh molekul dye dan pemisahan muatan dilakukan oleh material
semikonduktor nanokristalin yang memiliki celah pita lebar. Pada penelitian ini telah
dibuat prototipe DSSC berbasis Titanium Dioksida (TiO2) dengan menggunakan larutan
0
0
3
-
M
A
T

6 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Eosin Y sebagai dye-fotosensitizer. Dalam penelitian ini telah dibuat tiga sampel DSSC,
yaitu sampel yang memiliki dipping time 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Dipping time adalah
waktu perendaman elektroda kerja ke dalam larutan eosin Y. Dipping time akan
mempengaruhi penyerapan molekul-molekul dye Eosin Y oleh lapisan TiO2. Pengujian
sampel DSSC dilakukan dengan cara menyinari DSSC dengan menggunakan lampu
halogen dengan intensitas tetap, yaitu 4,45808 10
-4
watt/cm
2
, selanjutnya diukur
tegangan dan arus yang dihasilkan oleh DSSC. Luas lapisan aktif penyinaran adalah 0,6
cm
2
. Nilai efisensi DSSC ditentukan dengan metode kurva arus dan tegangan. Hasil
penelitian menunjukkan sampel 2 jam memiliki efisiensi tertinggi yaitu 17,7 10
-3
%,
kemudian diikuti sampel 3 jam dan 1 jam, yaitu 11,8 10
-3
% dan 9,36 10
-3
%.
Kata-kata kunci : DSSC, TiO2, Eosin Y, Dipping Time, Efisiensi


e-kamus Matematika dan IPA: Sebagai Inovasi Media Pembelajaran
di Sekolah Menengah Pertama
Jaidan Jauhari*) dan Ida Sriyanti**)
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sriwijaya*)
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya**)
Jln. Palembang-Prabumulih Km 32 Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir (OI)
Email : [email protected]
Abstrak
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) semakin mendorong upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam pendidikan. Oleh karena itu
dalam dunia pendidikan khusunya pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
pada mata pelajaran Matematika dan IPA, perlu inovasi media pembelajaran. Salah satunya
inovasi media pembelajaran Matematika dan IPA khususnya untuk siswa tingkat sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah e-kamus. Untuk menghasilkan media tersebut maka
metode pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan Borg & Gall.
Tahapan penelitian ini baru pada tahapan Mengembangkan bentuk produk awal (develop
preliminary form of product). Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
media pembelajaan Matematika dan IPA siswa Sekolah Menegah Petama (SMP).
Kata Kunci : Pembelajaran Matematika dan IPA, e-kamus.



Efektivitas Pembelajaran Berbasis Simulasi Komputer Dalam
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa
Dadi Rusdiana
a
dan Muhammad Tawil
b

a
Universitas Pendidikan Indonesia,
a
[email protected]
b
Universitas Negeri Makassar
Abstrak
Penelitian ini berjudul efektivitas pembelajaran berbasis simulasi komputer dalam
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa. Tujuan penelitian untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis simulasi komputer dalam meningkatkan N-
Gain keterampilan berpikir kreatif mahasiswa pada topik interferensi gelombang. Metode
penelitian yang digunakan true eksperiment dengan disain penelitian Pre- Test Post-Test
Control Group Design. Hasil penelitian ditemukan bahwa pada kelas eksperimen terjadi
peningkatan N-Gain keterampilan berpikir kreatif mahasiswa pada topik interferensi
0
0
4
-
E
D
U

0
6
4
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 7
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

gelombang dengan kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol terjadi peningkatan
keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dengan kategori rendah. Pembelajaran berbasis
simulasi komputer lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa
dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada topik interferensi
gelombang.
Kata-kata kunci : simulasi komputer, keterampilan berpikir kreatif, interferensi gelombang


Media Pembelajaran Fluida dengan Menggunakan Alat Peraga
Ius Rusnati
1
dan Euis Sustini
2

1
MAN 1 Kota Bandung, Jl. H. Alpi No. 40, Cijerah, Bandung, [email protected]
2
Kelompok Keahlian Fisika Material dan Elektronik, FMIPA ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung
40132, Indonesia
Abstrak
Pembelajaran fisika di sekolah seringkali hanya bersifat abstrak, terkadang jauh dari
realita. Hal ini menjadikan fisika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Fluida
merupakan pokok bahasan yang sangat mudah untuk dihubungkan pada realitas
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu media pembelajaran fluida dengan menggunakan
alat peraga merupakan salah satu solusi untuk menjadikan belajar fisika lebih
menyenangkan dan menarik, diawali dengan kajian pustaka telah dirancang alat peraga
fluida. Alat peraga fluida yang telah dibuat dapat menunjukkan prinsip bejana
berhubungan, kapilaritas, prinsip kerja manometer, dan prinsip bernoulli, serta pengaruh
ketinggian kran terhadap jarak maksimum jatuhnya air dari kran pipa. Sehingga alat
peraga dan program flash pada pokok bahasan fluida dinamis ini dapat dipakai sebagai
salah satu bentuk penyampaian materi agar dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi fluida.
Kata kunci: fluida, alat peraga
Referensi
[1] Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan. Penerbit Erlangga: Jakarta.
[2] Sutrisno. 1977. Seri Fisika Dasar MEKANIKA.Penerbit ITB.
[3] Jewett Serway. 2004. Physics for Scientist and Engineers. 6Th Edition.Thomson Brooks


Rise Time of Spherical Intruder in Granular Fluid
Sparisoma Viridi
a
, Nuning Nuraini
b
, Mohammad Samy
c
, Ayu Fitriyanti
c
,
Ika Kusuma Adriani
c
, Nurwenda Amini
c
, and Ganjar SantosC
a
Nuclear Physics and Biophysics Research Division
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia,
[email protected]
b
Industrial and Financial Mathematics Research Division
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia
c
Mathematics Study Program
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia
Abstract
0
0
5
-
C
O
M

0
6
5
-
C
O
M

8 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

A model is developed to explain rise time of a spherical intruder placed in a granular bed,
which is considered as fluid. Phenomenon of rising intruder in a granular bed is well known
as Brazil nut effect. Radius of the intruder is varied with 10 .. 1 ,
0
= = n nR R
n
. An
approximation for << t is chosen in order to simplify the solution of second order
differential equation of intruder vertical position to obtain the rise time T . A non-physical
parameter and also transformation from T to ' T are needed to be introduced in order to
control the results to mimic reported experiment qualitatively. Several forms of rise time T
and also transformed rise time ' T against n are presented and discussed.
A work via molecular dynamics (MD) simulation for one and several intruders showed the
phenomenon known as Brazil nut effect (BNE) [1]. Particles density between intruder and
the granular bed plays important role in size separation of the grains [2], even a large
particle could sink instead of rising [3]. Rise time of BNE and its reverse (RBNE) have been
explained through hydrodynamic theory based on the Boltzmann-Enskog theory [4]. In this
work a simple approach by considering a vibrated granular bed as fluid is chosen. Since it is
considered as fluid it should have viscosity and introduce a drag force
d
F to the intruder
as it is rising. The form of drag force is the same form as the known form in Stokes law [5].
Other forces considered are gravitational force
g
F and buoyant force
a
F . Applying Newtons
second law of motion will lead to a second order differential equation whose solution is then
used to estimate the rise time T . A second order differential equation is obtained as in
Equation (1), and the solution, which is approximated for << t , is given in Equation (2).
Parametrisation and transformation of Equation (2) is made and then it produces Equation
(3), which is qualitatively similar to the related experiment results [7]. The u-like-shape is
illustrated in Figure 1.
It can be concluded that the u-like-shape profile of '
n
T against n can be obtained.
Unfortunately there are two unphysical reasons must be introduced. First is the parameter
and second is transformation from T to ' T . Further investigation is a must to explain the
phenomenon or the two unphysical reasons.
Keywords: granular fluid, Brazil nut effect, spherical intruder, rising time

( )
(
(


=
|
|

\
|
+
m
gV
dt
dy
m
R
dt
y d n b f n f
6
2
2
(1)

( ) ( )
( ) ( ) (
(



+
|
|

\
|
=
n mv R n R mg
n y y R
n R
m
T
f b f
T f
f
n
0 0
3 3
0
2
0
2
0
0 6 3 4
6 3
1 ln
1
6

(2)
200 1 ln
5
'
5 1
+
(

+ =
n
c
n
c
T
n

(3)
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6 8 10 12
n
T
n
'

Figure 1. Results of Equation (36) and (37) for 50
1
= c , 1
5
= c , and 9 . 0 = shows a u-like-
shape.
Book of (Extended) Abstracts 9
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

References
[1] A. Rosato, K. J. Strandburg, F. Prinz, and R. H. Swendsen, Phys. Rev. Lett. 58, 1038
(1987)
[2] M. E. Mbius, B. E. Lauderdale, S. R. Nagel, and H. M. Jaeger, Nature 414, 270 (2001)
[3] T. Shinbrot and F. J. Muzzio, Phys. Rev. Lett. 81, 4365 (1998)
[4] M. Alam, L. Trujillo, and H. J. Herrmann, J. Stat. Phys. 124, 587 (2006)
[5] T. E. Faber, Fluid Dynamics for Physicists, Cambridge University Press, Cambridge,
Second Reprint, 1997, p. 231
[6] H. H. Greenwood, Computing methods in quantum organic chemistry, Wiley-
Interscience, London, First Print, 1972, p. 152
[7] Nurwenda Amini, Ayu Fitri Yanti, Ganjar Santoso, Ika Kusuma Adriani, Mohammad
Samy, Nuning Nuraini, dan Sparisoma Viridi, Efek Kacang Brazil dengan Intruder
Prisma Segitiga-Terbalik, Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011,
22-23 Juni, Bandung, Indonesia, (abstract accepted as 008-COM)


Identifikasi Bawah Permukaan Di Wilayah Desa Kayuambon Lembang
Kabupaten Bandung Barat

a
Mimin Iryanti, Taufik Ramlan R., dan Nanang Dwi Ardi
Jurusan Fisika FPMIPA UPI, Jl. Setiabudhi 229, Bandung
a
[email protected]
Abstrak
Desa Kayuambon yang berada di 3 km Lembang dan merupakan lintasan jalan
penghubung antara kota Bandung dan kabupaten Bandung Barat. Memiliki andil besar
meningkatkan kehidupan selain jalur ekonomi juga jalur menghubung pendidikan dasar
bagi masyarakat setempat. Tapi terkadang jalur ini rentang mengalami longsor, sehingga
sering kali jalur lalu lintas terputus. Maka peneliti melakukan kajian penyebab longsoran,
yaitu dengan mengidenfikasi lapisan bawah permukaan. Identifikasi dilakukan dengan
menganlisis nilai resistivitas dari bawah permukaannya. Hasil yang diperoleh dari semua
lintasan yang diukur yaitu secara garis besar batuan yang tersusun berupa batuan andesit,
batuan gamping, lempung, batu pasir dan batuan silt. Dari semua lintasan yang diukur
yang memiliki potensi terjadinya longsor yaitu pada lintasan 1 dan sebagian lintasan 2.
Pada lintasan 1 ini sangat berpotensi longsor terlihat dari penampang 2D yang memiliki
kontras resistivitas yang sangat besar yaitu 17,9 dan 77,9 ohm meter. Lintasan 2
mengalami longsoran dititik pertemuan lintasan 1 dan 2 yang saling berpotongan yang
memiliki konstras resistivitas 14,9 dan 77,9 ohmmeter. Arah lonsoran yang terjadi kearah
utara atau mengikuti kemiringan lereng lintasan. Pada lintasan 3 dan 4 hanya terjadi
penurunan permukaan tanah akibat pengikisan atau erosi, terutama bila sering terjadi
hujan dan kurangnya tanaman yang merambat disekitarnya.
Kata-kata kunci: identifikasi, longsor, bidang gelincir, resistivitas





0
0
6
-
E
P
S

10 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pembuatan Sound Level Meter Sederhana untuk Mengukur Taraf
Intensitas Gelombang Bunyi
Ali Amran
Abstrak
Taraf intensitas gelombang bunyi adalah tingkat intensitas gelombang bunyi yang sampai
kependengar, dalam pengkurannya memakai satuan decibel (dB). Menentukan besarnya
taraf intensitas bunyi dipakai sound level meter. Sound level meter sederhana
menggunakan IC CA 3140 yang merupakan penguat non- inverting. Taraf intensitas bunyi
dalam penjalarannya dipengaruhi oleh jarak dari sumber bunyi, kecepatan angin, suhu,
dan kelembaman udara. Gelombang selama perambatannya akan membesar (sperik)
sebesar 4r
2
. Intensitasnya akan mengecil sebesar 1/r
2
maka dinamakanlah gelombang
bunyi itu geometri bola.
Kata kunci : Taraf Intensitas bunyi, intensitas bunyi, sound level meter


Efek Kacang Brazil dengan Intruder Prisma Segitiga-Terbalik

M. Samy Baladram
1a
, Ayu Fitri Yanti
1
, Nurwenda Amini
1
, Ika Kusuma Adriani
1
,
Nuning Nuraini
2
, dan Sparisoma Viridi
3

1
Program Studi Matematika
2
Kelompok Keahlian Matematika Industri dan Keuangan
3
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132
a
[email protected]
Abstrak
Efek Kacang Brazil (Brazil Nut Effect) adalah sebuah istilah yang diberikan kepada suatu
fenomena dimana campuran dua buah butiran yang berbeda ukuran dan diasup energi
dari luar berupa vibrasi, maka akan menimbulkan terjadinya pemisahan antara kedua
butiran tersebut, butiran besar berada di atas dan butiran kecil berada di bawah, hal ini
tidak bergantung dari massa satuan kedua butiran tersebut. Untuk itu, dibuat suatu model
untuk menjelaskan kenaikan bentuk yang dipilih yakni prisma segitiga-terbalik
berdasarkan waktu muncul. Panjang alas segitiga bervariasi. Beberapa asumsi digunakan
serta sejumlah transformasi dilakukan untuk mencCokkan dengan hasil data eksperimen.
Berdasarkan fenomena efek kacang brazil, kami ingin menemukan ukuran geometri
intruder yang paling cepat sehingga terjadi efek kacang brazil serta menganalisis
perubahan waktu terhadap perubahan ukuran alas intruder. Oleh karena itu kami
melakukan serangkaian eksperimen untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif (eksperimen) yang
bertempat di ruang Diskusi Prodi Matematika ITB berlangsung antara Maret-Mei 2011.
Spesifikasi alat eksperimen adalah seperti tercantum dalam Tabel 1.
Pengumpulan data eksperimen dilakukan dengan langkah-langkah: (1) meletakan prisma
segitiga secara terbalik di tengah-dasar wadah, (2) memasukan granular ke dalam wadah
sehingga intruder terkubur, (3) speaker dinyalakan sehingga menghasilkan getaran, (4)
penghitungan waktu dimulai bersamaan dengan bergetarnya vibrator, dan (5) waktu
dihentikan ketika seluruh bagian intruder sudah berada di permukaan granular.
Waktu tersebut yang dianggap sebagai waktu terjadinya efek kacang Brazil. Eksperimen
dilakukan dengan frekuensi 20H z, 40 Hz, 60 Hz, 80 Hz, 100 Hz dan dengan ukuran alas
0
0
7
-
I
N
S

0
0
8
-
C
O
M

Book of (Extended) Abstracts 11
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

prisma segitiga 2 cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm. Untuk masing-masing frekuensi dan ukuran lebar
alas dilakukan sebanyak 8 kali eksperimen.
Hasil yang didapat pada eksperimen kali ini diperoleh bahwa segitiga dengan alas 3-4 cm
mengalami efek kacang Brazil paling cepat. Lebar alas terhadap waktu membentuk
persamaan berupa kurva parabola cekung ke atas dengan titik minimum berada di antara
3-4 cm seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Suatu model dengan melakukan modifikasi
dari model lain telah dilakukan.
Kata-kata kunci: efek kacang Brazil, waktu muncul, fluida granular, intruder prisma
segitiga-terbalik
Tabel 1. Parameter yang digunakan dalam eksperimen.
Alat / Bahan Spesifikasi Keterangan
wadah berbentuk silinder dengan
diameter 11 cm
variabel
tetap
bahan
granular
manik-manik berbentuk
hampir bulat dengan diameter
3,5 mm dengan lubang
berdiameter 1 mm
variabel
tetap
vibrator speaker Panasonic, gelombang
sinus, frekuensi 20-100Hz
(menggunakan software NCH
Tone Generator )
variabel
tetap
intruder prisma segitiga, tinggi 1 cm,
variasi luas segitiga 21 cm
2
,
31 cm
2
, 41 cm
2
, dan 51
cm
2
, bahan sterofoam
variabel
kontrol



Gambar 1. Grafik Waktu Muncul terhadap Lebar Alas Prisma Segitiga dengan variasi
frekuensi.
Referensi
[1] R. M. Nedderman, Statics and Kinematics of Granular Materials, Cambridge
University Press,(1992)
[2] D. C. Hong, P. V. Quinn, and S. Luding, Reverse Brazil Nut Problem: Competition
between Percolation and Condensation, Physical Review Letters 86 (15), 3423-3426
(2001)
[3] M. E. Mobius, B. E. Lauderdale, S. R. Nagel, and H. M. Jaeger, Brazil-nut effect: Size
separation of granular particles, Nature 414 (), 270 (2001)
[4] Sparisoma Viridi, Nuning Nuraini, Mohammad Samy, Ayu Fitriyanti, Ika Kusuma
Adriani, Nurwenda Amini, and Ganjar Santoso , Rise Time of Spherical Intruder in
12 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Granular Fluid, Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011, 22-23
Juni, Bandung, Indonesia, (abstract accepted as 005-COM)


Penggunaan Media Pembelajaran Teori Relativitas Khusus
menggunakan Metode Digital Storytelling dengan Program Adobe Flash
CS5
Noperma
a
dan Jusak Sali Kosasih
b

a
Madrasah Aliyah Negri 1 Sungai Penuh
Jln. Pelita IV Kec. Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh Prov. Jambi, [email protected]
b
Departemen Fisika, FMIPA ITB, Jalan Ganeca 10 Bandung 40132, [email protected]
Abstrak
Dalam jurnal ini dilakukan pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan program
Adobe Flash CS5 pada pokok bahasan Teori Relativitas Khusus. Pemilihan materi teori
relativitas khusus dikarenakan materi ini merupakan salah satu materi yang dianggap sulit
untuk dimengerti oleh siswa. Perlu sebuah cara yang dapat menarik perhatian siswa
terhadap materi ini, salah satu alternatif adalah bantuan media dalam proses
pembelajarannya. Secara garis besar penggunaan program Adobe Flash CS5 lebih dikhusus
kan pada pembuatan animasi dan video. Namun kali ini penulis tidak hanya menampilkan
animasi tetapi mencoba menggabungkan animasi dengan penjelasan mengenai teori
relativitas khusus. Teknik ini dikenal dengan istilah digital storytelling, yang merupakan
gabungan dari suara, teks, gambar, musik, dan video. Media ini terdiri dari tiga bagian
penting, yang pertama adalah menu utama yang berisikan kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, bagian kedua adalah materi dan animasi,
yang berisikan penjelasan mengenai materi teori relativitas khusus ditambah dengan
animasi, dan bagian terakhir adalah evaluasi untuk siswa. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dibuat dengan teknik digital storytelling
menggunakan program Adobe Flash CS5 ini dapat menjadi sebuah media yang membantu
guru dalam menyampaikan materi teori relativitas khusus dikelas.
Setelah melakukan penelitian awal, maka penulis berkesimpulan bahwa masalah terletak
pada materi dan guru. Semua sepakat bahwa ada beberapa materi yang dianggap sulit
seperti persamaan transformasi Lorentz, prinsip relativitas Einstein dan relativitas
simultanitas. Kesulitan memahami materi ini berakibat pada sulitnya memahami materi
lainnya seperti kontraksi panjang, dilasi waktu, relativitas massa dan energi. Untuk itu
dibutuhkan cara yang sangat sederhana dalam menyampaikan materi ini.
Dari pertimbangan yang telah diuraikan diatas maka pembuatan media ini menggunakan
metoda ceramah dengan teknik storytelling, karena dibuat dengan program Adobe Flash
CS5 maka teknik ini disebut juga digital storytelling. Sedangkan materi yang dipilih adalah
semua materi TRK yang dianggap sulit dan telah sesuai dengan kurikulum sekolah
menengah. Beberapa tampilan media pembelajaran yang dibuat disajikan dalam Gambar 1.
Penelitian ini diakhiri dengan uji penggunaaan media dengan cara menampilkan media ini
kepada guru-guru. Setelah melihat media ini secara keseluruhan masing-masing guru
diminta pendapatnya dengan cara pengisian kuisoner tentang media ini. Hal ini merupakan
salah satu cara untuk melihat apakah tujuan penelitian berhasil dengan baik atau perlu
perbaikan-perbaikan. Bentuk kuisioner yang diberikan, hanya untuk melihat respon guru
terhadap media saja.
Berdasarkan media pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan Adobe Flash CS5 ini,
dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: (1) teknik penyampaian materi secara
digital storytelling dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, (2)
dengan menggunakan animasidan narasi, materi yang sulit bisa dibuat menjadi sederhana
0
0
9
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 13
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

sehingga meningkatkan pemahaman guru, dan (3) salah satu media pembelajaran teori
relativitas khusus dapat dibuat dengan menggunakan program Adobe Flsah CS5.
Kata-kata kunci: Teori Relativitas Khusus, Media pembelajaran, Digital Storytelling,
Program Adobe Flash CS5





Gambar 1. Ilustrasi beberapa tampilan dari media pembelajaran Teori Relativitas Khusus
menggunakan Metode Digital Storytelling dengan Program Adobe Flash CS5.
Referensi
[1] Beiser, A. Konsep Fisika Modern. 1995. Penerbit Erlangga. Jakarta
[2] Krane, Kenneth. Modern Physics. 1996. John Wiley & Sons, Inc. USA.
[3] Madcoms. Macromedia Flash Pro 8. 2007. Penerbit Andi. Yogyakarta.
[4] Miller, Carolyn. Digital Storytelling. 2004. Elsevier Inc. USA

Studi Pembentukan Bayangan dalam Mikroskop Optik
Sri Suharti
a
dan Herman
b

a
Program studi Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jln.
Ganesha 10 Bandung, Indonesia, 40132.
a
SMAN 1 Cileunyi, Jln.pendidikan no 6 Cibiru kab. Bandung. Tlp. (022) 7805592,
[email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Fotonik, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jln. Ganesha 10
Bandung, Indonesia, 40132. Tlp. 022-2500834. [email protected].
Abstrak
Kajian pembentukan bayangan pada mikroskop optik telah dilakukan. Beberapa proses-
proses fisika yang terjadi pada mikroskop yang terkait dengan terbentuknya bayangan
0
1
0
-
I
N
S

14 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

seperti peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi, dan difraksi telah dibahas untuk
menjelaskan konsep-konsep penting, seperti pembesaran, kontras, dan resolusi dari
bayangan
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik yang dihubungkan dengan
seperangkat komputer untuk mengamati obyek standar berupa penghalang dengan ukuran
0,07 mm dan 0,15 mm dan bukaan dengan ukuran 0,5 mm dan 0,7 mm. Untuk
mendapatkan sumber cahaya monokromatik dengan variasi panjang gelombang, maka
sumber cahaya polikromatik dilewatkan pada filter warna biru, hijau, dan kuning.
Mikroskop yang digunakan tersebut mampu menghasilkan pembesaran total 100, 200,
400, dan 1000.
Hasil pengamatan dari grafik intensitas cahaya terhadap jarak ini diperoleh bentuk pola
difraksi dari bukaan atau penghalang yang lebarnya bergantung pada panjang gelombang
dan pembesaran total mikroskop. Untuk panjang gelombang yang lebih pendek atau
pembesaran yang kecil bentuk grafik yang dihasilkannya lebih sempit yang berkaitan
dengan tingkat resolusi yang lebih baik. Pada pengamatan dengan menggunakan medium
kaca yang diletakkan di atas obyek, bayangan yang dihasilkan tampak memiliki intensitas
yang lebih tinggi yang berkaitan dengan kontras yang lebih baik.
Di dalam dunia pendidikan seringkali dijumpai aktivitas belajar yang memerlukan
mikroskop untuk mengamati obyek-obyek yang sangat kecil, yang sukar diamati dengan
mata telanjang. Pada umumnya, kita hanya mengetahui sebatas bagaimana mikroskop
tersebut mampu menghasilkan perbesaran, tetapi tidak mengetahui proses-proses fisika
yang mendasari terbentuknya bayangan (image) tersebut. Pemahaman mekanisme fisis
tersebut sangat penting karena dapat menghasilkan image yang optimal untuk berbagai
aplikasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literature serta eksperimen. Pada
eksperimen dengan mikroskop digunakan sampel-sampel standar untuk mempelajari
keteraturan dari pola bayangan yang dihasilkannya.
Pada Gambar 1 ditunjukkan pola bayangan dan grafik intensitas terhadap jarak dari dua
objek berupa dua bukaan yang diamati untuk bilangan numerical apereture yang berbeda.
Bayangan dari kedua bukaan tersebut tampak menyatu untuk bilangan numerical aperture
kecil. Bilangan dari numerical aperture (NA) ini dapat dikontrol melalui parameter titik
fokus f, di mana NA berbanding terbalik dengan f. Dengan memendekkan jarak titik
fCusnya, maka Numerical Aperture yang diperoleh akan lebih besar. Dengan demikian
resolusi yang dihasilkan dari mikroskop tersebut menjadi lebih baik dan bayangan yang
dihasilkan, yang sebelumnya tampak menyatu, sekarang menjadi tampak terpisahkan
dengan baik.
Kata-kata kunci : mikroskop, pembesaran, difraksi, resolusi, dan kontras.


Gambar 1. Perbandingan resolusi untuk pola bayangan dari dua celah yang berbeda dalam
numerical apereturenya.
Referensi

[1] Halliday-Resnick. 1999. Fisika jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
[2] Tjia M.O, 1994. Gelombang. Solo : Penerbit Dabara Publishers.
Book of (Extended) Abstracts 15
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[3] B.E.A. saleh; M.C. Teich. 1991. Fundamentals of Photonics. John Wiley & Sons Inc.
USA.


Penerapan Konsep Gaya Magnet Pada Ayunan Magnetik
Johri Sabaryati
1)
dan Euis Sustini
2)

1)
Program Studi Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung
1)
MTs. NW Putra Narmada, Jln. Tegal Banyu Lembuak Narmada LOBAR NTB 83371. Tlp.
(0370) 671633.
2)
Kelompok Keahlilan Fisika Material dan Elektronik, FMIPA, Institut Teknologi Bandung,
Ganesha 10, Bandung, Indonesia, 40132. Tlp.022-2500834.
Email: [email protected]
Abstrak
Gaya magnetik (Lorentz) masih tampak abstrak untuk siswa SMP dan SMA, oleh karena itu
sulit untuk memahaminya. Diperlukan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara
langsung di dalam proses memahaminya. Pembelajaran melalui alat peraga diharapkan
siswa mengerti konsep medan dan gaya magnetik. Dalam tulisan ini kami merancang
seperangkat peralatan yang murah dan sederhana untuk mendukung pengajaran dan
pembelajaran medan dan gaya magnetik. Percobaan dan analisa data menggunakan alat
tersebut menunjukkan bahwa desain peralatan cukup baik untuk mendukung pengajaran
dan pembelajaran.
Kata-kata kunci: gaya magnetik, alat peraga, ayunan magnetik
Referensi
[1] Abdullah, Mikrajuddin. 2006. Diktat Kuliah Fisika Dasar II. Bandung: ITB,
[2] Ahmad, Jayadin. 2007. Elektronika dasar. Electronic book.
[3] Arya, Atam P. 1998. Introduction to Classical Mechanic Second Edition. New Jersey :
Prentice Hall.
[4] Resnick, Halliday. 2007. Physics Eight Edition. Singapore: Jhon Wiley and Sonc. Inc.


Eksperimen Aliran Fluida menggunakan Self-siphon
Fannia Masterika
a
, Novitrian
b
, dan Sparisoma Viridi
c

a
Program Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, jalan Ganesha No 10 Bandung Indonesia
(41032), 022-2500834, [email protected]
a
Madrasah Aliyah Negeri 14 Jakarta, Jalan Madrasah No 80 Pasar Rebo Jakarta Timur
(13710), 021-87701114
b
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA, ITB, Jalan Ganesha No 10
Bandung Indonesia (41032), 022-2500834, [email protected]
c
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA, ITB, Jalan Ganesha No 10
Bandung Indonesia (41032), 022-2500834, [email protected]
Abstrak
Self-siphon merupakan siphon yang dibentuk sedemikian rupa sehingga siphon tersebut
dapat memulai aliran dengan sendirinya. Ada berbagai cara yang digunakan untuk
merancang sebuah self-siphon. Salah satunya adalah dengan membuat pipa berlekuk-
lekuk yang berbeda ketinggiannya. Self-siphon yang digunakan dalam penelitian ini terbagi
0
1
1
-
I
N
V

0
6
6
-
E
D
U

16 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

menjadi 6 segmen yaitu N1, N2, N3, N4, N5 dan N6. Komponen yang divariasikan adalah N1,
N3 dan N5 sehingga diperoleh 125 variasi self-siphon. Dalam eksperimen ini akan diamati
aliran air dari 125 variasi self-siphon. Dari 125 variasi tersebut akan diketahui pada
kondisi bagaimana self-siphon dapat bekerja sebagaimana diberikan dalam Gambar 1.
Daerah dibawah kurva menunjukkan variasi self-siphon yang dapat mengalirkan air,
sedangkan daerah diatas kurva menunjukkan variasi self-siphon yang tidak dapat
mengalirkan air. Secara matematis persamaan kurva pada Gambar 1 dapat dituliskan
sebagaimana diberikan oleh Persamaan (1) dengan

merupakan parameter yang
menunjukkan self-siphon dapat mengalirkan air atau tidak, di mana 1 = , menunjukkan
self-siphon dapat mengalirkan air dan 0 = , menunjukkan self-siphon tidak dapat
mengalirkan air. Berdasarkan hasil eksperimen dibuat animasi dengan menggunakan
program Adobe Flash CS 5 sebagai media pembelajaranyang menggambarkan aliran air
dalam self-siphon.
Kata-kata kunci: eksperimen, self-siphon, pembelajaran


Gambar 1. Ruang parameter antara N3 terhadap N5, di mana komvinasi (N5, N3) pada titik-
titik pada kurva dan di bawah kurva akan menyebabkan self-siphon mengalirkan air.

<

=
0 , 0
1 , 1
3 5
3 5
N N
N N
(1)
Referensi
[1] Giancoli, Douglas C. (2001) : Physics fifth Edition (Fisika edisi kelima), Erlangga,
Jakarta.
[2] John H. Rice, Self Priming Siphon, United States Patent 4,124,035, Nov. 7, 1978
[3] Islahudin, Amsiati, A., Masterika, F., Elinda, dan Viridi, S., Self-Sifon dan
Pemanfaatannya untuk Menentukan Viskositas Air, in Prosiding Seminar Nasional
Fisika 2010, Bandung, Indonesia, 11-12 Mei, Dede Enan (editor), pp. 520-525, 2010.
[4] Masterika, F., Novitrian, dan Viridi, S., Self-Siphon Experiments and Its Mathematical
Modeling using Parametric Equation, in Program Book The Third International
Conference On Mathematics And Natural Science (ICMNS) 2010, Bandung, Indonesia,
23-25 November 2010





Book of (Extended) Abstracts 17
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Identifikasi Masalah Belajar Matematika pada Siswa
Zulkarnain
1
dan Ahmad Muchlis
2

1
MAN Tl. Leak Bengkulu, HP. 085273300618, email : [email protected]
2
KK Aljabar, FMIPA Institut Teknologi Bandung , HP. 08157091682, email :
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar
matematika dan mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Ada empat tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahap survei, diagnosis, treatment dan evaluasi. Pada
tahap survei, mencari siswa dengan kinerja rendah tetapi memiliki keinginan untuk belajar
matematika. Pada tahap diagnosis, siswa mengerjakan soal dengan bilangan untuk
diketahui kesulitan yang dialaminya. Pada tahap treatment, siswa mengerjakan soal tanpa
bilangan dan dengan bilangan untuk dilakukan proses penyembuhan. Pada tahap evaluasi,
siswa mengerjakan soal tanpa bilangan dan dengan bilangan untuk mengetahui perubahan
dan kemajuan yang dialaminya, dan diakhiri dengan wawancara kepada siswa dan guru
matematika siswa. Tahapan diagnosis, treatment dan evaluasi kepada siswa direkam dalam
format video. Data-data yang diperoleh dianalisis berdasarkan acuan lima serat kecakapan
matematika (NRC). Melalui tahapan-tahapan tersebut memberikan hasil positif.
Kata kunci: masalah belajar, kecakapan matematika
Referensi
[1] Chapin, Suzanne H. dan Johnson, Art. (2000) : Math Matters. Math Solutions
Publications. California
[2] Cathcart, W. George dkk. (2003) : Learning Mathematics in Elementary and Middle
School. Merrill Prentice Hall. United State of America
[3] Kilpatrick, Jeremy., Swafford, Jane., dan Findell Bradford (eds). (2001) : Adding It Up:
Helping Children Learn Mathematics. National Academy Press. Washington, DC
[4] Montague, Marjorie dan Applegate, Brooks. (1993) : Middle School Students
Mathematical Problem Solving: An Analysis of Think-Aloud Protocols. Journal of
Learning Disabilities. 16, 29
[5] Van de Walle, John A. (2008) : Elementary and Middle School Mathematics (Suyono.
Penerjemah). Erlangga. Jakarta


Desain Alat Ukur Tensor Inersia dan Aplikasinya
pada Raket Bulutangkis
Dewi Lusitasari
a
dan Triyanta
b

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132.
a
MAN Tigaraksa, Jl Aria Wangsa Kara Tigaraksa Kabupaten
Tangerang,[email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi FMIPA ITB, Jl
Ganesha 10 Bandung 40132, 022-2500834, [email protected],
Abstrak
Desain alat eksperimen untuk menentukan tensor inersia benda yang telah dibuat terdiri
atas dua bagian yaitu bagian mekanik dan bagian elektronik. Bagian mekanik terdiri dari
meja putar. Sedangkan bagian elektroniknya berupa stopwatch digital yang dikombinasikan
dengan sensor cahaya. Hasil eksperimen terhadap benda uji menghasilkan perbedaan
0
1
2
-
I
N
S

0
6
7
-
E
D
U

18 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

relatif dengan hasil perhitungan menggunakan rumus kurang dari 4%. Selanjutnya alat
yang telah dibuat digunakan untuk menentukan tensor inersia dari sepuluh raket sampel
berbagai merk yang ada di Indonesia. Hasil tensor inersia yang diperoleh kemudian
digunakan untuk mengelompokkan raket bulutangkis.
Gerak rotasi atau gerak melingkar sangat dekat dengan kehidupan kita. Pada saat berotasi
sebuah benda mempunyai keengganan untuk melakukan gerak rotasi. Ukuran keengganan
benda untuk melawan perubahan gerak rotasinya terhadap sumbu tertentu disebut
momen inersia [1]. Oleh karena itu dengan mengetahui besarnya momen inersia sebuah
benda maka kita dapat memprediksi sebuah benda mudah atau tidak untuk bergerak
rotasi. Momen inersia pada dasarnya merupakan sebuah tensor yang ditunjukkan oleh
matrik persegi 3x3. Pada keadaan khusus dimana sumbu rotasi benda tetap maka tensor
tersebut hanya mempunyai satu nilai sehingga bernilai skalar yang dikenal dengan momen
inersia. Apabila ditinjau lebih jauh maka sebuah benda tegar dapat berotasi terhadap tiga
sumbu koordinat sehingga tinjauan terhadap inersia gerak rotasi benda tegar dilakukan
dengan menggunakan tensor inersia. Sedangkan pengetahuan tentang tensor inersia raket
diperlukan untuk memilih raket bulutangkis agar sesuai dengan karakter raket.
Alat yang digunakan berupa meja putar, statif dan alat ukur waktu berupa stopwatch
digital yang dirangkai dengan sensor cahaya. Skema alat eksperimen yang digunakan
seperti pada Gambar 1. Data yang diambil pada penelitian adalah waktu jatuhnya beban t
dan tinggi jatuhnya beban h. Tensor inersia pada sebuah sumbu koordinat diperoleh
dengan konsep energi kinetik rotasi pada alat eksperimen.
Data waktu jatuhnya beban kuadrat t
2
dan jarak jatuhnya beban h kemudian dibuat grafik
sehingga diperoleh persamaan garis dan gradiennya. Gradien garis yang diperoleh
kemudian disamakan dengan Persamaan (1).
Perbedaan relatif yang diperoleh antara hasil pada eksperimen dan perhitungan dengan
rumus adalah kurang dari 3%. Oleh karena itu alat yang telah dibuat cukup akurat untuk
menentukan tensor inersia. Selanjutnya alat yang telah dibuat digunakan untuk
menentukan tensor inersia pada raket bulutangkis dengan pusat koordinat di titik pusat
massa.
Kata-kata kunci: eksperimen, tensor inersia, momen inersia, raket bulutangkis
h I mR I I I
mgR
t
k yy xy xx
|
|

\
|
+ + + + =
2 2 2
2
2
sin sin cos 2 cos
2
(1)

Gambar 1. Skema alat eksperimen.

Sensor
cahaya
Sensor
cahaya

Rang-
kaian
stop-
watch
digital
Book of (Extended) Abstracts 19
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] Steven M Nesbit, M Elzingga, Catherine H, Monika Serrano.(2006). The Effects of
Racket Inertia Tensor On Elbow Loadings And Racket Behavior For Central And
Eccentric Impacts. Department of Mechanical Engineering, Lafayette College, Easton,
PA, USA. Journal of Sports Science and Medicine (2006)5, 304-317
[2] Sunaryadi, (1992): Teknologi Raket Bulu Tangkis, Modul Biomekanika Pendidikan
Kepelatihan FPOK UPI Bandung
[3] Atam P Arya. (1998). Introduction to Classical Mechanics, second edition. West Virginia
University. New Jersey: Prentice Hall Upper Saddle River


Animasi Pembelajaran Medan Magnetik menggunakan Program Adobe
Flash CS4
Hasrul
a
dan Neny Kurniasih
b

a
Program Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, jalan Ganesha No 10 Bandung Indonesia
(41032), 022-2500834, [email protected]
a
Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang, Jalan Gajah Mada No 100 Padang, 0751-7055029
b
Kelompok Keahlian Fisika Sistem Kompleks, FMIPA, ITB, Jalan Ganesha No 10 Bandung
Indonesia (41032), 022-2500834, [email protected]
Abstrak
Visualisasi dan animasi sangatlah tepat untuk mendekatkan abstraksi fisika agar lebih
nyata dan di nikmati keindahannya dalam realita kehidupan. Visualisasi dan animasi akan
sangat penting jika kita menginginkan realisasi pembelajaran fisika yang menyenangkan.
Salah satu konsep fisika yang divisualisasikan dan dianimasikan adalah medan magnetik
dengan menggunakan program Adobe Flash CS4. . Program ini relatif sederhana digunakan
untuk animasi medan magnetik bila dibandingkan dengan pemrograman yang lain. Hasil
program ini dikemas kedalam bentuk Compact Disc (CD) yang bisa digunakan sebagai
media pembelajaran interaktif dan media pembelajaran mandiri.
Fisika merupakan salah satu ilmu dasar yang mulai diajarkan pada tingkat SMP/MTs,
sehingga pelajaran fisika dianggap salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa dan
hanya merupakan kumpulan rumusan. Kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap
pelajaran fisika, ditambah dengan kurangnya media pengajaran yang tepat, khususnya
media visual yang menarik, menjadi salah satu faktor penghambat dalam perkembangan
ilmu fisika itu sendiri.
Salah satu konsep fisika yang dapat divisualisasikan dan dianimasikan adalah medan
magnetik . Sebagai contoh, bentuk tampilan medan magnetik yang dikondisikan pada
kemagnetan, medan magnetik di sekitar arus listrik, gaya magnetik dan penerapannya yang
dianimasikan dengan menggunakan pemrograman adobe flash CS4.
Telah dibuat animasi pembelajaran medan magnetik dengan menggunakan program Adobe
Flash CS4. Hasil program ini dikemas dalam sebuah CD (Compact Disc). Didalam CD ini
berisi 2 buah folder, yaitu media pembelajaran dengan menggunakan program Adobe Flash
CS4 untuk materi medan magnet yang siap digunakan untuk pembelajaran dan folder
kedua berisi media pembelajaran untuk siswa belajar secara mandiri. Secara umum,
animasi pembelajaran medan magnetik dengan menggunakan program Adobe Flash CS4 ini
berisi: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi medan magnetik, contoh soal, video
klip, simulasi, dan evaluasi.
Kata-kata kunci: media pembelajaran, visualisasi, medan magnetik

0
1
3
-
E
D
U

20 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] Abdullah, Mikrajuddin. Fisika Dasar II, Penerbit ITB, Bandung.
[2] Agustina, Maria. (2010): Tutorial 5 hari Menguasai Adobe Flash CS4, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
[3] Halliday & Resnick.(1984): Fisika Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
[4] Sutrisno.(1983): Listrik Magnet dan Termofisika, Penerbit ITB, Bandung.


Meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS) dengan Penerapan
Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Arif Hidayat
a
dan Grahita Putri
b

a
Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia
b
Sekolah Pasca Sarjana - Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Sains tidak sekedar kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja
tapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga keterampilan proses sains sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sains. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tes
keterampilan proses sains siswa mengenai suhu dan kalor di salah satu sekolah di SMA
Negeri di Kabupaten Majalengka ditemukan bahwa keterampilan mengamati, merumuskan
hipotesis, menginterpretasi data, dan meramal berada pada kategori rendah sedangkan
untuk keterampilan merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi
berada pada kategori sangat rendah. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan Keterampilan Proses Sains adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E
bila dilihat dari ke tujuh fasenya, pembelajaran dengan model ini dapat melatihkan
keterampilan proses sains. Penelitian ini menggunakan desain penelitian one group pretes-
posttes time sseries design dengan sampel eksperimen kelas X-1 di salah satu SMA Negeri
di kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2009/2010 yang ditentukan secara purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk semua seri pembelajaran,
keterampilan proses sains meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Learning
Cycle 7E, hal ini terlihat dari gain dinormalisasi hasil pretest posttest yang secara umum
berada pada kategori sedang. Keterampilan proses sains yang teramati melalui observasi
diperoleh peningkatan dari pada seri II sebesar 5,99% dan pada seri III mengalami
penurunan sebesar 3,35 % secara umum dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses
sains meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E.
Kata kunci : Model Pembelajaran Learning Cycle 7E, Keterampilan Proses Sains


Pengaruh Doping Zno pada Solid Solution ZnxMg1-xTiO3 (x = 0-0.5)
Puji Astutik
a
dan Suminar Pratapa
b

a
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Sukolilo Surabaya
email: [email protected]
b
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Sukolilo Surabaya
email: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan sintesis Solid Solution ZnxMg1-xTiO3 dengan metode solid state reaction.
Bahan dasar yang digunakan adalah MgO dan TiO2 dan ZnO (Merck). MgO mudah bereaksi
0
1
4
-
E
D
U

0
1
5
-
M
A
T

Book of (Extended) Abstracts 21
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

dengan H2O, sehingga dikalsinasi terlebih dahulu pada 600
C
selama setengah jam untuk
menghilangkan kandungan H2O yang terdapat didalamnya. MgO, TiO2, ZnO dan aquades
dicampur pada Planetary Ball Mill Pulverissete 5 (Fritsch) di milling dengan bola alumina
(Al2O3) sesuai dengan komposisi ZnxMg1-xTiO3 (x = 0-0.5) selama 10 jam. Sampel hasil
milling dikeringkan pada temperatur 90
C
selama 4 jam kemudian dikalsinasi pada
temperatur 1100
C
selama 1 jam. Untuk mengetahui jenis dan komposisi fasa, dilakukan
pengujian difraksi sinar-X. Hasil difraksi sinar-X dianalisis dengan metode Rietveld
menggunakan software Rietica. identifikasi fasa menunjukkan bahwa pada semua sampel
terbentuk fasa MgTiO3 dan MgTi2O5. Fasa MgTi2O5 adalah fasa metastabil yang sering
muncul pada sintesis MgTiO3. Dari analisis komposisi fasa dengan software Rietica
diketahui bahwa pada x=0, fasa MgTiO3 yang terbentuk sebesar 85.69%, sedang untuk
x=0.1 fasa MgTiO3 yang terbentuk adalah 69.56% dan meningkat menjadi 87.73%.
komposisi MgTiO3 terbesar diperoleh pada x=0.5 yaitu 93.77%. Hal ini menunjukkan bahwa
doping ZnO efektif mengurangi persentase fasa MgTi2O5.
Kata kunci: solid solution, ZnO,fasa, Rietvield, Rietica


Laboratorium Falak, Laboratorium Alternatif yang Murah dan Terpadu
Agus Purwanto
Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA),
Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60111
Abstrak
Sains sejak awal, ketika memisahkan diri dari filsafat yang merupakan ilmu pengetahuan
rasional dan mendasarkan pada silogisme belaka, didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang didasarkan pada eksperimen. Dengan demikian, pengajaran sains seharusnya
dibarengi dengan aktivitas eksperimen subyek terkait. Sayangnya, laboratorium selalu
identik dengan biaya tinggi sehingga secara umum pengajaran sains tidak didukung
dengan aktivitas eksperimen di laboratorium, dan sains diberikan murni dalam bentuk
konsep. Akibatnya, pengajaran sains selain tidak berhasil merangsang keingintahuan siswa
pada fenomena alam juga gagal menanamkan sikap ilmiah.
Laboratorium falak adalah laboratorium alam yang melibatkan Bumi dan dua benda langit
yaitu Bulan dan Matahari serta menggunakan tongkat istiwak dan kalkulator yang
terjangkau oleh semua sekolah termasuk sekolah yang selama ini kesulitan dana untuk
pengadaan laboratorium. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh laboratorium falak
adalah, pertama, penentuan arah timur-barat di muka Bumi yang berarti arah lintasan
semu Matahari mengitari Bumi. Kedua, mengetahui dengan pasti pergeseran lintasan
Matahari dan di Bumi ditandai dengan garis lintang Bumi. Ketiga, penentuan waktu posisi
atau lintasan ekstrim utara dan selatan Matahari dan dengan demikian mengatahui jumlah
hari dalam satu tahun secara astronomis. Keempat, menguji keberanan hitungan waktu
munculnya Bulan Purnama di atas ufuk timur dengan pengamatan.
Kegiatan yang terakhir ini membuat laboratorium falak akan membedakannya dari semua
laboratorium yang telah ada. Karena pengamatan kemunculan Bulan Purnama bersamaan
dengan saat tenggelamnya Matahari di ufuk barat yakni ketika langit di barat maupun
timur tampak berwarna yang memenuhi hati dengan rasa takjub maka timbul rasa ingin
mengagungkan Sang Pencipta. Setelah beberapa lama menunggu dan kemudian Bulan
muncul, hati dan bibir sang pengamat sulit untuk menahan ungkapan ketakjuban atas
fenomena Bulan dan langit warna lembayung yang meliputinya. Laboratorium falak
menghidupkan aspek spiritual dari pelakunya, buka sekedar aspek rasional ilmiahnya.
Referensi
[1] Purwanto, A. Ayat-Ayat Semesta, Sisi-sisi al-Quran yang Terlupakan, Mizan,
Bandung 2008.
0
1
6
-
I
N
V

22 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[2] Purwanto, A. Nalar Ayat-Ayat Semesta, Mizan, Bandung (dalam proses)
[3] Roy, A.E., dan Clarke, D., Astronomy, Principle and Practice, Adam Hilger, Bristol,
1977.


Profil Aktivitas Diskusi dan Hasil Belajar Mahasiswa pada Perkuliahan
Fisika Umum Kelas Besar dengan Memanfaatkan e-Learning Berbasis
Moodle
Endi Suhendi
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung
No. Telp. 022-2004548, email: [email protected]
Abstrak
Fisika Umum termasuk mata kuliah wajib yang diikuti oleh mahasiswa jurusan pendidikan
Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Ilmu Komputer, dimana setiap kelasnya berjumlah
sekitar 150 mahasiswa sehingga perkuliahannya tergolong dalam perkuliahan kelas besar.
Metode yang dominan digunakan dalam perkuliahan ini adalah diskusi. Penerapan diskusi
dalam perkuliahan ini mengalami kendala yaitu terbatasnya waktu diskusi, jumlah
mahasiswa yang terlibat diskusi masih sedikit dan materi sering tidak tersampaikan
dengan tuntas. Untuk memecahkan masalah tersebut, perkuliahan ini menggunakan
pemanfaatan e-learning berbasis moodle. Berdasarkan data dan analisis diperoleh 30,4%
mahasiswa memanfaatkan e-learning berbasis moodle dan terrekam isi diskusi yang
dominan berkaitan dengan konsep mekanika sebesar 57,8%. Hasil belajar mahasiswa
berupa nilai rata-rata tugas, nilai UTS dan nilai UAS yang aktif dalam forum diskusi di e-
learning lebih besar dari nilai rata-rata mahasiswa yang tidak aktif di forum diskusi e-
learning.
Perkuliahan Fisika Umum dilaksanakan menggunakan pendekatan konseptual dan
kontekstual dengan metode demonstrasi, diskusi, tanya jawab dan ceramah dengan
bantuan penggunaan media slide power point, animasi multimedia flash dan alat peraga
fisika. Metode yang sering digunakan dalam perkuliahan ini adalah diskusi. Secara umum,
diskusi mahasiswa yang terjadi sangat menarik sehingga memerlukan waktu diskusi yang
lama. Adanya diskusi yang menarik dan lama ini, juga sering mengakibatkan materi tidak
semuanya tersampaikan. Karena terbatasnya waktu perkuliahan, sering kali dosen dengan
terpaksa harus membatasi waktu diskusi. Berdasarkan hasil observasi, tidak semua
mahasiswa ikut berpartisipasi dalam diskusi yang menarik tersebut. Mahasiswa yang
mengungkapkan pendapatnya masih didominasi oleh mahasiswa tertentu saja.
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu solusi untuk memfasilitasi
mahasiswa dalam menyampaikan ide, gagasan, pertanyaan dan atau hal-hal lain yang
berkaitan dengan perkuliahan. Salah satu solusi yang digunakan adalah pemanfaatan e-
learning berbasis moodle. Artikel ini memaparkan tentang profil aktivitas diskusi dan hasil
belajar mahasiswa pada perkuliahan Fisika Umum kelas besar dengan memanfaatkan e-
learning berbasis moodle.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu menggambarkan profil
aktivitas diskusi dan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan Fisika Umum kelas besar
dengan memanfaatkan e-learning berbasis moodle.
Data tentang jumlah mahasiswa yang terlibat dalam penggunaan e-lerarning dan
komentar-komentar diskusi dari tiap mahasiswa seluruhnya terekam dalam moodle.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan,
hanya sekitar 30,4% mahasiswa yang terlibat dalam penggunaan e-learning berbasis
moodle ini. Beberapa alasan terkait diantaranya adalah masih terdapat mahasiswa yang
kurang familier dengan internet, sedangkan untuk aktif dalam e-learning ini mahasiswa
harus memiliki alamat e-mail, dan fasilitas internet gratis masih belum disediakan oleh
0
1
7
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 23
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

pihak fakultas sehingga beberapa mahasiswa merasa malas untuk datang ke warnet. Dari
30,4% mahasiswa yang terlibat, terdapat beberapa mahasiswa yang memang aktif diskusi
di perkuliahan, tetapi sekitar 85,4% adalah mahasiswa yang tidak aktif dalam diskusi tatap
muka di perkuliahan. Isi diskusi yang dominan berkaitan dengan konsep mekanika yaitu
sebesar 57,8%. Hasil belajar mahasiswa berupa nilai rata-rata tugas, nilai UTS dan nilai
UAS yang aktif dalam forum diskusi di e-learning lebih besar dari nilai rata-rata mahasiswa
yang tidak aktif di forum diskusi e-learning.
Kata-kata kunci: aktivitas diskusi, hasil belajar, kelas besar, e-learning, Moodle
Referensi
[1] Ellis, A. L., Wagner, E. D., & Longmire, W. R. (1999). Managing Web-Based Training:
How to Keep Your Program on Track and Make It Succesfull. USA: American SCiety for
Training & Development
[2] Hartono, B. (2007). Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
www.google.com/hartono/ICT/pembelajaran [12 Desember 2007]
[3] Hendrawan, C. Dan Yudhoatmojo, S. B. (2001, April). Web-Based Virtual Learning
Environment: A Research Framework and A Preliminary Assessment in Basic IT Skills
Training. MIS Quarterly [CD-ROM], 401-426. Tersedia: GNU Free DCument License
[25 September 2007]
[4] Wibisono, Y. (2006). Petunjuk Singkat Penggunaan Moodle bagi Pengajar. Makalah
pada Workshop Penggunaan e-Learning Berbasis Moodle FPMIPA UPI, Bandung.

Pembuatan Animasi Pembelajaran Teori Toricelli Menggunakan
Program Flash
Elinda
1
dan Euis Sustini
2

1
MAN 7 Jakarta, Jl Binawarga no 99 Kp Kalibata Srengseng Sawah Jagakarsa
Jakarta,021- 7864201, [email protected]
2
Kelompok Keahlian Fisika Material dan Elektronik, FMIPA ITB, Jl Ganesha 10 Bandung
40132, 022-2500834, [email protected]
Abstrak
Rasa minat terhadap suatu materi pembelajaran akan sangat mendukung kemampuan
anak dalam memahami meteri tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut telah dirancang
simulasi animasi pada pokok bahasan fluida dinamis. Animasi yang telah dibuat berupa
CD interaktif dengan program flash yang meliputi teori dan animasi-animasi yang dapat
melihat hubungan antara ketinggian kran, besarnya beda tekanan antara dua penampang
dan perbedaan luas penampang kran yang masing-masing telah ditentukan nilainya
dengan jarak terjuh jatuhnya air. Untuk menguji metoda ini dibuat quis. Program flash
yang digunakan adalah Adobe Flash CS5 dengan action script 2.0. Sehingga animasi
program flash pada pokok bahasan fluida dinamis ini dapat dipakai sebagai salah satu
bentuk penyampaian materi agar dapat memudahkan siswa dalam memahami materi fluida
dinamis.
Kata kunci: fluida dinamis, animasi flash
Referensi
[1] Abdullah, Mikrajuddin. (2007) : Fisika Dasar I, ITB, Bandung-Indonesia
[2] Darjat. (2009) : Panduan Belajar Flash Untuk Pemula, Mediakom, Yokyakarta-
Indonesia
[3] Halliday Resnick. (1977) : Fisika (terjemahan jilid I), Erlangga, Jakarta-Indonesia
0
6
8
-
E
D
U

24 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[4] Tim Penyusun. (2010) : Adobe Flash CS4, Penerbit Andi dan wahana komputer,
Semarang-Indonesia.
[5] Tim Penyusun. (2010) : Adobe Flash CS5 Untuk Membuat Animasi Kartun, Penerbit
Andi dan wahana komputer, Semarang-Indonesia.


Perancangan dan Implimentasi Alat Ukur Medan Magnet
Menggunakan Sensor Efek Hall
Johri Sabaryati
a
dan Maman Budiman
b

a
Program Studi Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, Jln.
Ganesha 10, Bandung, Indonesia, 40132.
a
Madrasah Tsanawiah NW Putra Narmada, Jln. Tegal Banyu Lembuak Narmada LOBAR
NTB 83371. Tlp. (0370) 671633. [email protected].
b
Kelompok Keahlilan Fisika Material dan Elektronik, FMIPA, Institut Teknologi Bandung,
Jln. Ganesha 10, Bandung, Indonesia, 40132. [email protected].
Abstrak
Telah dirancang alat ukur medan megnet menggunakan sensor efek Hall untuk
menjelaskan konsep medan magnet di sekolah menengah. Alat ukur ini terdiri atas
rangkaian catu daya, penguat instrumentasi dan sensor efek Hall A1302. Alat ukur medan
magnet ini bisa mengukur dari range pengukuran 0-6978,1 gauss. Hasil pembacaan sensor
ditampilkan berupa tegangan dengan multimeter. Percobaan dengan menggunakan alat ini
dapat menunjukkan hasil pengukuran tegangan semakin besar dengan bertambahnya
medan magnet pada solenoida. Untuk pengubahan range pengukuran medan magnet yang
lain bisa dilakukan dengan melakukan optimasi terhadap offset dan gain seperti grafik
dalam Gambar 1, yang memberikan pengukuran arus maksimum 5A pada Leybold
menggunakan resistor 270 K ke atas dengan koefisien pembandingnya sebesar 0,001.
Implimentasi alat ukur medan magnet ini dapat digunakan untuk praktikum medan
magnet sederhana misalnya merancang modul pembelajaran untuk lilitan kawat solenoida.
Kata-kata kunci: Alat ukur medan magnet, Sensor efek Hall, Modul pembelajaran fisika

Gambar 1. Hasil optimasi terhadap offset dan gain alat ukur medan magnet.
Referensi
[1] Suryono, Agus Riyanti, dan Jatmiko Endro Suseno. Karakteristik Sensor Magnetik Efek
Hall UGN3503 Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya pada Pengukuran
0
1
8
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 25
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Massa. Berkala Fisika ISSN : 1410 9662 Vol 12., No.1, Januari 2009. Laboratorium
Intrumentasi dan Elektronika Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Semarang
[2] Silva, Clarence W.de. 2007. Sensors and Actuators Control System Instrumentation.
New York : CRC Press


Pengukuran Tingkat Homogenitas Aliran Fluida
Elinda
a
dan Suparno Satira
b

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132.
a
MAN 7 Jakarta, Jl Binawarga no 99 Kp Kalibata Srengseng Sawah Jagakarsa
Jakarta,021- 7864201, [email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi FMIPA ITB,
Jl Ganesha 10 Bandung 40132, 022-2500834, [email protected],
Abstrak
Aliran udara yang laminar merupakan syarat dapat berlakunya hukum Bernoulli disamping
homogenitas aliran dalam seluruh luas penampang aliran. Penelitian ini mengambil tema
pengukuran homogenitas aliran fluida. Melalui penelitian diusulkan suatu parameter yang
menyatakan tingkat homogenitas. Kajian homogenitas aliran aliran diwujudkan melalui
suatu desain aliran dengan beberapa jenis filter, kecepatan dan susunan filter yang
berbeda. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa filter 1(diameter 0,33 cm)
dan filter bersusun antara filter 1 dengan 4 (diameter 1,63 cm) lebih menunjukkan tingkat
homogenitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan filter-filter yang berdiameter lebih
besar. Untuk variabel kecepatan dan susunan filter tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Tingkat homogenitas juga dapat diamati dengan meletakkan bola kedalam pipa
beraliran fluida yang telah terpasang filter dengan mengamati ketinggian-ketinggian yang
dapat dicapai bola. Semakin tinggi tingkat homogenitas, semakin seragam ketinggian yang
dapat dicapai bola. Dari penelitian yang dilakukan dapat diamati juga bahwa filter 1 dan
filter bersusun 1- 4 menunjukkan tingkat homogenitas yang lebih tinggi.
Alat bola Bernoulli merupakan demonstrasi dari gerak fluida dengan menggunakan
persamaan Bernoulli Persamaan Bernoulli merupakan idealisasi yang dinyatakan oleh
sebuah aliran laminar. Untuk dapat menggunakan persamaan Bernoulli dengan tepat,
harus mengingat asumsi-asumsi dasar yang digunakan yaitu aliran (1) tanpa gesekan, (2)
tunak, (3) tak termampatkan, dan (4) mengalir sepanjang sebuah garis arus.
Dari asumsi-asumsi yang harus diperhatikan diatas, peneliti ingin mendesain alat
mengukur tingkat homogenitas aliran fluida. Peneliti juga ingin melakukan beberapa
perubahan varibel yaitu perubahan filter, kecepatan dan susunan filter agar dapat
menunjang hasil penelitian.
Alat terdiri dari pipa sebagai tempat aliran fluida, baling-baling blower dan filter-filter yang
terbuat dari plastik dan pipa paralon yang berbeda-beda diameternya. Filter memiliki
ukuran diameter yang berbeda. Ilustrasi alat diberikan dalam Gambar 1.
Selain filter tersusun tunggal, dibuat juga filter bertingkat untuk membandingkan tingkat
homogenitasnya tersusun tunggal dengan bersusun. Untuk mengukur aliran homogen,
susun alat seperti gambar 1. Pasang filter yang akan diuji di dalam pipa. Hidupkan kipas
angin. Pada bagian atas pipa buat 12 titik pada pipa bagian tepi dan titik ke 13 adalah
bagian tengah pipa. Ukur kecepatan angin menggunakan anemometer Perlakuan ini
dilakukan untuk semua filter. Untuk mempelajari aliran fluida homogen yaitu dengan
meletakkan bola kedalam pipa yang telah dipasang filternya. Pasang alat ukur panjang
pada dinding pipa lalu lihat ketinggian maksimum dari bola ketika melayang dalam pipa.
Lakukan hal ini sampai didapat hasil ketinggian maksimum yang baik. Lakukan hal yang
serupa untuk semua filter. Untuk melihat pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada bola
yaitu dengan cara memasukkan benda (dalam hal ini jarum pentul) ke dalam bola yang
0
1
9
-
I
N
S

26 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

panjangnya disesuaikan dengan panjang diameter bola, lalu lihat gerakan kembali
ketinggian yang dapat dicapai bola yang sudah berbeban. Lakukan yang yang serupa untuk
bola berbeban sama (misal jarum pentul yang diberikan 1) tapi kecepatan berbeda, dan hal
inipun dilakukan juga untuk bola berbeban 2 dan 3.Lakukan hal yang serupa untuk semua
filter tersusun tunggal.
Tabel 1 menceritakan bahwa semakin besar diameter filter semakin besar kecepatannya.
Hal ini terjadi karena diameter yang lebih besar memiliki jumlah filter yang lebih sedikit,
dengan demikian tingkat hambatannyapun menjadi sedikit yang berakibat udara yang bisa
dihasilkan dari sumber juga akan semakin besar. Sedangkan untuk yang diameternya lebih
kecil, tingkat homogenitasnya lebih baik. Hal ini dapat karena tiap lubangnya dapat
dipandang sebagai sumber sekunder sehingga lebih membuat aliran menjadi lebih homogen
dibandingkan dengan filter yang berdiameter lebih besar. Sedangkan untuk beda kecepatan
antara kecepatan 1, 2 dan 3 tidak terlalu menunjukkan perbedaan yang signifikan. Jadi
dapat dikatakan bahwa alat yang dibuat peneliti masih dalam batas-batas tingkat
homogenitas yang hampir sama. Untuk ketinggian yang dapat dicapai bola terlihat bahwa
pada filter 1 dan filter susunan 1-4 lebih memiliki tingkt homogenitas yang lebih baik.
Dapat disimpulkan bahwa dengan pemasangan filter pada pipa, diperoleh penambahan
tingkat homogenitas. Tingkat homogenitas terbesar dalam alat ini yaitu pada filter 1 dan
filter bersusun 1 dengan 4. Tingkat homogenitas juga dapat dilihat dari ketinggian-
ketinggian yang dicapai bola pada aliran fluida, semakin homogen suatu aliran fluida
semakin homogen pula ketinggian yang dicapai bola.
Kata kunci: hukum Bernoulli, aliran udara, homogenitas dan filter


Gambar 1. Desain alat dan gambar alat.
Tabel 1. Data kecepatan 1 semua filter.
Filter (diameter) Kecepatan rata-rata Standar deviasi
Tingkat
homogenitas
1 (0,33 cm) 1,423 0,074 19,29147
2 (0,63 cm) 2,341 0,394 5,945665
3 (0,99 cm) 2,597 0,520 4,991137
4 (1,63 cm) 2,731 0,520 5,254536
5 (1,91 cm) 2,700 0,571 4,730725
1 - 4 1,392 0,075 18,63205
2 - 4 2,192 0,321 6,831262
3 - 5 2,254 0,400 5,636121
Referensi
[1] Frank M. White. (1988). Mekanika Fluida (terjemahan). edisi kedua jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Book of (Extended) Abstracts 27
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[2] Haliday & Resnick. (1978): Fisika Untuk Universitas Jilid 1,edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
[3] Mikrajuddin Abdullah. (2007). Fisika Dasar I. Edisi Revisi. Bandung:Penerbit ITB


Pembuktian Eksperimental Pengaruh Jumlah Lilitan Pegas dan
Diameter Pegas terhadap Konstanta Pegas
Iwan Setiawan
a,c
dan Doddy Sutarno
b

a
Magister Pengajaran Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia,HP.081222839938,
[email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Sistem KomplekS, Program Studi Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10 Bandung
40132, Indonesia
c
Madrasah Aliyah Negeri Cijantung Ciamis
Abstrak
Penelitian tentang pengaruh jumlah lilitan pegas dan diameter pegas terhadap konstanta
pegas dan batas elastisitasnya telah dilakukan dengan menggunakan jenis pegas ulir tarik
yang terbuat dari bahan kawat baja berdiameter 0,5 mm. Variasi jumlah lilitan pegas yang
diteliti terdiri dari 4 macam yaitu 75, 100, 125, dan 150 lilitan. Variasi diameter pegasnya
juga terdiri dari 4 macam yaitu 0,4700 cm, 0,7500 cm, 1,0000 cm, dan 1,3225 cm. Dari
hasil eksperimen diperoleh bahwa konstanta pegas berbanding terbalik terhadap jumlah
lilitan pegas dan pangkat tiga diameter pegas. Jumlah lilitan pegas cenderung tidak
mempengaruhi batas elastisitas pegas, sedangkan diameter pegas berpengaruh terhadap
batas elastisitasnya. Semakin besar diameter pegas maka semakin kecil batas
elastisitasnya. Sifat elastisitas pegas akan hilang ketika pegas diberikan penambahan
beban secara berlebihan. Setelah sifat elastisitasnya hilang, pegas berubah panjangnya dan
jika dibebani lagi ternyata tidak lagi memenuhi Hukum Hooke.
Pegas merupakan komponen yang senantiasa dipakai dalam peralatan penunjang
kehidupan. Sementara materi tentang pegas yang disampaikan di sekolah khususnya
SMA/MA masih sangat sederhana. Untuk itu perlu mengetahui secara mendalam mengenai
karakteristik pegas.
Metode yang digunakan adalah ekperimen, yaitu dengan meneliti pengaruh jumlah lilitan
dan diameter pegas terhadap konstanta pegas dan batas elastisitasnya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data sebagaimana disajikan dalam Tabel 1. Dari
Tabel 1 dibuat grafik hubungan konstanta pegas terhadap jumlah lilitan pegas
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1, yang memperlihatkan hubungan linieritas yang
cenderung konstan antara konstanta pegas terhadap seperjumlah lilitan pegas. Hal ini
disebabkan karena apabila pegas diberi beban maka elemen pegas akan mengalami gaya
geser langsung dan gaya geser torsi. Gaya geser langsung mengakibatkan pergeseran,
sedangkan gaya geser torsi mengakibatkan puntiran pada elemen pegas tersebut. Semakin
banyak jumlah lilitan pegas (N) maka semakin banyak pula elemen pegas yang mengalami
pergeseran. Akibatnya pegas tersebut semakin melentur sehingga pertambahan panjangnya
(y) semakin besar. Dengan demikian konstanta pegas yang dihasilkan akan semakin
menurun.
Kata-kata kunci: konstanta pegas, jumlah lilitan pegas, diameter pegas, batas elastisitas
pegas




0
2
0
-
E
D
U

28 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia


Tabel 1. Data jumlah lilitan pegas dan konstanta pegas dengan diameter pegas 0,4700 cm,
dan massa benda yang digantung 95,30 gram
No.
N
(lilitan)
Li (10
-2

m)
Lf (10
-2

m)
y (10
-2

m)
k (N/m)
F
(Newton)
Eksperimen Teori
1 75 5,31 6,47 1,16 80,17 80,26
0,93
2 100 6,31 7,86 1,55 60,00 60,20
3 125 8,72 10,64 1,92 48,44 48,16
4 150 11,58 13,90 2,32 40,09 40,13


Gambar 1. Grafik konstanta pegas terhadap jumlah lilitan pegas dengan diameter pegas
0,4700 cm, dan massa benda yang digantung 95,30 gram
Referensi
[1] Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, 1984, Perencanaan Teknik Mesin (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga
[2] Timoshenko, Goodier J.N., Teori Elastisitas (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
[3] Beiser A, 1992, Physics, New York: Penerbit Addison-Wesley Publishing Company


Gejala Gelombang pada Tali Yang Berputar
Diana Susyari Mardijanti
a
, Khairul Basar
b
, dan Sparisoma Viridi
c

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA ITB, Jl.Ganesa no.10, 40132,
[email protected]
a
SMAN 3 Bandung, Jl. Belitung no.8 Bandung(022)4235154,[email protected]
b
Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA ITB, Jl.Ganesa no.10, 40132,[email protected]
c
Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA ITB, Jl.Ganesa no.10, 40132, [email protected]
Abstrak
Tali yang diputar oleh suatu alat yang berfungsi sebagai sumber putar dengan kecepatan
putar tertentu akan mengalami gaya tegang tali akibat pengaruh gravitasi bumi. Besarnya
tegangan tali ini dapat diamati dengan bantuan pegas yang diikat di kedua ujung tali dan
diamati pertambahan panjang pegas saat berputar bersama-sama dengan tali. Putaran tali
ini akan menghasilkan suatu profil gelombang tali yang dapat dianalisa keadaannya
sehingga diperoleh persamaan posisi tiap bagian tali ketika berputar, yang disebut sebagai
0
2
1
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 29
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

simpangan yang dicapai oleh tiap bagian tali. Terbentuknya profil tali yang berbeda untuk
setiap kecepatan putar yang berbeda tergantung pada beberapa faktor yaitu, kecepatan
putar sumber putar yang dapat terbaca pada alat rekam rpm, rapat massa tali dan
tegangan tali. Untuk jenis tali yang sama, makin besar kecepatan putar tali maka semakin
besar pula tegangan tali yang dihasilkan.
Ketika memperhatikan permainan lompat tali (skipping) yang akan terlihat dengan jelas
adalah seberapa jauh jari-jari putaran tali yang berputar akan dihasilkan. Pada awalnya
tidak teramati dengan baik adanya perubahan kelengkungan tali saat diam dengan
keadaan kelengkungannya saat tali diputar, kemudian perubahan simpangan tali saat
diputar dengan kecepatan putar yang berbeda, yang pasti untuk mendapatkan putaran tali
yang besar, tali harus dalam keadaan kendur. Berangkat dari pengamatan awal inilah
muncul pemikiran untuk mengamati lebih teliti bagaimana gerak tali yang berputar ini
dapat dipandang sebagai gejala gelombang. Di mana setiap partikel tali akan merambat
pada lintasan lingkaran dan pada saat tertentu menempati suatu posisi sehingga
menghasilkan suatu profil tali dalam keadaan berputar. Apakah posisi suatu bagian tali
dapat juga dikatakan sebagai simpangan tali yang dihasilkan, juga dipengaruhi oleh
kecepatan putar tali? Bagaimana setiap bagian dari tali dapat bergerak ke suatu arah dan
faktor apa saja yang mempengaruhi penentuan posisi bagian tali ketika berputar sehingga
menghasilkan profil tali saat berputar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan
merancang alat eksperimen dan melakukan percobaan . Eksperimen yang dilakukan
terbagi menjadi dua, yaitu eksperimen tali yang dipasang pegas dikedua ujungnya lalu
diputar dengan kecepatan putar ( ) yang bervariasi dan eksperimen tali yang kedua
ujungnya tidak dipasang pegas dan diputar dengan kecepatan putar ( ) yang bervariasi.
Penggunaan pegas dalam eksperimen ini untuk memperoleh besarnya tegangan tali ketika
berputar yang besarnya sama dengan besarnya gaya tarik pegas F yang dapat diperoleh
dengan menghitung pertambahan panjang pegas ketika berputar. Data diperoleh dari hasil
pengamatan melalui eksperimen tali dan pegas yang berputar dengan tiga keadaan dan
data dari eksperimen tali yang berputar . Untuk selanjutnya tali yang berputar tersebut
diamati dengan menganalisa rekaman gambar (foto) , yaitu dengan menentukan koordinat
posisi bagian tali, yang kemudian akan dilakukan fitting data dengan menggunakan
program Matlab untuk memperoleh persamaan profil tali. Persamaan profil tali inilah yang
digunakan untuk menentukan besarnya kecepatan putar tali ( tali ) dan pada akhirnya
akan dibandingkan dengan kecepatan putar alat ( alat ). Selanjutnya dilakukan analisis
data secara kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh kesimpulan.
Pada eksperimen tali yang kedua ujungnya dipasang pegas, analisa data hasil eksperimen
hanya meninjau keadaan tali saja, seperti rapat massa yang diperhitungkan hanya rapat
massa tali sedangkan rapat massa pegas diabaikan. Sedangkan besarnya tegangan tali
yang dihasilkan dapat terukur dari pertambahan panjang pegas ketika berputar bersama
tali. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pegas dilibatkan dalam eksperimen tidak akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap keadaan tali yang berputar .Sehingga hasil
kecepatan putar tali dan pegas ( tali ) mendekati nilai kecepatan putar alat( alat ), dengan
faktor pengali antara kecepatan putar tali terhadap kecepatan putar alat sebesar 0,440.
Sedangkan eksperimen tali yang tidak dipasang pegas pada kedua ujungnya, ketika
berputar besarnya tegangan tali yang dihasilkan tidak dapat terukur karena pengamatan
terhadap perubahan panjang tali saat berputar sangat sulit, sehingga dalam pengolahan
data untuk mendapatkan nilai kecepatan putar tali, besarnya tegangan tali diasumsikan
sama dengan besarnya gaya pegas F yang dihasilkan pada eksperimen 1. Sehingga hasil
kecepatan putar tali ( tali ) berbeda agak jauh dibandingkan kecepatan putar alat( alat ),
dengan faktor pengali antara kecepatan putar tali terhadap kecepatan putar alat sebesar
0,370 .
Kata-kata kunci : tali yang berputar, rapat massa tali, tegangan tali, kecepatan putar, profil
tali saat berputar
30 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia


Gambar 1. Profil tali dan pegas yang berputar
Tabel 1. Perbandingan faktor pengali kecepatan putar ( ) tali dan pegas terhadap
kecepatan putar alat ( alat ).
Eksperimen 1
Eksperimen 2

Keadaan 1 Keadaan 2 Keadaan 3
0.44 0.139 0.163 0.37

Referensi
[1] Theory of Vibration with Applications, second edition, William T Thomson, Prentice
Hall of India Private Limited New Delhi-110001, halaman 209-210, 1982.
[2] European Journal of Physics, The Skipping rope curve, Arne Nordmark and Hanno
Essn, Departemen of Mechanics, KTH, SE-10044 StCkholm, Sweden, 8 January 2007
[3] Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),Jakarta :
Penerbit Erlangga
[4] Sutrisno, 1979, Fisika Dasar, Bandung : Penerbit ITB
[5] M.O .Tjia, 1994, Gelombang, Bandung : Penerbit ITB


Pembuatan Media Pembelajaran Fisika
dengan menggunakan Macro Excel
Nurwulan Fitriyanti
Program Studi Magister Pengajaran Fisika
Institut Teknologi Bandung, Ganesha 10, Bandung, Indonesia
[email protected]
Abstrak
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan kurang diminati. hal
ini dikarenakan konsep fisika masih bersifat abstrak serta fasilitas laboratorium disekolah
yang masih terbatas. untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari konsep fisika tersebut
salah satu metodanya dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran
yang dapat digunakan dengan mudah adalah komputer, salah satu perangkat lunak yang
dapat digunakan dari komputer adalah microsoft excel. Pemilihan Microsoft Excel karena
sederhana, mudah dan tidak perlu ada instalasi khusus. Untuk maksud tersebut dirancang
sebuah modul pembuatan simulasi fisika dengan menggunakan macro excel, kemudian
modul tersebut dimintai pendapat kepada guru melalui kuesioner. Berdasarkan hasil
tali
pegas
0
2
2
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 31
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

kuesioner yang telah diberikan pada 50 guru dari berbagai sekolah yang berbeda, Ternyata
mereka menyatakan bahwa animasi fisika dengan menggunakan macro excel sangat
menarik, interaktif dan bisa dijadikan sebagai salah satu metode dalam pembelajaran
fisika.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit, hal ini dikarenakan
konsep fisika masih bersifat abstrak serta fasilitas laboratorium disekolah yang masih
terbatas. untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari konsep fisika tersebut salah satu
metodanya dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat
digunakan dengan mudah dan efektif adalah komputer, salah satu perangkat lunak yang
dapat digunakan dari komputer adalah microsoft excel. Pemilihan Microsoft Excel karena
sederhana, mudah dan tidak perlu ada instalasi khusus. Untuk maksud tersebut dirancang
sebuah modul pembuatan simulasi fisika dengan menggunakan macro excel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner pembuatan media
pembelajaran fisika dengan menggunakan macro excel yang diberikan kepada 50 guru dari
sekolah yang berbeda.
Berdasarkan hasil data kuesioner yang telah diberikan pada 50 guru SMA/MA/SMK dari
berbagai sekolah yang berbeda. Maka didapatkan hasil persentase dari beberapa
pernyataan yang tercantum dalam bentuk Tabel 1.
Kata-kata kunci: macro Excel, simulasi fisika
Tabel 1. Data hasil kuisioner.
NO PERNYATAAN SS% S% TS% STS%
1 Materi yang ada pada modul sesuai dengan
kurikulum SMA/MA
56 44 0 0
2 Hal yang baru diketahui bahwa simulasi fisika
bisa dibuat dengan Microsoft excel
44 48 8 0
3 Modul macro excel yang dibuat merupakan hal
yang baru
46 46 6 0
4 Metode yang digunakan belum pernah
diterapkan sebelumnya di sekolah
52 46 2 0
5 Merasa terbantu dengan adanya modul
pembelajaran fisika dengan menggunakan Macro
excel
56 44 0 0
6 Saya menjadi termotivasi untuk mempelajari
lebih lanjut
54 46 0 0
7 Saya tidak peduli terhadap modul yang
diberikan
0 0 44 56
8 Kode pada programnya mudah untuk dipahami 40 54 6 0
9 Simulasi yang terdapat pada excel sangat
menarik
42 58 0 0
10 Bahasa yang tertulis pada modul macro excel
mudah dimengerti
34 66 0 0
32 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Refensi
[1] Paul, A. Tipler, 1997. Fisika untuk Sains dan Teknik (terjemahan). Erlangga: Jakarta
[2] Madcoms. 2008. Microsoft Excel 2007 Pemograman VBA. Andi Publisher : Yogyakarta


Menentukan Kecepatan Sudut Benda Berotasi dengan Menggunakan
Prinsip Optik
Rina Susanti
a
, Siti Nurul Khotimah
b
, dan Sparisoma Viridi
c

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132.
a
MTsN Bantargebang, Jl Raya Legenda Mustika Jaya Kota Bekasi,
[email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika FMIPA ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132,
022-2500834, [email protected]
c
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika FMIPA ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132,
022-2500834, [email protected]
Abstrak
Desain alat eksperimen untuk menentukan kecepatan sudut benda berotasi yang telah
dibuat terdiri atas dari komponen motor listrik yang berfungsi untuk memutar piringan,
sensor cahaya dan alat osiloskop. Cermin diletakkan pada piringan pada posisi terkena
cahaya dari sumber. Sinar laser yang mengenai cermin akan dipantulkan dan mengenai
sensor cahaya. Osiloskop akan membaca data dari grafik tegangan terhadap waktu dari
sensor tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai produk teknologi yang menggunakan
gerak rotasi dan gerak melingkar. Pada gerak melingkar, kita mengenal istilah laju putaran
sudut yaitu banyaknya putaran yang terbentuk dalam satuan waktu. Aplikasi gerak
melingkar erat kaitannya dengan kelajuan sudut, contohnya pada putaran roda mobil yang
bergerak. Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel benda bergerak
dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada sebuah garis lurus yang disebut sumbu rotasi
[1]. Dalam eksperimen ini, piringan bergerak rotasi dan cermin yang diletakkan pada jarak
L dari sumbu rotasi bergerak melingkar sehingga besaran yang terlibat dalam perhitungan
kecepatan sudut merupakan besaran pada gerak melingkar.
Eksperimen untuk mengukur kelajuan sudut benda yang berotasi menggunakan peralatan
yang terdiri sumber cahaya yaitu berupa laser yang dipancarkan dari alat Laser Gas He-Ne,
seperangkat peralatan pemantul cahaya berupa cermin, piringan berdiameter 160mm
sebagai tempat dudukan cermin dan rangkaian motor listrik yang berfungsi untuk
memutar piringan, rangkaian sensor cahaya yang menangkap pantulan sinar dari cermin,
osiloskop untuk menampilkan data dari pantulan sinar yang mengenai sensor, Windows
Moviemaker untuk membaca data dari osiloskop.
Rangkaian alat untuk mengukur kecepatan sudut benda yang berotasi adalah sebagai
diberikan dalam Gambar 1.
Data yang didapatkan dari eksperimen ini adalah nilai kecepatan sudut dengan
memvariasikan lebar cermin, jarak cermin dari pusat piringan dan nilai resistor. Persamaan
yang digunakan untuk mengukur kecepatan sudut diberkan oleh Persamaan (1), dengan v
merupakan kelajuan dari cermin yang berputar pada piringan, dirumuskan
v = l/H, di mana l merupakan panjang cermin dan H merupakan waktu saat cahaya
mengenai cermin. Dengan demikian dapat dituliskan bahwa L H l / ) / ( = , dengan L
merupakan jarak cermin dari pusat rotasi.
Dari eksperimen diperoleh bahwa 5 ukuran cermin yang paling baik digunakan adalah
yang memiliki panjang 20mm dan 25mm sedangkan jarak optimum adalah 30mm dan
0
2
3
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 33
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

45mm. Ukuran cermin dan jarak tersebut menghasilkan nilai kecepatan sudut yang sesuai
dengan nilai kecepatan sudut pembanding untuk tiap resistor.
Kata kunci: rotasi, kecepatan sudut, laser, cermin, sensor cahaya
R
dt
d
R
dt
ds
v

= = = (1)

Gambar 1. Desain rangkaian alat untuk mengukur kecepatan sudut.
Referensi
[1] Giancoli. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta. Erlangga.
[2] Tipler. Fisika untuk Sains dan Teknik jilid 1. Jakarta. Erlangga
[3] Halliday-Resnick. 2008. Fundamentals of Physics. Asia. John wiley&Sons Pub Ltd.
[4] Ganijanti Aby Sarojo. 2002. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta Salemba Teknika


Pengembangan Media Pembelajaran Teori Kinetik Gas Berbasis
Multimedia
Leni Marlina
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jln. Palembang-Prabumulih Km 32 Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir (OI)
Email : [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan serta membuat media pembelajaran teori
kinetik gas berbasis multimedia. Metode yang digunakan adalah metode pengembangan
(Development Research) dengan menggunakan pendekatan pengembangan model 4D
(four-D model). Adapun tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian
(define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap ujicoba
(disseminate). Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini baru sampai pada tahap
pengembangan (develop). Berdasarkan hasil validitas produk yang dihasilkan, media
pembelajaran teori kinetik gas berbasis multimedia layak di ujicoba dan digunakan untuk
pembelajaran Fisika Dasar I.
Kata-kata kunci: multimedia, pengembangan
0
2
4
-
E
D
U

34 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia



Pengaruh Panjang Tali, Sudut Awal, dan Massa Bandul terhadap Periode
Serta Menentukan Konstanta Redaman pada Ayunan Sederhana
Khusnul Khotimah
a
, Siti Nurul Khotimah
b
, dan Sparisoma Viridi
c

a
Magister Pengajaran Fisika ITB, 081315213986, [email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika FMIPA ITB, [email protected]
c
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika FMIPA ITB, [email protected]
Abstrak
Suatu sistem ayunan sederhana terdiri dari bola dan tali. Bola dianggap sebagai suatu
massa titik. Tali dianggap ideal, yaitu tak bermassa serta tak dapat mulur. Panjang tali,
sudut awal simpangan ayunan, dan massa bandul divariasikan untuk melihat pengaruh
parameter-parameter ini terhadap periode ayunan. Pengukuran dilakukan di Laboratorium
Fisika Dasar, FMIPA, ITB, dengan menggunakan set pengukuran dengan sensor yang
diproduksi oleh Vernier. Teramati bahwa nilai rata-rata periode ayunan sebanding dengan
akar dari panjang tali dan sebanding dengan besar sudut awal simpangan ayunan,
sedangkan massa bola tidak mempengaruhi nilai rata-rata periode ayunan. Secara umum
nilai periode mengecil dengan bertambahnya waktu karena adanya redaman akibat gesekan
udara. Pengukuran ini memberikan konstanta redaman rata-rata 0,0020,001. Dengan
menganggap bahwa redaman akibat gesekan udara sama, pengukuran lain dilakukan di
Bengkel Fisika, FMIPA, ITB dengan merekam ayunan sederhana yang sama dengan
menggunakan kamera video yang kemudian hasilnya diolah dengan piranti lunak Ulead
Video Studio 8 untuk mendapatkan data simpangan. Dari pengukuran ini diperoleh bahwa
konstanta redaman rata-rata adalah 0,0040,002.Kata kunci: periode ayunan, panjang tali,
sudut simpangan awal.


Telaah Gerak Parabola: Sifat Ellips dalam Gerak Parabola
Hamdi Akhsan
1
dan Supardi
2

1
FKIP Fisika Universitas Sriwijaya, 0711-580058, [email protected],
2
Jurusan Fisika FMIPA Unsri, 0711-580743, [email protected],
Abstrak
Telah dilakukan telaah gerak parabola pada kecepatan awal konstan dengan
memvariasikan sudut elevasi. Hasil yang diperoleh sangat menarik, dimana garis hubung
dari titik-titik puncak parabola untuk berbagai sudut elevasi membentuk ellips. Ellips yang
terbentuk ternyata mempunyai bentuk yang sama untuk nilai-nilai kecepatan awal yang
diberikan berbeda, yaitu mempunyai panjang sumbu mayor sama dengan dua kali panjang
sumbu minor atau dengan kata lain mempunyai eksentrisitas yang konstan yaitu
1
2
3
.
Pendekatan ini menarik untuk digunakan pada pembelajaran mekanika.
Kata-kata kunci: gerak parabola, titik puncak, pembelajaran.








0
2
5
-
I
N
S

0
6
9
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 35
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team
Assisted Individualism pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar dan Mengembangkan Generic Skills Siswa
Parlin Sinaga
Jurusan Pendidikan Fisika FPMPA UPI Bandung
Jl. Dr Setiabudi 229 Bandung, e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab permasalahan ,apakah model pembelajaran
team assisted individualism pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar
dan dapat mengembangkan generic skills siswa.Untuk menjawab permasalahan tersebut
dipilih metode penelitian quasi eksperimen , dengan populasi siswa sekolah menengah di
Bandung dan sample ditentukan dengan teknik random sampling. Peningkatan hasil
belajar dianalisis secara statistik dengan menentukan gain ternormalisasi sedangkan
peningkatan generic skills dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualism dalam
pembelajaran fisika di sekolah menengah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan
gain ternormalisasi <g> = 0,47 yang termasuk pada kategori sedang dan dapat
mengembangkan generic skills siswa untuk keterampilan berkomunikasi lisan dan
keterampilan komunikasi tulisan.
Lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi selain kemampuan kognitifnya harus baik
juga perlu dibekali dengan keterampilan generik (generic skills). Setiap institusi pendidikan
perlu mengidentifikasi keterampilan generik apa yang perlu dikembangkan agar lulusannya
siap pakai ketika memasuki dunia kerja. Generic skills are any skills used over and over
again (Geof Petty, 2004). Keterampilan generik adalah keterampilan keterampilan mendasar
yang akan diperlukan ketika siswa atau mahasiswa memasuki dunia kerja .salah satu
contoh keterampilan generik ialah keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
Meskipun SKL-SP dan SKL-MP sekolah menengah mengisyaratkan bahwa selain
meningkatkan penguasaan konsep konsep dan hukum hukum dalam IPA juga
mengembangkan keterampilan generik siswa, namun pada kurikulum mata pelajaran IPA
maupun fisika sekolah menengah tidak secara formal memasukannya sebagai bagian dari
content kurikulum. Bila demikian siapa yang akan mengajarkan generic skills tersebut ?.
Generic skills harus merupakan bagian integral dari aktivitas belajar siswa dan di evaluasi
sebagai bagian dari evaluasi keseluruhan dari content subject (Don Lee &Tom
Edwards.2002). Generic skills ini hanya akan menjadi legitimasi jika mereka dipandang
sebagai bagian integral dari subject matter oleh para guru mata pelajaran dan juga
barangkali oleh beberapa orang profesional. (IEAust report. 1996). Dengan demikian para
guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
dikelas agar hasil belajar tidak hanya kognitifnya yang meningkat namun keterampilan
generiknya juga berkembang.Yang menjadi kajian dalam penelitian ini ialah bagaimana
meningkatkan kognitif siswa sekaligus mengembangkan generic skills siswa dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar IPA khususnya fisika di sekolah.
Metode quasi eksperimen dipilih untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam
pertanyaan penelitian. Populasi penelitian adalah salah satu sekolah menengah di kota
Bandung dengan sample penelitian ditentukan berdasarkan teknik random sampling.
Desain penelitian yang digunakan ialah one group pretest postest desain. Peningkatan hasil
belajar siswa setelah pembelajaran dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata gain yang
dinormalisasi. Interpretasi nilai rata-rata gain yang dinormalisasi mengacu pada kriteria
Hake (Hake, 1998: 65). Peningkatan keterampilan generik yaitu keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan dianalisis secara kualitatif.
Mengacu pada pertanyaan penelitian yang ditetapkan dan hasil pengolahan data yang
diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : implementasi model
pembelajaran Team Assisted Individualism dalam pembelajaran fisika di sekolah menengah
0
2
6
-
E
D
U

36 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan gain ternormalisasi <g> = 0,47 yang
termasuk pada kategori sedang dan dapat mengembangkan generic skills siswa untuk
keterampilan berkomunikasi lisan dan keterampilan komunikasi tulisan,meskipun
prosentase kenaikannya kecil.
Kata-kata kunci : generic skiils, keterampilan komunikasi, team assisted Individualism
Referensi
[1] KemenDikNas, 2003, Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional tentang Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan dan Standar Kompetensi Lulusan Untuk Mata
Pelajaran IPA.
[2] Geof Patty.(2004).Generic Skills. Tersedia pada www.geoffpetty.com/genericskills.html
[3] Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
[4] Don Lee & Tom Edwards.( 2002 ). Teaching of generic Skills to Undergraduate
Enginering Students. Swinburne University of technologi
[5] IEAust.(1996).Changing The Culture: Enginering education inti The Future, Institution
of engineers.Australia Canbera
[6] Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-
Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, Am.
J. Phys. 66 (1) 64-74.


Kajian Fenomena Resonansi Gelombang Pada Beberapa Alat Musik Dan
Animasinya Dalam Ponsel Menggunakan Flashlite
Aan Sugiyanto
a
dan Euis Sustini
b

a
Magister Pengajaran Fisika, Jl. Ganesha No. 10 Bandung, HP: 081328820656,
e-mail: [email protected]
a
MTs Al Islam Jono, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Telp:(0275) 3141035,
e-mail: [email protected]
b
Magister Pengajaran Fisika Kedua, Jl. Ganesha No. 10 Bandung, Telp. (022) 2500834, e-
mail: [email protected]
Abstrak
Resonansi sebagai salah satu peristiwa alam masih merupakan hal yang sulit dipahami
oleh siswa sehingga perlu dikembangkan suatu cara untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi tersebut. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
memungkinkan penggunaan ponsel sebagai media belajar. Aplikasi modul pembelajaran
tentang resonansi gelombang dalam ponsel dibuat dengan program Adobe Flash CS4.
Program ini di dalamnya terdapat fasilitas flashlite dengan dukungan action script 2.0
sehingga hasil aplikasinya dapat dijalankan dalam ponsel. Data diambil dengan kuisioner
yang diberikan pada siswa kelas VIII MTs Al Islam Jono, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah
Tahun Pelajaran 2010/2011 sejumlah 50 siswa. Dari hasil kuisioner diperoleh hasil bahwa
sebagian besar siswa belum mengetahui bahwa ponsel dapat dijadikan sebagai sumber
belajar dan mengharap aplikasi yang dibuat dapat dikembangkan untuk materi yang lain.
Selain komputer, perangkat teknologi yang berkembang sangat cepat adalah telepon selular
(ponsel). Dalam perkembangannya ponsel tidak hanya sebagai alat komunikasi saja tetapi
telah berkembang menjadi alat untuk mencari informasi dengan bermunculannya fitur-fitur
aplikasi yang memugkinkan pengguna untuk memperoleh informasi dari ponsel baik secara
offline maupun online.
Hal tersebut di atas menarik perhatian penulis untuk mencoba membuat sebuah program
aplikasi pembelajaran yang dapat diakses melalui sebuah ponsel. Program aplikasi
0
2
7
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 37
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

semacam ini diharapkan dapat menjadi terobosan baru bagi siswa untuk dapat
menggunakannya sebagai sumber belajar selain buku pelajaran mupun sumber lainnya.
Salah satu konsep fisika yang bersifat abstrak dan sulit dipahami oleh siswa terutama
siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) adalah peristiwa resonansi gelombang.
Dalam buku-buku pelajaran tingkat SLTP penjelasan peristiwa resonansi gelombang
biasanya dijelaskan dengan menggunakan garputala yang digetarkaan pada ujung sebuah
kolom udara atau hanya diberikan contoh bahwa resonansi gelombang juga terjadi pada
beberapa jenis alat alat musik.
Konsep resonansi banyak dijumpai pada alat musik dan sebagian besar siswa suka dengan
musik, sehingga diharapkan dengan memberikan contoh resonansi pada alat musik siswa
akan menjadi tertarik dan lebih memahami konsep fisisnya.
Metode yang digunakan adalah kajian pustaka, membahas tentang gelombang dan
peristiwa resonansi dalam beberapa alat musik. Selanjutnya dibuat sebuah program
aplikasi modul belajar tentang resonansi gelombang dengan menggunakan Adobe Flash
CS4 yang didalamnya terdapat fasilitas flashlite sehingga dapat dijalankan dalam ponsel.
Program Aplikasi diujikan pada siswa dengan disertai angket untuk memperoleh data
berupa respon siswa terhadap aplikasi yang dibuat. Kuisioner diberikan kepada siswa kelas
VIII MTs Al Islam Jono, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Tahun Pelajaran 2010/2011
dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden.
Dari hasil kuisioner yang diberikan dapat digambarkan bahwa sebagian besar siswa tidak
tahu bahwa ponsel dapat digunakan sebagai media belajar dengan memasang suatu
aplikasi pembelajaran, dalam hal ini salah satu aplikasinya adalah modul pembelajaran
tentang resonansi gelombang. Sehingga aplikasi semacam ini merupakan sebuah terobosan
baru dalam pengembangan media pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat bahwa
prosentase responden yang belum pernah mengetahui adanya aplikasi ponsel untuk
pembelajaran sangatlah besar.
Adanya aplikasi pembelajaran dalam ponsel seperti modul pembelajaran tentang resonansi
gelombang dianggap dapat membantu siswa dalam belajar karena materi tersebut masih
dianggap abstrak oleh sebagian besar siswa. Sehingga melalui beberapa tampilan animasi
yang diberikan dapat memberikan gambaran secara fisis tentang gelombang dan peristiwa
resonansi. Selain itu materinya juga terdapat dalam kurikulum pembelajaran yang
diajarkan di sekolah. Pengoperasian aplikasi modul pembelajaran tentang resonansi
gelombang juga relatif mudah dipelajari dan mudah pula digunakan oleh siswa. Selain itu
modul juga didukung dengan adanya animasi yang menarik serta penjelasan yang mudah
difahami. Dari komentar, kritik dan saran siswa mengharapkan aplikasi pembelajaran
semacam ini dapat dikembangkan dan ditambah lagi jenisnya untuk materi yang lain.
Kata-kata kunci: resonansi, flashlite, ponsel, media belajar
Referensi
[1] Giancoli, D. C. 2001. Fisika Jilid I (Terjemahan), Penerbit Erlangga, Jakarta
[2] Halliday D., Resnic R., 1998. Fisika Jilid I (Terjemahan). Penerbit Erlangga, Jakarta
[3] Sidiq. 2010. Seri Mudah Membangun Aplikasi Ponsel - 14 Trik Tersembunyi Flash Lite.
Andi Offset, Yogyakarta
[4] Suryanto Thabrani, Ir, MM. 2006. Buku Latihan Membuat Aplikasi untuk Ponsel dan
Web dengan Flash Profesional 8. PT Elex Media Komputindo, Jakarta
38 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di kelas VIII SMP
Negeri 2 Muara Padang
Nely Andriani, Imron Husaini, dan Lia Nurliyah
Dosen Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Sriwijaya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang efektifitas penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran fisika pokok bahasan cahaya di kelas
VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Efektivitas ditinjau berdasarkan aktivitas selama proses
pembelajaran. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII yang berjumlah 34 orang. tehnik
pengumpulan data menggunakan observasi untuk melihat keterlaksanaan proses
pembelajaran terdiri dari aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Dari analisa data diperoleh bahwa pada tahap pelaksanaan aktivitas siswa mencapai
100% sedangkan pada tahap penutup (evaluasi) hanya mencapai 67%. Secara keseluruhan
diperoleh keterlaksaaan pembelajaran 88,75% dan persentase keaktifan siswa 73,3 % . Hal
ini menunjukkan pembelajaran inkuiri terbimbing berhasil diterapkan untuk
meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran fisika.
Kata Kunci : Inkuiri terbimbing, aktivitas


Studi Awal Pengaruh Laju Alir dan Konsentrasi Larutan Terhadap Beda
Potensial Larutan Elektrolit
Aan Harinurdin
a
dan Khairul Basar
b

a
Magister Pengajaran Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10 Bandung
b
KK Fisika Nuklir dan BioFisika, FMIPA, ITB
Email : [email protected]
Abstrak
Jika partikel bermuatan bergerak melalui medan magnet maka muatan tersebut akan
mengalami gaya . Jika partikel bermuatan diganti dengan partikel ion maka terjadi
pemisahan ion positif dan negatif pada larutan elektrolit yang mengalir melalui medan
magnet oleh gaya Lorentz dan membentuk medan listrik. Pada penelitian ini telah
dilakukan penelitian tentang beda potensial yang dihasilkan larutan garam NaCl yang
mengalir melalui medan magnet 0,7 tesla pada pipa berdiameter 1 cm dengan
memvariasikan kecepatan dan konsentrasi larutan. Hal ini dilakukan untuk mempelajari
pengaruh kecepatan terhadap beda potensial dan konsentrasi larutan terhadap beda
potensial yang dihasilkan. Di dapatkan bahwa beda potensial larutan garam NaCl dapat
dipengaruhi oleh kecepatan dan konsentrasi larutan.
Kata-kata kunci: gaya Lorentz, larutan elektrolit, kuat medan magnet dan efek Hall.







0
2
8
-
E
D
U

0
2
9
-
M
A
T

Book of (Extended) Abstracts 39
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pengembangan Materi Ajar Kinematika dengan Model Educational
Reconstruction
Ida Sriyanti
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jln. Palembang-Prabumulih Km 32 Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir (OI)
Email : [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan materi ajar pada pokok bahsan kinematika
menggunakan model educational reconstruction. Metode Penelitian yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and
development) denga model Borg & Gall. Adapun tahapan dalam model Borg & Gall ada 10
tahapan yaitu : (1) Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information
collecting), (2) Perencanaan (planning), (3) Mengembangkan bentuk produkk awal (develop
preliminary form of product), (4) Pengujian lapangan awal (preliminary field testing), (5)
Revisi terhadap produk utama (main product revision), (6) Pengujian lapangan utama (main
field testing), (7) Revisi produk operasional (operational product revision), (8) Pengujian
lapangan operasional (operational field testing), (9) Revisi produk akhir (final product
revision), dan (10) Diseminasi dan distribusi (dissemination and distribution). Tahapan yang
dilakukan pada penelitian ini baru sampai pada tahap Revisi terhadap produk utama (main
product revision). Berdasarkan hasil validitas produk yang dihasilkan, materi ajar
kinematika dengan model educational reconsruction layak di ujicoba dan digunakan untuk
pembelajaran termodinamika mahasiswa fisika FKIP Unsri.
Kata kunci : materi ajar, educational reconstruction.


Menentukan Induktansi Solenoida Berpenampang Bujursangkar Secara
Teori, Ekperimen dan Komputasi
Haerul Pathoni
a
, Sparisoma Viridi
b
, dan Khairul Basar
c

a
Mahasiswa Magister Pengajaran Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Bandung
Email : [email protected]
Jalan Ganesha No. 10 Bandung
b
KK Fisika Nuklir dan BioFisika, FMIPA, ITB
Abstrak
Induktansi solenoida berpenampang bujur sangkar yang memiliki panjang 12 cm, 220
lilitan, dan luas penampang 13,51 cm2 telah dihitung baik secara teori, eksperimen
maupun komputasi. Perhitungan secara teori dilakukan dengan mengasumsikan fluks
magnetik B pada pusat solenoida dianggap mewakili fluks di seluruh bagian dalam
solenoida sehingga diperoleh nilai induktansi sebesar 0,298 mH. Perhitungan induktansi
secara ekperimen memberikan nilai sebesar 0,347 mH. Pada perhitungan komputasi fluks
magnetik B pada suatu lilitan diperoleh dengan melakukan integrasi numerik resultan
medan magnetik B akibat seluruh lilitan terhadap elemen luas dA untuk luas penampang
berbentuk bujur sangkar pada suatu lilitan. Fluks total dalam solenoida diperoleh dengan
menjumlahkan fluks magnetik pada seluruh lilitan. Perhitungan komputasi dengan
menggunakan bantuan piranti lunak Dev-C++ 4.9.9.2 memberikan nilai induktansi sebesar
0,354 mH. Selisih perhitungan secara komputasi dan teori adalah sebesar 8,59 % dan
secara komputasi dengan eksperimen adalah sebesar 0,99 %.
Kata kunci: solenoida, induktansi, penampang bujur sangkar
0
3
0
-
E
D
U

0
3
1
-
C
O
M

40 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Variasi Temporal dan Spasial Ozon Troposfer Indonesia Berbasis
Observasi Sensor OMI Satelit AURA Serta Kaitannya Dengan Variasi
Temperatur
Ninong Komala dan Novita Ambarsari
Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Dr. Junjunan no. 133 Bandung 40173
Email : [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian kondisi ozon troposfer penting untuk dilakukan karena peranan penting ozon
troposfer sebagai salah satu gas rumah kaca yang sangat berkaitan dengan perubahan
iklim, dalam hal ini adalah perubahan temperatur. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari variasi temporal dan spasial ozon troposfer wilayah Indonesia untuk dikaji
keterkaitannya terhadap variasi temperatur. Data yang digunakan adalah data ozon
troposfer dan temperatur tahun 2004-2009 di wilayah Indonesia. Hasil yang diharapkan
adalah diperolehnya karakteristik ozon troposfer dan temperature secara musiman serta
tahunan, juga pengaruh ozon troposfer terhadap perubahan temperatur di permukaan
sebagai salah satu gejala perubahan iklim. Penelitian ini dapat digunakan untuk
mengetahui konsentrasi ozon troposfer yang bersifat sebagai polutan dan gas rumah kaca
di wilayah Indonesia serta untuk memantau perubahan konsentrasi ozon troposfer
terhadap peningkatan temperatur permukaan di wilayah Indonesia untuk memantau
terjadinya perubahan iklim.
Ozon menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak dari matahari sehingga menghangatkan
atmosfer bagian tengah, dimana ozon terdapat dengan konsentrasi paling tinggi. Secara
bersamaan, melewati proses absorpsi yang kuat pada pita 9,6 mikron, ozon memerangkap
sebagian dari radiasi bumi, suatu proses yang kemudian menghangatkan permukaan bumi.
Kontribusi terbesar terhadap fenomena pemanasan oleh gas rumah kaca ini dihasilkan dari
ozon yang terletak di sekitar tropopause dimana temperatur cenderung lebih rendah
dibandingkan wilayah yang dekat dengan permukaan bumi (Brasseur, 2001).
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis spasial dan temporal ozon troposfer di
Indonesia dengan menggunakan data-data hasil observasi Ozone Monitoring Instrument
(OMI) dari satelit Aura untuk waktu pengukuran tahun 2004 sampai dengan 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan (kecenderungan) agar dapat
diperoleh karakteristik ozon troposfer dan temperatur secara musiman serta tahunan dan
distribusi ozon troposfer serta pengaruhnya terhadap variasi temperatur permukaan di
Indonesia.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data miksing rasio ozon troposfer (ppbv =
part per billion volume) di wilayah Indonesia (10 LU 10 LS dan 95 BT-140 BT) hasil
observasi OMI (Ozone Monitoring Instrument) dan Micro Limb Sounders (MLS) satelit AURA.
Data yang diperoleh berupa data rata-rata bulan yang diunduh dari website NASA dengan
grid 1 derajat x 1,25 derajat (http://toms.gsfc.nasa.gov/omi). Data temperatur pada 1000
hPa diperoleh dari hasil observasi instrumen Atmospheric Infra Red Sounders (AIRS) satelit
AQUA. Periode data yang digunakan dalah dari tahun 2004 sampai dengan 2009. Data
temperatur pada 1000 hPa dari AIRS menggunakan grid 1 derajat x 1 derajat (AIRS home
page).
Data bulanan diolah dengan melihat analisis time series atau variasi temporal dan variasi
tahunan konsentrasi ozon troposfer di Indonesia ntuk diketahui kecenderungan
perubahan konsentrasi serta karakteristik kenaikan dan penurunan serta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap variasi ozon troposfer di Indonesia.
Analisis variasi spasial dilakukan dengan mengolah data bulanan menjadi data rata-rata
musiman (Desember-Januari-Februari, Maret-April-Mei, Juni-Juli-Agustus, dan September-
0
3
2
-
E
P
S

Book of (Extended) Abstracts 41
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Oktober-Nopember) untuk dianalisis pengaruh musim terhadap ozon miksing rasio dan
distribusi ozon troposfer musiman di Indonesia.
Nilai miksing rasio ozon troposfer di Indonesia dari tahun 2004 sampai 2009 berkisar
antara 25 hingga 48 ppbv. Ozon troposfer menunjukkan nilai maksimum pada musim
kemarau 2004 dan 2006.
Kata kunci : ozon troposfer, temperatur, OMI

Gambar 1. Trend ozon troposfer di Indonesia dari September 2004 hingga Desember 2009.
Referensi
[1] Ziemke et al, 2006, Tropospheric ozone determined from Aura OMI and MLS:
Evaluation of measurements and comparison with the Global Modeling Initiatives
Chemical Transport Model, Journal of Geophysical Research, VOL. 111, D19303,
doi:10.1029/2006JD007089, 2006
[2] Fehsenfeld. 1993. Tropospheric Ozone: Distribution and Sources. Global Atmospheric
Chemical Change. pp. 169
[3] Guy P. Brasseur., Jean-Francois Muller., XueXi Tie., dan Larry Horowitz, 2001,
Tropospheric Ozone and Climate: Past, Present, and Future, Present and Future of
Modeling Global Environmental Change: Toward Integrated Modeling, TERRAPUB. Page
63-75


Kajian Konsep Mekanika Pada Pendulum Balistik
Kokom Komariah
a
dan Euis sustini
b

a
Megister Pengajaran Fisika
b
Fisika Material Elektronik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institutu Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
Abstrak
Pada proyek akhir ini dirancang alat eksperimen sederhana yaitu pendulum balistik untuk
mengkaji konsep mekanika pada pendulum balistik. Alat eksperimen yang dirancang
menggunakan senapan/pelontar peluru sebagai alat untuk menggerakkan peluru yang
akan mengenai pendulum. Pendulum digantung dengan tali, dengan asumsi massa tali
0
3
3
-
E
D
U

42 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

diabaikan. Peristiwa transfer momentum terjadi ketika peluru mengenai pendulum, dan
terjadi perubahan energi setelah pendulum berayun. Laju awal peluru yang mengenai
pendulum dapat ditentukan dari sudut simpangan yang dicapai ayunan sistem (peluru-
pendulum) ketika mencapai ayunan tertinggi (simpangan maksimum). Sebagai
pembanding, dilihat juga simpangan pegas dari senapan yang mentransfer energinya
menjadi energi kinetik peluru.
Mekanika merupakan bagian dari pokok bahasan mata pelajaran fisika. Kinematika
partikel, momentum linier, dan konsep energi merupakan salah satu konsep yang termasuk
mekanika. Aplikasi dari konsep-konsep tersebut diantaranya pada peritiwa tumbukan
proyektil yang mengenai pendulum dan menyebabkan pendulum bergerak mengayun. Oleh
karena itu, untuk mengkaji konsep mekanika tersebut baik sebagai benda titik atau benda
tegar diperlukan alat bantu atau media pembelajaran. Penerapan media pembelajaran
harus dapat melatih cara-cara memperoleh informasi baru, menyeleksi dan kemudian
mengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu permasalahan, termasuk
didalamnya adalah pembelajaran fisika. Satu contoh sederhana untuk merumuskan dan
menentukan kecepatan gerak peluru yang mengenai dan bersarang dalam pendulum,
apakah peluru dan pendulum dapat dianggap sebagai benda titik atau benda tegar? untuk
dapat memahaminya perlu kajian teoritik dan kajian eksperimen. Oleh karena itu, alat
pendulum balistik di desain sebagai alat praktikum sederhana untuk menentukan
kecepatan peluru yang mengenai pendulum yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang kajian mekanika sebagai benda titik secara teoritik atau eksperimen
dan di uji ulang dengan menganalisis energi yang peluru peroleh dari sistem senapan
pegas.
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan eksperimen.
Eksperimen menggunakan alat yang dirancang dengan asumsi sistem (pendulum-peluru)
sebagai benda titik, dan dilakukan pengamatan sudut simpangan () ayunan sistem ketika
mencapai ayunan tertinggi (simpangan maksimum) setelah terjadi tumbukan tak elastik
(peluru bersarang dalam pendulum). Sudut simpangan () ayunan sistem dari hasil
eksperimen diketahui, maka kecepatan peluru (v1i) sebelum mengenai pendulum dapat
ditentukan dengan persamaan untuk benda titik dan benda tegar berturut-turut adalah
dan .
Dari hasil eksprimen diperoleh bahwa sudut simpangan mksimum ayunan sistem (),
tergantutung pada panjang tali () dan massa pendulum (m2). Sebagai pembanding dalam
menentukan v1i dilakukan kajian mekanika pegas dari pelontar peluru yang digunakan.
Pada eksperimen dengan menggunakan alat pendulum balistik, baik dengan tinjauan
benda titik atau benda tegar diperoleh kecepatan awal peluru sebelum mengenai pendulum,
untuk panjang tali = 0,11 m rata-rata 11 m/s dan =0,14 m rata-rata 13 m/s. Dengan
tinjauan hukum kekekalan energi peluru dan pegas, kecepatan peluru yang dilepas pegas
atau dapat dikatakan kecepatan awal peluru mengenai pendulum sebelum terjadinya
tumbukan adalah 15,480 m/s. Perbedaan dengan menggunakan alat pendulum dan
tinjauan mekanika pegas tersebut, disebabkan faktor gesekan dan tranasfer energi (tidak
semua energi potensial pegas di transfer menjadi energi kinetik peluru). v1i yang dihasilkan
dari eksperimen dapat dikaji secara teoritik dengan menggunakan hukum kekekalan
momentum dan energi pada pendulum balistik.
Kata-kata kunci : pendulum, peluru, kecepatan, momentum, energi kinetik dan energi
potensial
Referensi
[1] Giancoli. 2001. Fisika jilid 1 Edisi 5 (terjemahan, Yuhilza Hanum). Erlangga. Jakarta.
[2] Tipler. 1991.Fisika untuk Sain dan Teknik Jilid 1 (terjemahan,Lea Prasetio, Rahmat W
Adi). Erlangga. Jakarta.
[3] Halliday, Resnick.2008.Fundamentals of Physics, Eighth Edition. John Willey &
Sons,Inc. Asia
Book of (Extended) Abstracts 43
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[4] Serway & Jewett.2004. Physics for Scientists and Engineers 6th Edition. Thomson
Brooks/cole.
[5] Robert Resnick,David Haliday&Kenneth S K. 1992. Physics fourth Edition. John
Wiley&Sons Inc. New York.


Desain Alat Eksperimen Sederhana Untuk Menentukan Karakteristik
Sistem Yang Berosilasi
Sitti Balkis
a
, Wahyu Srigutomo
b
, dan Sparisoma Viridi
c

a
Magister Pengajaran Fisika, [email protected]
a
Madrasah Aliyah Negeri Batam, Jalan Brigjen Katamso no.10 Batam
b
Fisika Sistem Komplek, FMIPA, ITB, Jalan Ganesha No 10 Bandung Indonesia (41032),
c
Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA, ITB, Jalan Ganesha No 10 Bandung Indonesia (41032),
Abstrak
Fenomena Gerak Harmonis Sederhana di alam merupakan hal yang unik. Angin sepoi-sepoi
yang mampu meruntuhkan jembatan Tacoma Narrows di Puget Sound Washington
menimbulkan tanda tanya yang besar bagi beberapa ilmuwan. Alat eksperimen yang
dirancang berusaha menunjukan diantaranya: fenomena frekuensi resonansi teredam
terpaksa, hubungan amplitudo getaran terhadap tegangan, serta menentukan persamaan
pola yang dipantulkan sinar laser pada speaker yang bergetar. Cermin yang di set pada
sistem mampu memproyeksi pola yang berbeda pada setiap frekuensi(14 Hz-31 Hz). Data
yang diperoleh berupa foto yang dikonversi dengan software Digitizelt untuk memperoleh
posisi titik yang membentuk pola-pola tersebut. Variasi dilakukan tegangan speaker (0,3 V,
0,5 V, 0,7 V), variasi massa(1x, 3x, 5x) yang ditempel pada speaker mampu menghasilkan
berbagai pola. Persamaan pola diperoleh dengan menggunakan program regresi sinusoidal
pada Matlab. Dari hasil analisa diperoleh hubungan berbanding lurus antara amplitudo
getaran dengan tegangan speaker, frekuensi resonansi speaker 22 Hz, persamaan umum
pola yang terbentuk (xn, yn) dengan n merupakan jumlah titik yang diplot dari tiap pola, xn
dan yn merupakan posisi titik, a dan k merupakan konstanta getaran.
Berbagai eksperimen yang memanfaatkan sinar laser sudah banyak dikembangkan di
berbagai Negara. Mengukur getaran menggunakan sinar laser merupakan metode yang
umum digunakan dalam mengukur getaran, seperti prinsip kerja dari interferometer
heterodyne [1] dan penggunaan fiber optic dengan laser interferometer diode [2]. Selain
garis normal, getaran garis lurus, jenis lain dari getaran seperti torsi dan pembelokan
getaran dapat diukur menggunakan sinar laser [3].
Umumnya alat eksperimen getaran yang terdapat dipasaran juga relatif mahal dan sulit
ditemukan di berbagai daerah. Hal ini dapat menjadi kendala bagi guru-guru terutama
guru fisika dalam bereksperimen, karena ilmu fisika lebih mudah dipahami dengan
melakukan eksperimen dalam pembelajaran. Keadaan ini memberikan ide bagi penulis
untuk mengembangkan alat eksperimen sederhana untuk memahami karakteristik
getaran.
Data yang diambil berupa foto pola yang diperoleh dari pemantulan sinar laser pada cermin
yang ditempel pada speaker yang bervibrasi.
Hasil berupa analisis persamaan dari pola yang terbentuk dilakukan dengan menggunakan
interpolasi fungsi sinus yang merupakan fitur dari piranti lunak MatLab.
Kata-kata kunci: vibrasi, superposisi, cermin, laser, interpolasi
Referensi
[1] Boas L Mary, Mathematical Methods In The Physical Sciences, second edition, John
Wiley and Sons, United States of America
0
3
4
-
I
N
S

44 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[2] Fishbane, Gasiorowicz, Thornton, Physics For Scientists And Engineers, second edition,
Prentice Hall, New Jersey, (1996)
[3] Giancoli Dauglas, Fisika (terjemahan), Edisi 5, Erlangga, Jakarta, (2001)


Pembuatan Kumpulan Pembahasan Miskonsepsi pada Beberapa Topik
Materi Mekanika
Arwan Isliyanti
1
dan Rizal Kurniadi
2

1
Program Studi Magister Pengajaran Fisika
Institut Teknologi Bandung, Ganesha 10, Bandung, Indonesia
[email protected]
2
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung
40132, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis miskonsepsi yang sering dialami
siswa pada materi mekanika.Teknik pengambilan data dilakukan dengan mengujikan soal-
soal konsep mekanika kepada siswa. Jumlah sampel seluruhnya adalah 74 siswa yang
dianggap mempunyai kemampuan heterogen. Sedangkan jumlah soal yang diujikan
sebanyak 80 butir soal. Tipe soal adalah pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.
Data hasil penelitian dianalisis dalam bentuk prosentase.Berdasarkan jenis-jenis
miskonsepsi yang telah diperoleh, selanjutnya dibuat kumpulan pembahasan yang dapat
digunakan sebagai panduan guru dalam mempelajari mekanika terutama pada bagian-
bagian yang sering terjadi miskonsepsi. Melalui kumpulan pembahasan ini, guru
diharapkan mampu menyusun rencana pembelajaran yang paling efektif sehingga siswa
mampu memahami konsep mekanika dengan benar.
Fisika merupakan ilmu paling mendasar yang sangat berperan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah
semestinya konsep fisika ini dapat dipahami dengan benar oleh siswa. Kesulitan dalam
mempelajari fisika ini dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Tingkat Miskonsepai
fisika siswa SMA di Bandar Lampung sangat tinggi yaitu sebanyak 65% [1]. Dalam fisika,
mekanika Newton adalah salah satu konsep yang paling banyak mengalami miskonsepsi
[2]. Mengingat masih banyak terjadinya miskonsepsi dalam ilmu fisika terutama cabang
mekanika maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang jenis-jenis miskonsepsi yang
terjadi pada siswa. Bedasarkan jenis-jenis miskonsepsi tersebut dibuat kumpulan
pembahasan yang dapat digunakan sebagai panduan bagi guru dalam mempelajari
mekanika.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian miskonsepsi pada
siswa dengan menggunakan soal-soal konsep mekanika. Jumlah soal yang diberikan
sebanyak 80 butir. Adapun jumlah sampel seluruhnya yaitu 74 siswa. Dari penelitian yang
telah dilakukan diperoleh jenis-jenis miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa.
Kata kunci: miskonsepsi, mekanika
Referensi
[1] Maharta, Nengah. (2010): Jurnal Analisis miskonsepsi fisika siswa SMA di Bandar
Lampung, UNILA Lampung
[2] Lark, Adam. (2006): Students misconceptions in Newtonian mechanics. A Thesis
Submitted to the Graduate College of Bowling Green State University, 3-5

0
3
5
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 45
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pengembangan Sensor Getaran Tiga Dimensi Berbasis Koil Datar
Islahudin
b
dan Mitra Djamal
a

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jln Ganesha 10 Bandung 40132.
a
M.Ts NW Nurul Iman Kembang Kerang, Desa Aik Dareq Kecamatan Batukliang, Lombok
Tengah, NTB, [email protected]
b
Ketua Kelompok Keahlian Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi FMIPA ITB,
Jl Ganesha 10 Bandung 40132,022-2500834
Abstrak
Pada penelitian telah dikembangkan aplikasi koildatar sebagai sensor getaran tiga dimensi.
Koildatar adalah lilitan kawat yang sangat tipis dan bertindak sebagai induktor. Koil datar
ini bersama dengan kapasitor membangun sebuah osilator yang menghasilkan frekuensi
bergantung pada nilai induktansi dan kapasitansi. Osilator ini dinamakan osilator LC.
Induktansi koil datar bergantung pada jarak benda logam di depan koildatar. Jika
induktansi berubah, frekuensi akan berubah juga. Frekuensi dapat dirubah kedalam
bentuk tegangan untuk merepresentasikan jarak. Efek ini kemudian diterapkan pada
frekuensi rendah menggunakan CuBe yang membentuk arah x, y, dan z pada rumahan
sensor. Dari percobaan, sistem sensor yang dibuat dapat mengukur getaran frekuensi
rendah dari rentan gfrekuensi 0,11,0 Hz.
Gempa merupakan getaran yang selain memiliki besar, juga memiliki arah. Oleh karena itu,
diperlukan sensor getaran yang dapat mendeteksi getaran dalam arah 3 dimensi. Dalam
penelitian ini kami sudahmengembangkan sensor getaran tiga dimensi yang dapat
mendeteksi gempa dari sisi besar dan arahnya.
Kondisi tersebutlah yang membuat penulis berkeinginan untuk mendesain dan membuat
sensor getaran frekuensi rendah pada arah tiga dimensi berbasis koil datar sebagai alat
pengindranya. Dengan bantuan perangkat lunak, diharapkan diperoleh suatu alat ukur
getaran frekuensi rendah dalam arah tiga dimensi beserta amplitudonya yang sederhana,
mempunyai ketelitian tinggi dan biaya yang murah.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen. Ada beberapa langkah yang dilakukan antara
lain (1) desain kalibrasi jarak, (2) desain kalibrator frekuensi rendah, (3) desain mekanik
sensor frekuensi rendah tiga dimensi, (4) dan pengambilan data antara tegangan sebagai
fungsi waktu. Pada saat kalibrasi jarak ketiga sensor koil datar, dilakukan penentuan
daerah kerja sensor ketiga sensor koil datar yaitu daerah dimana sensor koil datar masih
bisa bepengaruh terhadap perubahan jarak pengganggu. Setelah daerah kerja diperoleh,
maka daerah sensitif sensor dapat ditentukan. Dengan demikian dapat ditentukan
kesalahan absolut dan kesalahan relatif masing-masing sensor koil datar.Pengolahan data
berupa fungsi tegangan dan waktu dilakukan dengan menggunakan FFT (Fast Transform
Fourier) yang mengubah domain waktu menjadi domain frekuensi.Adapun desain dari
sensor koil datar tiga dimensi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Penelitian ini menghasilkan bahwa sensor koil datar dapat mendeteksi getaran frekuensi
rendah dalam arah x, y, dan arah z. Frekuensi yang terdeteksi adalah 0,1 1 Hz.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diplot dalam bentuk grafik, dimana hubungan
antara tegangan keluaran dengan waktu membentuk gelombang sinusoidal dengan
frekuensi getaran sensor yang semakin besar jika frekuensi sumber diperbesar. Pada
display akan tampak ketiga keluaran sensor ketiga sensor koil datar.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini antara lain: (1)Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa sensor koil datar mengukur jarak dengan sangat teliti, antara lain untuk sensor I
sebesar 3,61 mV/m; sensor II sebesar 3,78 mV/m; dan sensor III sebesar 3,96 mV/m,
(2) Sinyal keluaran dari masing-masing sensor relatif sesuai dengan pendekatan polynomial
orde 6 terhadap jarak yang diukur dengan tingkat ekspektasi berkisar R2antara 0,99
sampai dengan 1, (3) Telah diperoleh hasil pengukuran sensor getaran frekuensi rendah
dengan pengukuran antara 0,1 Hz sampai 1 Hz pada arah x, y,dan z, (4) Telah dihasilkan
0
3
6
-
I
N
S

46 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

sistem mekanik sensor getaran frekuensi rendah tiga dimensi yang dapat mengukur
frekuensi getaran di bawah 1 Hz.
Kata kunci: koildatar, induktor, PLL, sensor getaran, frekuensirendah, osilator, tigadimensi

Gambar 1. Sistem mekanik rumahan sensor koil datar tiga dimensi.
Referensi
[1] Djamal, Mitra, 1996, A Study of Flat Coil Sensor For Measuring Displacements,
Journal Deparment of Physics, Faculty of Mathematics and Sciences ITB.
[2] Setiadi, Rahmon Nanda, Sensor Getaran Frekuensi Rendah Berbasis Koil Datar, Tesis
Program Magister Fisika S2, Jurusan Fisika ITB, 2009.
[3] Sutrisno, Elektronika Lanjutan: Teori Dasar dan Penerapannya, Jurusan Fisika,
FMIPA, ITB, Bandung, 1986.
[4] Sutrisno, Elektronika: Teori Dasar dan Penerapannya (Jilid I dan II), Penerbit ITB,
Bandung, 1986.


Pembuatan Kalorimeter Sederhana dengan Memanfaatkan Bahan-Bahan
Dilingkungan Sekitar
Wulan Fitriyani
a
dan Enjang Jaenal Mustopa
b

a
Magister Pengajaran Fisika
b
KK Fisika Sistem Kompleks
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, [email protected].
a
MA NU 04 Al Maarif Boja, Jl Pemuda no 109 Boja 51381, (0294)571860
Abstrak
Pembelajaran fisika seharusnya disampaikan sekongkret mungkin karena pelajaran ini
berkaitan dengan peristiwa alam. Peserta didik sebaiknya juga dilibatkan dalam melakukan
pengamatan langsung untuk memperolah pemahaman yang lebih mendalam. Untuk
mendukung kegiatan ini tentu saja diperlukan sarana dan prasarana. Kendala yang
dihadapi di sekolah, terutama yang terletak jauh dari perkotaan adalah terbatasnya sarana
dan prasarana seperti laboratorium, alat praktikum, alat peraga dan lain sebagainya.
0
3
7
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 47
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Berdasarkan hal tersebut dibuatlah salah satu alat yang dapat digunakan dalam
pembelajaran fisika yaitu kalorimeter sederhana berbahan alumunium, stainless steel dan
kaleng bekas. Dari kalorimeter yang telah dibuat kemudian dilakukan percobaan untuk
menentukan kalor jenis alumunium, tembaga dan besi selanjutnya dibandingkan dengan
referensi. Dengan meggunakan kalorimeter berbahan alumunium diperoleh kalor jenis
alumunium sebesar 0,94 J/g C, kalor jenis tembaga 0,41 J/g C dan kalor jenis besi 0,49
J/g C. Dengan menggunakan kalorimeter berbahan stainless steel diperoleh kalor jenis
alumunium sebesar 0,81 J/g C, kalor jenis tembaga 0,37 J/r C dan kalor jenis besi 0,42
J/g C. Dengan menggunakan kalorimeter berbahan kaleng bekas diperoleh kalor jenis
alumunium sebesar 1,1 J/g C, kalor jenis tembaga 0,49 J/g C dan kalor jenis besi 0,52
J/r C. Dari ketiga kalorimeter yang dibuat, kalorimeter yang paling sesuai dengan referensi
dalam mengukur kalor jenis adalah kalorimeter stainless steel
Kata Kunci: kalorimeter sederhana, kalor jenis
Tabel 1. Perbandingan kalor jenis hasil percobaan dengan referensi.
Kalor
jenis
logam
Percobaan menggunakan
kalorimeter referen-
si
Perbedaan pengukuran
menggunakan kalorimeter
alumunium
stainless-
steel
kaleng
bekas
alumunium
stainless-
steel
kaleng
bekas
tembaga 0,406 0,372 0,485 0,386 0,020 0,014 0,099
alumu-
nium
0,940 0,811 1,064 0,900 0,040 0,089 0,164
besi 0,498 0,421 0,517 0,450 0,048 0,029 0,067
Referensi
[1] Bueche, Frederick J. 1995. Principles of Physics. New York: McGraw-Hill,Inc.
[2] Cutnell, john d. 2006. Essential of physics. John wiley & sons, inc.
[3] Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika
SMA dan MA. Jakarta: Pusat kurikulum,balitbang Depdiknas.
[4] Dixon, M Robert. 1990. Experiment for Introductory Physics 1. Dubuque: Kenda/Hunt.
[5] Djonoputro, D. 1984. Teori Ketidakpastian Menggunakan Satuan SI. Bandung: ITB.
[6] Douglas C, Giancoli. 2001. FISIKA Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
[7] Halliday & Resnick. 2008. Fundamental of Physics. John wiley & sons, inc.
[8] Noakes,G.R. 1960. A Text Book of Heat. London: macmillan&CO LTD.
[9] Sutresna, Nana. 2008. Kimia. Grafindo media pratama.
[10] Tippler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.


Analisis Kolorimteri Kadar Besi (III) dalam Sampel Air Sumur dengan
Metoda Pencitraan Digital
Chevi Ardiana Rusmawan, Djulia Onggo, dan Irma Mulyani
Pribadi, Jl. Raya Sukaraja No.27 Kec. Mangunreja Kab. Tasikmalaya 46462, Phone :
08122179292, Email:[email protected]
Abstrak
Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat yang digunakan dalam analisis kolorimetri, salah
satunya untuk penentuan kadar ion logam dalam sampel padatan maupun cairan. Alat ini
tergolong alat yang mahal, sehingga sangat jarang digunakan dalam kegiatan praktikum di
0
7
0
-
I
N
S

48 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

tingkat SMU/MA. Seiring dengan perkembangan teknologi, teknik pencitraan digital
menggunakan alat scanner merupakan metoda yang mulai dikembangkan sebagai alat
analisis kolorimetri skala mikro oleh beberapa peneliti. Dalam penelitian ini, alat scanner
dan teknik pencitraan digital digunakan dalam penentuan kadar besi (III) dalam sampel air
sumur dengan metoda kolorimetri, dimana larutan besi (III) direaksikan dengan ion
tiosianat, SCN, guna menghasilkan larutan berwarna. Hasil analisis kolorimetri
menunjukkan kadar besi (III) dalam air sumur yang diukur dengan alat scanner dan teknik
pencitraan digital relatif sama dengan alat Spektrofotometer UV-VIS, di mana masing-
masing teknik memperoleh kadar besi (III) sebesar 0,863 ppm dan 0,856 ppm. Selain itu,
kelebihan analisis kolorimetri dengan alat scanner dan teknik pencitraan digital adalah
pereaksi yang digunakan relatif lebih sedikit dengan volume larutan sebanyak 0,2 mL. Hasil
penelitian ini diharapkan teknik pencitraan digital dengan menggunakan alat scanner
dapat digunakan sebagai alat ukur yang sederhana dan mudah penggunaannya untuk
analisis kuantitatif kolorimetri, serta adanya materi praktikum yang dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru guru SMU/MA untuk kegiatan pembelajaran materi kimia.
Kata-kata kunci: Analisis kolorimetri, besi (III), scanner, pencitraan digital.
Referensi
[1] Harvey, D., 2000. Modern Analytical Chemistry. First Edition. McGraw Hill
Companies, Inc, United States of America
[2] Kohl, K.S., Landmark, D.J., Stickle, F.D., 2006. Demonstration of Absorbance Using
Digital Color Image Analysis and Colored Solutions. J. Chem. Educ., 83(4), 644
[3] Soldat, J.D., Barak, P., Lepore, J.B., 2009. Microscale Colorimetric Analysis Using a
Desktop Scanner and Automated Digital Image Analysis. J. Chem. Educ., 86(5), 617
[4] Day, A.R., Underwood, L.A., 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Sixth Edition., Erlangga,
Jakarta
[5] Fessenden, J.R., Fessenden, S.J., 2010. Dasar dasar Kimia Organik. First Edition.,
Binarupa Aksara Publisher, Ciputat Tangerang
[6] Joko, T., 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. First Edition.
Graha Ilmu, Yogyakarta


Pengembangan Model Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
untuk Mempelajari Pengaruh Head dan Debit Air
Dedi Efendi
a
dan Suprijadi
b

a
Magister Pengajaran Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia
a
Madrasah Aliyah Negeri Pulai Lubuk Basung Agam
b
Kelompok Keahlian Fisika Teori, Energi Tinggi dan Instrumentasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia
a
[email protected]
b
[email protected]
Abstrak
Telah berhasil dibuat suatu model sistem pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH)
untuk mempelajari pengaruh ketinggian head dan debit air terhadap tegangan listrik yang
dihasilkan oleh generator. Pada ketinggian head air 128 cm, tegangan listrik maksimum
yang dihasilkan adalah 7,88 Volt DC. Energi yang dihasilkan oleh turbin ditransmisikan ke
generator DC melalui sistem pulley dan belt karet dengan rasio pulley 1 : 22. Untuk
menghilangkan ripple yang terkandung oleh tegangan DC, digunakan kapasitor filter.
0
3
8
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 49
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Penggunaan kapasitor ini juga menaikkan tegangan DC yang dihasilkan generator
maksimum mencapai 9,7%. Dengan pemberian beban resistor serta kapasitor pada
keluaran generator didapatkan kurva pembebanan generator. Daerah tegangan teregulasi
berada pada 5 Volt DC dan arus sekitar 35 mA sehingga dihitung Ro sebesar 50 . Daya
listrik yang dihasilkan maksimum 175 mW.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Model PLTMH merupakan
suatu sistem yang terdiri dari komponen seperti air, reservoir atas dan bawah, turbin
impuls, generator DC, pompa air, kontrol ketinggian air, LED indikator tegangan dan
converter tegangan DC ke AC. Alat pengumpul data adalah multimeter dan osiloskop.
Dari eksperimen yang telah dilakukan, didapatkan bahwa variasi ketinggian head air
menyebabkan variasi nilai tegangan. Semakin tinggi head maka tegangan listrik juga
semakin bertambah. Begitu juga dengan debit air terhadap tegangan. Semakin besar debit
air, maka tegangan listrik juga semakin bertambah.
Kata kunci : head air, debit air, turbin, generator, transmisi, filter ripple, pembebanan

Gambar 1. Hubungan antara bukaan kran dengan debit air.

Gambar 2. Hubungan ketinggian head dengan debit air
50 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia



Gambar 3. Hubungan antara tegangan keluaran dengan tinggian head.
Referensi
[1] Info IMIDAP Vol.3 No. 1 (2010), Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Jakarta 2010
[2] Kementrian Negara Riset dan Teknologi RI (2006), Indonesia 2005-2025 Buku Putih,
Jakarta
[3] Munson, Bruce R., Young, Donald F., Okiishi, Theodore H.(2005), Mekanika Fluida
Jilid 2 Ed. 4, Penerbit Erlangga, Jakarta
[4] Penche, Celso,(1998),Laymans Guidebook On How To Develop A Small Hydro Site
(Second Edition), European Small Hydropower Association Directorate-General for
Energy (DG XVII), Belgica


Aplikasi Media Game dalam Pembelajaran Materi Fluida
Armi Amsiati
a
dan Suprijadi
b

a
Program Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, jalan Ganesha No 10 Bandung Indonesia
(41032), 022-2500834, [email protected]
a
Madrasah Aliyah Manbaul Ulum Asshiddiqiyah Jakarta, Jalan surya sarana no.6C Jakarta
Barat (11520), 021-70616605
b
Fisika Teoritik Energi Tinggi dan Instrumentasi, FMIPA, ITB, Jalan Ganesha No 10
Bandung Indonesia (41032), 022-2500834, [email protected]
Abstrak
Telah dirancang game pembelajaran mekanika fluida menggunakan program Adobe Flash
CS4 Profesional versi 10.0 dengan action script 2.0. Game pembelajaran ini meliputi soal
teori, perhitungan dan animasi mekanika fluida dari level sederhana sampai aplikatif yang
didesain menjadi 3 level. Uji coba sistem dilakukan secara fungsional dan uji coba aplikasi
konten dilakukan melalui survey. Pendataan dilakukan dengan menggunakan kuisioner
dan evaluasi hasil belajar terhadap siswa dengan dan tanpa penerapan game pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa game pembelajaran membantu siswa
memvisualisasikan materi fisika (khususnya mekanika fluida) dan memotivasi siswa untuk
mempelajari lebih lanjut materi fluida. Dari hasil survey yang dilaksanakan peneliti pada
0
3
9
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 51
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

tanggal 19 oktober 2010 dengan 30 koresponden diperoleh hasil bahwa, 43,33 % siswa
tidak menyukai fisika, 70,00 % tidak memahami materi dinamika fluida, 30,00 % siswa
menyatakan games edukasi lebih menarik dan lebih menyenanginya sebagai media
pembelajaran.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, studi literatur dan
studi komparasi. Platform yang digunakan pada games pembelajaran ini adalah aplikasi
ADOBE Flash CS4 Profesional atau dikenal juga dengan Flash Player 10,action script 2.0.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pembuatan soal animasi mikrohidro,
dilakukan eksperimen menggunakan model Mikro Hidro. Data yang digunakan pada soal
animasi game pembelajaran adalah efisiensi 19.23 %, percepatan gravitasi 9.81 m/s2, dan
massa jenis air 1000 kg/m3. Debit air (Q) yang digunakan pada game disesuaikan dengan
daya yang diminta pada soal dan ketinggian jatuh air (h) maksimal yaitu 10 m agar
memenuhi persamaan bernoulli dimana tekanan di permukaan tabung pengarah yang
terbuka dan permukaan nosel adalah sama (P1=P2).
Game pembelajaran yang telah dibuat terdiri dari 30 soal mekanika fluida bertingkat dan
game bonus dengan distribusi soal seperti dalam Tabel 1. Siswa mendapatkan game bonus
dan dapat beralih ke level2 jika skor pada level1 250 (skor 50 /soal). Timer pada game
disetting berdasarkan perolehan skor pada soal level sebelumnya.
Uji coba game pembelajaran dilakukan pada kelas XI IPA Putri (game pembelajaran
diujicobakan terlebih dahulu sebelum soal evaluasi) dan XI IPA putra (game pembelajaran
diujicobakan setelah soal evaluasi). Kuisioner diberikan pada kedua kelas sample setelah
game pembelajaran diujicobakan.
Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh bahwa 63% setuju bahwa game pembelajaran
membantu siswa dalam belajar. 70.4% setuju bahwa game pembelajaran membuat siswa
termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut materi fluida.
Dari data hasil evaluasi belajar siswa pada Tabel 2 didapatkan bahwa responden dari kelas
yang mendapat perlakuan berupa game pembelajaran memiliki tingkat pemahaman yang
lebih tinggi daripada responden dari kelas yang tidak mendapat perlakuan khususnya
pada soal konsep dasar dari mekanika fluida.
Berdasarkan data hasil eksperimen, diperoleh efisiensi percobaan mikrohidro sebesar 19.23
% yang digunakan pada soal animasi Mikro Hidro game pembelajaran. Hasil evaluasi
belajar menunjukkan game pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi mekanika fluida dan dari hasil kuisioner pada tabel. menunjukkan bahwa
visualisasi fisis materi mekanika fluida melalui media games yang telah dibuat cukup
menarik dan interaktif sehingga dapat menjadi salah satu konten/aplikasi pembelajaran
materi mekanika fluida berbasis perangkat lunak yang murah dan mudah diakses.
Kata-kata kunci : e-learning, ,game, animasi, pembelajaran, mekanika fluida

Tabel 1. Distribusi soal pada game pembelajaran.
NO Level soal Distribusi soal Jumlah soal
1
level I
Teori dasar 6
2 persamaan-hukum dasar 4
3
level II
Teori aplikatif 3
4 Hitungan dasar 2
5
Animasi hubungan ketinggian-daya listrik
tanpa perubahan ketinggian
5
6
level III
Hitungan aplikatif 5
7
Animasi hubungan ketinggian-daya listrik
dengan perubahan ketinggian
5


52 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Tabel 2. Data pencapaian hasil belajar tanpa game pembelajaran.
NO SOAL JUMLAH SOAL
% skor rata-rata siswa
%
Tanpa game
pembelajaran
dengan game
pembelajaran
1 Tingkat I 4 40.91 81.25 40.34
2 Tingkat II 3 21.21 26.39 5.18
3 Tingkat III 3 22.22 41.67 19.45
Referensi
[1] Halliday, Resnick. (2008) : Fundamentals of Physics, John Wiley and Sons,USA.
[2] Hidayati,Nur. (2008) : Desain dan implementasi interactive e-learning Menggunakan
animasi dan game (studi kasus : pengenalan makhluk hidup dan lingkungan Mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam Kelas 1 s.d. Kelas 3 sekolah dasar), Institut
Teknologi Bandung.
Santoso. (2005) : Pemanfaatan Tenaga Air. LIPI, jakarta.
[3] Serway, Raymond A.., Jewett, John W. (2004) : Physics for Scientists and Engineers 6th
Edition, Thomson Brooks/Cole, California.
[4] Tegar Pambuditama. (2010) : Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis E-Learning
Untuk Meningkatkan Minat Siswa Terhadap Matematika, UMS, Surakarta.



Pembuatan Bahan Pengayaan (Suplemen) pada Materi Ajar Fisika Nuklir
Dengan Penekanan pada Reaksi Nuklir Untuk Guru SMA dan MA
Ius Rusnati
1
dan Rizal Kurniadi
2

1
Program Studi Magister Pengajaran Fisika
Institut Teknologi Bandung, Ganesha 10, Bandung, Indonesia
[email protected]
2
Kelompok Keahlian Fisika Nuklir dan Biofisika, FMIPA ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung
40132, Indonesia
Abstrak
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi professional. Yaitu
kemampuan guru dalam penguasaan materi ajar terutama wawasan dari materi yang akan
diajarkan. Pada kenyataannya materi fisika nuklir seringkali diajarkan secara tidak
lengkap. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta wawasan dari guru di
samping keterbatasan bahan ajar yang diperlukan. Oleh karena itu penyusunan bahan
pengayaan (suplemen) dari fisika nuklir dengan menekankan pada reaksi nuklir
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Metode yang digunakan
dalam pembuatan suplemen adalah metode kajian literatur kemudian diramu ulang
sehingga menghasilkan sebuah bahan pengayaan untuk guru dengan tampilan yang
menarik dan ilustrasi yang disertai penjelasan dengan menggunakan bahasa yang telah
disederhanakan untuk memudahkan guru dalam memahami bahan pengayaan tersebut.
Dari hasil kuesioner 60 guru SMA dan MA diperoleh kesimpulan bahwa bahan pengayaan
(suplemen) yang telah dibuat bisa menambah wawasan guru terutama mengenai reaksi
nuklir dan membantu guru dalam memahami materi fisika nuklir serta suplemen ini cukup
baik dalam menambah motivasi guru untuk belajar fisika lebih mendalam.
Fisika nuklir merupakan salah satu ilmu yang sangat erat hubungannya dengan
perkembangan teknologi nuklir. Namun kenyataan di sekolah materi fisika nuklir sering
diajarkan secara tidak lengkap. Beberapa faktor penyebabnya antara lain keterbatasan
0
4
0
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 53
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

waktu disebabkan menjelang UAN, keterbatasan wawasan guru mengenai fisika nuklir dan
keterbatasan bahan ajar dalam buku pegangan siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut
maka perlu dibuat bahan pengayaan (suplemen) untuk guru SMA dan MA pada materi ajar
fisika nuklir terutama penekanan reaksi nuklir karena reaksi nuklir merupakan konsep
yang sangat penting untuk bisa memahami fisika nuklir.
Metode penelitian yang digunakan adalah membuat bahan pengayaan (suplemen) pada
materi ajar fisika nuklir dengan penekanan pada bahasan reaksi nuklir serta kajian
pustaka. Jenis data yang diperoleh data kualitatif yaitu pemberian kuesioner kepada guru
SMA dan MA.
Contoh pengayaan pada bahasan reaksi nuklir disajikan pada Tabel 1 dan Prosentase Hasil
pengisian kuesioner suplemen oleh 60 guru SMA dan MA pada Tabel 2.
Kata kunci: Reaksi Nuklir, Bahan Pengayaan (Suplemen)
Tabel 1. Contoh Perbandingan Materi pada Buku Teks Standar dan Materi pada Suplemen
Topik Materi
standar
Materi pada Suplemen
Reaksi
nuklir
Pengertian
reaksi nuklir
notasi Reaksi




Pengertian reaksi nuklir dan sistem kerangka
acuannya
Lintang penampang reaksi (cross section)
Klasifikasi reaksi nuklir
- Mekanisme reaksi
1. Reaksi langsung
2. Reaksi inti majemuk
- Berdasarkan energi proyektil
1. Energi rendah dan menengah, inti
menengah
2. Energi tinggi
3. Energi sangat tinggi
4. Energi ultra tinggi[1,2]

Tabel 2. Prosentase Hasil Pengisian Kuesioner oleh Guru SMA dan MA.
No. Pernyataan SS(%) S(%) TS(%) STS(%)
1. Saya belum pernah mendapatkan suplemen
/bahan pengayaan sebelumnya 33 30 32 5
2. Saya menyukai cara penyajian konsep dalam
suplemen 42 58 0 0
3. Wawasan saya mengenai materi fisika inti
dan radioaktivitas bertambah setelah
membaca suplemen ini 55 45 0 0
4. Saya merasa lebih mudah memahami materi
fisika inti dan radioaktivitas setelah
membaca suplemen ini 45 53 1,7 0
5. Saya merasa terbantu dengan adanya
suplemen ini 48 52 0 0
6. Setelah memperoleh suplemen ini saya
menjadi termotivasi untuk belajar fisika
lebih mendalam 42 58 0 0
7. Gambar/ilustrasinya mudah dipahami 37 63 0 0
8. Tulisan dan penjelasan gambarnya mudah
dipahami 35 65 0 0
9. Suplemen membuat saya bingung 0 0 55 45

54 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] Atam P. Arya. 1966. Fundamentals of Nuclear Physics. Allyn and Boston,Inc : Boston
[2] Blatt, Weisskopf. 1952. Theoretical Nuclear Physics. John Wiley & Sons: New York.


Pengembangan Sensor Getaran Tiga Dimensi menggunakan Sistem
Sensor Fluxgate
Sandijal Putra
a
dan Mitra Djamal
b

a
MAN Padang Japang, Jl Cimanuk no 4 Padang Baru Timur, Hp 085263014362 e-mail:
[email protected]
b
Institut Teknologi Bandung, FMIPA, KK Fisika Teoritik Energi Tinggi dan Instrumentasi, jl
Ganesha no10 Hp 08157120250 e-mail: [email protected]
Abstrak
Pada penelitian ini, Fluxgate yang dibuat dengan desain 30 lilitan eksitasi dan 20 lilitan
pick up. Fluxgate digunakan untuk mengukur getaran secara tiga dimensi. Pengukuran
getaran dilakukan secara tidak langsung dengan memakai tiga bandul mekanik yang dapat
bergetar dalam arah sumbu x , y dan z yang diletakkan pada sumber getar. Prinsip kerja
sensor Fluxgate yang dikembangkan adalah ketika terjadi getaran, maka massa magnetik
yang berada di ujung lengan bandul akan ikut bergerak seirama dengan getaran. Hal ini
akan berakibat jarak antara sensor dengan massa magnetik mengalami perubahan.
Perubahan jarak ini akan mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada inti sensor.
Hasil dari perubahan induksi magnetik ini akan diubah menjadi ggl induksi oleh kumparan
pick-up. Karena besarnya intensitas medan magnet yang diterima oleh sensor berubah
terhadap jarak maka perubahan amplitude getaran yang terjadi akan berakibat pada
perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sensor. Ini berarti bahwa ggl yang terjadi
merupakan fungsi jarak antara sensor dengan massa magnetik. Sensor fluxgate
ditempatkan dalam arah sumbu x, y dan z. Hal ini berguna untuk pendeteksian medan
magnet berdasarkan parameter arah x, y dan z dimana parameter tersebut akan digunakan
sebagai parameter untuk mengukur amplitudo dan frekuensi getaran. Berdasarkan analisa
data diperoleh sensitivitas sensor x,y dan z dengan nilai yang sama yaitu 39 mV/ T.
Rentang frekuensi yang dapat dideteksi oleh sensor pada penelitian ini adalah 0,5 Hz
sampai 1,11 Hz dan rentang amplitude yang telah dilakukan berkisar antara 0,7 cm sampai
2,3 cm. Kesalahan absolute maksimum dan kesalahan relative maksimum pada
karakterisasi terhadap frekuensi yang didapat adalah terjadi pada sensor y sebesar 0,067
Hz dan 6, 08%. Pada karakterisasi alat terhadap amplitude didapat kesalahan absolute
maksimum dan kesalahan relative maksimum pada sensor x sebesar 0,005 volt dan 3,28%.
Fluxgate merupakan salah satu sensor magnetik yang dapat digunakan dalam mendeteksi
getaran tanpa harus kontak dengan objek yang bergetar, yang berkerja dengan
memanfaatkan perubahan medan magnet yang ditimbulkan (Yulkifli, 2010). Jamal,M.,
bersama tim riset dari KK-FTETI jurusan Fisika FMIPA ITB selama ini telah
mengembangkan sensor fluxgate beserta aplikasinya antara lain: Pengukuran arus listrik
DC (Djamal, M., dkk 2000), Fluxgate magnetometer sebagai alat ukur getaran(Arief
Pirmansyah, 2006), penentuan posisi benda atau sensor jarak dalam orde kecil (Yulkifli,
dkk., 2007), pengukuran medan magnet lemah (Djamal, M., dkk., 2007), prototipe sensor
getaran (Djamal, M., dkk., 2008) dan prototipe sensor kecepatan sudut (Yulkifli., dkk.,
2009). Dan juga Yulkifli, 2010 telah melakukan penelitian tentang fluxgate untuk getaran
satu dimensiDalam penelitian ini kami mencoba mengembangkan aplikasi lain dari sensor
fluxgate yaitu Pengembangan Sensor Getaran Tiga Dimensi Menggunakan Sistem Sensor
Fluxgate.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda eksperimen, terdiri dari 5 tahap.
Adapun langkah-langkah yang diambil adalah; (1) Mendesain probe sensor (2) Mendesain
rumah sensor yang dapat mendeteksi dan mengukur getaran secara tiga dimensi, (3)
0
4
1
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 55
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Mendesain rangkaian pengolah sinyal, (4) mendesain perangkat lunak untuk membaca
hasil keluaran dari sensor ke komputer. (5) melakukan uji kepresisian alat.
Tiga buah Sensor fluxgate yang dibuat memiliki sensitivitas sebesar 39 mV/T daerah
kerja dari -10 T sampai +10 T. Kesalahan mutlak dan relatif maksimum untuk masing-
masing sensor Fx adalah -0,229 T dan -1,172 %, Fy adalah 0,0168 T dan 0,086 % dan Fz
adalah 0,05 T dan 0,257 % . Konfigurasi sensor fluxgate yang dibuat adalah 30 lilitan
eksitasi dan 20 lilitan pick-up.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan bahwa alat yang dibuat mampu merespon
perubahan frekuensi rendah mulai dari 0.5 Hz sampai 1.11 Hz. Pengukuran dilakukan
dengan menvariasikan frekuensi getar sumber. Langkah ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar frekuensi getar sumber yang mampu di respon sensor dengan
baik. Dari pengukuran yang telah dilakukan didapatkan respon sensor terhadap frekuensi
cukup baik dengan penyimpangan terbesar adalah 6,08 % pada sensor y dan 3,28 % pada
sensor x.
Kata-kata kunci: fluxgate, getaran, frekuensi, amplitudo, sensitivitas,induksi magnetik

Gambar 1. Sistem sensor tiga dimensi.
Referensi
[1] Djamal, M. (2010): Sensor dan Sistem Sensor: State of the Art, Kontribusi dan
Perspektif Pengembangannya di Masa Depan, Pidato Ilmiah Guru Besar Institut
Teknologi Bandung.
[2] Djamal, Mitra. R. N. Setiadi. (2006) : Pengukuran Medan Magnet Lemah Menggunakan
Sensor Magnetik Fluxgate dengan satu kumparan pick-up, Journal Proceddings ITB.
[3] Djamal,Mitra., Setiadi,R.N., Yulkifli. (2008): Preliminary study of Vibration Sensor
Based on Fluxgate Magnetic Sensor, Proc. ICMNS, Indonesian.
[4] Gopel,W., Hesse, J., Zemel, J.N.(1989): Sensors A Comprehensive Survey Volume 5
Magnetic Sensor. VCH,. Weinhein. 154-201.
56 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[5] Yulkifli. (2010) : Pengembangan Elemen Fluxgate dan Penggunaannya untuk Sensor-
sensor Berbasis Magnetik dan Proksimiti. Disertasi S3 Program Studi Doktor Fisika
Institut Teknologi Bandung.


Desain Alat Untuk Menunjukkan Hubungan Antara Gerak Melingkar
Beraturan Dengan Gerak Harmonis Sederhana Untuk Demonstrasi
Pembelajaran Di SMA
Nurohman
a
dan Inge Magdalena
b

a
SMA N 1 Sukatani, Jl Jatijajar NO 20 Sukatan Purwakarta, (0264)271893,
[email protected]
b
KK Fisika Fotonik, FMIPA,ITB
Abstrak
Desain Alat ini dapat memberikan gambaran nyata dalam pemahaman tentang hubungan
antara getaran harmonis sederhana dengan gerak melingkar beraturan pada salah satu
sumbu gerak benda. Besar jari-jari gerak melingkar sama dengan amplitudo getarannya.
Besar frekwensi sudut benda yang mengalami gerak melingkar tidak dipengaruhi oleh
amplitudo getaran. Besar frekwensi sudut benda yang mengalami gerak melingkar
sebanding dengan beda potensial yang diberikan pada motor listrik.
Pembelajaran fisika bagi siswa di sekolah sebaiknya lebih menitikberatkan keaktifan dan
keterlibatan siswa dalam belajar sehingga hal ini menimbulkan pemahaman dan
pengalaman yang tinggi pada siswa. Keterlibatan siswa secara aktif di dalam kegiatan
pembelajaran akan memberikan hasil belajar yang optimal. Namun kondisi sekarang ini
alat-alat percobaan dan demonstrasi di SMA sangat minim. Kendala yang dihadapi di
sekolah-sekolah dasar dan menengah pada umumnya karena keterbatasan alat peraga dan
sarana laboratorium, baik sarana fisik maupun yang non-fisik. Untuk itu diperlukan
kreativitas para pelaku pendidikan fisika untuk membuat alat praktikum. Berdasarkan
uraian di atas maka penulis mendesain alat praktikum untuk menentukan hubungan
antara getaran harmonis sederhana dengan gerak melingkar beraturan.
Metode penelitian yang penulis gunakan aalah metode eksperimen. Desain alat ini
dirancang untuk memberikan gambaran secara riil kepada siswa SMA bahwa getaran
harmonis sederhana merupakan proyeksi gerak melingkar beraturan pada salah satu
sumbu, atau gerak melingkar beraturan merupakan perpaduan antara dua getaran
harmonis sederhana yang mempunyai amplitudo dan frekuensi sudut sama, saling tegak
lurus dengan beda fase /2 rad. Alat ini didesain sangat mudah untuk dioperasikan.
Desain alat dapat dilihat pada Gambar 1.
Prinsip kerja desain eksperimen alat ini adalah untuk menentukan persamaan gerak
harmonis sederhana dari gerak melingkar beraturan dengan memvariasikan tegangan
masukan pada motor listrik serta jari-jari lintasan benda yang mengalami gerak melingkar
beraturan.
Pengambilan data untuk menentukan periode getaran benda dilakukan dengan mengukur
waktu getar getaran benda dengan mengubah-ubah tegangan masukan motor listrik. Untuk
satu nilai tegangan masukan dan posisi benda, data waktu getar dicatat dari stopwatch dan
sekaligus direkam dengan handycam sebanyak 10 kali untuk memperoleh data periode
yang akurat.
Eksperimen ini telah berhasil mendesain alat untuk menunjukkan hubungan antara gerak
melingkar beraturan dengan gerak harmonis sederhana, berdasarkan hasil yang diperoleh,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Gerak melingkar beraturan merupakan
perpaduan antara dua getaran harmonis sederhana yang saling tegak lurus dengan
amplitudo dan periode getar sama besar.
0
4
2
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 57
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Kata kunci : Gerak melingkar beraturan, getaran harmonis sederhana, frekwensi, periode,
amplitudo


Gambar 1. Rangkaian alat eksperimen.
Rereferensi
[1] B. Darmawan D. 1984. Teori Ketidakpastian Menggunakan Sistem SI. Penerbit ITB
Bandung
[2] Giancoli, D. C. 2001. Fisika. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga.Jakarta.
[3] Halliday, D dan R. Resnick. 1997. Fisika. Edisi ke-3. Pantur Silaban, Erwin Sucipto,
Penterjemah. Jakarta. Erlangga.
[4] Tipler, P.A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Penerbit Erlangga. Jakarta.


Kriteria Awal Bulan Hijriyah di Indonesia: Sebuah Tinjauan untuk Hilal
di Pertengahan Winter Solstice dan Vernal Equinox, dan di Pertengahan
Autumnal Equinox dan Winter Solstice
Sunardi
a
, Triyanta
b
, dan Moedji Raharto
c

a
Mahasiswa Program Studi Magister Pengajaran Fisika, ITB
Telp. 081344346910, email: [email protected]
b
KK Fisika Teoritik Energi Tinggi dan Instrumentasi, ITB
c
KK Astronomi, ITB
Abstrak
Dengan memanfaatkan software penentuan awal bulan Hijriyah yang peneliti hasilkan,
peneliti melakukan pengecekan kriteria awal bulan Hijriyah di Indonesia. Peneliti
menggunakan dua kondisi hilal untuk pengecekan kriteria awal bulan ini. Kedua kriteria
ini, yaitu (1) hilal yang terjadi pada sekitar pertengahan winter solstice dengan vernal
equinox, dan (2) hilal di sekitar pertengahan autumnal equinox dan winter solstice. Hasil
analisis data software untuk kondisi (1), memberikan nilai elongasi minimum Bulan
Matahari sebesar 6,56 dan selisih altitude sebesar 5,61 untuk pengamatan dengan
menggunakan alat optik. Sedangkan untuk kondisi (2), memberikan nilai elongasi
0
4
3
-
E
P
S

58 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

minimum sebesar 6,65 dan selisih altitude sebesar 5,698 untuk pengamatan dengan
menggunakan alat optik. Peneliti juga mendapatkan nilai elongasi minimum untuk hilal
yang memungkinkan dilihat dengan mata telanjang pada kedua kondisi hilal tersebut.
Indonesia memiliki praktik kesaksian rukyat untuk penentuan awal bulan Hijriyah.
Meskipun tidak selalu bisa dijadikan dasar penentuan awal bulan, praktik pengamatan
hilal ala Indonesia ini diadopsi dalam Musyawarah Menteri-menteri Agama negara Brunai
Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Peneliti telah membuat sebuah software untuk penentuan awal bulan Hijriyah. Software ini
telah diuji validitas data keluarannya dan dapat digunakan untuk keperluan lebih lanjut
(Sunardi, 2011). Dalam makalah ini, dengan memanfaatkan software tersebut peneliti
hendak melakukan pengecekan kriteria awal bulan Hijriyah di Indonesia.
Peneliti mengambil untuk dua kondisi hilal yaitu: (1) Hilal yang terjadi di sekitar
pertengahan winter solstice dan vernal equinox, dan (2) Hilal yang terjadi di sekitar
pertengahan autumnal equinox dan winter solstice.
Pengecekan kriteria awal bulan di Indonesia untuk kondisi (1) digunakan data keluaran
software untuk hilal yang berada pada Islamic Lunation Variation Number (ILVN) 20.
Sedangkan pengecekan untuk kondisi (2) digunakan ILVN 17. Data keluaran software
untuk dua kondisi hilal tersebut kemudian dievaluasi dengan menggunakan kriteria
visibilitas hilal Odeh.
Kriteria visibilitas hilal untuk kondisi (1) dapat dilihat pada Gambar 1. Diperoleh nilai
elongasi minimum dan selisih altitude Bulan dan Matahari lebih mendekati kriteria yang
diusulkan oleh LAPAN dibandingkan dengan kriteria awal bulan Hijriyah yang dipakai di
Indonesia (MABIMS).
Kata-kata kunci: kalender, hijriyah, visibilitas hilal, bulan baru


Gambar 1. Kriteria visibilitas hilal untuk ILVN 20.
Referensi
[1] Djamaluddin, T., (2010), Analisis Visibilitas Hilal untuk Usulan Kriteria Tunggal di
Indonesia, Matahari dan Lingkungan Antariksa, seri ke-4, hal. 67 - 76, Penerbit Dian
Rakyat Jakarta.
[2] Odeh, Muhammad S., (2004), New Criterion for Lunar Crescent Visibility, Experimental
Astronomy 18: 39 64.
[3] Raharto, Moedji, Sopwan, N., Dermawan, B., and Herdiwijaya, D., (2008), The Width
Progress of the thin Lunar Crescent after Conjunction closed to the Perihelion and
Aphelion Passage of the Earth, Proseding International Conference of Mathematics and
Natural Sciences, ITB.
[4] Sulthan, A.H., (2007), First Visibility of the Lunar Crescent beyond Danjons Limit, The
Observatory, vol. 127, hal. 53 59.
Book of (Extended) Abstracts 59
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia



Karakterisasi Kawat untuk Sekering Pengaman
Eka Murdani
a
dan Doddy Sutarno
b

a
Program Studi Magister Pengajaran Fisika FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung,HP
085252002924,[email protected]
b
Jurusan Fisika KK Fisika Sistem Kompleks FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung,HP
08122329716
Abstrak
Sekering merupakan komponen penting elektronika yang berfungsi membatasi arus yang
melewati suatu rangkaian listrik untuk keamanan peralatan elektronik. Sekering pengaman
terbuat dari sebuah kawat konduktor seperti tembaga dan nikrom. Dalam konduktor,
elektron-elektron dapat bergerak dengan bebas. Ketika konduktor diberi beda potensial
maka elektron akan bergerak dengan suatu kelajuan yang disebut sebagai laju hanyut
elektron. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan arus maksimum yang dapat
mengalir pada kawat konduktor (tembaga dan nikrom) dan menentukan laju hanyut
elektron pada kawat tersebut. Data hasil percobaan arus maksimum disajikan dalam
bentuk kurva standar. Kurva standar akan memberikan petunjuk untuk memilih kawat
sekering sesuai dengan kebutuhan arus maksimum yang mencakup jenis kawat (tembaga
dan nikrom) dan dimensi kawat (panjang dan diameter).
Penggunaan sekering sebagai pengaman sangat penting dalam hal membatasi arus yang
mengalir pada peralatan elektronik sehingga peralatan elektronik menjadi awet dan tidak
cepat rusak akibat arus yang tinggi. Karena itu peneliti tertarik untuk mengkarakterisasi
kawat untuk sekering pengaman.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah multimeter, catu daya,
mikrometer sekrup dan 2 jenis kawat konduktor (kawat tembaga dan nikrom). Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.
Kebergantungan arus maksimum terhadap panjang kawat diberikan pada Gambar 1 untuk
kawat tembaga dan Gambar 2 untuk kawat nikrom. Dari kurva standar diperoleh bahwa
semakin besar diameter kawat maka semakin besar pula arus maksimum yang dapat
mengalir pada kawat dan semakin besar panjang kawat maka semakin kecil arus
maksimum.
Percobaan kedua dilakukan untuk menentukan laju hanyut elektron akibat pemberian
beda potensial (V tembaga = 0,2 V dan V nikrom = 4 V) diperoleh hasil bahwa laju hanyut
elektron pada kawat tembaga yang panjangnya 50 cm, 75 cm dan 100 cm (untuk semua
diameter kawat) berturut-turut adalah 9,672 x 10-4 m/s; 6,947 x 10-4 m/s dan 4,410 x 10-
4 m/s. Sedangkan laju hanyut elektron pada kawat nikrom yang panjangnya 50 cm, 75 cm
dan 100 cm berturut-turut adalah 4,971 x 10-4 m/s; 3,318 x 10-4 m/s dan 2,538 x 10-4
m/s. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil panjang kawat semakin besar laju
hanyut elektron.
Kata kunci: sekering pengaman, kawat konduktor, arus maksimum, laju hanyut elektron

0
4
4
-
E
D
U

60 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
R
a
t
a
-
r
a
t
a
A
r
u
s
M
a
k
s
i
m
u
m
(
A
m
p
e
r
e
)
1/panjang kawat (m
-1
)
d = 0,1 mm
d = 0,2 mm
d = 0,3 mm
d = 0,4 mm
d = 0,5 mm

Gambar 1. Kurva standar kawat tembaga, hubungan antara arus maksimum terhadap
seper panjang kawat untuk masing-masing diameter kawat

Gambar 2. Kurva standar kawat nikrom, hubungan antara arus maksimum terhadap seper
panjang kawat untuk masing-masing diameter kawat
Referensi
[1] Tipler, P.A., 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik (Terjemahan Bambang Soegijono),
Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga Jakarta.
[2] Giancoli, D.C., 1998. Fisika Jilid 2 (Terjemahan Yuhilza Hanum), Edisi Kelima,
Penerbit Erlangga Jakarta.
[3] Young, H.D., Fredman, R.A., 2004. Fisika Universitas Jilid 2 (Terjemahan Pantur
Silaban), Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga Jakarta.

Book of (Extended) Abstracts 61
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Peningkatan Konsentrasi Black Karbon Akibat Kebakaran Hutan di
Indonesia
Dessy Gusnita
Bidang Pengkajian Komposisi Atmosfer
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Dr. Djundjunan 133 Bandung 40173 telp: (022) 6037445
e-mail: [email protected]
Abstrak
Salah satu emisi yang paling besar di wilayah tropis adalah emisi akibat kebakaran hutan
dan deforestasi hutan. Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi hutan yang
besar serta merupakan sumber karbon terbesar di daerah tropis. Salah satu polutan yang
diemisikan akibat kejadian kebakaran hutan adalah Black Carbon (BC). BC merupakan
mediator yang sangat berpotensi dalam mempengaruhi iklim, dan merupakan kontributor
kedua terbesar pada pemanasan global setelah karbon dioksida. Pada tulisan ini akan
dianalisa distribusi polutan Black Carbon optical depth di Indonesia pada tahun 2001-2006
menggunakan model data GOCART yang di dalamnya termasuk hasil pengukuran satelit
Terra and Aqua MODIS. Hasil analisa model data GOCART tersebut dikorelasikan dengan
kejadian kebakaran hutan di Indonesia. Hasil dari model GOCART menunjukkan bahwa
saat terjadi peningkatan kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2002 dan 2006, maka
terjadi pula peningkatan distribusi polutan Black Carbon optical depth di wilayah
Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar luas lahan yang terbakar di
wilayah Indonesia, maka semakin besar distribusi polutan Black Carbon optical depth yang
dihasilkan.
Black karbon adalah senyawa yang berpotensi sebagai penyebab climate forcing
(penyumbang terjadinya perubahan iklim), diperkirakan senyawa Black Carbn merupakan
kontributor kedua terbesar setelah CO2 yang menyebabkan terjadinya global warming.
Karena black karbon menetap di atmosfer hanya beberapa minggu, pengurangan emisi
black carbon dapat terjadi lebih cepat yang artinya dapat lebih memperlambat terjadinya
perubahan iklim dalam waktu dekat.
Dari hasil luaran model GOCART diperoleh time series black karbon kolom optikal depth
(550nm) dengan periode waktu analisa tahun 2001-2006. Hasil selengkapnya diperlihatkan
pada gambar berikut ini. Gambar 1 menunjukkan bahwa time series black karbon kolom
optikal depth (550nm) tahun 2001 memperlihatkan puncaknya pada bulan Agustus-
September (musim peralihan). Sementara selama tahun 2002 time series black karbon
kolom optikal depth (550nm) menunjukkan puncaknya pada bulan Oktober (musim
peralihan). Selain itu dilakukan pula analisis data peta spasial dari model GOCART black
karbon kolom optikal depth (550nm) di atas wilayah Indonesia (6 LU -11 LS; 92,5 BT-145
oBT) untuk melihat di wilayah mana terjadi distribusi polutan black karbon yang lebih
spesifik. Hasil analisa peta spasial ditunjukkan pada Gambar 3.4- Gambar 3.6. Gambar 3.4
menunjukkan peta spasial black karbon kolom optical depth tahun 2001-2002, dimana
pada Gambar 3.4 tersebut terlihat bahwa pada tahun 2002 distribusi polutan Black
karbon lebih tinggi daripada tahun 2001 terutama di daerah Kalimantan Tengah dan
sebagian di wilayah Sumatera. Hal ini menunjukkan intensitas kebakaran hutan pada
tahun 2002 cukup tinggi seperti ditunjukkan Gambar 2.
Pada akhirnya ditarik suatu kesimpulan bahwa luas hutan alam asli Indonesia menyusut
dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan karena intensitas kebakaran hutan.
Selain dampak menyusutnya lahan, dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan
lahan adalah terjadinya peningkatan distribusi emisi polutan Black Carbon di wilayah
Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan Tengah dan Kepulauan Riau selama periode
tahun 2001-2006. Karena itu maka perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap
kebakaran hutan agar polusi udara yang membahayakan dapat diminimalkan.
Kata-kata kunci: Black Carbon (BC), kebakaran hutan, satelit, pemanasan global
0
4
5
-
E
P
S

62 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia



Gambar 1. Time series Black Carbon kolom optikal depth (550nm) Model GOCART 2
o
x2.5
o

tahun 2001 dan tahun 2002.

Gambar 2. Peta spasial Black Carbon kolom optikal depth (550nm) Model GOCART
2
o
x2.5
o
diatas wilayah Indonesia tahun 2001 dan tahun 2002
Referensi
[1] Andreae, M.O, P. Marlet, Emission to Trace Gases and aerosols from Biomass
burning, Global Bio geochemical, Cycles, vol 15, 1995
[2] http://disc.sci.gsfc.nasa.gov/giovanni/overview/instances_atmospheric.html
[3] Jacobson, M. Z., T. C. Bond, V. Ramanathan, C. Zender, and J. Schwartz., Black
Carbon and Wild land Fire, September 2009
[4] John Seinfeld, Black carbon and brown clouds, Nature Geo Science, DOI:
10.1038/ngeo,2007
[5] Ramanathan et al, Capture vertical profiles of aerosols and black carbon over the
Indian, 2009


Book of (Extended) Abstracts 63
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pengembangan Kolorimeter dengan Sensor Light Dependent Resistor
Mhd. Yustar, Indra Noviandri, Mitra Djamal
Program Magister Pengajaran Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Email : [email protected]
Abstrak
Alat kolorimeter dengan sensor Light Dependent Resistor (LDR) sudah berhasil
dikembangkan. Alat ini tersusun dari komponen elektronika sederhana yang mudah
didapatkan dengan harga yang murah, yaitu Light Emiting Diode (LED) sebagai sumber
cahaya, sensor Light Dependent Resistor ( LDR) sebagai detektor, dan sebuah multimeter
digital. Pada alat ini, cahaya di lewatkan ke larutan, kemudian cahaya yang tidak diserap
oleh larutan akan masuk ke sensor LDR, seterusnya dibaca oleh multimeter dalam bentuk
hantaran listrik. Besar hantaran listrik sebanding dengan jumlah cahaya yang melewati
larutan dan dapat dikonversikan ke nilai serapan. Uji coba alat ini terhadap larutan
K2CrO4, K2Cr2O7, CuSO4, dan Co(CH3COO)2 dengan memvariasikan warna cahaya LED (
biru, merah, dan kuning) dapat membuktikan warna yang diserap oleh benda (larutan)
sama dengan warna komplemennya. Hasil ini ditandai dengan perbedaan koeffisien
ekstingsi molar yang dihasilkan oleh masing-masing LED. Seperti pada larutan standar
K2CrO4 0,01 M pada LED biru sebesar 21,80 M-1 cm-1, LED merah 0,76 M-1 cm-1, dan
LED kuning 0,94 M-1 cm-1. Data ini menunjukkan bahwa larutan K2CrO4 (kuning) akan
lebih banyak menyerap cahaya warna biru dibandingkan dengan warna lainnya..
Dalam materi sifat-sifat cahaya dan warna pada benda sebetulnya diperlukan media yang
dapat menjelaskan teori Newton tentang warna dan cahaya, seperti menjelaskan mengapa
suatu benda berwarna merah, biru, kuning, dan lainnya, serta menjelaskan sifat warna
dari logam transisi. Selama ini siswa hanya dijelaskan benda berwarna merah karena
benda tersebut memantulkan cahaya merah sedangkan warna lainya diserap oleh benda
tersebut. Sedangkan untuk membuktikan warna biru daerah serapannya di daerah kuning,
warna hijau serapannya di daerah unggu belum dapat dilakukan karena keterbatasan alat
dan media. Dengan menggunakan kolorimeter yang dibuat dengan komponen elektronika
sederhana seperti Light Dependent Resistor (LDR) sebagai sensor peka cahaya, dan lampu
Light Emiting Diode (LED) sebagai sumber cahaya, serta sebuah multimeter digital dapat
dikembangkan untuk menjadi media pembelajaran untuk menjelaskan sifat-sifat cahaya
dan warna pada suatu senyawa.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat kolorimeter pada penelitian ini adalah: LDR,
lampu LED warna merah, hijau,kuning, dan biru, hambatan 330 ohm, hambatan 1 k,
diode 4002, adaptor, IC 7809, IC 7805, IC 7809, kapasitor 10 F 25 volt, kapasitor 100 F,
kapasitor 2200 F 25 volt, heder, travo 220 volt-9 volt, kap lampu LED, multimeter digital,
kabel, triplet, paku, lem, cat, seklar, Bahan kimia yang digunakan adalah : aqua dm,
larutan Co(CH3COO)2, K2Cr2O7, K2CrO4, CuSO4, dan larutan H2SO4 0,1 M.
Alat yang diperlukan dalam pembuatan dan penggunaan alat sensor LDR adalah: solder,
palu, gergaji, penggaris, pensil, bor dan mata bor, tabung reaksi dan rak tabung reaksi,
pipet takar, pipet seukuran (1, 5, dan 10 ml), batang pengaduk, gelas kimia 100 ml, pipet
tetes, labu ukur, buret 10 ml , spektrofotometer UV-Vis ( spektronik-20/ Genesis -20), pH
meter, piknometer, dan neraca ohaus.
Pembuatan alat diawali dengan membuat rangkaian, dan selanjutnya pemasangan
komponen- komponen catu daya serta pemasangan LDR pada posisi menghadap ke depan
kuvet dan sejajar dengan lampu LED. Lampu LED disusun secara paralel dengan tiga
warna lampu, yaitu LED biru, kuning, dan merah dengan menggunakan kepala senter
bekas. Susunan LED, kuvet, dan LDR dibuat sejajar serta diusahakan cahaya yang
diterima kuvet hanya berasal dari lampu LED. skemanya seperti Gambar 1. Alat
Kolorimeter Sensor LDR yang sudah dirakit memiliki empat komponen penting, yaitu LED
0
4
6
-
E
D
U

64 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

sebagai sumber cahaya, sensor LDR sebagai detektor, dan sebuah multimeter digital seperti
terlihat pada Gambar 2.
Alat kolorimeter sensor LDR sudah dapat dibuat dengan menggunakan tiga warna lampu
LED sebagai sumber cahaya, alat ini dapat digunakan untuk media pembelajaran kimia
pada materi sifat-sifat warna senyawa logam transisi pertama atau membuktikan
hubungan antara warna benda dengan penyerapan cahaya.
Kata-kata kunci : Kolorimetri, Light Dependent Resistor, Light Emiting Diode, Media
Pembelajaran Kimia

Gambar 1. Skema susunan LED, kuvet, dan LDR.

Gambar 2. susunan alat kolorimeter sensor LDR.
Referensi
[1] Crump, J., Sandwick, Roger, K., ( 1994), A Simple Microwell Colorimeter, J.Chem.
Educ, 71, A199-A200
[2] Gordon, J., Harman, S., (2002) A graduated Cylinder Colorimeter, J.Chem.Educ, 79,
611-612
[3] Harvey, D., (2000), Modern Analytical Chemistry, Ist Ed, Mc.Grow-Hill Companies,
Singapore, 374-381
[4] Owen, Bishop, (2004), Dasar-dasar Elektronika, Erlangga, Jakarta
[5] Retno, Dwi Suyanti, (2010), Strategi Pembelajaran Kimia, Edisi Pertama, Graha Ilmu,
Yoyakarta.
Multimeter digital
Lampu LED ( biru,
merah, dan kuning)
Kuvet tempat zat
Rangkaian regulator catu daya
Book of (Extended) Abstracts 65
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Analisis Difraksi Sinar-X Serbuk Nanokristal CeO2 yang Disintesis dalam
Campuran Pelarut Aquades/Alkohol
Iis Nurhasanah, Ida Nursanti, Arik, Heri Sutanto dan Zaenul Muhlisin
Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, S.H. Semarang 50275, [email protected]
Abstrak
Nanokristalin CeO2 disintesis pada temperatur relatif rendah melalui proses presipitasi
cerium nitrate dalam campuran pelarut aquades/alkohol dengan berbagai rasio. Analisis
difraksi sinar-x digunakan untuk menentukan struktur, ukuran kristalit, kontstanta kisi
dan regangan kisi. Mikrostruktur dan komposisi atom nanokristalin CeO2 juga
dikarakterisasi menggunakan scanning electron microscopy (SEM) dan energy dispersive x-
ray (EDX). Proses pencocokan pola difraksi sinar-x menggunakan program GSAS
menunjukan bahwa semua hasil sintesis merupakan nanokristalin CeO2 berstruktur kubik
fluorite. Ukuran kristalit untuk berbagai rasio pelarut yang diperoleh menggunakan
metode Williamson-Hall tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
CeO2 (cerium oxide, ceria) dengan struktur kubik fluorite memiliki aplikasi luas dan telah
menjadi kajian penelitian dalam kurun waktu dua dekade terakhir [1-5]. Sintesis
nanokristalin CeO2 menggunakan berbagai metode juga bukan penelitian yang baru,
namun masih diperlukan metode sintesis yang menghasilkan nanokristalin CeO2 dengan
sifat-sifat yang sesuai untuk aplikasinya dan dapat digunakan secara praktis. Penggunaan
sistem campuran pelarut dalam proses presipitasi merupakan pendekatan baru yang
digunakan untuk menghambat aglomerasi, sehingga diperoleh ultrafine CeO2 [6]. Pada
penelitian ini nanokristalin CeO2 disintesis menggunakan metode presiptasi dalam sstem
campuran pelarut aquades/alkohol.
Cerium nitrate dilarutkan dalam campuran pelarut dengan berbagai rasio aquades/iso-
propanol. Ammonia ditambahkan ke dalam larutan sambil distirer sampai diperoleh pH 9.
Presipitat dicuci dan dipanaskan pada temperatur 300oC selama 2 jam. Hasil sintesis
dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-x (XRD), scanning electron microscopy (SEM)
dan energy dispersive x-ray (EDX). Karakteristik mikrostruktur nanokristalin CeO2
dianalisis menggunakan hasil pengukuran XRD. Gambar 1 menunjukkan pola XRD
pencocokan pengamatan dan komputasional menggunakan GSAS. Ukuran kristalit
menggunakan metode Williamson-Hall berkisar antara 8 10 nm dan konstanta kisi rata-
rata 0,5415 nm. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil sintesis berupa nanokristalin
CeO2 berstuktur kubik fluorite. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan rasio
pelarut aquades/alkohol tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada ukuran kristalit.
Kata kunci (keywords): nanokristalin, CeO2, presipitasi, difraksi sinar-x, karakterisasi
struktur

Gambar 1. Pola difraksi sinar-x hasil pencocokan pengamatan dan komputasional
menggunakan program GSAS
0
4
7
-
M
A
T

66 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] Tessier, F., Chevire, F.,Munoz, F., Merdignac-Conanec, O., Marchand, R., Bouchard,
M., and Colbeau-Justin, C., 2008. Powder preparation and UV absorption properties of
selected compositions in the CeO2-Y2O3 system. Journal of Solid State Chemistry, 181,
1204-1212.
[2] Minamidate, Y., Yin, S., and Sato, T., 2010. Synthesis and characterization of plate-like
ceria particles for cosmetic application. Materials Chemistry and Physics, 123, 516-
520.
[3] Llusar, M., Vitskov, L., Sulcov, P., Tena, M.A., Badenes, J.A., Monrsa, G., 2010.
Red ceramic pigments of terbium-doped ceria prepared through classical and non-
conventional coprecipitation routes. Journal of the European Ceramic Society, 30, 37
52.
[4] Ji, P., Zhang, J., Chen, F., Anpo, M., 2009. Study of adsorption and degradation of acid
orange 7 on the surface of CeO2 under visible light irradiation. Applied Catalysis B:
Environmental, 85, 148154.
[5] Fu, Y. P., Chen, S. H., 2010. Preparation and characterization of neodymium-doped
eria electrolyte materials for solid oxide fuel cells. Ceramics nternational, 36, 483
490.
[6] Sujana, M. G., Chattopadyay, Anand, S., 2008. Characterization and optical properties
of nano-ceria synthesized by surfactant-mediated precipitation technique in mixed
solvent system. Applied Surface Science, 254, 7405 7409.


Adopsi dan Adaptasi Metode Eksperimen Inquiry dan Problem Solving
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika di
Sekolah Menengah
Setiya Utari, Selly Feranie, dan Mimin Iryanti
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Jl SetiaBudhi No 229 Bandung
[email protected]
Abstrak
Penelitian dilatar belakangi oleh hasil penelitian yang menggambarkan bahwa mahasiswa
calon guru perlu mendapatkan pola pembianana dan bekal pengalaman yang cukup
sebagai calon guru fisika (Mahasiswa belum dapat melaporkan hasil kegiatan eksperimen,
terutama dalam menganalisa hasil data yang diproleh,(Utari, 2005), Pengetahuan awal yang
dimiliki mahasiswa belum mampu memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran
problem solving laboratory (Feranie, 2005). Mahasiswa masih merasa kesulitan dalam
mengembangkan prosedur eksperimen,(Wiyono,2005)) dan proses pembelajaran fisika di
lapangan yang belum optiman (. Implementasi dalam proses pembelajaran sains masih
belum secara optimal dapat mengembangkan aktivitas hands-on dan mainds-on ( Utari,
2009). Sekitar 15 % guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di Indonesia tidak
dapat menggunakan alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolahnya (Rustad dkk,
2004)), Berdasarkan permasalahan ini perlu dikembangkan pola bimbingan skripsi
sekaligus memperbaiki program perkuliahan. Pola bimbingan dilakukan memalui kegiatan
modeling dalam perkuliahan terkait dengan model-model pembelajaran yang akan melalui
penelitian ksripsi. Modelling di terapkan di perkuliahan Eksperimen Fisika DAsar II, hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahwa model (inquiry) yang dikembangkan dalam
perkuliahan lebih dari setengahnya (64,44%) telah melatihkan kemampuan berinkuiri,
namun beberapa model masih harus diperbaiki ( terutama untuk eksperimen 2 dan 4),
kemampuan yang belum terlatihkan adalah kemampuan mengembangkan pertanyaan
0
4
8
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 67
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

dan kemampuan menganalisis hasil eksperimen (53,33%). Model Laboratory Problem
Solving (LPS) yang dikembangkan belum dapat melatihkan kemampuan problem solving
(46,67 %), hanya 1 model yang baik dapat menuntun mahasiswa dalam melatihkan
kemampuan problem solving, model inilah yang diambil dari Universitas Minessotta (66,67
%), beberapa draf model perlu dikembangkan kembali dengan menyediakan problem yang
kaya dengan konteks. Mahasiswa telah mampu memahami contoh model yang
dikembangkan oleh expert, dan melakukan adopsi dan adaptasi yang ditunjukkan oleh
skenario pembelajaran yang sesuai berdasarkan langkah-langkah model inquiry dan
problem solving. Semua model yang digunakan dipandang efektif sebagai model yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar (dengan nilai <g>DL=0,62, <g>DI=0,71
<g>APS1 = 0,50; <g>AITS =0,47; <g>ALI =0,45), meskipun dalam kategori tinggi dan
sedang.
Kata kunci: adopsi, adaptasi, inquiry, problem solving, pemahaman konsep fisika
Tabel 1. Tema Penelitian Skripsi dan Tehnik pengolahan data yang digunakan.
No Mahasiswa Model pembelajaran dan tema ekspeprimen yang dikembangkan
1 Rahmat
Rizal
Model diadopsi dengan mengikuti pola Adopsi Discoveri learning dan
Demonstrasi Interaktif (ADDI)( Wenning, 2006) untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan KPS , Untuk mendapatkan gambaran
keefektifan model yang diterapkan terhadap peningkatan pemahaman
konsep menggunakan tehnik pengolahan data Gain ternormalisasi.
2 Diki
Rukmana
Model diadopsi dengan mengikuti pola Adopsi Problem solving (APS 1)
(Heller, 2005) untuk meningkatkan hasil belajar ( kognitif, afektif dan
psikomotor) ( SMA N Cicalengka). Untuk mendapatkan gambaran
keefektifan model yang diterapkan terhadap peningkatan hasil belajar
menggunakan tehnik pengolahan data Gain ternormalisasi.
3 Kiki
Susilawati
Model diadopsi dengan mengikuti pola Adopsi i Inquiry-based learning
and teaching strategy (AITS) (Lower secondary science syllabus Singapur,
2007) untuk meningkatkan hasil belajar ( kognitif, afektif dan
psikomotor), Untuk mendapatkan gambaran keefektifan model yang
diterapkan terhadap peningkatan hasil belajar menggunakan tehnik
pengolahan data Gain ternormalisasi.
4 Nenden Model diadopsi dengan mengikuti pola Adopsi Problem solving (APS2)
( Heller, 2005) untuk meningkatkan hasil belajar ( kognitif, afektif dan
psikomotor) ( SMA N Kota Bandung). Untuk mendapatkan gambaran
peningkatan hasil belajar menggunakan tehnik pengolahan data IPK.
5 Imas
Raningsih
Model diadopsi dengan mengikuti pola Adopsi Laborotory By Inquiry
(ALI 1) Mc.Dermott, 1996) untuk meningkatkan prestasi dan
kemampuan proses sains. ( SMA N Kota Bandung) Untuk mendapatkan
gambaran keefektifan model yang diterapkan terhadap peningkatan
prestasi dan KPS menggunakan tehnik pengolahan data Gain
ternormalisasi.
6 Siti Nur-
hasanah
Model diadopsi dengan mengikuti pola Adopsi Demonstrasi Interaktif
(ADI) ( Wenning, 2006) untuk meningkatkan prestasi ( SMA N Kab.
Bandung Barat ). Untuk membuktikan uji hipotesis terhadap model
yang diterapkan terhadap kelompok control digunanakan uji t.
Referensi
[1] Allie Saalih et al.(1997). Writing-Intensive Physics Laboratory Report : Task and
Asessment. The Physics Teacher.Vol (35), October 1997, pp 399-405.
[2] Allie Saalih et al.(2003). Teaching Measurement in the Introductory Physics
Laboratoory .
68 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[3] The Physics Teacher.Vol (42), October 2003, pp 394-401.
[4] National Science Foundation, Foundation Inquiry, Directorate for Education an Human
Resource, tersedia dalam: http//www.ehnsf,gov/HER/ESIE/index.html
[5] Mc.Dermott, LC. Et. Al (1996), Physics By Inquiry,Vole 1, New York, John Wiley &
Sons, Inc.
[6] Heller & Heller (1999), Problem-solving Laboratory, Minesotta
[7] Siahaan P, Utari .S. (2007), Hasil Survei Guru Fisika SMP dan SMA se-Jawa Barat.


Analisis Model Fluida Casson untuk Aliran Darah Dalam Stenosis Arteri
Riri Jonuarti dan Freddy Haryanto
KK Fisika Nuklir dan Biofisika,Jurusan Fisika ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, Indonesia
email:[email protected]
email: [email protected]
Abstrak
Beberapa peneliti telah menemukan bukti bahwa dinamika fluida pembuluh darah
memainkan peran utama dalam pengembangan dan perkembangan penyakit arteri. Arteri
yang menyempit disebabkan oleh perkembangan plak aterosklerosis yang mencuat ke
dalam lumen, mengakibatkan terjadinya stenosis arteri. Ketika sebuah obstruksi
(penghalang) berkembang dalam arteri, salah satu konsekuensi paling serius adalah
resistansi aliran meningkat dan terjadi pengurangan jumlah aliran darah ke tempat
tertentu yang dipasok melalui arteri. Telah dibuat simulasi kecepatan aliran darah dalam
pembuluh arteri dan dalam kaitannya dengan penyakit stenosis. Dalam simulasi ini
digunakan aliran berdenyut dan darah dianggap sebagai fluida yang dinamis, mampat dan
kental. Untuk stenosis telah digunakan model fluida Casson. Profil kecepatan aliran dalam
pembuluh arteri dengan variasi jarak stenosis dari sumbu pembuluh darah diperoleh
makin jauh posisi stenosis dari sumbu pembuluh darah makin rendah kecepatan aliran.
Resistansi aliran bertambah dengan bertambahnya ukuran (tinggi dan panjang) stenosis.
Proses peredaran darah dipengaruhi oleh kecepatan darah, luas penampang pembuluh
darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah.
Salah satu pembuluh darah yang ditinjau pada tulisan ini adalah pembuluh darah arteri
femoralis. Arteri femoralis adalah arteri yang memanjang dari pangkal paha sampai lutut.
Arteri ini adalah arteri utama yang membawa pasokan darah ke ekstrimis bawah dari
tubuh.
Ada banyak bukti bahwa dinamika fluida pembuluh darah memainkan peran utama dalam
pengembangan dan perkembangan penyakit arteri [1,2]. Salah satu dari penyakit arteri
adalah penyempitan arteri atau di dalam istilah kedokteran dikenal juga dengan stenosis
arteri. Arteri yang menyempit disebabkan oleh perkembangan plak aterosklerosis yang
mencuat ke dalam lumen, mengakibatkan terjadinya stenosis arteri. Ketika sebuah
obstruksi (penghalang) berkembang dalam arteri, salah satu konsekuensi paling serius
adalah resistansi aliran meningkat dan terjadi pengurangan jumlah aliran darah ke tempat
tertentu yang dipasok melalui arteri.
Stenosis ini berhubungan dengan penumpukkan zat lemak (seperti kolesterol) pada dinding
dalam pembuluh arteri ataupun perubahan patologis dalam struktur jarigan [3].
Perkembangan dari stenosis ini dapat menyebabkan gangguan peredaran darah yang
serius, dimana pada stenosis, perilaku aliran darah sangat berbeda dari keadaan arteri
normal. Dengan demikian, studi aliran darah pada stenosis memainkan peran penting
untuk pemahaman, diagnosis dan pengobatan penyakit penyumbatan arteri.
Metode yang digunakan adalah metode simulasi.
0
4
9
-
B
I
O

Book of (Extended) Abstracts 69
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Telah dilakukan simulasi kecepatan aliran darah dalam arteri berdasarkan persamaan
aliran darah dengan gradien tekanan berdenyut dan juga telah dilakukan perhitungan
resistansi aliran dalam stenosis dengan variabel-variabel dimensi stenosis seperti tinggi dan
panjang stenosis untuk model fluida Casson.
Simulasi profil kecepatan aliran darah pada kasus stenosis dibuat dengan parameter
sebagai berikut: = 3,52; R0 = 0,24 cm; L = 10 cm, = 1,05 g/cm3, dan = 3,0 x 10-3
Kg/m.s. Dari hasil simulasi diperoleh (Gambar 1) terlihat makin jauh posisi stenosis dari
sumbu pembuluh darah makin rendah kecepatan aliran. Hal ini disebabkan oleh makin
jauh posisi stenosis dari sumbu pembuluh darah, berarti juga makin kecil ukuran stenosis,
sehingga penampang lintang aliran yang dilalui darah makin besar. Sesuai dengan
persamaan kontinuitas maka kecepatan aliran mengecil.
Untuk model fluida Casson, telah dilakukan simulasi resistansi aliran terhadap tinggi
stenosis untuk nilai panjang stenosis berturut-turut L0 = 0,1L, L0 = 0,5L, dan L0 = L.
Perhitungan dilakukan dengan parameter-parameter; n = 1, = 1,05 g/cm3, = 3,5 x 10-3
Kg/m.s, = 19,25 Pa, dan = 3,59. Diperoleh resistansi aliran bertambah dengan
bertambahnya ukuran (tinggi dan panjang) stenosis (Gambar 2a). Sedangkan resistansi
aliran berkurang apabila tegangan geser bertambah (Gambar 2b).
Kata kunci: aliran darah, arteri, femoralis, fluida Casson, stenosis.

Gambar 1. Profil kecepatan aliran darah untuk beberapa nialai jarak stenosis.

Gambar 2. (a).Variasi nilai resistansi aliran () dengan tinggi stenosis (/R0) saat = 19,25
Pa untuk beberapa nilai panjang stenosis (L0). (b). Variasi nilai resistansi aliran () dengan
tinggi stenosis (/R0) untuk beberapa nilai tegangan geser ().
70 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] Srivastava. L.M, (1985): Flow of couple stress fluid through stenotic blood vessels. J.
Biomech, 18, 47985.
[2] Tu. C, dan Deville. M, (1996): Pulsatile flow of non-Newtonian fluids through arterial
stenosis. J. Biomech, 29, 899908.
[3] Liepsch. D, M. Singh, dan L. Martin, (1992): Experimental analysis of the influence of
stenotic geometry on steady flow, Biorheology 29, 419431.


Variabilitas Ozon Stratosfer di Wilayah Indonesia Hasil Observasi
Instrumen Microwave Limb Sounder (MLS) Satelit AURA
Novita Ambarsari dan Ninong Komala
Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Dr. Junjunan no. 133 Bandung 40173
Email : [email protected], [email protected]
Abstrak
Penentuan profil vertikal ozon di wilayah Indonesia telah dilakukan. Data yang digunakan
adalah data vertical mixing ratio ozon dari instrument Microwave Limb Sounder (MLS) yang
terdapat pada satelit AURA. Lokasi pengambilan data diambil lintang dan bujur Indonesia
(95 BT-145 BT, 6 LS-11 LU). Hasil penelitian menunjukkan ozon maksimum di lapisan
stratosfer tengah. Hasil analisis menunjukkan variasi bulanan profil vertikal ozon di
Indonesia tahun 2006-2008 secara umum menunjukkan konstan dibawah tekanan 100
hPa dan meningkat pada tekanan 100 hpa hingga 0,1 hpa yaitu dari lapisan stratosfer
bawah hingga lapisan stratosfer atas kemudian menurun kembali dengan nilai maksimum
di lapisan stratosfer pertengahan yaitu pada tekanan 10 hpa dengan ozon miksing rasio
maksimum antara 8000 hingga 11000 ppbv atau 8 hingga 11 ppmv, ozon minimum di
troposfer dan di atas ketinggian 0.01 hPa
Profil vertikal ozon dalam skala global sangat penting untuk diketahui. Ozon berperan
penting dalam proses fotokimia di troposfer yang merupakan proses oksidasi senyawa-
senyawa kimia yang diemisikan dari permukaan bumi menjadi senyawa dalam bentuk inert
(tidak bereaksi), seperti oksidasi CO menjadi CO2 atau senyawa yang dapat dihilangkan
oleh presipitasi, seperti asam nitrat yang berasal dari NO. Ozon di troposfer juga
merupakan sumber utama radikal OH yang berperan sebagai agen pengoksidasi senyawa-
senyawa yang ada di atmosfer. Proses ini merupakan prinsip dasar mekanisme
pembersihan atmosfer, ozon berperan penting dalam pengendaliannya (Fehsenfeld, 1993).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil vertikal ozon di wilayah Indonesia
didasarkan pada data-data hasil pengukuran instrumen Microwave Limb Sounder (MLS)
pada satelit AURA milik NASA.
Data profil ozon Indonesia dari tahun 2006-2008 hasil observasi sensor MLS (Microwave
Limb Sounder) diunduh dari website resmi MIRADOR
http://mirador.gsfc.nasa.gov/index.shtml. Website ini disediakan oleh NASA Amerika
untuk memperoleh data-data hasil observasi berbagai instrumen pada beberapa satelit.
Data profil ozon yang diperoleh merupakan data harian. Data profil ozon diolah menjadi
variasi tahunan dan musiman. Kemudian dilakukan analisis lebih dalam untuk lapisan
ozon stratosfer pada tekanan 20-68 hPa untuk dibuat time series dan variasi bulanan.
Untuk mengetahui variasi ozon terhadap ketinggian dibuat diagram antara nilai rata-rata
bulan konsentrasi ozon (Jan-Des 2006-2008) dengan ketinggian.
Profil vertikal ozon Indonesia tahun 2006-2008 (gambar 3.1) menunjukkan puncak pada
tekanan 10 hPa atau lapisan stratosfer tengah. Konsentrasi ozon minimum di troposfer
0
5
0
-
E
P
S

Book of (Extended) Abstracts 71
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

pada tekanan di bawah 100 hPa. Variasi musiman ozon di Indonesia menunjukkan
maksimum pada bulan SON 2006-2008 dengan konsentrasi mencapai 10 ppmv.
Kata kunci : ozon vertikal, MLS, AURA, profil ozon

Gambar 3.1 Rata-rata bulan profil ozon Indonesia 2006-2008 (kiri), variasi musiman profil
ozon (kanan).
Referensi
[1] Fehsenfeld. 1993. Tropospheric Ozone: Distribution and Sources. Global Atmospheric
Chemical Change. Hal. 169.
[2] Yang Jing Mei, 2009, Vertical Distribution of Stratospheric Ozone Over China,
Atmospheric and Oceanic Science Letter, Vol 2, No. 1, 51-56.
[3] Thierry Leblanc and I. Stuart McDermid, 2000, Stratospheric ozone climatology from
lidar measurements at Table Mountain (34.4&N, 117.7&W) and Mauna Loa (19.5&N,
155.6&W), Journal of Geophysical Research, vol. 105, no. D11, pages 14


Disain dan Implementasi Sistem Pengukuran Resistivitas dan Efek
Hall Bahan Semikonduktor
Ismet Rahadi
a
dan Pepen Arifin
b

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132.
a
SMAN 19 Bandung, Jl Dago Pojok Bandung, [email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik FMIPA ITB,
Jl Ganesha 10 Bandung 40132, 022-2500834, [email protected]
Abstrak
Pada umumnya perangkat Hall merupakan sistem yang besar, oleh karena itu menjadi
suatu tantangan yang menarik untuk membuat perangkat Hall yang portable, murah dan
dapat digunakan oleh siswa SMA. Selain untuk mendemonstrasikan efek Hall, perangkat
Hall dapat digunakan untuk mengkarakterisasi bahan semikonduktor, yaitu hambatan
0
5
1
-
M
A
T

72 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

jenis, mobilitas, konsentrasi dan jenis pembawa muatan mayoritas... Elektromagnet
menghasilkan induksi magnet pada orde milli Tesla untuk perubahan arus input antara
0,1 sampai 0,8 Ampere. Uji coba sistem pengukuran Hall ini pada sampel semikonduktor
Galium Antimonide (GaSb) dengan ketebalan 0.4 m menggunakan metode pengukuran
Hall-van der Pauw menghasilkan: hambatan jenis =3,66 10^(-4) (ohm m), mobilitas
H = 151,0 (cm2/V-s , dan jenis pembawa muatan mayoritas adalah hole dengan
konsentrasi sebesar p = 1,1 1018 (cm-3). Sebagai perbandingan, sampel ini telah diukur
mobilitasnya menggunakan perangkat Hall komersial dan diperoleh nilai 230 cm2/V-s.
Karakterisasi semikonduktor berdasarkan gejala efek Hall. Gejala efek Hall timbul akibat
adanya gaya Lorentz. Salah satu sub materi pembelajaran yang diberikan di kelas 11
setingkat SMA adalah medan magnet mencakup pembahasan mengenai gaya Lorentz.
Sehingga penulis termotivasi untuk menset-up alat yang dapat mengamati adanya gaya
Lorentz juga berfungsi untuk karakterisasi bahan semikonduktor. Alat ukur untuk
mengekstrak beberapa sifat fisis semikonduktor Yaitu: hambatan jenis ( ), mobilitas (),
konsentrasi (n) dan jenis pembawa muatan mayoritas (elektron atau hole) dengan
menggunakan metode pengukuran Van der Pauw. Bahan uji adalah semikonduktor
Galium Antimonide (GaSb) lapisan tipis ketebalan 0.4 m berbentuk persegi dengan sisi 3
mm. Metode Van der Pauw mengkarakteristik bahan tanpa memperhatikan arus
permukaan sehingga bentuk pelat adalah sembarang.
Hasil karakterisasi pada bahan uji Galium Antimonide (GaSb) adalah hambatan jenis
adalah = 3.66 10^(-4) (Ohm.meter), mobilitas Hall _H adalah 151.0 (cm2/V-sec),
konsentrasi n = 1.1 1018(cm-3), jenis pembawa muatan mayoritas adalah hole.
Gejala efek Hall terjadi akibat gaya magnet pada pembawa muatan listrik yang bergerak.
Hasil uji coba alat pada sampel semikonduktor Galium antimonide (GaSb) menghasilkan:
hambatan jenis = 3.66 10-4 (ohm meter), mobilitas H = 151.0 (cm2/V-sec), konsentrasi
n = 1.1 1018(cm-3) dan pembawa muatan mayoritas adalah hole. Sebagai perbandingan,
sampel ini telah diukur mobilitasnya menggunakan perangkat Hall komersial dan diperoleh
nilai 230 cm2/V-s.
Kata kunci: efek Hall, elektromagnet, Hall-van der Pauw, resistivitas, mobilitas.
Tabel 1. Induksi (B) elektromagnet fungsi arus (I) electromagnet.
No I (Ampere) B (Tesla)
1 0.1 0.008608
2 0.2 0.017208
3 0.3 0.025808
4 0.4 0.034408
5 0.5 0.043008
6 0.6 0.051608
7 0.7 0.060208
8 0.8 0.068808
Referensi
[1] Popovic, R,S. (1991): Hall Effect Device Magnetic Sensors and Characterization of
Semiconductors, Adam Hilger.
[2] Van der Pauw, L.J. (1958): A Method of Measuring Specific Resistivity and Hall Effect of
Disc of Arbitrary Shape, Phips Res. Rep. 13 1-9.
Book of (Extended) Abstracts 73
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[3] Rhoderick, E.H., and Williams, R.H. (1988): Metal-Semikonduktor Contacts, Oxford,
Clarendon.


Studi Eksperimental Untuk Menentukan Karakteristik Laju Aliran
Fluida Terhadap Beda Temperatur Pada Sistem Sirkulasi Alami
Muhammad Ilham Amri
a
, Khairul Basar
b
, Novitrian
c

a
Program Studi Magister Pengajaran Fisika FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung,HP
085256672378
b
Jurusan Fisika KK Fisika Nuklir dan Bio Fisika FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung
c
Jurusan Fisika KK Fisika Nuklir dan Bio Fisika FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung
Abstrak
Sirkulasi alami merupakan suatu mekanisme perpindahan panas dimana pergerakan fluida
tidak dihasilkan oleh sumber gaya eksternal namun oleh adanya perbedaan temperatur.
Dalam penelitian ini telah didesain dan dibuat sebuah alat yang dapat digunakan untuk
menentukan karakteristik laju aliran fluida cair akibat adanya perbedaan temperatur
dalam pipa loop tertutup dengan cara mengukur waktu tempuh fluida cair pada tabung
vertikal dan tabung horizontal serta dalam satu siklus aliran. Desain alat sirkulasi alami
menggunakan termostat untuk memvariasikan daya efektif panas yang diberikan pada
fluida. Karakteristik aliran ditentukan dengan cara mengamati pengaruh daya efektif
terhadap laju aliran fluida (debit) dan beda temperatur untuk empat jenis fluida dengan
konsentrasi massa berbeda. Perbedaan temperatur ditentukan melalui pengukuran suhu
pada sumber panas dan bejana pendingin. Disamping itu penentuan laju aliran fluida cair
juga dilakukan secara analitis berdasarkan data perbedaan temperature. Hasil eksprimen
menunjukkan hubungan laju aliran fluida cair dan beda temperatur terhadap daya efektif
pemanas berbanding lurus, artinya semakin besar daya efektif yang diberikan maka
semakin besar nilai laju aliran dan beda temperatur fluida. Hasil analisis eksperimen dan
perhitungan analitis diperoleh nilai laju aliran yang berbeda. Perbedaan hasil ini mungkin
disebabkan oleh pengaruh ketidaksempurnaan desain alat, keterbatasan alat ukur seperti
sensitivitas termometer terhadap perubahan suhu, ketepatan pengukuran waktu dan
pengaruh suhu lingkungan.
Fenomena perpindahan panas konveksi alamiah banyak diaplikasikan dalam berbagai
sistem penukar kalor misalnya pada sistem pendinginan pada reaktor nuklir, proses
pendinginan alat elektronik, pembuangan kalor pada kondensor untuk refrigerator baik
pada sistem dengan kapasitas yang besar maupun kecil merupakan suatu tema kajian
yang cukup menarik.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian secara eksprimental dengan
merancang sebuah model sirkulasi alami berskala kecil dengan menetapkan perbedaan
temperatur untuk memungkinkan terjadinya proses konveksi alami. Adapun alat sirkulasi
alami yang akan dirancang dalam penelitian ini diiilustrasikan dalam Gambar 1.
Fluida yang digunakan pada penelitian ini divariasikan berdasarkan massa jenisnya,
diperoleh hasil sebagai berikut: air dengan massa jenis (0) = 1 gr/cm3, larutan garam 1
dengan konsentrasi massa 11,11% dan massa jenis (1) = 1,2 gr/cm3, larutan garam 2
dengan konsentrasi massa 20% dan massa jenis (2) = 1,3 gr/cm3, larutan garam 3 dengan
konsentrasi massa 27,27% dan massa jenis (3) = 1,4 gr/cm3.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Studi Eksprimental untuk
Menentukan Karakteristik Laju Aliran Fluida terhadap Beda Temperatur pada Sistem
sirkulasi Alami dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Besarnya laju aliran fluida
sebanding dengan besarnya daya efektif yang dihasilkan pemanas, (2) Besarnya laju
aliran fluida pada bagian tabung horizontal lebih besar dari bagian tabung vertikal, (3)
Besarnya beda temperatur sebanding dengan besarnya daya efektif yang dihasilkan
pemanas, (4) Untuk beda temperatur yang sama diperoleh nilai kapasitas air sebesar
0
5
2
-
I
N
S

74 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

2399,7(J/kg0C), (5) Laju aliran fluida berbanding terbalik dengan massa jenis fluida yang
mengalir, dan (6) Besarnya kapasitas panas pada fluida berbanding terbalik dengan massa
jenis fluida.
Kata kunci: sirkulasi alami, laju aliran fluida, beda temperatur, daya efektif

Gambar 1. Hasil rancangan alat sirkulasi alami.
Referensi
[1] Reyes J, Cleveland J., 2005, Natural Circulation in Water Cooled Nuclear Power Plants :
Phenomena, Models, and Methodology for System Reliablity Assessments : Vienna
[2] Welty.J.R, Wicks.C.E, Wilson.R.E, Rorrer.G., 2004, Fundamentals of Momentum, Heat,
and Mass Transfer. John Wiley and Sons: USA.
[3] Hewitt.G.F, Shires G.L, Bott.T.R., 1994, Process Heat Transfer. CRC Press, Inc.
[4] Sudarja, Mekanika Fluida Dasar, Bahan Kuliah, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta: UMY.
[5] Giles, Ranald V., 1984, Mekanika Fluida dan Hidaulika, Edisi Kedua, Jakarta:
Erlangga.
[6] Welty.J.R, Wicks.C.E, Wilson.R.E, Rorrer.G., 2004, Dasar-Dasar Fenomena Transfor :
Transfer momentum. Edisi keempat, Jakarta: Erlangga.


Pengaruh Jumlah Lilitan Dan Luas Penampang Kumparan Pada Besar
Kecepatan Sudut Putaran Motor Listrik Sebagai Model Pembelajaran
Melalui Metode Eksperimen Bagi Siswa SMA
Mulia Sari
Abstrak
Motor listrik adalah salah satu alat yang memanfaatkan konsep induksi magnetik dan gaya
Lorenz yang ditimbulkan akibat sebuah kawat berarus listrik berada dalam suatu medan
magnet. Dengan menggunakan konsep induksi magnetik seperti pada generator,
kumparan yang diletakkan di dalam medan magnet yang homogen, kemudian ujung-ujung
kumparan dihubungkan pada sumber arus maka terjadi peristiwa sebaliknya dari
0
5
3
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 75
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

generator yaitu peristiwa perubahan energi listrik menjadi energi mekanik. Dengan
menggunakan metode eksperimen, pada tugas akhir ini dirancang alat sederhana yang bisa
dimanfaatkan oleh siswa SMA dan sederajat untuk menunjukkan gejala induksi magnetik
dan gaya Lorenz. Setelah melakukan pengamatan dan perhitungan kemudian dibuat grafik,
dengan bantuan grafik tersebut dapat membantu memahami pengaruh jumlah lilitan dan
luas penampang kumparan pada besar kecepatan sudut putaran motor listrik. Dari analisis
data diperoleh kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah lilitan semakin besar kecepatan
sudut putaran motor listrik dan semakin besar luas penampang kumparan semakin kecil
kecepatan sudut putaran hal ini disebabkan adanya faktor perubahan arus dan momen
inersia kumparan .Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa motor listrik
sederhana yang dibuat cukup memadai bila digunakan dalam proses pembelajaran Fisika
di SMA.
Kurangnya penguasaan konsep kerja motor listrik tersebut salah satunya disebabkan oleh
minimnya eksperimen yang dilakukan siswa saat pembelajaran, sementara banyak
peralatan listrik yang menggunakan motor listrik sebagai komponen dasarnya. Hal inilah
yang menjadi alasan penulis mengangkat tema motor listrik dalam penulisan ini.
Metode eksperimen digunakan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan dilakukan dengan menghitung besar kecepatan putaran,
panjang, lebar, massa, hambatan masing-masing kumparan, tegangan dan arus yang
mengalir ketika kumparan berada di luar sistem, arus yang mengalir pada kumparan saat
sistem bekerja serta besarnya medan magnet.
Langkah-langkah pengoperasian alat: mengukur massa masing-masing hambatan,
mengukur besar hambatan masing-masing kumparan, mengukur besar medan magnet
diantara dua magnet permanen, tegangan dan kuat arus kumparan sebelum dimasukan
ke dalam medan magnet, mengukur kecepatan putaran kumparan dan kuat arus listrik
yang mengalis selama sistem bekerja..
Untuk mempermudah menganalisis data hasil penelitian kemudian dibuat grafik hubungan
antara besar kecepatan putaran dengan (i N)/I untuk luas penampang yang sama yaitu
43,865 cm^2, sebagaimana diberikan dalam Gambar 1.
Berdasarkan grafik di atas semakin besar (i N)/I semakin besar kecepatan sudut putaran
kumparan.
Kata kunci : Motor listrik, gaya Lorenz, induksi magnetik, jumlah lilitan, luas penampang,
efisiensi, metode eksperimen.

Gambar 1. Hubungan antara kecepatan sudut dengan iN/l untuk luas A2.
Referensi
[1] Giancoli Douglas , Fisika, Erlangga, Jakarta, (2001)
[2] Haliday, Resnick, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2, Erlangga, Jakarta, (1984)
[3] Sutrisno, Tan ik Gie, Fisika Dasar. Listrik, Magnet dana Termofisika, ITB, (1997)
[4] Modul Praktikum, Fisika Dasar II, Laboratorium Fisika Dasar, Departemen Fisika ITB,
Bandung, (2011)
[5] Darmawan Djonoputro, Teori Ketidapastian Menggunakan Sistem SI, ITB, Bandung,
(1984)
76 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[6] Dr. Ir. Bob Foster, M.M Terpadu FISIKA SMA Jilid 3B, 2004,Erlangga, Jakarta (2003)
[7] Dra. Hj. Shrie Laksmi Saraswati, M.Pd Model-model pembelajaran berdasarkan
Konstruktivisme, 2006
[8] Marthen Kanginan Fisika 3A, Erlangga. Jakarta, (2006)


Interaksi Bola Dalam Aliran Fluida
Ali Umar Dani
a
dan Suparno Satira
b

a
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132.
Pesantren Madani Alauddin Gowa-Makassar, [email protected]
b
Kelompok Keahlian Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi FMIPA ITB,
Jl Ganesha 10 Bandung 40132, 022-2500834, [email protected],
Abstrak
Bola di dalam aliran udara akan tertahan karena adanya perbedaan tekanan fluida di
sekitar bola. Sesuai dengan perumusan Bernoulli, tekanan dalam fluida yang bergerak
cepat lebih lebih rendah dari tekanan fluida yang bergerak lebih lambat. Perbedaan tekanan
yang diakibatkan oleh perbedaan kecepatan aliran udara pada permukaan bola akan
memberikan pengaruh terhadap gerakan. Bola yang diletakkan di dalam aliran fluida akan
berputar, dan dapat dipahami menggunakan penambahan sebuah vorteks. Disamping
berputar bola akan mengalami gaya angkat. Pembentukan gaya angkat pada benda berotasi
dijelaskan dalam efek magnus. Keberadaan bola dalam aliran fluida menimbulkan
pergeseran tingkat homogenitas, dan menyebabkan ada bagian tertentu yang memiliki laju
aliran fluida yang lebih tinggi, sehingga apabila terdapat bola yang lain maka akan
memperoleh impuls gaya yang lebih besar. Penempatan beberapa bola dalam aliran fluida
menunjukan perilaku yang konsisten dengan keberadaan bola tunggal. Hal ini ditunjukan
oleh adanya periodisitas waktu bola di dalam aliran udara. Keteraturan perioda bola dalam
pipa udara ditentukan oleh diameter dan massa bola.
Bola tertahan dalam aliran fluida disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan fluida di
sekitar bola. Sesuai dengan perumusan Bernoulli, tekanan dalam fluida yang bergerak
cepat lebih lebih rendah dari tekanan fluida yang bergerak lebih lambat.[3] Keberadaan
benda di dalam aliran fluida sangat bergantung pada keadaan aliran fluida dan sifat fisis
benda. Perilaku dan sifat benda dalam aliran fluida ingin diketahui secara eksperimental.
Apabila sebuah bola diletakkan dalam fluida bergerak, maka bola akan berputar (rotasi)
akibat vortex.[2] Disamping berotasi, bola juga bergerak naik-turun (arah vertikal) akibat
gaya angkat oleh fluida dan gaya berat bola. Lintasan gerak bola (vertikal) melengkung
akibat efek magnus.[3]
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. Eksperimen dilakukan untuk
mengukur besaran-besaran yang dapat diamati dalam penelitian ini seperti laju aliran dan
ketinggian yang dicapai tiap-tiap bola dalam pipa udara. Alat yang akan dibuat dapat
menghasilkan aliran udara yang homogen dan mampu mengangkat bola kecil, benda (bola
kecil) sebagai gambaran aliran fluida. Alat terdiri dari 4 bagian utama yaitu kotak kipas,
ruang tenang, ruang saringan (filter) bertingkat, dan pipa aliran udara. Ilustrasi diberikan
dalam Gambar 1. Bagian ruang tenang dibuat sebagai ruang untuk meredam perputaran
udara sebelum dilewatkan ke filter. Spatial filter dibuat bertingkat, sebagai ruang
mengarahkan aliran udara menjadi homogen.
Hubungan antara diameter bola terhadap ketinggian yang dicapai dalam pipa aliran udara,
yaitu bola berdiameter kecil memcapai ketinggian yang lebih tinggi daripada bola
berdiameter besar, seperti diilustrasikan dalam Gambar 2.
Dari Tabel 1, dapat diamati keteraturan perioda dari 1 bola ke 3 bola, perioda bola tersebut
berkurang ketika bola bertambah.
0
5
4
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 77
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Dapat disimpulkan bahwa keberadaan bola dalam aliran fluida menimbulkan pergeseran
tingkat homogenitas. Keberadaan bola dalam pipa udara menyebabkan ada bagian tertentu
yang memiliki laju aliran fluida yang lebih tinggi, sehingga apabila terdapat bola yang lain
maka akan memperoleh impuls gaya yang lebih besar. Terdapat keteraturan perioda bola
dalam pipa udara, dimana bertambahnya bola menyebabkan perioda yang lebih singkat.
Kata kunci: aliran fluida, kecepatan aliran fluida, saringan, tingkat homogenitas, perioda
bola.

Gambar 1.Sketsa bagian-bagian pipa udara.

Gambar 2. Hubungan antara diameter bola terhadap ketinngian yang dicapai dalam pipa
aliran udara.
Tabel 1. Perioda bola dalam pipa udara (dalam s).
Bola A
Dimeter 1,360
cm
1 Bola 10
2 Bola 10 8
3 Bola 10 8 5,75
Bola B
Dimeter 1,710
cm
1 Bola 6,2
Bola D
Dimeter 2,69
cm
1
Bola 8,0
2 Bola 7,0 5,9
2
Bola 8,0 4,3
3 Bola 6,7 5,8 5,3
3
Bola 8,0 4,2 3,3
Bola C
Dimeter 2,070
cm
1 Bola 6,0
Bola E
Dimeter 2,820
cm
1
Bola 7,1
2 Bola 6,0 4,3
2
Bola
7,0
4,2
3 Bola 6,0 5,0 4,1
3
Bola 7,0 4,0 3,1

82 cm
8 cm
8 cm
10 cm
10 cm
Pipa aliran udara
Spatial filter bertingkat
Ruang tenang
Kotak kipas
78 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] M. White. Frank, (1986): Fluid Mechanics, Mc-Graw-Hill.
[2] Michell. S. J, (1970): Fluid and Particle Mechanics, Pergamon Press.
[3] Sardjadi. Djoko, (2003): Mekanika Fluida, Art Pro Bandung.


Pengembangan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SMA/MA melalui
Penyusunan Modul Praktikum Isolasi dan Identifikasi Senyawa dalam
Daun Tanaman Mint (Mentha cordifolia opiz)
Kurniati
a
dan Deana Wahyuningrum
b

a
Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Jl.Panorama Baru Bukittinggi
e-mail: [email protected]
b
KK Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, e-mail: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengembangan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui
penyusunan modul praktikum dengan topik isolasi dan identifikasi minyak atsiri dari daun
tanaman mint (Mentha cordifolia opiz). Dalam penyusunan modul praktikum dilakukan
penentuan alat dan bahan kimia alternatif untuk pelaksanaan praktikum tersebut di
laboratorium SMA/MA. Untuk alat isolasi minyak atsiri dari daun mint telah dimodifikasi
alat distilasi uap sederhana. Hasil distilasi uap dari daun tanaman mint diperoleh distilat
berupa minyak berwarna kekuningan, bau menyengat dengan rendemen 0,07%. Minyak
atsiri mint hasil isolasi diidentifikasi dan dikarakterisasi menggunakan KLT, GC-MS, GC-
FID, spektrofotometer UV, IR dan NMR dan berdasarkan hasil analisis data diperoleh
komponen utama dari minyak atsiri mint adalah piperitenon oksida (m/z=166; persentase
komposisi 74,66%), karvon (m/z=150; persentase komposisi 9,34%) dan germakren D
(m/z=204; persentase komposisi 5,43%). Dalam penelitian ini dihasilkan modul praktikum
tentang isolasi dan identifikasi minyak atsiri mint dari daun tanaman mint (Mentha sp)
yang mempertimbangkan berbagai alat dan bahan kimia alternatif yang relatif mudah
diperoleh, yaitu: penggunaan kertas saring sebagai pengganti pelat KLT aluminium berlapis
silika gel; pipet tetes sebagai pengganti pipa kapiler untuk menotolkan sampel pada
pelat/kertas untuk KLT; botol kaca bekas yang dipotong untuk wadah larutan pengembang
(developing chamber); pelarut kloroform dan metanol sebagai pengganti etil asetat dan n-
heksana sebagai fasa gerak pada KLT; dan penggunaan vanilin komersial menggantikan
vanilin p.a. sebagai penampak noda hasil KLT dengan mengubah komposisi larutannya.
Kata kunci: Inkuiri terbimbing, modul praktikum, distilasi uap, alat dan bahan kimia
alternatif, Mentha cordifolia opiz

Gambar 1. Penampakan noda di bawah lampu UV dan setelah dicelupkan pada larutan
vanilin dengan eluen n-heksana:etil asetat pada beberapa perbandingan komposisi.

0
5
5
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 79
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Alat distilasi uap
Alat distilasi uap
modifikasi 2
Alat distilasi uap
modifikasi 3
Alat distilasi uap
Modifikasi 1

Gambar 2. Tahapan modifikasi rangkaian alat distilasi uap untuk isolasi minyak atsiri dari
daun mint (Mentha cordifolia opiz)
Referensi
[1] Baker J.T., R.P. Borris, B. Carte, G.A. Cordell, G.M. Cragg, M.P. Gupta, M.M. Iwu, D.R.
Madulid dan V.E. Tyler, 1995. Natural Product Drug Discovery and Development: New
Perspectives on International Collabotation, J. Nat. Prod., 58 (9) 1325-1357
[2] Depdiknas, 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006: Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, BNSP
[3] Goedhard M., Keulen H, dan Mouder T,1998. Teaching Distillation Knowledge, J.Chem
Educ, ,75, 378
[4] Supratman, 2010. Elusidasi struktur senyawa organik, Metode spektroskopi untuk
penentuan struktur senyawa organik, Widya Padjadjaran, Bandung, 10
[5] Dee Pooter, Lourent dan de Buyck, 1986. The Volatile of Calamintha nepeta sub sp
Glandulosa, PhytoChemistry, (25), 3, 691-694
[6] Ikan R, 1995. Natural Products: A Laboratory Guide, 2nd edition, Academic Press, San
Diego, 184-185
[7] Buttery, Flath.R, Mon.T dan Ling.L, 1986. Identification of Germacrene D in Walnut
and Fig Lleaf vVolatile, J.Agric.Food Chem, 34, 820-822.
[8] Tripathi A, Prajapathi.V, Ahmad A, Kishan, Aggarwal, dan Khanuja S, 2004.
Piperitenone Oxide as Toxic, Repellent and Reproduction Retardant toward Malarial
Vector Anopheles stephensi (Diptera:Anophelinea), Journal of Medical Entomologi, 41
(4), 691-698




80 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pengembangan Modul Praktikum untuk SMK Program Keahlian Analisis
Kimia mengenai Sintesis Senyawa 5,5-Difenilimidazolidin-2,4-dion
sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Karbon dalam Larutan NaCl 1%
Nia Rojbaniati
a
dan Deana Wahyuningrum
b

a
SMKN 13 Bandung, Jl. Soekarno-Hatta km.10 Bandung 40286, +6222 7318960,
e-mail: [email protected]
b
KK Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132,+6222 2502103,
e-mail: [email protected]
Abstrak
Pembelajaran yang baik tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta tapi juga
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu fenomena yang banyak ditemui
dalam kehidupan sehari-hari adalah korosi. Salah satu upaya pencegahan yang umum
dilakukan khususnya untuk korosi pada bagian dalam pipa logam adalah dengan
menggunakan inhibitor korosi. Senyawa turunan imidazol banyak dipilih sebagai inhibitor
organik. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun modul praktikum terpadu mengenai
sintesis senyawa turunan imidazol, yaitu 5,5-difenilimidazolidin-2,4-dion dan analisis
elektrokimia mengenai efisiensi inhibisi korosi. Penyusunan modul diawali dengan sintesis
senyawa 5,5-difenilimidazolidin-2,4-dion meggunakan metode MAOS (Microwave Assisted
Organic Synthesis) serta uji aktivitas inhibisi korosinya terhadap logam baja dalam larutan
NaCl 1% dengan metode Weight-Loss. Penerapan modul ini di SMK untuk mengenalkan
metode MAOS sebagai metode sintesis ramah lingkungan serta untuk meningkatkan
kesadaran lingkungan siswa akan bahaya korosi. Senyawa 5,5-difenilimidazolidin-2,4-dion
berhasil disintesis dengan metode MAOS selama 100 detik pada daya 800 W dengan
rendemen sebesar 69,35% pada sintesis dalam pelarut etanol, serta 53,92% pada sintesis
tanpa pelarut. Efisiensi inhibisi korosi senyawa hasil sintesis pada baja karbon dalam
larutan NaCl 1% yang diukur menggunakan metode Weight-Loss meningkat dengan
naiknya konsentrasi. Hasil uji coba modul praktikum mengenai sintesis dan uji aktivitas
inhibisi korosi 5,5-difenilimidazolidin-2,4-dion yang disusun kepada tiga orang guru kimia
dan tiga orang siswa SMK dengan program keahlian analisis kimia menunjukkan bahwa
modul yang disusun dapat direkomendasikan untuk diterapkan di SMK program keahlian
analisis kimia.
Kata kunci: sintesis, MAOS, 5,5-difenilimidazolidin-2,4-dion, inhibitor, korosi, imidazol,
modul praktikum
Tabel 1. Data spektrofotometri inframerah benzoin
Bilangan Gelombang (cm
-1
) Gugus Fungsi Jenis Vibrasi
3372 O-H alkohol Stretching
3056 C-H aromatik Stretching
1680 C=O terkonjugasi Stretching
15971451 C=C aromatik Stretching
13931344 OH alkohol Bending
1266979 CC keton, CO alkohol Stretching
755692 CH aromatik Bending
Tabel 2. Data spektrofotometri inframerah bibenzoil
Bilangan Gelombang (cm
-1
) Gugus Fungsi Jenis Vibrasi
3066 CH aromatik Stretching
1666 C=O terkonjugasi Stretching
15921402 C=C aromatik Stretching
1329931 CC keton Stretching
872643 CH aromatik Bending
0
5
6
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 81
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Tabel 3. Data spektrofotometri inframerah 5,5-difenilimidazolidin-2,4-dion
Bilangan Gelombang (cm
-1
) Gugus Fungsi Jenis Vibrasi
32803212 NH Stretching
17671718 C=O Stretching
14951402 CC keton, C=C aromatik Stretching
12421198 CN Streching
1115648 CH aromatik Bending
Referensi
[9] Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
[10] Wahyuningrum, D., Achmad, S., Yana M. S., Buchari, & Ariwahjoedi, B. 2008, The
Synthesis of Imidazoline Derivative Compounds as Corrosion Inhibitor towards Carbon
Steel in 1% NaCl Solution, ITB J. Sci., 40 A, 1, 33 48
[11] Martin, E., & Kellen-Yuen C., 2007. Microwave-Assisted Organic Synthesis in the
Organic Lab: A Simple, Greener Wittig Reaction, J. Chem Educ, 84, 12, 2004 2006
[12] Musiol, R., TymanSzram, B., & Polanski, J., 2006. Microwave-Assisted Heterocyclic
Chemistry for the Undergraduate Organic Laboratory, J. Chem Educ, 83, 4, 632 633
[13] Sunarto, Y. N., 2008. Sintesis 2-(2-hidroksifenil)-4,5-difenilimidazol sebagai Inhibitor
Korosi pada Baja Karbon, Skripsi, Kimia, FMIPA ITB
[14] Gogoi, P. K., & Barhai, B., 2010. Corrosion Inhibition of Carbon Steel in Open
Recirculating Cooling Water System of Petroleum Refinery by Thiourea and Imidazole in
Presence of Zinc (II) Sulphate, International Journal of Chemistry, , 2, 2; 138 143
[15] Premkumar, P., Kannan, K., & Natesan, M., 2009. Evaluation Of Menthol As Vapor
Phase Corrosion Inhibitor For Mild Steel In NaCl Environment, The Arabian Journal for
Science and Engineering, 34, 2C, 71 79
[16] Material Safety Data Sheet Benzoin, [Online]. Tersedia:
http://www.sciencelab.com/xMSDS-Benzoin-9923053 [27 Desember 2010]
[17] Material Safety Data Sheet Bibenzoil, [Online]. Tersedia:
http://www.sciencelab.com/xMSDS-Bibenzoil-9923047 [27 Desember 2010]
[18] Material Safety Data Sheet Phenytoin, [Online]. Tersedia:
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926522 [27 Desember 2010]
[19] SDBS-13C NMR No. 7403CDS-13-732 dan SDBS-1H NMR No. 7403HSP-48-763 5,5-
diphenyl-2,4-imidazolidinedione, [Online]. Tersedia:
http://riodb01.ibase.aist.go.jp/sdbs/cgi-bin/direct_frame_top.cgi [2 Februari 2011]


Analisis Karakteristik Akustik Suara Cadel (Rhotacism) sengan
Menggunakan Perangkat Lunak Praat
Rizaldy Danar Priambodo
1a
, Siti Nurul Khotimah
2
, dan Sparisoma Viridi
2

1
Program Studi Sarjana Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
2
Nuclear Physics and Biophysics Research Division, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
a
[email protected]
Abstrak
Kemampuan berbicara merupakan salah satu pembeda yang menjadikan manusia sebagai
spesies paling dominan di muka bumi. Berbicara merupakan proses psikofisiologis, yaitu
proses memberikan makna emosi kepada suara yang dihasilkan. Proses produksi suara
0
5
7
-
B
I
O

82 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

manusia melibatkan banyak organ. Organ-organ yang terlibat dalam proses ini terbagi
menjadi dua bagian secara garis besar, yaitu paru-paru dan laring dengan pita suaranya
sebagai sumber suara dimana suara dengan berbagai frekuensi yang kompleks dihasilkan
dan filter atau artikulator dimana kita memodifikasi suara yang terbentuk tersebut
dengan mengatur posisi lidah, gigi, bibir, dan rongga mulut. Suara yang dihasilkan ini
mempunyai karakteristik non akustik (yaitu intensitas sinyal dan durasi waktu) dan
karakteristik akustik (yang terdiri atas pitch, formant, dan formant bandwidth).
Pitch atau biasa disebut juga dengan istilah fundamental frequency merujuk kepada nada
dasar seseorang, yaitu tinggi rendahnya suara orang tersebut. Secara fisis, pitch
menunjukkan frekuensi resonansi yang paling rendah dari suatu gelombang bunyi atau
suara manusia. Formant didefinisikan sebagai puncak-puncak dari spektrum daya suara.
Secara fisis, formant merupakan resonansi di dalam rongga mulut manusia. Formant
bandwidth merupakan rentang frekuensi di sekitar daerah formant. Nilai pitch hanya
bergantung kepada orang yang menghasilkan suara dan tidak dipengaruhi oleh bunyi
suara yang dihasilkan, sedangkan nilai formant dan formant bandwidth murni dipengaruhi
oleh bunyi suara yang dihasilkan. Untuk lebih memahami mengenai karakteristik akustik
suara, perhatikan Gambar 1.

Gambar 1. Spektrum gelombang bunyi. Nilai F0 menunjukkan pitch, F1 dan F2
menunjukkan nilai formant pertama dan kedua, dan nilai B1 dan B2 menunjukkan nilai
formant bandwidth pertama dan kedua.
Salah satu faktor yang paling penting dalam proses produksi suara manusia adalah
gerakan lidah di dalam rongga mulut. Dengan mengatur posisi lidah di dalam rongga
mulut, kita dapat menghasilkan bunyi vokal yang berbeda-beda. Posisi lidah ini dikaitkan
dengan nilai-nilai formant F1 dan F2. Nilai F1 berkaitan dengan posisi lidah terhadap
langit-langit mulut. Semakin kecil nilai F1, semakin dekat posisi lidah terhadap langit-
langit mulut.
Sedangkan nilai F2 berkaitan dengan posisi depan-belakang lidah. Nilai F2 akan semakin
tinggi Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa perbedaan karakteristik suara
rhotacism dengan suara normal terletak di sekitar nilai formant bandwidth ketiga. Nilai B3
pada suara rhotacism lebih besar daripada nilai B3 pada suara normal, khususnya ketika
mengucapkan bunyi r.
Salah satu kelainan bicara yang melibatkan lidah adalah rhotacism atau cadel. Dalam
dunia medis, rhotacism atau cadel adalah kelainan berbicara yang berupa
ketidakmampuan atau kesulitan penderita untuk mengucapkan bunyi r. Cara pelafalan
bunyi r yang benar dalam Bahasa Indonesia adalah alveolar trill, sehingga cara pelafalan
yang lain, baik alveolar tap maupun uvular trill dianggap sebagai cadel. Dalam penelitian
ini, dilakukan analisis karakteristik suara para penderita rhotacism tersebut dengan
Book of (Extended) Abstracts 83
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

menggunakan software Praat 5.1.05. Hasil pengukuran formant, formant bandwidth, dan
pitch dari sampel suara rhotacism dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai formant, formant bandwidth, dan pitch dari sampel suara penderita
rhotacism.
Nama
Objek
bunyi F1 (Hz) F2 (Hz) F3 (Hz) B1 (Hz) B2 (Hz) B3 (Hz) Pitch
(Hz)
Cadel 1 a 684.1 995.9 1568 155.3 652.7 697.8 156.4
e 629.9 856.5 2175 101.5 1010 136.7 182.5
i 354.7 1914 2447 9.450 1461 50.27 180.4
o 580.2 801.2 2565 83.30 114.8 239.8 169.2
u 359.0 818.8 2364 32.60 45.80 1311 175.5
r 588.5 1416 1697 94.88 93.79 2634 180.1
Cadel 2 a 565.3 1250 2561 33.21 158.3 366.6 115.5
e 484.7 1996 2543 143.4 254.0 452.8 142.4
i 277.5 2368 3117 6.499 90.42 200.5 139.0
o 515.1 977.8 2774 86.71 80.45 315.7 141.2
u 302.8 755.7 2836 174.1 194.4 277.1 141.0
r 452.6 1436 2582 317.8 474.3 1523 119.8


Pengukuran Sudut Kontak Cairan Organik pada Permukaan Padatan
Titin Supriatin dan Veinardi Suendo
Program Magister pengajaran kimia, Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Jln. Ganeca No. 10 Bandung 40132, Indonesia
Madrasah Aliyah Almusadaddyah, Jln Mayor Syamsu No. 2, Jaya Raga, Garut
[email protected]
Abstrak
Pembelajaran pengukuran sudut kontak cairan, di Sekolah pada umumnya belum pernah
dilakukan. Selama ini kimia fisik di sekolah hanya terbatas pada materi elektrokimia,
redoks, larutan elektrolit, termokimia dan tegangan permukaan. Permukaan padatan
sifatnya ada yang bisa menyebarkan cairan atau ada juga yang membuat cairan diam di
atas permukaan padatan. Penelitian yang sudah dilakukan adalah meneliti berbagai cairan
organik yang bisa menyebar atau diam pada permukaan padatan dan meneliti karakterisasi
padatan yang bisa menyebarkan cairan atau yang membuat cairan diam diatas permukaan
padatan, hingga cairan tersebut dapat membentuk tetesan atau droplet yang berbentuk
bola hingga sudut kontaknya dapat diukur dengan tepat pada skala dalam alat
ukurContact Angle Meter dengan metoda tetes duduk. Perlakuan pertama dilakukan
dengan menuangkan cairan lewat gelas kimia 250 ml, cairan dihisap dengan syringe dan
diletakkan padatan pada Contact Angle Meter. Cairan diturunkan dari syringe dan setelah
membentuk tetesan ditepatkan dengan skala pada alat ukur Contact Angle Meter dan
sudut kontaknya dapat ditentukan. Berdasarkan penelitian ini, dapat difahami sifat
kepolaran dari suatu padatan terhadap cairan. Padatan yang bersifat polar tidak akan
membentuk droplet dengan cairan polar sehingga sudut kontaknya tidak dapat diukur,
sedangkan dengan cairan non polardapat membentuk tetesan hingga sudut kontaknya
dapat ditentukan., sebaliknya padatan bersifat non polar tidak akan membentuk tetesan
dengan cairan non polar, sedangkan dengan cairan polar akan membentuk tetesan dan
sudut kontaknya dapat ditentukan.
0
5
8
-
E
T
C

84 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Data hasil pengukuran sudut kontak pada permukaan kitosan: (Aseton) 15,6, (toluen)
11,2, (kloroform) 24, (1-butanol) 17, (1-propanol) 18,1, (etanol) 17,8, (metanol) 14,2,
(asam asetat glasial) 13,8, dan (air) 14,4.
Data hasil pengukuran sudut kontak pada permukaan Plastik transparansi: (Aseton) 16,5,
(toluen) 35,6, (kloroform) 16,7, (1-butanol) 19,2, (1-propanol) 15, (etanol) 18,4, (metanol)
19,2, (asam asetat glasial) 19,4, dan (air) 20,9.
Data hasil pengukuran sudut kontak pada permukaan kaca: (Aseton) 15,4, (toluen) 24,2,
(kloroform) 16,6, (1-butanol) 16, (1-propanol) 18,8, (etanol) 14,1, (metanol) 13,8, (asam
asetat glasial) 14,5, dan (air) 13,2.
Data hasil pengukuran sudut kontak pada permukaan Teflon: (Aseton) 28,7, (toluen) 24 ,
(kloroform) 27, (1-butanol) 31,2, (1-propanol) 32,4, (etanol) 33,6, (metanol) 33,7, (asam
asetat glasial) 42,2, dan (air) 75,9.
Urutan sudut kontak cairan organik diatas permukaan kitosan adalah:
toluen>kloroform>aseton>1-butanol>1-propanol>etanol>metanol>asam asetat glasial> air.
Hal ini sesuai dengan urutan kepolaran air>asam asetat glasial>metanol>etanol>1-
propanol>1-butanol>kloroform>toluen>aseton. Jadi semakin naik kepolaran sautu cairan
semakin kecil sudut kontaknya di atas permukaan kitosan karena kitosan merupakan
padatan polar tentunya akan lebih kuat berinteraksi dengan cairan yang kepolarannya
lebih tinggi sehingga menghasilkan sudut kontak yang lebih kecil.
Urutan sudut kontak cairan organik diatas permukaan plastik transparansi adalah: air >
asam asetat glasial > metanol > etanol > 1-propanol >1-butanol > kloroform > aseton >
toluen, hal ini disebabkan plastik transparansi merupakan padatan non polar tentunya
kurang berinteraksi dengan cairan polar sehingga menghasilkan sudut kontak yang makin
besar dengan cairan yang kepolarannya maakin besar, dalam hal ini air memiliki sudut
kontak yang paling besar karena memiliki momen dipol paling tinggi.
Urutan sudut kontak di atas permukaan kaca adalah: toluen > kloroform > aseton >1-
butanol > 1-propanol > etanol > metanol > asam asetat glasial > air, sebab kaca merupakan
padatan polar tentunya akan berinteraksi dengan cairan polar sehingga menghasilkan
sudut kontak yang lebih mengecil, dalam hal ini air memiliki sudut kontak terkecil karena
kepolarannya paling tinggi.
Urutan sudut kontak di atas permukaan teflon adalah: air > asam asetat glasial > metanol
> etanol > 1-propanol > 1-butanol > kloroform > aseton > toluen. Hal lnl disebabkan Teflon
merupakan padatan non polar tentunya akan mudah berinteraksi dengan cairan non polar
atau cairan lain yang kepolarannya kecil sehingga menghasilkan sudut kontak yang kecil,
dalam hal ini contohnya toluen memiliki sudut kontak paling kecil karena tergolong cairan
non polar dan memiliki momen dipole paling kecil.
Kata-kata kunci: Pengukuran, sudut kontak, cairan organik, Contact Angle Meter dan
permukaan padatan, polar dan non polar.
Referensi
[1] Adamson, A.W. (1967): Physical Chemistry Of Surface,2nd Edition, Interscience
Publishers, New York, 23-25
[2] Gao, L., McCarthy, T.J. (2006): Contact Angle Hysteresis Explained, Journal of
American Chemical Society, 98, 6234-6236
[3] Madalena, D., Joao.S., (2000) : A Surface Chemistry Experiment using an Expensive,
Journal of Chemical Education, 99, 59-61
[4] W. A. Zisman, A.W. (2006): Relation Of the Equillibrium Contact Angle, American
Chemical Society, 64, 1-60
[5] Kalantrian, A. (2009): Metodology For High Accuracy Contact Angle Meter, Journal of
American Chemical Society,99, 14146-14156
[6] Kristian, H.S. (2003) : Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam, Universitas Negri
Yogyakarta, 1.34-1.35
Book of (Extended) Abstracts 85
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia


Penetapan Karbon Organik Total dalam Limbah Cair Tapioka
Menggunakan K2Cr2O7 sebagai Oksidator
Siti Hamidah dan Buchari
Program Magister Pengajaran Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
[email protected]
Abstrak
Limbah pabrik tepung tapioka bersifat kaya akan bahan organik seperti pati, serat, protein,
gula dan sebagainya. Komponen limbah ini merupakan bagian sisa pati yang tidak
terekstrak serta komponen selain pati yang terlarut dalam air. Hal tersebut, dikarenakan
tepung tapioka adalah komponen pati yang hampir murni. Limbah cair tapioka didapat
selama proses pembuatan, mulai dari pencucian sampai proses pengendapan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik dasar limbah cair tapioka dan menentukan
kandungan karbon organik total dengan metode titrimetri menggunakan K2Cr2O7 sebagai
sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O. Data yang didapat menunjukkan konsumsi O2
pada limbah cair tapioka sebesar 32256 mg/L. Konversi konsumsi O2 terhadap kadar
amilum dalam sampel sebesar 1,5 %. Monitoring kadar amilum dilakukan pada lahan
persawahan yang dialiri limbah cair tapioka. Monitoring ini dilakukan pada beberapa
rentang waktu dan didapat peningkatan kadar amilum dari 0,12% sampai 0,58% setiap 2
jam.
Metode yang digunakan adalah titrimetri, dengan menggunakan dikromat sebagai
oksidatornya. Alat-alat gelas yang digunakan dam penelitian ini adalah gelas kimia, labu
Erlenmeyer, kondensor, pemanas listrik, buret, pipet volum, gelas ukur, pipet tetes, dan
batu didih. Sedangkan Bahan-bahan yang digunakan bersifat pro analisis antara lain :
sampel limbah cair tapioka, air demineralisasi (aqua DM), kalium dikromat, asam sulfat
pekat, HgSO4, Ag2SO4, fero ammonium sulfat (garam Mohr) dan indikator feroin.
Prosedur Penentuan Karbon Organik Total adalah: sediakan Erlenmeyer 250 mL.
Masukkan serbuk HgSO4 0,4 gram dan batu didih. Dipipet 20 mL larutan sampel dan 10
mL larutan K2Cr2O7 0,01 M. Kemudian masukkan 5 mL pereaksi Ag2SO4-H2SO4
kedalamnya, dan dihomogenkan. Pasang kondensor pada Erlenmeyer, dan siapkan hot
plate untuk merefluk. Sebelum direfluk, 25 mL pereaksi Ag2SO4-H2SO4 dialirkan melalui
kondensor. Aduk sampai homogen, lalu refluk selama 2 jam. Setelah 2 jam, bilas kondensor
sampai volume larutan menjadi 2 kali semula. Larutan didinginkan, kemudian
menambahkan 3 tetes indikator feroin. Lakukan titrasi dengan larutan garam Mohr.
Tuliskan volume larutan garam Mohr yang digunakan untuk mentitrasi sisa dikromat.
Penelitian ini dapat diaplikasikan pada pembelajaran Kimia di Madarasah Aliyah atau
sederajat, yaitu pada materi reaksi reduksi dan oksidasi kelas XII dan sebagai contoh
penerapan reaksi reduksi dan oksidasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa penetapan karbon organik total pada limbah cair tapioka dengan
menggunakan K2Cr2O7 sebanding dengan jumlah oksigen yang dapat mengoksidasi limbah
tersebut menjadi CO2 dan H2O. Penghitungan menggunakan stoikiometri biasa, besarnya
konsumsi O2 pada sampel limbah cair tapioka adalah 34617,4 mg/L. Sedangkan kadar
amilum pada sampel limbah cair tapioka adalah 1,5%.
Kata Kunci : limbah cair tapioka, oksidator, karbon organik total

0
5
9
-
E
T
C

86 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia


Gambar.1 Hubungan antara konsentrasi O2 (mg/L) dan waktu pengambilan
Referensi
[1] Pine. A., 1984. Method for Waste Reduction. J. Chem. Ed, 61, 45 46
[2] Merck, E. (1975) : A Selection of Chemical Method for Practical Use., 5th ed., Damctad,
24-25, 74-78, 49-51
[3] Sumanta, 1995. Studi Hubungan antara Metode Pengujian Bahan Pencemar Organik
BOD dan Angka Permanganat di dalam Air. Tesis ITB, 8
[4] Marzzacco, C. J., 1999. : The Enthalpy of Decomposition of Hydrogen. J. Chem. Ed.,
76, 11, 1517.


Simulasi Aktivitas Gunung Api Menggunakan Tensor Fasa Metode
Magnetotellurik
Rudy Prihantoro dan Nurhasan
Kelompok Keahlian Fisika Sistem Kompleks
Prodram Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Indonesia
[email protected]
Abstrak
Metoda magnetotellurik merupakan salah satu metoda Fisika Bumi (Geofisika) yang
digunakan untuk memetakan distribusi resistivitas bawah permukan dengan
memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai sumber energi. Melalui pengukuran
medan listrik dan medan magnet dipermukaan bumi secara orthogonal, distribusi
resistivitas bawah permukaan dapat dipetakan dengan kedalaman penetrasinya bergantung
pada rentang frekuensi yang digunakan. Dalam makalah ini dibahas salah satu aplikasi
metoda MT untuk memetakan distribusi resistivitas di daerah gunungapi. Pada gunungapi,
perubahan aktivitasnya dicirikan oleh meningkatnya getaran yang terukur akibat tekanan
dan suhu yang terus meninggkat. Peningkatan tekanan dan suhu menyebabkan perubahan
distribusi resistivitas bawah permukaan khususnya didaerah sekitar aliran keluarnya
material yang berasal dari magma Adanya hubungan antara perubahan suhu dengan
perubahan sebaran resistivitas, menyebabkan metoda megnetotellurik sangat cocok
digunakan untuk melihat perubahan aktivitas gunungapi akibat adanya perubahan
strukutur resistivitas tersebut. Dalam makalah ini, simulasi dilakukan untuk menunjukan
perubahan resistivitas dengan memanfaatkan tensor fasa. Simulasi ini dilakukan dengan
berbagai model yang berbeda yang menggambarkan tingkat aktivitas gunungapi yang
0
6
1
-
E
P
S

Book of (Extended) Abstracts 87
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

berbeda. Dari hasil simulasi terlihat jelas bahwa perubahan aktivitas tersebut dapat
diperlihatkan oleh perubahan tensor fasa baik perubahan bentuk maupun besar fasanya.


Dampak Penggunaan Multimedia Pembelajaran Gerak Benda Tegar
Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK/SMA/MA
Khairul Munir dan Neny Kurniasih
1
Magister Pengajaran Fisika, FMIPA, ITB, Jl Ganesha 10 Bandung 40132.
1
MAN 1 Pekanbaru, Jl Bandeng no 51a, Pekanbaru, Riau, [email protected]
2
Kelompok Keahlian Fisika Kompleks FMIPA ITB,
Jl Ganesha 10 Bandung 40132, 022-2500834, [email protected],
Abstrak
Sebagian besar materi fisika cukup sulit dijelaskan karena membutuhkan kemampuan
analisis vektor dan daya imajinasi siswa yang tinggi. Salah satunya adalah materi gerak
benda tegar. Dengan bantuan perangkat lunak Adobe Flash CS 4 dan Adobe Director 11,
materi pembelajaran tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk animasi dan lebih
bersifat interaktif. Penelitian ini bertujuan membuat media pembalajaran yang dapat
memotivasi belajar siswa setingkat sekolah menengah atas. Dalam penelitian ini,
multimedia hanya diujicobakan pada siswa SMK Daarut Tauhid Bandung. Selain berisi
materi pelajaran, media pembelajaran yang dibuat juga dilengkapi dengan simulasi, video
praktikum, games, latihan soal dan evaluasi. Dari uji coba yang dilakukan, multimedia
pembelajaran Fisika yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan. Hal ini didukung dengan
hasil kuesioner dari 44 siswa yang menunjukkan bahwa 95% siswa mengganggap materi
yang disampaikan dengan bantuan media pembelajaran lebih menarik dan 86% mereka
menyatakan menyukai media pembelajaran. Selanjutnya, 91% dari siswa merasa bahwa
media akan membantu mereka dalam proses belajar mandiri.
Kata-kata kunci : gerak benda tegar, Adobe Flash CS 4, Adobe Director 11, multimedia
pembelajaran


Isolasi dan Karakterisasi Metabolit Sekunder dari Kulit Buah Mahoni
(Swietenia mahagoni (L.) Jacq)
Ellya Panjous Sofa Ningsih
1,2
dan Lia Dewi Juliawaty
1

1
Kelompok Penelitian Bahan Alam, Program Studi Kimia, FMIPA-ITB
2
MAN Kisaran,Jl. Latsidarda Nusantara VIII, Kel. Kisaran Naga,
Kab. Asahan, Sumatera Utara, [email protected]
Abstrak
Swietenia mahagoni (L.) Jacq adalah salah satu spesies tumbuhan obat Indonesia yang
dikenal dengan nama mahoni dan telah digunakan sebagai obat tradisional, diantaranya
biji mahoni berkhasiat untuk menyembuhkan malaria,diabetes, darah tinggi, eksim,
reumatik, dan masuk angin. Pada penelitian ini dilakukan isolasi metabolit sekunder dari
kulit buah mahoni yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Isolasi tersebut meliputi
tahap ekstraksi, fraksinasi, dan pemurnian menggunakan berbagai teknik kromatografi.
Sementara itu, karakterisasi metabolit sekunder dilakukan berdasarkan data spektroskopi
ultra violet dan 1H NMR. Tiga senyawa telah diperoleh dari kulit buah mahoni dan satu
senyawa disarankan sebagai turunan terpenoid. Uji bioaktivitas ekstrak metanol telah
dilakukan terhadap sel murine leukimia P-388 dan hasil uji sitotoksisitas tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak metanol tidak aktif dengan nilai IC50 48 g/mL.
0
6
2
-
E
D
U

0
6
0
-
E
D
U

88 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Kata-kata kunci: Swietenia mahagoni (L.) Jacq, mahoni, kulit buah, terpenoid.
Referensi
[1] Kodota, S., Marpaung, L., Kikuchi, T., Ekimoto, H., 1990. Constituents of the Seeds of
Swietenia mahagoni JACQ. I. Isolation, Structures, and 1H- and 13C- Nuclear Magnetic
Resonance Signal Assignments of New Tetranortriterpenoids Related to Swietenine and
Swietenolide, Chem. Pharm. Bull, 38, 639-651
[2] Dalimartha, S., 2008. 1001 Resep Herbal, Penebar Swadaya, Depok
[3] Debasis De., Chatterjee, K., Ali, K. M., Bera, T. K., Ghosh, D., 2010. Antidiabetic
Potentiality of the Aqueous-Metanolic Extract of Seed of Swietenia mahagoni (L.) Jacq.
In Streptozotocin-Induced Diabetic Male Albino Rat: A Carrelative and Evidence-Based
Approach with Antihyperlipidemic Activities, Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, 2011, Artile ID 892807, 1-11
[4] Sahgal, G., Ramanathan, S., Sasidharan, S., Mordi, M. N., Ismail, S., Mansor, S. M.,
2009. Phytochemical and Antimicrobial Activity of Swietenia mahagoni Crude Metanolic
Seed Extract, Tropical Biomedicine, 26, 3, 274-279
[5] Otake, T., Mori, H., Morimoto, M., Ueba, N., 1995. Screening of Indonesian Plant
Extracts for Anti-Human Immunodeficiency Virus-Type 1 (HIV-1) Activity, Phytotherapy
Research, 9, 6-10
[6] Bing-Dong, L., Tao, Y., Chuan-Rui, Z., Lei, D., Bo, Z., Yan, W., Jian-Min, Y., 2009.
Structurally Diverse Limonoids from the Fruits of Swietenia mahagoni, J. Nat. Prod, 72,
2084-2090
[7] Rahman, A. K. M. S., Chowdhury, A. K. A., Ali, H. A., Raihan. S. Z., Ali, M. S., Nahar.
L., Sarker, S. D., 2009. Antibacterial activity of two limonoids from Swietenia mahagoni
against multiple-drug-resistant (MDR) bacterial strains J. Nat. Med. 63:4145
[8] Govindachari, T. R., Suresh, G., Banumathy, B., Masilamani, S., Gopalakrishnan, G.,
Kumari, G. N. K., 1999. Antifungal Activity Of Some B,D-Secolimonoids From Two
Meliaceous Plants, J. Chem. Ecology, 25, 4, 923-932
[9] Alley, M. C., Scudiare, D. A., Monks, M., Hursey, M. L., Czerwinski, M. J., Fine, D. L.,
1998. Feasibility of Drug Screening with Pannels of Human Tumor Cell Line, using a
Microculture Tetrazolium Assay, Cancer Research, 48, 509-601


Studi Efektivitas Campuran Serbuk Biji Kelor dan Tawas Sebagai
Koagulan Terhadap Kation Logam Berat dalam Air Tanah
Wewen Nurwenda
1
dan Suryo Gandasasmita
2

1
SMA Negeri 19 Bandung, Jl. Ir. H. Juanda (Dago Pojok) Telp. (022) 2502465, email:
[email protected]
2
KK Kimia Analitik, Prodi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Bandung, email: [email protected]
Abstrak
Kation logam berat dalam air pada kadar tertentu akan mengganggu atau membahayakan
kesehatan. Untuk mengurangi kadar kation logam berat dalam air sampai batas aman,
dapat dilakukan dengan cara koagulasi. Koagulasi dapat dilakukan dengan menggunakan
campuran serbuk biji kelor dan tawas. Berdasarkan informasi literatur, tawas hanya efektif
bekerja pada pH = 7, adapun serbuk biji kelor dapat bekerja efektif pada semua pH. Selain
itu, biji kelor (Mongira oleifera) mengandung senyawa bioaktif Rhamnosyloxy-benzyl-
isothiocyanate. Senyawa ini selain mampu mengadsorpsi dan menetralkan partikel-partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi, juga dapat menghilangkan
0
7
1
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 89
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

bakteri tertentu seperti Escherichia coli yang tidak boleh terkandung dalam air bersih.
Dalam penelitian ini, campuran tawas dan larutan penyangga dengan pH tertentu,
ditambahkan ke dalam sampel air tanah yang mengandung kation Fe(III) dan Mn(II),
kemudian dikocok selama sepuluh menit. Setelah didiamkan selama satu malam, ke dalam
campuran ditambahkan serbuk biji kelor dan larutan sampel kemudian dikocok selama
sepuluh menit agar proses koagulasi berlangsung sempurna. Setelah didiamkan lagi selama
satu malam campuran diencerkan dengan air distilasi hingga volume larutan 100 mL,
kemudian disaring dan filtratnya diukur dengan metoda spektrofotometri serapan atom
(SSA). Hasilnya dalam sampel larutan hipotetik Fe(III) 5,00 ppm, pada pH = 7 kadar
tertinggi kation Fe(III) yang dikoagulasi adalah 93,20% dan Mn(II) adalah 95,70%. Adapun
dalam sampel nyata air tanah, pada pH = 7 dan pH = 8 kadar tertinggi kation Fe(III) yang
dikoagulasi adalah 78,24% dan kation Mn(II) sebanyak 53,38%. Metoda ini dapat
diaplikasikan dengan biaya relatif murah dan mudah, baik oleh masyarakat pengguna air
tanah maupun untuk pembelajaran kimia lingkungan dan sistem koloid di SMA/MA.
Kata kunci: logam berat, Mongira oleifera, tawas, air tanah, SSA.
Referensi
[1] Arung, E. T., (2002), Terobosan, Biji Kelor Sebagai Penjernih Air Sungai, Suara
Merdeka, Jakarta
[2] Austin, G. T., (1996), Industri Proses Kimia, 1th ed., Erlangga, 20 21
[3] Buffin, B. P., (1999): Removal of Heavy Metals from Water: An Environmentally
Significant Atomic Absorption Spectrometry Experiment, J. Chem. Ed., 76(12), p. 1678
[4] Edward dan Tarigan, Z., (1987): Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb, Cd, Cu, dan Zn
dalam Air dan Biota di Teluk Ambon, Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi LIPI Ambon, hal. 106
[5] Srawaili, N., (2008): Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan
Kekeruhan, Kadar Ion Besi dan Mangan Dalam Air, Tesis Program Magister, Institut
Teknologi Bandung
[6] Sutherland, J.P., Folkard, G.K., Mtawali, M.A. and Grant, M.A., (1994): Moringa
Oleifera as a Natural Coagulant, Paper 20th WEDC Conference Affordable Water Supply
And Sanitation, Colombo, Sri Lanka


Kajian Fitokimia Daun Cantigi Beureum
(Rhododendron retusum var. retusum)
Nunung Nurelah
1,2
dan Lia Dewi Juliawaty
1

1
KK Kimia Organik Bahan Alam, FMIPA-ITB, Jl. Ganesha no 10 Bandung,
2
MAN Sukra Kab. Indramayu, Jl. Raya Sumuradem Timur
Sukra-Indramayu, telp. 0234 612224
e-mail: [email protected]
Abstrak
Lima senyawa telah berhasil diisolasi dari ekstrak daun R. retusum var. retusum yaitu RR-
1 (12,5 mg), RR-2 (28 mg), RR-3 (10 mg), RR-4 (7,7 mg), dan RR-5 (14 mg). Berdasarkan
data spektroskopi UV, kelima senyawa tersebut merupakan senyawa aromatik. Data 1H-
NMR senyawa RR-1 menunjukkan bahwa senyawa ini merupakan turunan flavonoid yaitu
kaemferol terglikosilasi. Uji sitotoksisitas ekstrak metanol daun R. retusum, kaemferol
terglikosilasi dan senyawa RR-2 terhadap sel murine leukimia P-388 menunjukkan bahwa
ketiganya tidak aktif dengan nilai IC50 berturut-turut adalah 52,5; 52,5 dan >100 g/mL.
Kata-kata kunci: R. retusum var. retusum, kaemferol, sitotoksisitas.
0
7
2
-
E
T
C

90 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] Waldan, K.Noverita., 2009. Di balik Keindahan Rhododenron, bisa jadi Obat Insomnia
dan Rematik, Tabloid Nova, Edisi Maret 2009
[2] Kashiwada, Y., Yamazaki, K., Ikeshiro, Y., Yamagishi, T., Fujioka, T., Mihashi, K.,
Mizuki, K., Cosentino, L. M., Fowke, K., Morris-Natschke, S. L., Lee, K. H., 2001.
Isolation of Rhododaurichromanic acid B and the Anti-HIV Principles
Rhododaurichromanic A and Rhododaurichromenic acid from Rhododendron
dauricum, Tetrahedron, 57(8), 1559-1563
[3] Jung, Sung J., Kim, D., Hong, Y., Lee, J., Song, H., Rho, Y., Baek, N., 2007. Flavonoids
from the Flower of Rhododendron Yedoense var. Poukhanense and Their Antioxidant
Activities, Archives of Pharmacal Research, 30(2), 146-150
[4] Erdemoglu, N., Akkol., Esra Kuepeli., Yesilada, E., Calis, I., 2008. Bioassay-guided
Isolation of Anti-inflammatory and Antinociceptive Principles from a Folk Remedy,
Rhododendron Ponticum L. Leaves, Journal of Ethnopharmacology, 119(1), 172-178
[5] Xie, J., Wang, L., Liu, C., Ge, D., 1986. Synthesis of Expectorant Principle of Natural
Flavanone, Matteucinol, Zhongguo Yixue Kexueyuan Xuebao, 8(2), 84-87
[6] Leyden., 1966. Flora Malesiana, Ser. I, Vol. 64, 469-483
[7] Alley, M. C., Scudiare, D. A., Monks, M., Hursey, M. L., Czerwinski, M. J., Fine, D. L.,
1998. Feasibility of Drug Screening with Pannels of Human Tumor Cell Line, using a
Microculture Tetrazolium Assay, Cancer Research, 48, 509-601
[8] Hadizadeh, F., Khalili, N., Hosseinzadeh, H., Aldine, R., 2003. Kaemferol from Saffron
Petals, Iranian Journal of Pharmaceutical Research, 2, 251-252


Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Menggunakan Arang dan Serat
Bambu Apus dengan Matriks Epoxy Resin
Yati Susanah
1
dan Widayani
2

1
MAN 3 Jakarta, Jl Rawasari Selatan No.6 10510. Telp.081310993600
E-mail:[email protected]
2
Intitut Teknologi Bandung.Jl.Ganesha 10 Bandung 40132
E-mail: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembuatan komposit arang
dan serat bambu apus dengan matriks epoxy, menyelidiki pola kegagalan pada uji tekan
dan tarik, serta studi mengenai mekanisme perpatahan benda uji. Pada penelitian ini telah
dibuat komposit menggunakan arang dan serat bambu apus dengan fraksi massa 50%,
52,9%, 56,25%, 60%, 64,28%.
Pada pengujian tekan bahan komposit arang dan serat bambu apus dengan matriks epoxy
resin diperoleh bahwa modulus elastisitas komposit dipengaruhi oleh kandungan arang dan
serat bambu. Untuk fraksi massa arang 50%, 52,9%, 56,25%, 60%, dan 64,28% berturut-
turut diperoleh modulus elastisitas 84,65 MPa, 122,63 MPa, 152,83 MPa, 145,03 MPa, dan
112,09 MPa. Untuk persentase massa serat 50%, 52,9%, 56,25%, dan 60%, berturut-turut
diperoleh modulus elastisitas 85,51 MPa, 147,47 MPa, 55,12 MPa, dan 12,16 MPa.
Pengujian tarik bahan komposit serat bambu apus epoxy menunjukkan bahwa
menurunnya modulus elastisitas dipengaruhi oleh kandungan filler dan matriks
penyusunnya, yaitu. 368,21 MPa, 219,75 MPa, dan 97,66 MPa pada fraksi massa 52,9%,
56,25%, dan 60%.
0
7
3
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 91
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Komposit arang dan serat bambu apus bersifat getas dilihat dari permukaan patahan dan
nilai kelenturannya yang menunjukkan bahwa komposit tersebut rapuh.
Kata kunci : uji tekan, uji tarik, modulus elastisitas, serat dan arang bambu apus.
Referensi
[1] Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto, 2006. Sari Hasil Penelitian Bambu
Departemen Kehutanan, Jakarta.
(http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu.htm, 1 November 2010).
[2] http://www.litbang.deptan.go.id/swish/swish.cgi?query=bambu, 27 November 2010.
[3] Eko Heri Purwanto, 2009. Sifat Fisis dan Mekanis Fraksi Volume 5%, 10%, 15%, 20%,
25% Core Arang Bambu Apus pada Komposit Sandwich dengan Cara Tuang, Univ
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta http://digilib.its.ac.id, Nov 2010.
[4] Akhmad Herman Yuwono, 2009. Buku Panduan Praktikum Karakterisasi Material 1
Pengujian Merusak (Destructive Testing). Dept. Metalurgi dan Material Fakultas Teknik
Univ. Indonesia.
[5] Jones, R.M., Mechanics of Composite Materials, Hemisphere Publishing Corporation,
New York, 1975, p.1.


Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII SMA Pokok Bahasan Reaksi
Redoks dan Elektrokimia serta Upaya Pencegahannya
Sigit Nugroho
1
dan Ismunandar
2

1
MA/ MTs Miratul Muslimien Ngambakrejo, e-mail: [email protected]
2
Kelompok Keahlian Kimia Fisik dan Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Jl.Ganesha No. 10 Bandung.
Abstrak
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas
XII SMA yang sering terjadi pada pokok bahasan Reaksi Redoks dan Elektrokimia dengan
menggunakan metode wawancara semi terstruktur yang diadopsi dari penelitian Garnett
dan Treagust. Wawancara ini dilakukan terhadap 16 siswa SMA dari 6 SMA baik negeri
maupun swasta di Kota Bandung. Penelitian ini difokuskan pada 3 area kesulitan-kesulitan
siswa, yaitu (a) hukum muatan, (b) arus listrik, (c) beda potensial dan gaya gerak listrik
(GGL). Dari hasil wawancara diperoleh beberapa miskonsepsi yang paling sering dialami
siswa yaitu yang berkaitan dengan arah pergerakan arus listrik dan muatan listrik dalam
kawat penghantar logam maupun dalam larutan serta proses-proses yang terjadi di dalam
larutan dan jembatan garam. Upaya pencegahan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan memvisualisasikan miskonsepsi yang sering dialami siswa yang berkaitan
dengan arah pergerakan arus dan muatan listrik dalam kawat penghantar logam maupun
dalam larutan serta proses-proses yang terjadi di dalam larutan dan jembatan garam
menggunakan animasi yang dibuat menggunakan software Adobe Flash CS5 Trial Version.
Manfaat dari penelitian ini antara lain untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
tentang elektrokimia dan menjadi sumber referensi bagi para guru dan pengajar kimia
untuk merencanakan strategi atau metode mengajar yang tepat pada pokok bahasan
elektrokimia.
Kata kunci: miskonsepsi, elektrokimia, software Adobe Flash CS5 Trial Version.
Referensi
[6] Bowen, C. W., Bunce, D. M., 1997. Testing for Conceptual Understanding in General
Chemistry. J. Chem. Educ. 2, 1 - 17.
0
7
4
-
E
D
U

92 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[7] Zoller, U. 1990. Students Misunderstandings and Misconceptions in College Freshman
Chemistry (General and Organic). J. Res. Sci. Teach. 27, 1053-1065.
[8] Nakiboglu, C., Tekin, B. B., 2006. Identifying Students Misconception about Nuclear
Chemistry. J. Chem. Educ. 83, 1712 1718.
[9] Garnett, P. J., Treagust, D. F., 1992. Conceptual Difficulties Experienced by Senior
High School Students of Electrochemistry: Electric Circuits and Oxidation-Reduction
Equations, J. Res. Sci. Teach. 29, 121-142.
[10] [Garnett, P. J., Treagust, D. F., 1992. Conceptual Difficulties Experienced by Senior
High School Students of Electrochemistry: Electrochemical (Galvanic) and Electroytic
Cells, J. Res. Sci. Teach. 29, 1079-1099.
[11] Ogude, N. A., Bradley, J. D., 1994. Ionic Conduction and Electrical Neutrality in
Operating Electrochemical Cells. J. Chem. Educ. 71, 29-34.
[12] Ogude, N. A., Bradley, J. D., 1996. Electrode Processes and Aspects Relating to Cell
EMF, Current, and Cell Components in Operating Electrochemical Cells. J. Chem.
Educ. 73, 1145-1149.
[13] Sanger, M. J., Greenbow, T. J., 1997. Common Students Misconceptions in
Electrochemistry: Galvanic, Electrolytic, and Concentration Cells. J. Res. Sci. Teach.
34, 377-398.
[14] Sanger, M. J., Greenbow, T. J., 1999. An Analysis of College Chemistry Textbooks As
Source of Misconception and Error in Electrochemistry. J. Chem. Educ. 76, 853-860.
[15] Sanger, M. J., Greenbow, T. J., 2000. Adressing Student Misconception Concerning
Electron Flow in Aqueous Solutions With Instruction Including Computer Animations
and Conceptual Change Strategies. Int. J. Sci. Educ. 22, 521-537.
[16] Sanger, M. J., Greenbow, T. J., 1997. Students Misconception in Electrochemistry:
Current Flow in Electrolyte Solution and the Salt Bridge. J. Chem. Educ. 74, 819823.


Pemanfaatan Karakteristik Sel Surya Sebagai Media Pembelajaran
Fisika Listrik Dinamis
Jaharap Situmorang
1
dan Linus Ampang Pasasa
2

1
Program Studi Magister Pengajaran Fisika FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung,
HP 087824100077, [email protected]
2
Jurusan Fisika KK Fisika Sistem Kompleks FMIPA ITB,Jl.Ganesha 10 Bandung,
HP 08156006312
Abstrak
Sel surya adalah salah satu komponen yang bekerja menggunakan energi surya dengan
mengkonversi secara langsung dari radiasi matahari menjadi energi listrik. Energi yang
dihasilkan oleh sel surya adalah yang paling ramah lingkungan selain itu , besarnya energi
sel surya sangat tergantung pada besarnya intensitas sinar matahari. Tujuan pemanfaatan
sel surya sebagai media pembelajaran fisika adalah memberikan pengalaman belajar yang
berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat dan motivasi belajar anak didik
dalam belajar fisika, dengan mengamati karakterisrik arus dan tegangan sel surya dapat
diketahui hubungan intensitas cahaya, jarak sel surya terhadap sumber cahaya, pengaruh
intensitas warna cahaya dan rangkaian sesunan sel surya terhadap arus dan tegangan
yang dihasilkan.
Kata kunci : Media pembelajaran , karakteristik sel surya, intensitas cahaya, intensitas
warna cahaya, tegangan dan arus listrik.

0
7
5
-
I
N
S

Book of (Extended) Abstracts 93
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Referensi
[1] A. Goetzberger V.U. 2005. Hoffmann Photovoltaic Solar Energy Generation Fraunhofer
ISE, Heidenhofstr. 2, 79110 Freiburg.
[2] Beaser, Arhtur. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
[3] D . Neamen . 2003. Semiconductor Physics and Devices , 3rd edition , Boston , McGraw
Hill.
[4] its here to stay Terbitan Corwin Press, Inc, Thousand Oaks, California.
[5] E.Budikase, Nyoman Kertiasa. 1997. Fisika 3 Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
[6] Geg P.Smestad, 2002, Optoelectronics of Solar Cells, SPIE PRESS.
[7] Green, M.A. 2001, Solar Cell Efficiency Tables (Version18), Prog. Photovolt. Res. Appl.
[8] Hans Joachim Moller. 1993, Semiconductors For Solar Cells, Artech House, Inc,
London


Pemodelan Gerak Elektron Dalam Pengaruh Medan Magnet Konstan
Menggunakan Metode Euler dengan Korektor Normalisasi Kecepatan
Dani Irawan, Siti Nurul Khotimah, dan Sparisoma Viridi
Abstrak
Medan magnet tidak boleh mengakibatkan perubahan energi kinetik dalam pergerakan
elektron. Jika pergerakan elektron dimodelkan secara numerik, medan magnet ini akan
selalu menimbulkan perubahan energi kinetik. Artinya dibutuhkan korektor pada
penghitungan kecepatan. Salah satu korektor yang bisa digunakan adalah dengan
melakukan normalisasi pada kecepatan. Makalah ini membahas penggunaan korektor
tersebut dalam metode euler.
Kata-kata kunci: gerak elektron, korektor, metode euler, normalisasi, pemodelan


Aktivitas Enzim Karbonik Anhidrase VI Pada Air Liur Perokok dan
Bukan Perokok
Ida Widiyaningsih
1
dan Rukman Hertadi
2

1
MAS BPI Baturompe, Jl Cigantang Hilir No115-117 Tasikmalaya 46181,
Telp 081546847004, e-mail: [email protected]
2
KK Biokimia FMIPA ITB. Jl. Ganesha No 10 Bandung 40132.
Telp 022-2502103, e-mail: [email protected]
Abstrak
Di dalam rongga mulut terdapat air liur yang memiliki peranan yang sangat penting untuk
menjaga keadaan homeostatis. Air liur banyak mengandung senyawa-senyawa organik dan
anorganik, antara lain enzim, karbohidrat, natrium, kalium, bikarbonat dan lain-lain. Salah
satu enzim yang terdapat dalam air liur adalah enzim karbonik anhidrase VI ( CA VI ), yang
berfungsi sebagai katalis reaksi hidrasi reversible karbondioksida. CA VI dalam air liur
memiliki peranan penting dalam melindungi gigi dari karies. CA VI terikat pada kulit tipis
enamel dan mempertahankan aktivitas enzim pada permukaan gigi. Zat yang terkandung
didalam rokok disinyalir dapat mempengaruhi aktivitas enzim-enzim di dalam air liur,
diantaranya CA VI. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk mempelajari pengaruh
0
7
7
-
E
T
C

0
7
6
-
C
O
M

94 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

merokok pada aktivitas enzim CAVI mengingat peran penting enzim ini dalam menjaga
kesehatan gigi. Pengujian dilakukan dengan mengukur aktivitas enzim CA VI dalam air liur
sebelum dan setelah merokok. Analisis pengaruh rokok didasarkan pada perubahan nilai
KM dan Vmax yang ditentukan dengan metode Lineweaver-Burk. Dari hasil pengukuran
beberapa sampel air liur diperoleh bahwa aktivitas merokok tidak signifikan mempengaruhi
nilai KM enzim, tetapi lebih cenderung mempengaruhinilai Vmax enzim, dimana nilanya
lebih kecil dalam air liur setelah merokok dibandingkan sebelum merokok. Karakteristik ini
mirip dengan kinetika inhibisi non kompetitif, sehingga kemungkinan asap rokok
mengandung inhibitor tipe ini yang dapat terlarut dalam air liur. Hasil penelitian ini dengan
demikian berhasil menunjukan salah satu dampak negatif dari kebiasaan merokok,
khususnya pada aktivitas enzim CA VI. .
Kata Kunci : Air liur, perokok, karbonik anhidrase, karies gigi
Referensi
[1] Muntz, J.A, (1943), Production of Acid from Glucose by Dental Plaque Material, The
Journal of Biological Chemistry, 148, 225-236
[2] Stryer, L., Tymozcko, J.L. & Berg, J.M., (2007), Biochemistry, 6th editions, W.H.
Freeman and Company, New York, 254-258.
[3] Tripp, B.C., Smith, K. & Ferry, J.G., (2001), Carbonic Anhydrase: New Insights for an
Ancient enzyme, The Journal of Biological Chemistry, 276, 48615-48618.
[4] Voet, D.J.,Voet, J.G. & Prat, C.W., (2008); Principles of Biochemistry, 3rd Edition, John
Wiley & Sons, Inc. Asia, 336.
[5] Kivel, J, Parkkila, S, Parkkila, A.K, Leinonen, J & Rajaneme, H., (1999), Salivary
Carbonic Anhydrase Isoenzyme VI, The Journal of Physiologi, 520, 315-320.
[6] Spyridis,G.T. & Meany, J.E., (1985), Carbonic Anhydrase Catalysis, Journal of
Chemical Education, 62, 1124-1125.
[7] Murray Robert, K. & Mayes Peter, A., (2003), Biokimia Harper (Harpers Biochemistry),
Alih Bahasa : Aji Darma dan Andreas Sanusi Kurniawan, Edisi 25, EGC Penerbit Buku
Kedokteran , Jakarta, 632-633.
[8] Lehninger, A.L., (1982), Dasar-dasar Biokimia, Alih Bahasa : Maggy Tenawijaya,
Erlangga, Jakarta, 235-274.
[9] Lindskog, S. & Coleman, J. E., (1973), The Catalyic Mechanism of Carbonic Ahnydrase,
Proc. Nat. Acad. Sci. USA, 70, 2505-2508.


Komposit Fe(Htrz)3(BF4)2 nata de coco sebagai Media Pembelajaran
Praktis untuk Senyawa Kompleks
Sumarno
1
dan Djulia Onggo
2

1
MAN Pulomerak Kota Cilegon, Jln. Puskesmas Rawaarum, Telp. 0254571552
2
KK Kimia Anorganik dan Fisik, FMIPA ITB, Jln.Ganesa No.10 Bandung, Telp.0222503659
Email : [email protected]; [email protected]
Abstrak
Komposit Fe(Htrz)3(BF4)2 nata de coco dapat dibuat dengan cara mereaksikan Besi (II)
tetrafluoroborat dan ligan triazol dalam matrik nata de coco. Komposit yang dihasilkan
berwarna ungu, membuktikan terbentuk kompleks Fe(Htrz)3(BF4)2 sebanyak 3,6 mg/cm2.
Ketika komposit ini dipanaskan terjadi perubahan warna menjadi putih mulai pada suhu
373 K sampai 398 K dan ketika temperaturnya diturunkan, warna komposit berubah
kembali menjadi ungu pada suhu 358 K sampai 333 K. Fenomena ini dikenal sebagai efek
histeresis. Material yang mempunyai karakteristik histeresis berpotensi untuk penyimpan
0
7
8
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 95
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

informasi pada perangkat elektronik. Kurva histeresis diperoleh dari konversi komponen
warna (Red, Green, Blue) menjadi persen perubahan warna yang diolah dengan Image J
Server dan diperoleh lebar histeresis sebesar 40 K. Ini, dapat digunakan secara praktis
untuk pembelajaran senyawa kompleks.
Kata kunci: komposit, nata de coco, histeresis, media pembelajaran, kompleks
Referensi
[1] Salitros, I., Madhu, N.T., Boca, R., Pavlik, J., Ruben, M. (2008) : Room Temperature
Spin Transition Iron Compounds. Springer Verlag
[2] Gtlich, P. dan Goodwin, H.A. (2004): Spin Crossover-An Overall Perspective, Top.
Curr. Chem., 233, 1 47.
[3] Labanu, L. (2010) : Sintesis dan Aplikasi Senyawa Kompleks Besi(II) dengan Ligan 1,2,4
Triazol untuk Pembelajaran Kimia. Thesis. Magister Pengajaran Kimia, ITB
[4] Nakamoto, A., Kojima, N., Jun, N. X., Morimoto, Y., Nakamura, A., (2005) :
Demonstration of the Thermally Induced High Spin Low Spin Transition for a
Transparent Spin Crossover Complex Film [FeII(Htrz)3]- Nafion (trz = triazole), Science
Direct, 24, 2909 2912
[5] ONeill, H., Evans, B.R., Woodward, J., (2002) : Bacterial Cellulose Membrane. Oakridge
National Laboratory. Dept. of Biochemistry, Cellular and Molecular Biology. University
of Tennessee


Isolasi dan Uji Aktivitas Lipase dari Staphylococcus aureus
Lolita A. M. Parera
1
dan Enny Ratnaningsih
2

1
SMAK Giovanni Kupang,Jl. Jend. Ahmad Yani No 48 Kupang-NTT 85225,
telp:+6281219838808, alamat e-mail: [email protected]
2
KK Biokimia FMIPA ITB, Jl. Ganesha No 10 Bandung 40132, telp:+62222502103, alamat
e-mail: [email protected]
Abstrak
Enzim adalah suatu protein yang berfungsi sebagai katalis dalam berbagai reaksi kimia.
Lipase merupakan enzim yang dewasa ini banyak dimanfaatkan dalam bidang industri,
antara lain industri farmasi, makanan dan detergen. Lipase dapat diperoleh dari mahluk
hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Salah satu
mikroorganisme yang diketahui dapat menghasilkan lipase adalah Staphylococcus aureus.
Lipase yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus merupakan enzim ekstrasel yang
diekskresikan ke medium pertumbuhan. Dalam penelitian ini, lipase dari Staphylococcus
aureus dimurnikan secara bertingkat menggunakan amonium sulfat sehingga dihasilkan 4
fraksi, yaitu fraksi 0-20 %, fraksi 20-40 %, fraksi 40-60 % dan fraksi 60-80%. Penentuan
aktivitas enzim yang dilakukan dengan substrat minyak zaitun dan minyak kelapa
menggunakan metode titrimetri menunjukkan aktivitas tertinggi pada fraksi 60-80%.
Penentuan suhu dan pH optimum menunjukkan bahwa lipase dari Staphylococcus aureus
mempunyai aktivitas optimum pada suhu 70oC dan pH 7, baik pada substrat minyak
zaitun maupun minyak kelapa.
Kata kunci: uji aktivitas, titrimetri, lipase, Staphylococcus aureus.
Referensi
[1] Fan, Z., Yue, C., Tang, Y., dan Zhang, Y. 2009. Cloning, Sequence, Analysis &
Expression of Bacterial Lipase-Coding DNA Fragment from Enviromentin Escherichia
coli. Mol. Biol. Rep 36: 1515-1519
0
7
9
-
E
T
C

96 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[2] Hidayah, H., 2001. Studi Pengaruh Penambahan Ion Mg2+ terhadap Aktivitas Lipase
dari Bacillus Megaterium. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang
[3] Jaeger, K., E., Djikstra, B., W., dan Reetz, M., T. (1999). Bacterial Biocatalysts:
Molecular Biology, Three dimension structures & Biotechnological Applications of
Lipases. Annu Rev Microbiol 55: 519-530
[4] Lehninger, A., L. 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan: Maggy Thenawidjaya.
Penerbit Erlangga. Jakarta
[5] Pusat Kurikulum. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah
Atas dan Madrasah Aliyah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
[6] Putranto, R. A., Santoso D., Tri-Panji, Suharyanto, dan Budiani, A. 2006. Karakterisasi
Gen Penyandi Lipase dari Kapang Rhizopus oryzae & Absidea corymbifera. Menara
Perkebunan 74(1): 23-32
[7] Stryer, L. 2007. Biochemistry. 6th ed, W.H. Freeman and Company
[8] Sumarsih, S. 2002. Uji Aktivitas Lipolitik Beberapa Bakteri Hasil Isolasi dari Pelabuhan
Tanjung Perak dan Produksi Lipase dari Strain Terpilih. JIPTUNAIR. Surabaya.
[9] Telussa, I. 2010. Isolasi, Pemurnian & Karakterisasi Lipase dari Bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Tesis. Dept Kimia ITB.
Bandung


Pengaruh Kandungan Air dalam Katalis Asam Padat pada Bio-ETBE (Etil
Tersier Butil Eter) dalam Skala Laboratorium
Ika Yudiswastika
1
dan Didin Mujahidin
2

1
SMAN 3, Jl. Belitung 8 Bandung, telp. 0224235154
e-mail: [email protected]
2
Lab. KOBA FMIPA ITB, Jl. Ganesa 10 Bandung,
e-mail: [email protected]
Abstrak
Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia menyebabkan juga terus
meningkatnya konsumsi bahan bakar nasional. Sebagian besar dari populasi kendaraan
bermotor tersebut menggunakan bensin sebagai bahan bakar utama. Salah satu ukuran
kualitas bensin yang menunjukkan tingkat efisiensi pembakaran bahan bakar pada mesin
kendaraan bermotor adalah besarnya bilangan oktan. Bio-ETBE (Etil Tersier Butil Eter)
telah dikenal sebagai salah satu zat aditif yang dapat meningkatkan bilangan oktan bensin.
Dalam penelitian ini telah dipelajari pengaruh kandungan air pada katalis asam padat
amberlyst-15 dalam sintesis bio-ETBE melalui reaksi eterifikasi antara isobutena dan
etanol. Kondisi katalis asam padat amberlyst-15 terbaik untuk sintesis bio-ETBE diperoleh
melalui perlakuan pembiaran katalis di udara terbuka hingga diperoleh absorpsi uap air
sebesar 41,3 % yang menghasilkan bio-ETBE dengan rendemen 47%. Karakterisasi
senyawa hasil sintesis dilakukan dengan pengujian GC-MS, FTIR, dan 1H-NMR .
Kata kunci:. reaksi eterifikasi, katalis asam padat, bio-ETBE
Referensi
[1] Yang, B-L, Yang, S-B, Yao, R-Q., 2000. Synthesis of ethyl tert-butyl ether from tert-
butyl alcohol and ethanol on strong acid cation-exchange resins, Reactive and
Functional Polymers, 44(2), 167-175.
[2] Vlasenko, N.V, Kochkin, Yu.N , Topka, A.V, Strizhak, P.E., 2009. Liquid-phase
synthesis of ethyl tert-butyl ether over acid cation-exchange inorganic-organic resins,
Applied Catalysis A: General , 362 (1-2), 82-87.
0
8
0
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 97
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[3] Umar, Saleemi A. R, Qaiser S., 2008. Synthesis of ethyl tert-butyl ether with tert-butyl
alcohol and ethanol on various ion exchange resin catalysts, Catalysis
Communications, 9(5), 721-727
[4] Lorenz, M., 2003. Forschungsbericht zur schriftlichen Hausarbeit der ersten
Staatsprfung fr das Lehramt an Berufskollegs, Bergische Universitt Wuppertal


Pemisahan Unsur Neodimium Dari Unsur Tanah Jarang Dengan Teknik
Membran Cair Berpendukung Hollow Fiber Dan Pengendapan Bertingkat
Yeni Yuniarti
1
, Muhamad Ali Zulfikar
2
, dan Aminudin Sulaeman
3

1
SMAN 1 Sumedang, Jl. P. Geusan Ulun no.39 Telp. (0261)201850 Sumedang
e-mail: [email protected]
2,3
Kelompok Keahlian Kimia Analitik Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca no. 10
Bandung 40132
2
e-mail :[email protected]
3
e-mail: [email protected]
Abstrak
Unsur Tanah Jarang merupakan unsur masa depan yang banyak digunakan sebagai bahan
imbuhan pada peralatan modern. Monasit salah satu mineral unsur tanah jarang banyak
terdapat di pulau Bangka dapat diperoleh dari hasil samping penambangan di PT.Timah.
Pemisahan unsur tanah jarang sulit dilakukan karena mempunyai sifat-sifat fisika dan
kimia yang mirip. Dalam penelitian ini neodimium dipisahkan dari mineral monasit
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik membran cair berpendukung hollow fiber
(HFSLM) dan dengan cara pengendapan bertingkat. Pada pemisahan dengan teknik HFSLM
digunakan carrier campuran D2EHPA dan TBP dengan perbandingan 3 : 1 dalam pelarut
kerosen, dan sebagai fasa penerima adalah HNO3. Sebelum pemisahan neodimium
dilakukan, larutan UTJ dari hasil destruksi harus dibebaskan dahulu dari cerium.
Pemisahan cerium juga dilakukan dengan teknik HFSLM menggunakan fasa penerima
larutan HCl. Agar cerium dapat dipisahkan terlebih dahulu Ce(III) dioksidasi dengan
(NH4)2S2O8 menjadi Ce(IV). Pemisahan cerium juga dapat dilakukan dengan teknik
pengendapan bertingkat, Ce(IV) diendapkan dengan NaOH pada pH 4. Selanjutnya
neodimum dari larutan yang telah bebas cerium diendapkan dengan cara yang sama, yaitu
pengendapan dengan NaOH dan H2C2O4, kalsinasi, kemudian di digest dengan HNO3
pekat, dan diendapkan lagi dengan Na2SO4, NaOH dan H2C2O4, terakhir baru kalsinasi.
Hasilnya dianalisis dengan metode XRF. Pada penelitian ini dengan teknik HFSLM kadar
Nd2O3 berhasil ditingkatkan sebesar 1,3 kali, sedangkan dengan pengendapan bertingkat
hanaya sebesar 1,1 kali dari konsentrasi dalam fasa umpan.
Kata kunci: neodimium, membran cair berpendukung hollow fiber, pengendapan bertingkat
Referensi
[1] Aminudin Sulaeman, Pola Transpor Pada Ekstraksi dan Pemisahan Unsur tanah
Jarang dengan Teknik Membran Cair Berpendukung Menggunakan Pengemban
Campuran D2EHPA dan TBP, Disertasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2002
[2] Bitter, J G A, Transport Mechanisms In Membrane Separation Processes, Plenum
Press, New York, 1991, 1 - 2
[3] Ezawa T (1991), Supply and Demand Rare Earth in Japan, Proceedings of International
Conference on Rare Earth Minerals and Minerals for Electronic Uses, Thailand 23-25
january 1991.
[4] Geankoplis, C.J, (1983), Transport Processes And Operation, 2nd, Allyn and Bacon,
Inc, Boston, London, Sydney, Toronto.
0
8
1
-
E
T
C

98 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[5] Lamb,J.D,Christeensen, J.J., Experimenting With Liqiud Membrane, J. Chem.Ed.,
1980, 57(3), 227 229
[6] Mulder, M. Basic Principles of Membrane Technology, 2nd ed, Kluwer Academic
Publisher, 1996


Pemodelan bagi Pengaruh Mg, Nb, dan Cd terhadap Disosiasi MgH pada
Sistem MgH2
Zainuddin Tjane
1
, Muhamad A. Martoprawiro
2
, dan Aep Patah
3

1
Madrasah Aliyah Negeri Poso Pesisir, Jl. Trans Sulawesi 61A Poso, Sulawesi Tengah,
e-mail: [email protected]
2,3
Kelompok Keahlian Kimia Fisik dan Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Jl.Ganesha No. 10 Bandung 40132.
Abstrak
Hidrogen merupakan sumber bahan bakar ramah lingkungan yang tidak menghasilkan
polusi. Magnesium (Mg) adalah salah suatu material yang berpotensi sebagai penyimpan
hidrogen yang bersifat reversibel dengan kapasitas penyimpanan sekitar 7,6% w/w H2.
Kinetika absorpsi/ desorpsi hidrogen pada sistem magnesium hidrida (MgH2) dapat
dipercepat dengan menambahkan katalis. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan
secara komputasi yang bertujuan memodelkan pengaruh logam Mg, niobium (Nb), dan
cadmium (Cd) terhadap disosiasi MgH pada sistem MgH2. Hasil penelitian diperoleh sistem
MgH2Nb merupakan geometri yang lebih disukai dibandingkan MgH2Mg dan MgH2Cd.
Daya katalitik Nb lebih besar dibandingkan Mg dan Cd pada proses disosiasi MgH untuk
sistem MgH2. Energi pembentukan MgH2 sebesar 0,3325 eV atau 32,08 kJ mol-1 dan
energi pengaktifan disosiasi MgH pada sistem MgH2 sebesar 2,967 eV atau 286,3 kJ mol-
1.
Kata kunci: absorpsi/ desorpsi, magnesium hidrida, ab initio, disosiasi MgH2, katalis.
Referensi
[1] Harper, G. D. J., 2008. Fuel Cells. Project For The Evil Genius. McGraw-Hill Company,
Inc, New York.
[2] Annemieke, W. C., Aren, C. O., 2008. Materials for Hydrogen Storage: Current Research
Trend and Perspectives, Chem. Commun, 668-681.
[3] Housecroft, C. E., Sharpe, A. G., 2008. Inorganic Chemistry 3rd edition. Pearson
Education Limited, United Kingdom.
[4] Sakintuna, B., Darkrim, F. L., Hirscher, M., 2007. Metal Hydride Materials for Solid
Hydrogen Storage. Int. J. Hydrogen Energ, 32, 1121-1140.
[5] Yang, J., Sudik, A., Wolverton, C., 2007. Destablizing LiBH4 with a Metal (M = Mg, Al,
Ti, V, Cr, or Sc) or Metal Hydride (MH2 = MgH2, TiH2, or CaH2). J. Phys. Chem, 111,
19134-19140.
[6] Schimmel, H. G., Kearley, G. J., Huot, J., Mulder, F. M., 2005. Hydrogen Diffusion in
Magnesium Metal ( Phase) Studied by Ab Initio Computer Simulations. J. Alloys
Compd, 404-406, 235-237.
[7] Tsuda, M., Dino, W. A., Kasai, H., Nakanishi, H., Aikawa, H., 2006. Mg-H Dissociation
of Magnesium Hydride MgH2 Catalyzed by 3d Transition Metals. Thin Solid Film, 509,
157-159.
[8] Bazzanella, N., Sada, C., Mazozoldi, P., Mengucci, P., 2006. Hydrogen Kinetics in
Magnesium Hydride: On Different Effect of Niobium. Appl. Phys. Lett, 89, 014101.
0
8
2
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 99
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[9] Pelletier, J. F., Huot, J., Sutton, M., Schulz, R., Lurio, L. B., Mochrie, S. G., 2001.
Hydrogen Desorption Mechanism in MgH2-Nb Nanocomposites. Phys. Rev. B, 63,
052103.
[10] Schimmel, H. G., Huot, J., Chapon, L. C., Tichelaar, F. D., Mulder, F. M., 2005.
Hydrogen Cycling of Niobium and Vanadium Catalyzed Nanostructured Magnesium. J.
Am. Chem. Soc, 127, 14348-14354.

Pengaruh penambahan pelarut organik terhadap tegangan permukaan
larutan sabun
Muhamad Tang
1
dan Veinardi Suendo
2

1
MA Rahmatul Asri Maroangin, Jalan Poros Enrekang 91711, [email protected]
2
Kelompok Keahlian Kimia Fisik dan Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No.10 Bandung 40132,
[email protected]
Abstrak
Pada penelitian ini larutan sabun yang mengandung senyawa surfaktan natrium alkil
benzen sulfonat (C12H25C6H4SO3
-
Na
+
) dan natrium lauril eter sulfat (C12H25O(CH2CH2O)2SO3
-
Na
+
) dipelajari sifat tegangan permukaannya. Kedua senyawa ini memiliki gugus anionik
bersifat hidrofilik yang larut dalam air dan gugus hidrofobik berupa rantai alkil yang larut
dalam pelarut non-polar. Berdasarkan gugus fungsinya, kedua senyawa tersebut dapat
dikategorikan dalam golongan surfaktan anionik. Surfaktan merupakan senyawa aktif
permukaan yang dapat menurunkan tegangan permukaan suatu cairan. Pada penelitian ini
tegangan permukaan larutan surfaktan ditentukan dengan metoda cincin Du Nouy yang
kemudian dibandingkan terhadap larutan surfaktan yang mengandung berbagai pelarut
organik. Pada penelitian ini diamati bahwa tegangan permukaan larutan surfaktan pada
suhu 25C mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya konsentrasi surfaktan.
Penambahan pelarut organik seperti metanol, etanol, gliserol dan aseton dengan
konsentrasi 0,1 M, dan 0,5 M, secara umum diamati menurunkan tegangan permukaan
pada konsentrasi surfaktan yang rendah, akan tetapi akan meningkatkan tegangan
permukaan secara signifikan pada konsentrasi surfaktan yang tinggi.
Kata kunci: Tegangan permukaan,larutan surfaktan, surfaktan anionik, metoda cincin Du
Nouy, pelarut organik.
Referensi
[1] Christian D. S and Enwall E., 1978. Bubble Pressure and Volume, A Demonatrasi
Experiment, Jurnal of Chemical Education, The University of Oklahoma, Norman.
[2] Lehninger, A.L., 1988. Dasar-Dasar Biokimia, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
[3] Brady E. James., 1999. Kimia Universitas, Asas dan Struktur, Binarupa Aksara,
Jakarta, 523 524.
[4] Sukardjo., 2002. Kimia Fisika, Edisi 3, Renika Cipta, Jakarta, 102 107.
[5] Fessenden J. Ralp dan Fessenden S. Joan., 1982. Kimia Organik, Erlangga, Jakarta,
411, 412.
[6] Aberty A. Rober dan Daniels F., 1987. Kimia Fisika, Jilid 1, Edisi 5, Erlangga, Jakarta,
239 257.


0
8
3
-
E
T
C

100 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Temperatur Optimum Untuk Sintesis ETBE (Etil Tersier Butil Eter) cari
Isobutena Dan Etanol Yang Dikatalisis oleh Amberlyst 15 Pada Skala
Mini
Neni Suryamah
1
dan Didin Mujahidin
2

1
SMA N 2 Kuningan, Jalan Aruji Kartawinata No. 16 (0232)871016.
e-mail: [email protected]
2
Prodi Kimia FPMIPA ITB, Jalan Ganesa No. 10.
e-mail: [email protected]
Abstrak
ETBE (Etil Tersier Butil Eter) merupakan salah satu dari eter komersial yang digunakan
sebagai zat aditif untuk meningkatkan kualitas bensin melalui peningkatan bilangan oktan
dan kandungan oksigennya. Dari sejumlah laporan penelitian sebelumnya ditunjukkan
bahwa sintesis ETBE memerlukan jenis katalis yang sesuai serta temperatur reaktor yang
optimum untuk menghasilkan rendemen yang tinggi. Temperatur optimum sebagai salah
satu parameter penting dalam sintesis ETBE menjadi fokus kajian pada penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suhu optimum pada sintesis ETBE serta
menghasilkan rancangan percobaan untuk pembelajaran di SMA. Dengan metoda
eksperimen, pada penelitian ini telah berhasil disintesis ETBE melalui reaksi eterifikasi
antara isobutena dengan etanol yang dikatalisis oleh asam padat amberlyts-15 pada
temperatur reaktor 70-74 0C dengan rendemen 47 %. Isobutena pada percobaan ini
diperoleh melalui reaksi eliminiasi tert-butanol dalam asam sulfat pekat. ETBE hasil
sintesis dikarakterisasi dengan GC-MS, FTIR dan 1H-NMR.
Kata kunci: ETBE, katalis asam padat, reaksi eterifikasi.
Referensi
[1] Alcntara, R., Elena, A., Canoira, L., Jos, M., Franco, Martin, I., and Navarro, A.,2000.
Gas-Phase Synthesis of Ethyl tert-Butyl Ether on H-ZSM-5 Catalyst in Continuous
Fixed-Bed And Fluidized-Bed Reaktors, React. Kinet. Catal. Left. Vol. 69, No 2, 239-
246.
[2] Carey, F. A., 2000. Organic Chemistry, Fourth edition, The Mc Graw-Hill Companies,
Inc.
[3] Donahue, C. J., DAmico. T., Exline, J.A., 2002. Synthesis and characterization of a
Gasoline Oxygenat, Ethyl tert-Butyl Ether, J, chem.., Ed, 79, 724.
[4] Lorenz, M., 2003. Forschungsbericht zur schriftlichen Hausarbeit der ersten
Staatsprfung fr das Lehramt an Berufskollegs, Bergische Universitt Wuppertal
[5] Girolamo, M. D. , and Sanfilippo, D.1999 A New Component for gasoline, Catal. Today,
52, 307


Senyawa Turunan Asetofenon dari Daun Euphorbia milii
Ririn Riyani
1
dan Yana Maolana Syah
2

1
MAN Ciparay
Jl.Komp.Bumikarya Ciheulang Ds Bumiwangi Ciparay Kabupaten Bandung
022-5960006, [email protected]
2
Kelompok Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung,
Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, 022-2502103, [email protected]
0
8
4
-
E
T
C

0
8
5
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 101
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Abstrak
Euphorbia milii (Euphorbiaceae) di Indonesia dikenal sebagai tanaman hias. Ditinjau dari
sisi fitokimia, beberapa senyawa telah diisolasi dari tumbuhan E. milii. Beberapa senyawa
itu diantaranya miliamin dan turunannya, yang merupakan suatu diterpen ester, turunan
asetofenon yaitu 2,4-dihidroksi-6-metoksi asetofenon, dan senyawa kelompok triterpen
pentasiklik yaitu amirin asetat dan amirin asetat. Penelitian ini telah mengisolasi satu
senyawa turunan asetofenon yaitu 2,4-dihidroksi-6-metoksiasetofenon dari daun E. milii.
Struktur molekul senyawa tersebut ditetapkan berdasarkan data spektroskopi UV, 1H
NMR, ESI-MS, dan perbandingan dengan data sejenis yang telah dilaporkan.
Kata kunci: Euphorbia milii, daun, isolasi, karakterisasi, 2,4-dihidroksi-4-metoksi-
asetofenon.
Referensi
[1] Fereiera, J.F.S., Luthria, D.L., Sasaki, T., dan Heyerik, A., 2010. Flavonoids from
Artemisia annua L. as Antioxidants and Their Potential Synergism with Artemisinin
against Malaria and Cancer, Review, Molecule, 15, 3135-3170.
[2] Gakuba, E., 2009. Isolation And Characterisation Of Secondary Metabolites Of Two
Asteraceae Species, Artemisia Afra And Elytropappus Rhinocerotis, Thesis Magister,
Universitas kwaZulu-Natal, Pietermaitzburg, 42-58.
[3] Mahajan, R.T.,dan Badjugar, S.B., 2008. Phytochemical Investigation of some
Laticiferous Plant Belonging to Kandesh Region of Maharashtra, Ethnobotanical Leaflet.
12, 1145-115.
[4] Niero, R., Amaral, F., Pizzolatti, M.G., Calixto, J.B, Chechinel Filho, V., Delle Monache,
F., Yunes, R.A., 1996. Isolation of Triterpene and Acetophenone Derivative with
Antipasmodic Activity from Euphorbia milii Desmuol.ex. Boiss. (Euphorbiaceae), Acta
Farm. Bonarense, 15, 239-242.
[5] Norhanom dan Yadav,M., 1995. Tumour Promotor Activity in Malaysian
Euphorbiaceae, British Journal of Cancer, 71, 776-779.
[6] Olieveira, E. C., dan Paumgartten . F. J., 2000. Toxicity of Euphorbia milii latex and
niclosamide to snails and nontarget aquatic species, Ecotoxicol Envir Saf , 46, 342-
350.
[7] Purwanto, A.W., 2006. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak berbunga, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta, 913 Uemura ,D., dan Hirata,Y. (1977): The Isolation and
Structure Toxic Principles Miliamines,A,B, and C,from Euphorbia milii, Bulletin of The
Chemical Society of Japan, 50, 2005-2009.
[8] Uemura ,D., dan Hirata,Y., 1977. The Isolation and Structure Toxic Principles
Milliamines,A,B, and C,from Euphorbia milii, Bulletin of The Chemical Society of
Japan, 50, 2005-2009.
[9] Vogg, G., dkk, 1999. Tumor Promoting Diterpenes from Euphorbia Leuconeura L,
Phytochemisty, 51, 289-295.


Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan
Kesetimbangan Kimia
Muh. Afturizalinur Adaminata
1
dan I Nyoman Marsih
2

1
Madrasah Aliyah Muallimin NW Pancor, Jln. TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
No.39 Pancor, e-mail: [email protected],
2
KK. Kimia Anorganik dan Fisika, FMIPA-ITB, Jln. Ganesa 10 Bandung 40132.
Abstrak
0
8
6
-
E
D
U

102 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan konsep pada materi Kimia SMA
khususnya pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia. Metode yang digunakan adalah
menyusun 15 soal konsep untuk menguji konsep-konsep pada topik yang terkait. Soal
diujikan pada 131 siswa SMA kelas XII IPA. Soal dianalisis menggunakan program Excel
yang disebut objective analyzer untuk mengetahui tingkat kesalahan dan dilanjutkan
dengan menganalisis jawaban siswa untuk mengetahui penyebab kesalahan konsep. Dari
hasil analisis data ditemukan beberapa kesalahan konsep pada pokok bahasan
Kesetimbangan Kimia, yaitu (i) keadaan kesetimbangan akan tercapai jika konsentrasi
pereaksi sama dengan konsentrasi hasil reaksi, (ii) tidak dapat mengkaitkan nilai K dengan
komposisi kimia saat kesetimbangan, (iii) pada suhu tetap penambahan padatan atau
cairan murni akan menggeser kesetimbangan heterogen; (iv) tidak dapat menentukan
pengaruh dari suatu gangguan terhadap kesetimbangan; (v) penambahan katalis akan
meningkatkan nilai K.
Kata Kunci: kesalahan konsep, kesetimbangan kimia, objective analyzer
Referensi
[1] Kruse, R. A., Roehig, G. H., 2005. A Comparison Study: Assessing Teacher Conceptions
with the Chemistry Concepts Inventory, J. Chem. Educ. 82 (8):1246-1249.
[2] Wheeller, E. A., Kass, H., 1978. Students Misconceptions in Chemical Equilibrium,
Science Education. 62 (2): 223-232.
[3] Hackling, M.W., Garnett, P.J., 1985. Misconceptions of Chemical Equilibrium the
Associative Framework, European Journal of Science Education.7. 205-211.
[4] Banerjee, A.C., 1991. Misconceptions of Students and Teachers in Chemical
Equilibrium, International Journal of Science Education, 13, 487- 494.
[5] Bergquist, W., Heikinen, H., 1990. Student Ideas Regarding Chemical Equilibrium, J.
Chem. Educ. 67, 1000-1003.
[6] Ozmen, H., (2008): Determination of Students Alternative Conceptions about Chemical
Equilibrium, Chem. Educ. Res. Pract. 9. 225-233.
[7] Nakhleh, M. B., (1992): Why Some Students Dont to learn Chemistry: Chemical
Misconceptions , J. Chem. Educ. 69 (3): 191-196.


Peran Ilmu Fisika Sebagai Pilar Utama Dalam Mendorong Inovasi
Teknologi
Bambang Widiyatmoko*
Group THz-Photonics, Bidang Instrumentasi Fisis dan Optoelektronika
Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI)
Komplek PUSPIPTEK, Setu, Tangerang Selatan, Banten
e-mail : [email protected]
*Ketua Himpunan Fisika Indonesia
Abstrak
Perkembangan teknologi sangat cepat di awal abat ke 21 yang ditandai dengan penemuan
penemuan teknologi baru seperti nanoteknologi, information technology (IT) dan teknologi
teknologi praktis untuk rumah tangga. Beberapa penemuan teknologi tersebut dihasilkan
dari proses penelitian yang panjang dengan mengacu pada kajian ilmu dasar khususnya
Ilmu Fisika dan Kimia. Dalam tulisan ini disampaikan beberapa contoh bagaimana ilmu
fisika telah banyak memberikan pemahaman dan kunci untuk meningkatkan inovasi
teknologi dunia. Disamping itu dipaparkan prinsip prinsip fisika sederhana yang dipakai
untuk memecahkan solusi teknis dalam membuat instrumens kebencanaan dan
menghasilkan paten.
0
8
7
-
I
V
S

Book of (Extended) Abstracts 103
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Kata-kata kunci: inovasi teknologi, paten, kimia, fisika
Referensi
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Snellius
[2] (http://en.wikipedia.org/wiki/Optical_fiber#Total_internal_reflection)
[3] Edward Mutafungwa, Lecture I, Introduction of Fiber Optics Communications, Helsinki
University of Technology.
[4] Andreas Terzis, I-Jeng Wang, et.al., Slip surface Localization in Wireless Sensor
Network for Landslide Prediction, Proceeding of IPSN2006, Nashvile, Tennesse, USA,
April 19-1, 2006
[5] www.geokon.com/products/extensometers.phpwww.geokon.com/products/extensomet
ers.php
[6] Widiyatmoko, Wildan P.Tresna, Dwi hanto dan prabowo Puranto. Pengembangan
Sensor Strain Tanah Berbasis Fiber Bragg Grating untuk Deteksi Longsor. Prosiding
Seminar Astechnova Vol 1 pp III 41-48.
[7] www.geokon.com/products/datasheets/fp4700.pdf
[8] Nor Jannah Muhd-Satar and Mohd Kamil Abd-Rahman, Optical Fiber Sensor for
Smart Structure Monitoring, Conference on Scientific & Social Research, Malaysia, 14
- 15 March 2009.
[9] Harry J. R. Dutton, Understanding Optical Communications, 1st ed., IBM Corp.,
International Technical Support Organization, September 1998.
[10] Andre Martins, et al., Modelling of Bend Loss in Single-Mode Optical Fibers,
http://www.av.it.pt/conftele2009/Papers/109.pdf.
[11] Frank F. Ruhl, Lecture Notes on Single-Mode Fibre Theory, University of New South
Wales, Sydney, 1990.
[12] Shoji Sakata and Bambang Widiyatmoko, Prospect Application of Laser Tsunami meter
for Tsunami Early Warning System in Indonesia Proceedings of the SIEM 2005 ISSN
1344-7491,Tokyo University of Marine Science and Technology, Japan.
[13] Bambang Widiyatmoko, Prabowo Puranto and Zainal Akbar, Development of the Fabry
Perot Tunable Filter Based Optical Component Analyzer and Optical Spectrum
Analyzer, Proceeding Asian Physics Symposium (APS 2007), ITB Bandung.


Isolasi Senyawa Antioksidan Dari Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
Iis Sutji Rachmawati
1
dan Ciptati
2

1
SMA Negeri 23 Bandung, Telp./Fax: 022-7200530
e-mail: [email protected]
2
KK Organik Prodi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung
e-mail: [email protected]
Abstrak
Daun sirih merah (Piper crocatum) adalah salah satu tanaman obat yang digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit karena mengandung senyawa
yang bersifat antioksidan. Aktivitas antioksidan dari daun sirih merah ini dapat ditentukan
dengan metoda peredaman radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Penelitian
ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa dari ektrak etil asetat dan
ekstrak etanol daun sirih merah, mengetahui aktivitas peredaman radikal bebas DPPH
(IC50) oleh ekstrak kasar n-heksana, etil asetat, dan ekstrak etanol daun sirih merah
0
8
8
-
E
T
C

104 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

dibandingkan terhadap asam askorbat (vitamin C). Ekstraksi senyawa aktif daun sirih
merah dilakukan dengan menggunakan metoda soxhlet. Identifikasi golongan senyawa
dilakukan dengan uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Isolasi ekstrak etil asetat
dilakukan dengan metoda kromatografi gravitasi dilanjutkan dengan kromatografi radial.
Penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi hasil pemurnian merupakan golongan alkaloid
dan senyawa neolignan dengan rumus molekul C25H32O8, menurut sistem IUPAC
namanya adalah 1-allyl-3,5-dimethoxy-7-methyl-oxo-6-
(3,4,5trimethoxyphenyl)bicyclo[3,2,1]oct-2-en-8-yl acetate. Kandungan senyawa ekstrak
etanol antara lain golongan flavonoid, alkaloid, fenolik, saponin dan steroid. Aktivitas
antioksidan dilakukan dengan peredaman warna radikal bebas DPPH menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Nilai IC50 dengan metoda DPPH terhadap fraksi ekstrak etanol,
etil asetat dan n-heksana berturut-turut adalah 94,6 ; 127,74 ; 134,29 ppm, sedangkan
nilai IC50 asam askorbat sebagai kontrol positif adalah 3,61 ppm. Nilai IC50 senyawa
golongan alkaloid adalah 50,91 ppm, sedangkan senyawa neolignan tidak aktif sebagai
antioksidan.
Kata kunci: sirih merah (Piper crocatum), antioksidan, DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl), ekstraksi bertahap.
Referensi
[1] Bayoo, 2006. Sembuh Bukan Sekedar Impian, http://Trubus-online.com, diakses 26
Agustus 2006
[2] Sudewo, B., 2007. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah, PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta
[3] Alfarabi M., 2008. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sirih Merah [Skripsi], Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
[4] Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I., 2002. Oxygen Toxycity by Radiation and Effect of
Glutamic Piruvat Transamine (GPT) Activity Rat Plasma After Vitamine C Treatment,
Diajukan pada International Seminar on Enviromental Chemistry and Toxicology,
Yogyakarta.
[5] Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet
Suplemen, Trubus Agriwidya, Jakarta, hal. 36-40
[6] Rohdiana, D., 2001. Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam Daun Teh,
Majalah Jurnal Indonesia, 12(1), 53-58
[7] Sunarni, T., 2005. Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Beberapa Kecambah dari Biji
Tanaman Familia Papilinaceae, Jurnal Farmasi Indonesia, 2(2), 53-61
[8] Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, K. Padmawinata, I. Sudiro, Penerjemah: Bandung, ITB, Terjemahan dari:
Phytochemical Method
[9] Hanani, E., dkk., 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons callispongia
Sp., dari Kepulauan Seribu, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II No. 3, 127-133
[10] Molyneux, P., 2004. The Use of Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol., 26(2), 211-219
[11] Kristanti, A.N., dkk., 2008. Buku Ajar Fitokimia, Laboratorium Kimia Organik, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Airlangga,
Surabaya, hal. 47-50
[12] Suratmo, 2009. Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai
Antioksidan, Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya Malang,
Indonesia


Book of (Extended) Abstracts 105
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Studi Elektroplating Nikel-krom pada Baja Tipe ST 37 untuk
Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas
Ahmadi
1
dan Barnas Holil
2

1
MA DI Putri Ponpes Nurul Hakim Kediri Lombok Barat NTB, 081915945870,
[email protected]
2
Kelompok Keahlian Kimia Fisik dan Anorganik Institut Teknologi Bandung
Abstrak
Pada penelitian ini dilakukan elektroplating baja tipe ST 37 menggunakan nikel-krom.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan massa endapan nikel. Dari hasil penelitian
ini telah dibuat modul praktikum pelapisan logam nikel-krom yang digunakan untuk
pembelajaran kimia di Sekolah Menegah Atas. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah penyiapan benda kerja, proses elektroplating nikel dalam berbagai variasi waktu dan
arus listrik, proses elektroplating krom, analisa data hasil pelapisan, penyusunan modul
praktikum. Dari analisa data hasil pelapisan diperoleh kecenderungan semakin lama waktu
dan arus listrik yang digunakan massa endapan nikel. Untuk waktu terendah 10 menit
diperoleh endapan 0,1095 gram dan waktu tertinggi 50 menit diperoleh endapan 0,5475
gram, arus listrik terendah 0,24 Amper diperoleh endapan 0,1748 gram dan arus listrik
tertinggi 1,20 Amper diperoleh endapan 0,8592 gram.
Kata kunci: Elektroplating, Baja Tipe ST 37, Pembelajaran.
Referensi
[1] Tomijiro, K., Anton, J. H. 1992. Mengenal Pelapisan Logam (electroplating), Andi Offset,
Yogyakarta, 25
[2] Arsianto, S.A, 1995. Mengenal Teknik Pelapisan Logam, Balai Besar Pengembangan
Industri Logam, Bandung, 3.
[3] Prayitno, Dwi, 2005. Perbedaan Berat Hasil Pelapisan Nikel Akibat Penggunaan
Lapisan Dasar Cu dan Tanpa Lapisan Dasar Cu Dengan Variasi Waktu Pada Bahan
Baja Karbon Rendah, Skripsi Pendidikan Teknik Mesin, Uneversitas Negeri Semarang,
7.
[4] Dennis, J.K.,Such, T.E., 1986. Nikel and Chromium plating, London, Boston, Durban,
Singapore, Sydney, Toronto, Wellington, Butterworth & Co (publisher) Ltd, 1.
[5] Suarsana, I ketut., 2008. Pengaruh waktu pelapisan nikel pada tembaga dalam
pelapisan khrom dekoratif terhadap tingkat kecerahan dan ketebalan lapisan, Jurnal
Ilmiah Teknik Mesin Universitas Udayana, 2(1), 48


Pemisahan Serium (IV) dari Mineral Monasit Bangka dengan Teknik
Mebran Cair Berpendukung Hollow Fiber (Hfslm) dan Pengendapan
Bertingkat
Nenden Sumartini
1
dan Aminudin Sulaeman
2

1
SMAN 1 Garut, Jl. Merdeka No.91 Garut 44151, Telp. 0262-233782,
Email : [email protected]
2
Kimia Analitik, FPMIPA, Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Telp. 022-
Email : [email protected]
Abstrak
0
8
9
-
E
D
U

0
9
0
-
E
T
C

106 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pada penelitian ini, pemisahan Ce(IV) dari mineral monasit Bangka dilakukan dengan dua
teknik, yaitu teknik membran cair berpendukung hollow fiber (HFSLM) dan dengan teknik
pengendapan bertingkat. Pemisahan Ce(IV) dengan teknik HFSLM dilakukan dua kali
HFSLM. Pada HFSLM-1, larutan LTJ dari hasil destruksi basa dipisahkan dari non LTJ .
Pada HFSLM-2, larutan fasa penerima HFSLM-1 sebelum dijadikan fasa umpan pada
HFSLM-2 terlebih dahulu dioksidasi dengan ammonium peroksodisulfat, (NH4)2S2O8.
Larutan carrier yang digunakan adalah TBP dan D2EHPA, baik sendiri-sendiri maupun
campurannya dalam pelarut kerosen dan sebagai fasa penerima digunakan asam
anorganik, yaitu HCl yang divariasikan konsentrasinya. Larutan D2EHPA 75% (campuran
TBP : D2EHPA = 1:3) dan HCl 1 M pada fasa penerima memberikan kondisi pemisahan
Ce(IV) yang terbaik. Pada teknik pengendapan bertingkat, larutan induk LTJ yang sudah
dioksidasi dilarutkan dalam NaOH sampai pH 11. Selanjutnya endapan dilarutkan dalam
asam oksalat pada pH 5,5. Endapan yang terbentuk disaring, dipanaskan dan dikalsinasi
pada suhu 4000C sehingga Ce(IV) diendapkan sebagai CeO2. Dari analisis XRF, teknik
HFSLM memberikan kadar CeO2 sebesar 48,316% (terjadi peningkatan dari 36,412%
menjadi 48,316%) dan dengan teknik pengendapan bertingkat memberikan kadar CeO2
sebesar 48,994% (terjadi peningkatan dari 40,687% menjadi 48,994%)
Kata kunci : serium, monasit, HFSLM, pengendapan bertingkat, XRF
Referensi
[1] Akhond, M and Baghery, M.,(2002), Analytical Sciences,Vol. 18, 1051-1055.
[2] Hardjatmo, Rochani S., Kusmiati Y., Gunawan G. dan Sutanto, (1993), Pengkajian
Pengolahan Mineral Tanah Jarang dari Pulau Bangka Laporan Teknik Penelitian No
146, Proyek Pengembangan Teknologi pengolahan Bahan Galian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral.
[3] Mulder, M., (1996), Basic principles of Membrane Technology, 2nd ed., Kluwer
Academic Publisher, Dordrecht.
[4] Sulaeman,A., Buchari, Ummy Mardiana,(2006), Pemisahan Serium dari Mineral
Monasit dengan Teknik SLM Bertingkat, Jurnal Kimia Indonesia,Vol 1, hal 1-6.
[5] Ummy Mardiana , (2004): Pemungutan Cerium (IV) Dari Mineral Monasit Dengan
Teknik Bertingkat Membran Cair Berpendukung, Tesis Program Magister, 15-20


Pemisahan Logam Tanah Jarang dari Mineral Monasit Bangka dengan
Teknik Membran Cair Berpendukung Hollow Fiber (HFSLM)
Sri Wahyuni
1
dan Aminudin Sulaeman
2

1
SMAN 2 Cimahi, Jl. Sriwijaya IX No. 45 A Cimahi,6652715, [email protected]
2
Kelompok Keahlian Kimia Analitik ITB, Jl. Ganeca No. 10 Bandung 45312,
[email protected]
Abstrak
Permintaan terhadap logam tanah jarang dari waktu ke waktu terus meningkat baik dalam
jumlah maupun tingkat kemurniannya. Maka usaha pengembangan teknik pemisahan
logam tanah jarang masih perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
metoda yang tepat untuk pemisahan logam tanah jarang dari mineral monasit Bangka yang
dapat dikembangkan pada skala besar. Tahapan proses pemisahan meliputi: dekstruksi
monasit, pelarutan unsur-unsur tanah jarang , pengkondisian larutan sebagai fasa umpan,
pemisahan unsur-unsur tanah jarang dengan teknik hollow fiber supported liquid
membrane (HFSLM). Optimasi proses pemisahan dilakukan dengan mepelajari pengaruh
variasi dari : jenis asam dalam fasa penerima, konsentrasi asam pada fasa penerima, dan
komposisi campuran TBP terhadap D2EHPA sebagai carier dalam fasa membran, terhadap
% transpor LTJ melalui HFSLM. Senyawa hidroksida LTJ yang ditranspor melalui HFSLM
0
9
1
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 107
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

diperoleh dengan cara diendapkan dengan NaOH pada pH 11, sedangkan bentuk LTJ
oksalat dapat dibuat dengan melarutkan LTJ hidroksida dalam laruta asam encer
kemudian diendapkan lagi dengan ammonium oksalat. Dan LTJ oksida dapat diperoleh
dengan mengkalsinasi endapan LTJ oksalat pada suhu 400-600oC selama 2 jam. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kondisi terbaik untuk pemisahan LTJ dari non LTJ dengan
teknik HFSLM diperoleh pada fasa penerima HNO3 1,0 M nerima dengan carrier TBP-
D2EHPA 0,25:0,75M. Dari hasil analisis dengan XRF menunjukkan bahwa konsentrasi dan
kemurnian LTJ dapat ditingkatkan dengan teknik HFSLM. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan informasi pada pembelajaran kimia di SMA/MA tentang teknik
pemisahan unsur-unsur kimia khususnya golongan lantanida.
Referensi
[1] Aminudin, S., 2002. Pola Transpor Pada Ekstraksi dan Pemisahan Unsur Tanah
Jarang dengan Teknik Membran Cair Berpendukung Menggunakan Pengemban
Campuran D2EHPA dan TBP, Disertasi, Program Doktor, Institut Teknologi, Bandung
[2] Binter, J. G. A., 1991. Transport Mechanisms In Membrane Separation Processes,
Plenum Press, New York, 1-2
[3] Bangun, W, dan Dwi, B., 2009. Optimasi Pembuatan Oksida Logam Tanah Jarang dari
Pasir Senotim dan Analisa Produks dengan Spektrometer Pendar Sinar X, Seminar
Nasional V SDM Teknologoi Nuklir, Yogyakarta
[4] Buchari, Eti Testiati, Aminudin, 2002. Pengaruh Pelarut dan Temperatur terhadap
Traspor Europium (III) melalui Membran Cair Berpendukung, ITB, Bandung
[5] Charles, T.L., 1980. CRC Handbook of Materials Science, 1st ed, General Properties,
Florida
[6] Day Jr. R. A., Underwood A.L., 1983. Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta,
451-475
[7] Guyon, F, N. Parthasarathy and J. Buffle, 1999. Mechanism and Kinetic of Copper (II)
Transport through Diaza-crown Ether-fatty Acid-Supported Liquid Membran, J.Anal
Chem,71, 819-826
[8] Henderson, P., 1984. Developments in Geochemistry 2 Rare Earth Elements
Geochemistry, Elsevier, 467-495
[9] Ismono, 1979. Cara-cara Optik dalam Analisa Kimia, Departemen Kimia ITB, Bandung,
47-60
[10] Juang, R.S.,1998. Preparation, Properties and Sorption Behaviour of Impregnated
Resins Containing Acidic Organophosphorus Extractants, Proc. Natl. Sci. Counc,
Roc(A), 23(3), 353-364


Pembuatan 20 Modul Praktikum Kimia sebagai Pendukung
Pembelajaran IPA di Madrasah Tsanawiyah (MTs) KELAS VII
Elin Permayani dan Barnas Holil
MTs KMI Tanjungsari
Jl. Pangeran Muhamad, Tanjungsari-Sukahaji-Majalengka-Jawa Barat
Email : [email protected]
Abstrak
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, ilmu kimia mulai
diajarkan pada tingkat SMP/MTs sebagai bagian dari mata pelajaran IPA. Nama kimia
menjadi sesuatu hal yang baru bagi siswa MTs dan sebagian besar guru MTs belum
terbiasa menanamkan konsep kimia dengan benar. Oleh karena itu, diperlukan suatu
0
9
2
-
E
D
U

108 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

metoda mengajar yang dilengkapi metoda eksperimen untuk memudahkan siswa
memahami konsep kimia. Pada metode eksperimen dibutuhkan modul praktikum kimia.
Modul praktikum kimia yang dibuat sebanyak 20 percobaan berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Modul praktikum ini terdiri dari 6 topik. Topik
pertama materi asam, basa dan garam terdiri dari 4 percobaan. Topik kedua materi wujud
zat terdiri dari 3 percobaan. Topik ketiga materi perubahan fisika dan kimia terdiri dari 2
percobaaan. Topik keempat materi pemisahan campuran terdiri dari 5 percobaan. Topik
kelima materi reaksi kimia terdiri dari 4 percobaan. Topik keenam materi unsur, campuran
dan senyawa terdiri dari 2 percobaaan. Modul praktikum kimia yang sudah dibuat ini dapat
digunakan sebagai pendukung pembelajaran IPA di MTs kelas VII.
Kata kunci : kimia, pembelajaran IPA, modul praktikum kimia
Referensi
[1] Ariswana, D, Yusa dan Nana S.2006. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Kimia, Biologi)
Untuk Kelas VII SMP. Grafindo Media Pratama, Bandung, 131, 141-142.
[2] Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Kurikulum KTSP 2006, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
[3] Beran, J.A.1996. Chemistry In The Laboratory A Study of Chemical And Physical
Changes Second Edition, John Willey And Sons Inc, New York, 48, 58, 105-108, 194-
195, 212-213, 273, 326.
[4] Devi, P.2005.Kimia 2 Kelas VII SMP Berdasarkan Kurikulum 2004, Remaja Rosda
Karya, Bandung, 57, 60.
[5] Djamarah, S.B dan Aswan Z.2006.Strategi Belajar Mengajar (Edisi
Revisi), PT Rineka Cipta, Jakarta, 95-69, 155-156.


Demonstrasi Penyimpanan Gas Hidrogen untuk Pembelajaran Kimia
Yoram Enggelina Koy
1
dan Djulia Onggo
2

1
SMA Katolik Giovanni Kupang-NTT, Telp. (0380)-832387
e-mail : [email protected]
2
KK Kimia Anorganik Prodi Kimia FMIPA Institut Teknologi Badung,
Telp(022)-2504154
e-mail: [email protected]
Abstrak
Gas hidrogen adalah bahan bakar masa depan karena produk reaksi yang dihasilkan
ramah lingkungan. Agar gas hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar perlu
dilakukan penyimpanan. Untuk pembelajaran kimia, penyimpanan gas hidrogen yang
sederhana dapat dilakukan dalam balon juga dalam buih sabun. Demonstrasi
penyimpanan gas hidrogen dalam balon dengan massa 2,2 g memerlukan paling sedikit 1,5
g Al dan 90 mL NaOH 2M menghasilkan balon berisi gas hidrogen yang dapat diterbangkan
ke udara. Sedangkan demonstrasi penyimpanan gas hidrogen dalam buih sabun
memerlukan 1g Al, 60 mL NaOH 2M, dan 5 mL campuran dari 6 g gliserin, 10 g sabun cair
dan 84 g air dengan menggunakan wadah berbentuk selinder setinggi 10 cm dan
berdiameter 3,5 cm, menghasilkan pilar hidrogen setinggi 1 m. Demonstrasi ini dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran yang terkait dengan konsep stoikiometri, reaksi
redoks dan kimia unsur.
Kata Kunci: Demonstrasi, aluminium, balon hidrogen, pilar hidrogen.
Referensi
0
9
3
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 109
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[1] De Vos W., Kostka K., 1999. Using Large Glass Cylinders To demonstrate Chemicak
Reactions, J. Chem. Educ., 76, 528 530
[2] Dinga, G.P., 1988. Hydrogen The Ultimate Fuel and Energy Carrier, J.chem. Educ., 65,
688 691
[3] Garent G., 2003. Hydrogen Oxygen Baloon Hazards, J.Chem Educ., 80, 743
[4] Harper G. D. J., 2006. Fuel Cell Projects For The Evil Genius, 23 - 32
[5] Hartman N. T., Vitz E., 2003. Ignition of Hydrogen Balloons by Model Rocket Engine
Igniters, J.Chem.Educ., 80, 774 - 775
[6] Katz D. A., 1990. Chemistry In The Store 5th Ed., Departemen of Chemistry
Community College of Philadelphia, 1- 4
[7] Mattson B., 1996. Hydrogen Microscale Gas Chemistry Part 3 Experiments 7, This
Article First Appeared Chem 13 News, in December
[8] Mynard J. H., Wolsey W., 2008. Using Hydrogen Balloons To Display Metal Ion
Spectra, J.Chem.Educ., 85, 519-520


Pembuatan dan Aplikasi Osmometer Telur sebagai Media untuk
Mempelajari Efek dan Potensial Donnan
Dian Widianingsih dan Rukman Hertadi
Program Magister Pengajaran Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Studi sifat fisiko kimia makromolekul, khususnya protein, masih menjadi kendala akibat
minimnya fasilitas laboratorium yang dimiliki sekolah pada umumnya. Untuk
meningkatkan pengetahuan siswa mengenai makromolekul perlu dikembangkan suatu
percobaan sederhana. Percobaan sederhana ini terkait untuk mempelajari efek dan
potensial Donnan. Alat sederhana yang digunakan untuk mengamati fenomena ini adalah
osmometer telur. Efek Donnan dipelajari dengan membenamkan osmometer telur ke dalam
larutan garam dan mengisi bagian dalam osmometer dengan larutan protein. Difusi ion
garam melintasi membran semipermeabel osmometer telur akan berlangsung hingga
tercapai kesetimbangan. Tetapi karena adanya makromolekul bermuatan seperti protein
akan menyebabkan sebagian ion garam digunakan untuk menetralkan muatan pada
protein, sehingga pada kesetimbangan jumlah ion di dalam dan di luar membran menjadi
tidak sama. Konsentrasi asimetrik ion garam ini dikenal sebagai efek Donnan. Efek Donnan
inilah yang menghasilkan potensial Donnan. Pada penelitian ini digunakan putih telur
sebagai sumber protein. Dari 20 mL putih telur yang dilarutkan dalam 0,1 M NaCl hingga
volume 50 mL diperoleh potensial Donnan sebesar 96,3 mV. Efek perubahan pH terhadap
muatan protein juga dipelajari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin besar pH
larutan maka potensial Donnan yang dihasilkan semakin besar. Pada penelitian ini juga
diupayakan untuk meningkatkan nilai potensial Donnan yaitu dengan merangkai lima
osmometer telur secara seri menggunakan putih telur dengan komposisi di atas pada pH 14
dan diperoleh potensial sebesar 1,689 V. Sedangkan dengan merangkai empat osmometer
telur secara paralel diperoleh arus listrik sebesar 7,6 A. Dari percobaan menunjukkan
bahwa osmometer telur dapat digunakan untuk mempelajari sifat fisiko kimia protein dari
aspek potensial Donnan.
Kata kunci: Difusi, osmometer telur, efek Donnan, potensial Donnan, rangkaian seri,
rangkaian paralel.
Referensi
0
9
4
-
E
T
C

110 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[1] Berg, J.M., Tymoczko, J.L., dan Stryer, L., Biochemistry, Fifth Edition. W.H. Freeman
Company, Inc., 83-128.
[2] Raymond, C. dan Lawrence, J.K., 1977. The Donnan Equilibrium and Osmotic
Pressure. J. Chem. Educ., 54 (4), 218-219.
[3] Belitz, H.-D., Grosch, W., dan Schieberle, P., 2009. Food Chemistry. Springer-Verlag
Berlin Heidelberg, Germany, 546-562.
[4] Niels, F.A., Poul, J.B., dan Ole, S.A., 1993. Ionic Binding, Ne Charge, and Donnan
Effect of Serum Albumin as a Function of pH. Clin. Chem, 48-52.


Optimasi Sudut Proyeksi pada Rekonstruksi Citra CT
Endang Haryati
1
, Rena Widita
1
, dan Sparisoma Viridi
1

1
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeahuan Alam, ITB
Jl. Ganesha No. 10 Bandung, Indonesia 40132, e-mail : [email protected]
Abstrak
Citra CT untuk diagnosis juga digunakan untuk verifikasi dosis selama terapi. Untuk
menghasilkan sebuah citra CT diperlukan sejumlah data proyeksi. Semakin banyak data
proyeksi yang digunakan maka kualitas citra CT yang dihasilkan semakin bagus. Dalam
radioterapi, data proyeksi yang digunakan untuk merekonstruksi citra pada saat diagnosis
dan selama terapi diambil pada posisi sudut yang sama, biasanya <10 sudut. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengoptimasi sudut-sudut proyeksi dengan metode optimasi gradient
descent pada rekonstruksi citra CT dengan ART. Image Correlation (IC) telah dihitung pada
dua model citra dan optimasi gradient descent telah dilakukan untuk merekonstruksi citra
CT paru-paru dengan menggunakan data proyeksi terbatas. Hasil tersebut menunjukan
bahwa dengan jumlah data proyeksi terbatas dan jumlah iterasi yang kecil dihasilkan
kualitas citra CT yang bagus. Dengan demikian metode optimasi gradient descent
merupakan metode optimasi yang efektif untuk mengoptimasi sudut pencitraan dalam
merekonstruksi citra dengan ART.
kunci: citra CT, ART, optimasi
Referensi
[1] Ali, A.M, dkk. 2004. Image Reconstruction Techniques using Projection Data from
Transmission Method. Annals of Nuclear Energy 31 (2004), 1415-1428
[2] Anderson, C. 2009. Gradient Descent. Fall : Department of Computer Science
[3] Bortfeld, T. 1999. Optimized Planning using Physical Objective and Constraints.
Seminars in Radiation Oncology, Vol 9, No.1, 20-34
[4] Brame, A.1988. Optimization of Stationary and Moving Beam Radiation Therapy
Techniques. Radiotheraphy and Oncology, 12, 129-140
[5] Breacewell, R.N. & Riddle, A.C. 1967. Inversion of Fan-Beam scan in Radioastronomy.
Astrophysics Journal, 150, 427-434
[6] Brooks, R & Di Chiro, G.1976. Theory of Image Reconstruction in Computed
Tomography. RadiologyColorado State University
[7] Cunningham, I. A., Judy, P. F. 2000.The Biomedical Engineering Handbook: Second
Edition. CRC Press LLC : Boca Raton
[8] Dove, E.L. 2003. Physics Of Medical Imaging (An Introduction). Biomedical Engineering
The University of Lowa
0
9
5
-
C
O
M

Book of (Extended) Abstracts 111
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[9] Hendee, W.,R., Ritenour, E., R. 2002. Medical Imaging Physics 4nd. A Jhon Wiley &
Sons, Inc, Publication: New York
[10] Herman, G. T. 1980. Image Reconstruction from Projection: The Fundamentals of
Computerized Tomography. New York : Academic Press.
[11] Ikawati, V. 2008. Software Automasi Perhitungan Film Dosimetri Menjadi Dosis
Radioterapi. Insitut Teknologi Bandung
[12] Kak and Slaney.1999.Principle of Computed Tomography Imaging. IEEE Inc: New York
[13] Morgan, C.L. 1983. Basic Principles of Computed Tomography. Baltimore MD:
University Park Press
[14] Rajagukguk, R. 2009. Simulation of CT Image Reconstruction using algebraic
Reconstruction Technique (skripsi). Institut Teknologi Bandung
[15] Roux, N. L. 2009. Using Gradient Descent for Optimization and Learning
[16] Widita, R.2006.Simultaneous Optimization of Beam Positionfor Treatment Planning and
for Image Reconstruction in Radioteraphy (Thesis). The University of New South Wales.
[17] Zeng, G.L. 2000. Image Reconstruction-a Tutorial. Computerized Medical Imaging and
Graphycs 25 (2001), 97-103


Optimasi Kotak Bjerrum Sebagai Alternatif Penentuan Kadar Kolesterol
dari Daging Domba
Reni Wedyaningsih dan Fida Madayanti Warganegara
Program Magister pengajaran Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung, Email : [email protected]
Abstrak
Pengujian kadar kolesterol pada pembelajaran Kimia di Madarasah Aliyah belum banyak
dilakukan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sarana laboratorium, karena umumnya
untuk uji kuantitatif kadar kolesterol di butuhkan alat yang canggih dan mahal yaitu
spektrofotometer sinar tampak. Analisis kolesterol sampel diperoleh dari daging domba.
Dalam penelitian ini diusulkan untuk menggunakan kotak bjerrum sebagai metoda
pengganti metode spektrometri. Hasil optimasi kotak bjerrum diperoleh dimensi yang tepat
adalah 10 cm x 3 cm x 4 cm dengan ukuran sel 1 cm x 3 cm x 4 cm, sedangkan jangkauan
konsentrasi yang dapat digunakan adalah antara 10 ppm hingga 60 ppm dengan persen
kesalahan 2,735 %. Kolesterol yang diwarnai dengan metode Liebermann- Burchad
digunakan sebagai larutan berwarna. Dengan metode spektrofotometri larutan ini
memberikan puncak maksimum pada panjang gelombang 662 nm dan daerah linier
Lambert-Beer pada konsentrasi 10 sampai 60 ppm. Melalui pengukuran spektrofometri
sinar tampak konsentrasi kolesterol adalah 31,608 ppm atau 65,6583 mg/100 gram dan
dengan kotak bjerrum 34 ppm. Berdasarkan perhitungan uji t dengan taraf kepercayaan (
)0,05 diperoleh t hitung 0,639 lebih kecil dari t tabel 2,73 sehingga tidak ada perbedaan
pengukuran kolesterol dengan spektrofotometer dan kotak bjerrum. Hasil penelitian ini
dapat diaplikasikan untuk menunjang pembelajaran kimia di tingkat SMA/MA pada materi
makromolekul melalui praktikum di laboratorium.
Kata kunci: daging, kolesterol, kotak bjerrum.
Referensi
[1] Achmad, H.(2001), Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 160-161
0
9
6
-
I
N
S

112 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[2] Burke,R.W,et al (1974), Mechanisme Of Liebermann-Burchard and Zak Colour
Reaction For Cholesterol, J. Clinical Chemitry,.20,7
[3] Barreto C, 2005), Lipid Extaction and Cholesterol Quantification: A Simple Protocol, J.
Chem.Educ.,82, 103
[4] Day,J., Underwood (1999), Analisis Kuantitatif, Erlangga, Jakarta, 396
[5] Murray Robert, K. & Mayes Peter, A., (2003),Biokimia Harper(Harpers Biochemistry),
Alih Bahasa : Aji Darma dan Andreas Sanusi Kurniawan, Edisi 25, EGC Penerbit Buku
Kedokteran , Jakarta, 257
[6] Fessenden, Ralph J. dan Fessenden, Joan S. (1986) , Kimia Organik Jilid 2 Edisi
Ketiga, Erlangga, Jakarta, 427
[7] Khopkar. (1990), Dasar-dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia, Jakarta, 189-
190
[8] Lawrie. (1995), Ilmu Daging, Universitas Indonesia, Jakarta, 37
[9] Stryer, L., Tymozcko, J.L. & Berg, J.M., (2007),Biochemistry, 6th editions, W.H.
Freeman and Company, New York, 494


Ekstraksi Fasa Padat Emas Dalam Limbah Sepuh Emas Dengan Metode
Solvent-Impregnated Resin (SIR)
Fadhlina Syarif
1
dan Suryo Gandasasmita
2

1
MAN 2 Bukittinggi Sumbar, Telp. 075221047
Email: [email protected]
2
KK Analitik prodi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Penyepuhan logam dengan emas menggunakan emas murni. Limbah sepuh emas masih
dapat dimanfaatkan untuk penyepuhan tapi hasilnya agak kemerahan. Dengan demikian,
diduga masih ada emas yang tertinggal di dalam limbah sepuh emas dengan konsentrasi
yang sangat rendah. Oleh karena itu, digunakan metode SIR (Solvent-Impregnated Resin)
dengan metil trioktilamonium klorida (Aliquat 336) sebagai pengekstraksi emas dari
limbah sepuh emas dan resin amberlite XAD-16 sebagai media pendukung. Keberadaan
gugus amin yang bermuatan positif pada Aliquat 336 akan dapat mengikat ion emas dalam
limbah sepuh emas. Sebagai pelarut organik digunakan kloroform pada tahap penyiapan
SIR. Terhadap ion Au3+ yang diikat oleh SIR dilakukan stripping dengan cara dielusi
dengan larutan HNO3 14 M. Kadar emas diukur menggunakan spektrofotometri serapan
atom. Kadar emas yang diperoleh setelah diekstraksi dengan metode SIR dan dilanjutkan
dengan tahapan stripping adalah sebesar 89,77 ppm. Adapun kadar emas dalam air limbah
sepuh emas awal sebesar 105,68 ppm. Jadi, perolehan kembali emas dengan
menggunakan metode Solvent-Impregnated Resin (SIR) adalah 84,95%.
Kata kunci: SIR (Solvent-Impregnated Resin), aliquat 336, amberlite XAD-16,
kromatografi penukar ion, sepuh emas.
Referensi
[1] Ruey, S. J., 1999, Preparatin, Properties and Sorption Behavior of Impregnated Resin
Containing Acidic Organophosphorus Extractant, Invited Review Paper, 23, 353-355.
[2] Cortina, J.,L., Warshawsky, A., 1997, Developments in Solid-Liquid Extraction by
Solvent Impregnated Resins. Ion Exchange and Solvent Extraction, Marcel Dekker Inc.,
New York, 13, 198-199.
0
9
7
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 113
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[3] Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta, 189-227.
[4] Aliquat 336, http://www.products.cognis.com/cognis/Aliquat_r_336_E.pdf, 18052011.


Penggunaan Sphygmomanometer Sebagai Alat Peraga Pembelajaran
Kinetika Kimia
Eko Setyo Adi Abdul Wahid
1
, Irma Mulyani
2
, dan I Nyoman Marsih
3

1
MA Al-Amin Tasikmalaya, Tanjung Kawalu, Kota Tasikmalaya (0265) 344278
e-mail : [email protected]
2,3
Kelompok Keahlian Kimia Fisik dan Anorganik,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
2
e-mail : [email protected]
Abstrak
Alat peraga merupakan salah satu media pembelajaran yang gunanya membantu siswa
dalam memahami materi kimia. Penggunaan alat peraga sangat penting dalam menunjang
proses pembelajaran. Oleh karena itu dipandang perlu dikembangkan oleh guru SMA/MA
alat peraga yang sederhana dan mudah penggunaannya. Dalam penelitian ini, alat peraga
untuk studi kinetika kimia dirancang menggunakan sphygmomanometer dengan variasi
wadah reaksi. Prinsip kerja sphygmomanometer sama dengan manometer dan mampu
mengukur tekanan gas sampai 300 mmHg. Variasi wadah yang digunakan berupa wadah
tabung reaksi 45 mL, wadah botol bervolume 155 mL dan tabung Y 115 mL. Diharapkan
dengan variasi wadah dapat diperoleh kondisi laju kenaikan tekanan gas cukup lambat
sehingga dapat diamati dengan baik pada skala sphygmomanometer. Berdasarkan hasil uji
coba alat peraga dengan variasi wadah maka wadah tabung reaksi bentuk Y tidak
mengalami kebocoran maupun penambahan tekanan gas saat digunakan. Alat peraga
dengan wadah reaksi tabung Y selanjutnya digunakan pada studi kinetika reaksi MgCO3
dan HCl. Kondisi reaksi percobaan kinetika reaksi MgCO3 dan HCl menggunakan variasi
berat magnesium karbonat (0,0945 gram; 0,189 gram; 0,378 gram dan 0,756 gram), variasi
konsentrasi HCl (0, 125 M; 0,250 M; dan 0,500 M), dan variasi suhu (170C, 270C, 320C,
dan 42 0C). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa kinetika reaksi MgCO3 dan HCl
hanya tergantung pada konsentrasi HCl saja dan sesuai dengan hukum laju reaksi orde
satu yakni , v = k [ HCl ]. Berdasarkan analisis hasil percobaan variasi suhu menggunakan
persamaan Arrhenius diperoleh nilai energi aktivasi untuk reaksi MgCO3 dan HCl sebesar
52,8 kJ/mol. Dengan penelitian ini telah dihasilkan rancangan alat peraga studi kinetika
kimia menggunakan sphygmomanometer yang sederhana dan mudah digunakan siswa
SMA/MA untuk meningkatkan pengetahuan konsep dasar materi kinetika kimia.
Kata-kata kunci : Alat peraga, sphygmomanometer, kinetika kimia
Referensi
[1] Coll, Richard K, dkk (2009), Enhancing Thai Students Learning Of Chemical Kinetics,
Research In Science & Technological Education, 27:1, 95-115
[2] Deese, dkk (2000) , Using Demonstrations Assessments To Improve Learning, Journal
Chemical Education, 77, 1511-1516
[3] I Ceyhun , Karogolge ( 2004 ), An Experiment For Teaching Chemical Kinetics In
Chemical Education , Resonance, 86-91
[4] Laidler, Keith J(1950), Chemical kinetics, Mc Graw Hill Book Company Inc, New York ,
13-17
[5] Petrucci, dkk (2007), General Chemistry, Ninth Edition, Principles and modern
application, Prentice-hall, Canada, 14, 1-61
0
9
8
-
E
D
U

114 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[6] Pierce, David T; Thomas W (2007), Effective Use Of Demonstration Assessments In The
Classroom Relative To Laboratory Topics, Journal Chemical Education, 84, 1150-1115


Sintesis Metal Organic Frameworks (MOFs) dari Niobium (V) Oksida dan
Asam Benzena-1,4-Dikarboksilat
Kokon Suhiwa
1
, Aep Patah
2
, dan Djulia Onggo
3

1
MTs Yasta Bunter, Jl. Pangsor Bunter Cihanjuang Cimanggung Sumedang 45364 Telp.
7780075, E-mail: [email protected]
2
KK Kimia Fisik dan Anorganik FMIPA-ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
3
KK Kimia Fisik dan Anorganik FMIPA-ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
Abstrak
Kerangka metal organik atau metal organic frameworks (MOFs) adalah kelas baru dari
material berpori dengan densitas yang rendah dan luas permukaan yang tinggi. Dengan
sifat yang dimilikinya, MOFs dapat menjadi alternatif penyimpanan gas hidrogen yang
bersifat ringan, murah, dan aman. Pada penelitian ini telah disintesis metal organic
frameworks (MOFs) dari kelompok senyawa kompleks karboksilat yang dapat digunakan
sebagai tempat penyimpanan hidrogen. Sintesis dilakukan dari niobium (V) oksida (Nb2O5)
yang direaksikan dengan asam benzena-1,4-dikarboksilat (BDC) dalam pelarut dimetil
formamida (DMF). Larutan Nb2O5 direaksikan dengan larutan BDC di dalam solvotermal
dan dipanaskan di dalam oven bersuhu 180oC selama 20 jam. Produk reaksi kemudian
disaring dan filtrat yang diperoleh kemudian dikisatkan secara perlahan sampai didapatkan
padatan yang berwarna kekuningan. Selanjutnya, padatan tersebut dikarakterisasi
menggunakan metode analisis difraksi sinar-X (XRD) dan spektrofotometri infra merah.
Hasil karakterisasi menggunakan metode difraksi sinar-X menghasilkan difraktogram
dengan puncak-puncak yang tajam. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang dihasilkan
memiliki fasa kristalin. Spektrum dari metode spektrofotometri infra merah menunjukkan
adanya regangan C=O (1602,2 cm-1 dan 1714,1 cm-1 ), regangan O-H (3105,1 cm-1),
regangan C-H (2540,8 cm-1), dan regangan C=C aromatik (1402,7 cm-1) yang
menunjukkan adanya gugus karboksilat dan cincin benzena pada senyawa hasil sintesis.
Kata kunci: MOFs, solvotermal, kompleks karboksilat.
Referensi
[1] Li, Y., dan Yang, R.T., (2008): Hydrogen Storage in Metal-Organic and Covalent-
Organic Frameworks by Spillover, AIChE Journal, 54, 269-279.
[2] Wang, X.S., Ma, S., Forster, P.M., Yuan, D., Eckert, J., Lopez, J.L., Murphy, B.J.,
Parise, J.B., dan Zhou, H.C., (2008): Enhancing H2 Uptake by Close-Packing
Alignment of Open Copper Sites in MetalOrganic Frameworks, Angew. Chem. Int. Ed.,
47, 7263-7266.
[3] Suh, M.P., dan Cheon, Y.E., (2006): Recent Advances in the Dynamics of Single Crystal
to Single Crystal Transformations in MetalOrganic Open Frameworks, Aust. J. Chem.,
59, 605-612.
[4] Ma, S., dan Zhou, H.C., (2006): A Metal-Organic Framework with Entatic Metal Centers
Exhibiting High Gas Adsorption Affinity, J. Am. Chem. Soc., 128, 11734-11735.
[5] Britt, D., Tranchemontagne, D., dan Yaghi, O.M., (2008): Metal-Organic Frameworks
with High Capacity and Selectivity for Harmful Gases, PNAS, 105, 11623-11627.


0
9
9
-
E
T
C

Book of (Extended) Abstracts 115
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Memahami Konsep Energetika dan Kesetimbangan Reaksi Kimia pada
Sel Galvani
Hendra Yeni
1
dan Bunbun Bundjali
2

1
MA Kampar Timur, Jl. Pekanbaru-Bangkinang KM.35, Riau, 28461
Email : [email protected]
2
KK Kimia Fisika dan Anorganik ITB, Jl. Ganesa No. 10 Bandung, 40132
Email : [email protected]
Abstrak
Energetika dan kesetimbangan kimia merupakan materi pembelajaran yang dipelajari di
SMA maupun di perguruan tinggi pada pokok bahasan yang saling berkaitan. Konsep
energetika dan kesetimbangan kimia merupakan topik yang sangat penting dalam
mempelajari kimia lebih lanjut. Jika hanya dipelajari dari literatur, siswa sering mengalami
kesulitan memahami kedua konsep ini. Kedua konsep ini akan lebih mudah dipahami
dengan percobaan. Kedua konsep dapat dijelaskan dengan menggunakan sel galvani
sebagai model. Pada penelitian ini, sel Galvani disusun dari bahan murah dan mudah
didapat. Rancangan penelitian ini ditujukan untuk dapat dilakukan di sekolah-sekolah
yang memiliki keterbatasan alat-alat laboratorium. Pada penelitian ini digunakan elektroda
Zn dan Fe sebagai anoda dan C sebagai katoda, serta menggunakan busa bunga (floral
foam) sebagai pengganti jembatan garam. Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara persamaan Nernst dan tetapan keseteimbangan. Koefisien suhu, Eo/T
juga ditentukan untuk memperoleh hubungan antara perubahan energi bebas Gibbs (Go),
perubahan entalpi (Ho), dan perubahan entropi (So) reaksi yang terjadi. Perubahan
entalpi standar (Ho) dari sel Galvani yang menggunakan floral foam ini menunjukkan
perbedaan dibandingkan dengan data literatur untuk Zn dan Fe sebagai anoda berturut-
turut 1,99 % dan 5,8 %. Mengingat kesederhanaan metode yang digunakan, kesalahan ini
cukup kecil. Nilai tetapan kesetimbangan yang diperoleh berada pada orde >1018 sehingga
dapat disimpulkan bahwa reaksi berlangsung sempurna. Dari data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa energetika dan tetapan kesetimbangan dapat ditentukan dengan
menggunakan sel Galvani.
Kata kunci: sel galvani, energetika kimia, kesetimbangan kimia, floral foam, koefisien suhu.
Referensi
[1] Ochs, R.S., 1996. Thermodynamics and Spontaneity. J. Chem. Educ., 73, 952-954.
[2] Cacciatore, K.L., Amado, J., Evans, J.J., dan Sevian, H., 2008. Connecting Solubility,
Equilibrium, and Periodicity in a Green, Inquiry Experiment for the General Chemistry
Laboratory. J. Chem. Educ.. 85, 251 - 253.
[3] Saieed, A.E. dan Davies, K.M., 1996. A Simple Method for Determining the
Temperature Coefficient of Voltaic Cell Voltage, J. Chem. Educ., 73, 959-962.
[4] Alberty, R.A. dan Daniels, F., 1983. Kimia Fisika, Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta,
189-190.
[5] Barrow, G.M., 1996. Physical Chemistry, Sixth Edition, Mc Graw-Hill, New York, 386
412.
[6] Chang, R., 1998. Chemistry, Sixth Edition. Mc Graw-Hill, New York, 560-578, 726-747.
[7] Eggen, P.O., Gronneberg, T., dan Kvittingen, L., 2006. Small-Scale and Low-Cost
Galvanic Cells. J. Chem. Educ., 83, 1201 - 1203.
[8] Harvey, D., 2000. Modern Analytical Chemistry, Mc Graw-Hill, New York, 136-138


1
0
0
-
E
D
U

116 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Antara Pendidikan / Pembelajaran dan Penelitian Rancang Bangun Alat
dan Kegiatan (Sekali Mendayung, Dua-Tiga Pulau Terlampaui)
Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, dan Maman Budiman
KK Fisika Material Elektronik, FMIPA, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10, Bandung 40132
E-mail: [email protected]
Abstrak
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kedudukan dosen
sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen
sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta
pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
yang dinyatakan juga dalam Tridarma perguruan tinggi. Salah satu masalah umum di
darma pendidikan dan pembelajaran adalah ketersediaan alat dan kegiatan praktikum yang
dapat mendukung pengajaran di kelas agar mahasiswa dapat menyerap lebih banyak lagi
materi yang diajarkan di kelas. Meskipun ada keterbatasan finansial untuk membeli alat
dari perusahaan komersial, usaha kreatif dan inovatif untuk membuat sendiri alat dan
kegiatan praktikum tersebut sangat diharapkan. Kebaruan di dalam rancang-bangun alat
dan kegiatan tersebut akan ada bila metodologi penelitian diterapkan dalam rancang-
bangun tersebut. Dengan adanya kebaruan tersebut, maka tidak hanya alat dan kegiatan
untuk menunjang pengajaran di kelas yang dihasilkan, tetapi juga makalah dengan tata
tulis yang baik dapat juga terbit di jurnal internasional.
Kata kunci: agen pembelajaran, tridarma perguruan tinggi, metodologi penelitian, alat dan
kegiatan, jurnal internasional.
Rereferensi
[1] Rickel, J. W., 1989. Intelligent computer-aided instruction: A survey organized around
system components. IEEE Trans. Syst. Man. Cybernet. 19, 40-57.
[2] Keithley Instruments, Inc., 1984. Model 617 programmable electrometer instruction
manual.
[3] Agilent Technologies, Inc., 2009. Agilent 4155C semiconductor parameter analyzer data
sheet.
[4] Festo Didactic Home Page. Laman: www.festodidactic.com/int-en/.
[5] Leybold Didactic Home Page. Laman: www.leybold-didactic.de/data_e/index.html.
[6] Merriam-Webster Online Dictionary 2011. Laman: http://www.merriam-
webster.com/dictionary/.
[7] Khairurrijal, Abdullah, M., Munir, M. M., Surachman, A., Suhendi, A, 2006. Low cost
and user-friendly electronic components characterization system for undergraduate
students. WSEAS Trans. Adv. in Eng. Educ. 3, 971-976.
[8] Khairurrijal, Munir, M. M., Suhendi, A., Thaha, H., Budiman, M., 2007. An AT89S52
microcontroller-based single board computer for teaching an instrumentation system
course. Comp. Appl. Eng. Educ. 15, 166-173.
[9] Khairurrijal, Abdullah, M., Budiman, M., 2011. Home-made PIC 16F877
microcontroller-based temperature control system for learning automatic control.
Comp. Appl. Eng. Educ. 19, 10-17.
[10] Widiatmoko, E., Widayani, Budiman, M., Abdullah, M., Khairurrijal, 2011. A simple
spectrophotometer using common materials and a digital camera. Phys. Educ. 46, 332-
339.
[11] Khotimah, S. N., Viridi, S., Widayani, Khairurrijal, 2011. The dependence of spring
constant in the linear range on spring parameters, Phys. Educ. (in press)
1
0
1
-
I
V
S

Book of (Extended) Abstracts 117
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Pengembangan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di SMP
Didi Teguh Chandra
Dosen FPMIPA UPI, Konsultan Dit. PSMP
Abstrak
Teknologi pada saat ini dan saat yang akan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia, bahkan intensitas keterlibatan teknologi dalam kehidupan
manusia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Suka tidak suka, mau tidak mau, siap
tidak siap, teknologi akan hadir dalam setiap saat kehidupan manusia.
Penguasaan substansi teknologi sangat diperlukan oleh setiap manusia, masyarakat,
bahkan suatu bangsa untuk dapat berperan aktif dalam era globalisasi. Pada sisi lain
teknologi sangat akrab dengan anak-anak serta sangat disukai oleh mereka. anak bisa
berlama-lama memainkan teknologi bahkan mungkin sampai lupa waktu
Latar belakang teoritis, latar belakang psikologis, serta latar belakang empirik yang telah
dikemukakan diatas menunjukkan bahwa program Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) di
SMP memiliki cukup fakta bahwa: (a) Program PTD dapat di replikasi dan dikembangkan
pada sekolah-sekolah lain. Bahkan sejak tahun 2002, PTD telah mulai dikembangkan dan
diimplementasikan di Sekolah Dasar (SD) oleh Direktorat Pembinaan TKSD;
(b) Pembelajaran yang berpusat pada konteks nyata (kontekstual), PTD di dalam dapat
membuat pendidikan menjadi lebih sesuai, lebih bermanfaat, lebih responsif terhadap
kebutuhan di dunia kerja. Hal ini dapat membuat pendidikan menengah lebih menarik
serta lebih menggugah minat para siswa, karena mereka dapat langsung dan lebih mudah
menerapkan apa yang telah mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian PTD dapat meningkatkan relevansi pendidikan terhadap tuntutan dunia kerja;
(c) Pendidikan Teknologi Dasar dapat memberdayakan para siswa untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Hal ini sesuai dengan cara teknologi dikembangkan dan
diterapkan serta akan memungkinkan para siswa menjadi warga negara yang memiliki
pendapat dan gagasan tentang teknologi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Dengan kata lain Pendidikan Teknologi Dasar layak dikembangkan dan dimasukkan dalam
kurikulum inti pendidikan menengah pertama.
Referensi
[1] Costa. Arthur L. Developing Mind : Resource Book for Teaching Thinking. Association for
Supervision and Curriculum Development. Virginia, 1986.
[2] Dahar, Ratna Willis, Teori-Teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996.
[3] Dlamini Betty, at all, Liked and Disliked Learning Activities : Respon of Swazi Student
to Science Material With a Technological Approach. Journal Research in Science &
Technological Education. Vol. 14. No. 2. 1996.
[4] Evans, James R, Creative Thinking, Colledge Division, South-Western Publishing Co,
Cincinnati, 1991.
[5] Fraenkel, Jack R & Wallen Norman E, How to Design and Evaluate Research in
Education, Mc Graw-Hill, Inc, New York, 1993.
[6] Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-
Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember
1999. Hlm. 14-22.
[7] Gagne, E D, The Cognitive Psychology of School Learning, Boston, Little Brown, 1985.
[8] Handley, Dave & Lyle Sue. Pupils Perceptions of Design and Technology : a Case-study
of Pupils in South Wales. Journal Research in Science & Technological Education. Vol.
14. No. 2. 1996.
[9] Hinduan, Achmad A, Pembelajaran IPA SLTP Sebagai Wahana Pendidikan Umum,
Lokakarya Nasional Pembelajaran IPA, Bandung, 1998.
1
0
2
-
I
V
S

118 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

[10] Ibrahim, M Djamil, Kurikulum 1994 IPA Pendidikan Dasar dan Menengah : Peluang dan
Kendala, Lokakarya Nasional Pembelajaran IPA, Bandung, 1998.
[11] Inkeles, A. (1983). Modernisasi Manusia, dalam Myron Weiner (Ed). Modernisasi;
Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[12] Joyce, Bruce & Weil, Marsha (1992). Models of Teaching. Allyn and Bacon. Boston,
USA.
[13] John, J A & Quenouwille M H, Ekaperimen : Disain and Analysis 2
nd
ed, Charles Griffin
and Company, Ltd, London, 1977.
[14] Kitano, M K & Kirby, D F, Gifted Education a Comprehensive View, Little Brown & Co,
Canada, 1986.
[15] Meeker, Mary Nacol (1969). The Structure of Intellect, Its Interpretation and Uses.
Charles E. Merrill Publishing Company, A Bell & Howell Company. Columbus, Ohio.
[16] Munandar, S.C.U. (1977). Creativity and Education. Dissertation. Fakultas Psikologi.
UI. Jakarta. Tidak diterbitkan.
[17] Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia,
(Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramedia.
[18] Padri, I. Made, Profil Pembelajaran MIPA di Sekolah. Ditjen Dikti. JICA-IMSTEP. IKIP
Bandung, 1999.
[19] Pedhazur Elazar J, Multiple Regression in Behavioral Research, Second Edition, Holt,
Rinehart and Winston, New York, 1982.
[20] Rohandi, R dan Sinaradi, F (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
[21] Ruindungan, Max G. (1996). Model Bimbingan Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah Umum. Disertasi. PPS IKIP Bandung.
[22] Sardar, Z. (1979). The Future of Muslim Civilization. London: Croom Helm. A.b.
Rahmani Astuti (1993). Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim. Bandung: Mizan.
[23] Semiawan, Conny R, Kurikulum Berdiferensiasi, Puskur, Jakarta 1997
[24] Slimming, David, Implementasi Pelaksanaan Kurikulum 1994, SSEP, 1998
[25] Soepangkat, Hariadi P, Dimensi Kemampaun yang Dituntut dari Tenaga Kependidikan
Berkenaan Dengan Perkembangan IPTEK dan UUSPN No.2, 1989, Makalah, 1991.


Studi Awal CMS RBL Departemen Fisika ITB
Vidya Ikawati dan Sparisoma Viridi
Abstrak
Permasalahan yang banyak dilakukan oleh mahasiswa pada pelaksanaan Research Based
Learning (RBL) Departemen Fisika ITB adalah mahasiswa tidak menghitung besarnya
koefesien dielektrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan kapasitansi tertentu yang
ditentukan oleh pihak penyelenggara RBL. Permasalahan ini terjadi pada hampir semua
mahasiswa yang melaksanakan RBL. Oleh karena itu, perlu disusun sebuah solusi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sampel diambil dari sepuluh kelompok dalam satu kelas
dari total 34 kelas paralel.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran RBL kapasitor ini, Departemen Fisika ITB telah
melakukan uji materi dan metode, serta selalu dilakukan evaluasi. Namun, hal ini belum
dapat membuat mahasiswa untuk memahami tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, hal
yang perlu dilakukan peningkatannya untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
1
0
3
-
E
D
U

Book of (Extended) Abstracts 119
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

meningkatkan atau mencari cara lain untuk merancang media yang dibutuhkan
mahasiswa saat terjadinya kegiatan belajar di lapangan.
Perkembangan internet dan maraknya manusia gadget pada mahasiswa Fisika Dasar ITB
yang mengikuti program RBL ini memacu mereka untuk dapat belajar di tempat mereka
masing-masing tanpa bertemu. Oleh karena itu, sistem yang merupakan gabungan sistem
manajemen pengajar, pelajar, dan pengelola, sebuah Content Management System (CMS),
perlu dirancang. Ilustrasi aktivitas siswa dalam melaksanakan RBL dengan menggunakan
CMS diberikan dalam Gambar 1.
Kata-kata kunci: RBL, CMS, tujuan pembelajaran, kapasitor

Gambar 1. Ilustrasi aktivitas mahasiswa dalam melaksanakan RBL.


SEAMEO QITEP in Science
Ismunandar
Kelompok Keahlian Kimia Fisik dan Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Jl.Ganesha No. 10 Bandung
[email protected]
Abstract


1
0
4
-
I
V
S

120 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Studi Metode Hambatan Jenis untuk Analisa Distribusi Polutan di
dalam Tanah
Asri Widyapuri dan Alamta Singarimbun
KK Fisika Sistim Kompleks, Program Studi Fisika, F-MIPA ITB
Jl. Ganesha 10 Bandung
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan metode geolistrik
tahanan jenis (konfigurasi Wenner-Schlumberger) dan metode Ohmik, untuk melihat pola
kontur dan nilai tahanan jenis setiap bahan polutan. Bahan polutan yang terindentifikasi
adalah pupuk organik, pupuk anorganik, diterjen dan oli bekas. Hasil penelitian
menunjukkan nilai tahanan jenis pada metode ohmik sesuai dengan pola kontur pada
metode geolistrik tahanan jenis pada setiap bahan polutan.
Kata Kunci: Resistivitas, Wenner-Schlumberger
Referensi
[1] Astier, J.L. 1971. Geophysique appliquee a l' hydrogeologie. Masson & Cie, Editeurs,
Paris.
[2] Arsadi, Edy. 2007. Optimalisasi Sumber Daya Air di Wilayah Pesisir. Bandung: LIPI.
[3] Bambang, Eko. 2002. Aplikasi Metode Geollistrik Tahanan Jenis Untuk Mendeteksi
Pencemeran Tanah Oleh Polutan Resistif. Bandung: ITB.
[4] Hendrajaya, Lilik., Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung: ITB
[5] Hydari, Amru. 1981. Teori Dasar Pengukuran Geolistrik. Bandung : LIPI.
[6] Lutan, Asril. 1981. Geofisika Eksplorasi Terbatas (Metode Pengukuran Tahanan Jenis
Bawah Permukaan Tanah hal 36-42). Bandung: LIPI.
[7] Magetsari, Noer Aziz., dkk. Geologi Fisik. Bandung: ITB.
[8] Napitupulu, Yerti H.D. 2005. Penentuan Daerah Prospek Panas Bumi Dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Daerah Ria-Ria
Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. UPI: Skripsi tidak
diterbitkan.
[9] Ngadimin. 2000. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Monitoring Rembesan Limbah
(Penelitian Model Fisik di Laboratorium). Bandung: ITB.
[10] Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
[11] Sulistijo, Dr. Ir. Budi. 2003. Geofisika Cebakan Mineral I. Bandung : Program Studi
Teknik Pertambangan.


One-Dimensional Bouncing-Ball System on a Sinusoidal Plate
Seramika Ari Wahyoedi
2
and Sparisoma Viridi
1

1
Nuclear and Biophysics Research Division, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132
2
Theoretical High Energy Physics and Instrumentation Research Division, Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10
Bandung, Indonesia, 40132
Abstract
1
0
5
-
E
P
S

1
0
6
-
C
O
M

Book of (Extended) Abstracts 121
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

By the work of [1] and [2], we are motivated to do research about 1-dimensional point
particle, which bouncing on the sinusoidal-moving plate. This system is not as simple as it
heard, since it contains a chaotic behavior for some specific case. In this paper, we studied
the dynamical equation of the system, then we try to solved the equation of motion. We
variates the parameter in the equation of motion, to obtain the dependence of the system
with these parameter. Lastly, we choose an interesting case which will be studied further.
Several assumptions are used in this paper in order to simplify our calculation. The first
assumption is (1) the bouncing-ball is assumed to be point-like particle. The second
assumption is (2) the mass of the plate is far more higher than the mass of the ball. With
this assumption, the conservation law of the moments is simplified by equation (1), using
and are, respectively, the velocity of the ball and the plate before collision, while is
the velocity of the ball after collision. In other words, the collision between the ball and the
plate do not affect the motion of the plate. The third assumption we used in this work is (3)
the elasticity coefficient on the ball-plate collision is 1, i.e., there are no energy-lost in the
collision. The last assumption is (4) we neglect the gravitational force between the ball and
the plate.
With the assumptions above, we tried to derive the dynamical equation, and solved the
equation of motion. Since the motion of the ball is discrete by each collision, we try to
obtained the collision time t*, by equation (2), using the parameters , and ,
which are, respectively, the initial velocity and initial position of the ball, the frequency, and
the amplitude of the plate. So forth, we defined the phase-difference of 2 identical
systems which differ in the initial condition by equation (3) and (4).
Unfortunately, the equation collision time t* cannot be solved algebraically, since it is a
combination of an algebraic and a transcendent function. Then we used numerical method
to obtain the position of the particle as a function of time, using iteration method. We
plotted the equation of motion and the phase-space of the particle trajectory.
To analyzed the equation of motion, we variates each parameters in the equation of motion,
which are the initial position, initial velocity, amplitude of the plate, and frequency of the
oscillation. By plotting several cases, we found that the most sensitive case occurs in
variating the frequency of oscillation. The most interesting graphics are shown in Figure.(1)
and (2).
We obtain the following result: a specific range of the initial condition gives stability of the
system, while the other specific range gives a blow-up in the energy of the ball. In general,
this bouncing-ball-plate system never returned to their initial condition (at least in the a
very long time interval), but its sequence is not definitely random, which means we still can
see the pattern in the graphic function. Thus, the ball-plate system satisfies the
characteristics of a chaotic system.
Keywords: 1-dimensional bouncing-ball, sinusoidal plate, equation of motion, parameters,
numerical method, chaotic system.
(1)
(2)
(3)
(4)
122 Book of (Extended) Abstracts
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia


Figure 1. The function of position of the ball (red) and the plate (blue) with respect to time
with parameters , and = 0.1.

Figure 2. The function of position of the ball (red) and the plate (blue) with respect to time
with parameters , and = 0.1.
References
[1] Suparno Satira, Sparisoma Viridi, and Freddy P. Zen, Steady Energy Transfer
Dependence Granular Temperature on Single Bouncing Granular Particle, arXiv: Cond-
Matt 1106-1772v1 Jun 9, 2011.
[2] E. E. N. Macau, M. V. Carneiro, and J. J. Barroso, Bouncing Ball Problem: Numerical
Behavior Characterization, XI Latin American Workshop on Nonlinear Phenomena,
Journal of Physics: Conference Series 246 (2010) 012003.


Pemanfaatan Sampah Daun Manggis Menjadi Briket Bioarang sebagai
Bahan Bakar Alternatif
Linda Sekar Utami
1
dan Widayani
2

1
Magister Pengajaran Fisika ITB
MTs.Nurul Ishlah
Gegelang-Lingsar-Lombok Barat-NTB-83371
[email protected]
2
Nuclear Physics and Biophysics Research Division
Institut Teknologi Bandung
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kuat tekan dan nilai kalor yang terkandung
dalam briket yang terbuat dari daun manggis. Daun manggis dikarbonisasi terlebih dahulu
menjadi arang. Proses pembuatan briket dengan menggunakan arang yang divariasikan
komposisinya menggunakan binder tapioka, tanah liat, dan campuran tapioka dengan
tanah liat. Diperoleh bahwa kandungan binder mempengaruhi karakteristik dari briket.
Penggunaan tapioka memberikan nilai kalor dan kuat tekan lebih baik. Hasil uji tekan
paling besar adalah untuk briket dengan binder tapioka 30% yaitu 1,94 MPa. Nilai kalor
paling besar ditunjukkan oleh briket dengan penambahan binder tapioka 10%, yaitu
sebesar 5073,69 kal/g.
1
0
7
-
M
A
T

Book of (Extended) Abstracts 123
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2011 (SNIPS 2011)
22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Kata kunci : Briket daun manggis, binder, tapioka, tanah liat, nilai kalor, kuat tekan, bahan
bakar alternatif.
Referensi
[1] Yumak, Hasan, Ucar, Tamer, Seyidbekiroglu, Nesim, 2010. Briquetting soda weed
(Salsola tragus) to be used as a rural fuel source. Biomass and Bioenergy J, 34: 630
636; http://www.elsevier.com/locate/biombioe. Diunduh: 27 Agustus 2010.
[2] Adan, Ismun Uti, 1993. Membuat Briket Bioarang. Kanisius : Yogyakarta.
[3] Muin, Syamsir A., 1986. Pesawat-Pesawat Konversi Energi 1 (Ketel Uap). Rajawali
Press: Jakarta.
[4] Ranjan, S.E.N., Mitra M.K, Mukherjee, Siddhartha, and Dey, Rajib, 2009. Effect of
Grading of Chromite Ores on the Quality of Briquettes. ISIJ International, Vol.50,No.2,
pp.200206; http://www.jstage.jst.go.jp/article/isijinternational/50/2/200/_pdf.
Diunduh: 27 Agustus 2010.
[5] Kaliyan, Nalladurai and Vance, Morey. R, 2010. Natural Binders and Solid Bridge Type
Binding Mechanisms in Briquettes and Pellets Made From Corn Stover and
Switchgrass. Bioresource Technology J, 101:10821090;
http://www.elsevier.com/locate/biortech. Diunduh: 27 Agustus 2010.
[6] Orwa, C., Mutua, A., Kindit, R., Jamnadas, R., Simons, A., 2009. Agroforestree
Database: a tree reference and selection guide version 4.0.
[7] http://www.world agroforestry.org/af/treedb/. Diunduh: 1 Agustus 2010.
[8] Susilawati, SS Rita dan Suprapto Sabtanto Joko. 2009. Komoditas Ekonomi Pada
Lingkungan Endapan Batubara. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol:4 No:2.


Matematika: Dari Definisi dan Aksioma Menuju Cinta
A. N. M. Salman
Kelompok Keahlian Matematika Kombinatorika, FMIPA, ITB
Jalan Ganesa 10, Bandung 40132, Indonesia
[email protected]
Abstrak

Matematika berperan dalam menata dunia.
Aksioma dilahirkan dari nilai istimewa.
Terdefinisi penuh makna untuk semua.
Efektif dengan keoptimalan informasi berguna.
Menghasilkan rangkaian teorema menggunakan logika.
Antarkan karya demi kesejahteraan manusia.
Tetap konsisten perbuatan dengan kata.
Irisan keuletan, kejujuran, semangat bersama.
Kombinasikan dengan kelembutan sentuhan cinta.
Abadi terbaik dirihai yang Mahakuasa.

1
0
8
-
I
V
S

Anda mungkin juga menyukai