Inseminasi
Inseminasi
Inseminasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang
berkembang saat ini adalah fenomena bayi tabung. Teknologi bayi tabung dan
inseminasi buatan merupakan hasil terapan sains modern yang pada prinsipnya
bersifat netral sebagai bentuk kemajuan ilmu kedokteran dan biologi.
Meskipun memiliki daya guna tinggi namun juga sangat rentan terhadap
penyalahgunaan dan kesalahan etika jika dilakukan oleh orang yang tidak
beragama, beriman dan beretika.
Masalah Teknologi bayi tabung dan inseminasi buatan menurut
pandangan islam termasuk masalah ijtihadah, karena tidak terdapat hukumnya
secara spesifik didalam Al-Quran dan sunnah. Oleh karena itu dalam makalah
ini akan dijelaskan tentang masalah bayi tabung dan inseminasi buatan,
dengan harapan dapat mengetahui hukumnya secara jelas menurut ajaran
islam
B. Tujuan Penulisan
1. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqih pada
Jurusan PAI, STAI YAPTIP Kampus II Ujung Gading.
2. Dengan adanya makalah ini kami berharap bisa menambah ilmu
pengetahuan kita bersama tentang Inseminasi Buatan dan
Permasalahannya.
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata inseminasi berasal dari bahasa Inggris Insimenation yang
artinya pembuahan/penghamilan secara teknologi. Kata inseminasi itu sendiri
dimaksudkan oleh dokter Arab dengan istilah dari fiil
menjadi yang berarti mengawinkan atau mempertemukan
(memadukan).
Kata talqih yang sama pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh
dokter ahli bedah kandungan bangsa Arab, dalam upaya pembuahan terhadap
wanita yang menginginkan kehamilan. Padahal istilah itu berasal dari petani
kurma yang pekerjaannya menaburkan serbuk bunga jantan terhadap bunga
betina, agar pohon kurmanya dapat berbuah. Maka bangsa Arab sering
mengatakan yang artinya petani itu telah mengawinkan
pohon kurmanya.
Sedangkan bayi tabung pengertiannya disebut dengan
yang artinya jabang bayi, yaitu sel telur yang telah dibuahi oleh sperma yang
telah dibiakkan dalam tempat pembiakan (cawan) yang sudah siap untuk
diletakkan kedalam rahim seorang ibu.
1
B. Proses Terjadinya Bayi Tabung (Inseminasi Buatan)
Untuk melakukan inseminasi buatan ( al-talqih al-Sinaiyah) yaitu
sepasang suami istri yang menginginkan kehamilan diharapkan selalu
berkonsultasi dengan dokter ahli, apakah keduanya bisa membuahi/dibuahi
untuk mendapatkan keturunan atau tidak. Banyak orang yang sebenarnya
memiliki sperma atau ovum yang cukup subur, tetapi justru tidak dapat
membuahi atau dibuahi karena ada kelainan pada alat reproduksinya, misalnya
Tuba Fallopi menyempit atau ejakulasinya (pancaran sperma) selalu lemah,
maka hal ini akan menghambat kelahiran.
1
Mahjudin, Masail Fiqhiyah, (Jakarta : Kalam Mulia, 2003), h. 205
i
Kalau terjadi kasus seperti ini maka dokter akan mengupayakan
dengan mengambil telur (ovum) wanita dengan cara fungsi aspirasi cairan
folikel melalui vagina, dengan alat yang disebut Transpajinal Transkuler
Ultra Sound dan sprema dari laki-laki tersebut, juga diambil kemudian
dipadukan.
Perpaduan kedua sel tersebut, lalu disimpan dalam cawan pembiakan
selama beberapa hari. Inilah yang disebut dengan Bayi Tabung yaitu jabang
bayi yang akan diletakan kedalam rahim seorang ibu dengan cara
menggunakan alat semacam suntikan.
Sejak bayi tabung itu dimasukan kedalam rahim seorang ibu, sejak itu
pula berlaku larangan dokter yang harus dipatuhi oleh seorang ibu, antara lain:
1. Tidak bekerja keras atau terlalu capek
2. Tidak makan atau minum sesuatu yang mengandung alkohol.
3. Tidak boleh melakukan senggama selama 15 hari atau tiga minggu sejak
bayi tabung itu diletakan kedalam rahim seorang ibu.
Sejak dinyatakan hamil, perkembangan janin dalam rahimnya dapat
dipantau oleh dokternya, melalui alat yang disebut Ultra Sound sehingga
letak dan gerak janin dapat dilihat melalui alat canggih itu sehingga ia lahir.
2
C. Hukum Bayi Tabung (Inseminasi Buatan)
Dalam penetapan hukum bayi tabung/ inseminasi buatan, apakah
dibolehkan atau dilarang,maka disini terjadi banyak kontrofersi dikalangan
para ulama, diantara mereka ada yang membolehkan dan ada pula yang
mengaharamkan.
Bayi tabung/inseminasi buatan bila dilakukan dengan sel sperma dan
ovum suami istri sendiri, baik dengan cara pengambilan sperma suami,
kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri maupun dengan cara
pembuahan diluar rahim. Kemudian ditanam didalam rahim istri, maka hal
ini dibolehkan asalkan keadaan suami istri tersebut benar-benar memerlukan
2
Said Agil Al-Munawwir, Hukum Islam dan Pluralitas Masyarakat, (Jakarta : Pustaka
Pelajar, 2004), h. 98
i
inseminasi buatan untuk membantu pasangan tersebut memperoleh
keturunan.
3
Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqh islam, yaitu:
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan
terpaksa (emergenci), padahal darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan
hal-hal yang terlarang.
Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam memperoleh
keturunan yang ditempuh dengan jalan inseminasi buatan dibolehkan karena
terdapat faktor darurat yang ahirnya diberi dispensasi oleh agama
Dalam kaidah fiqih juga mengatakan: yang artinya
Kesulitan yang dialami) dapat dihindarkan (dalam agama).
Proses bayi tabung/inseminasi buatan merupakan upaya medis untuk
mengatasi masalah yang ada dan hukumnya boleh menurut syari, sebab upaya
tersebut adalah upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh islam
yaitu kelahiran dan banyak anak yang merupakan salah satu tujuan dasar
pernikahan.
4
Dengan demikian jika upaya pengobatan untuk mengusahakan
pembuatan dan kelahiran alami tidak berhasil dilakukan, maka dimungkinkan
untuk mengusahakan terjadi pembuahan diluar tempatnya yang alami dan
dikembalikan ketempatnya yang alami. Maka proses ini dibolehkan dalam
islam, sebab berobat hukumnya sunnah (mubah).
Selain dikarenakan darurat, maka dasar hukum pembolehan inseminasi
buatan sebagai berikut:
1. Qiyas (analogy)
Dengan kasus penyerbukan kurma setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah,
beliau melihat penduduk Madinah melakukan pembuahan buatan
(penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma, lalu nabi melarangnya,
ternyata buahnya banyak yang rusak. Setelah itu dilaporkan kepada Nabi,
3
Ibid. H. 104
4
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqqiyah, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1998) h. 211
i
beliau berpesan: Lakukanlah pembuahan buatan, kalian lebih tahu tentang
urusan dunia kalian.
2. Kaidah Hukum Fiqih Islam
Kaidah hukum fiqih islam Al ashlu Fil Asya Al Ibahah hatta yadulla
dalil ala tahrimihi pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, sampai ada
dalil yang jelas melarangnya. Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang
secara eksplisit melarang inseminasi buatan, maka berarti hukumnya
mubah.
3. Majlis Tarjih Muhammadiyah, Lembaga Fiqih Islam OKI dan NU
mengharamkan bayi tabung/inseminasi buatan, apabila hal itu dilakukan
dengan bantuan donor sperma dan ovum. Maka diharamkan karena
hukumnya disamakan dengan Zina. Hal itu didasarkan pada sebuah
hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda Tidak
ada dosa yang lebih besar selain syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan perbuatan yang lelaki yang meletakan sperma (berzina)
didalam rahim perempuan didalam rahim perempuan yang tidak halal
baginya.
5
Selain itu dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum
mengharamkan Inseminasi buatan dengan donor ialah sebagai berikut:
Al-Quran surat Al Isra ayat 70
;4 E4^`OE /j_4
4E1-47 _E4U4EO4 O)
)OE^- @O4l^-4
_E4^~Ee4O4 ;g)`
ge4lj1-C-
_4LU_4 _O>4N OOgV
;}Og)` E4^UE= 1E1_^>
^_
dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
5
Setawan Budi Utomo, Fiqih Aktual, (Jakarta : Gema Insani, 2003), h. 98
i
Ayat tersebut menunjukan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan
sebagai mahluk yang istimewa melebihi mahluk-mahluk yang lain. Dan tuhan
sendiri berkenan memuliakan manusia dan seharusnya kita bisa menghormati
martabat sendiri dan orang lain. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor
itu pada hakekatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar
dengan hewan yang diinseminasi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa insemasi buatan pada manusia
dengan cara donor sperma dan ovum lebih banyak mendatangkan madlarat
dari pada maslahahnya. Maslahahnya ialah membantu suami istri yang
mandul, baik keduanya atau dari salah satu pasangan hidup untuk
mendapatkan keturunan. Sedangkan madlaratnya antara lain:
1. Diharamkan dikarenakan akan menimbulkan pencampuran dan
penghilangan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu Abas, mengatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: Siapa saja yang menghubungkan nasab
kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan
(loyal/taat) kepada selain tuannya maka dia akan mendapat laknat dari
Allah, para malaikat dan seluruh manusia (H.R Ibnu Majah).
2. Bertentangan dengan sunnatullah/hukum alam
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi
percampuran sperma pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
4. Kehadiran anak inseminasi bisa menjdai sumber konflik dalam rumah
tangga
5. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang alami, terutama pada
bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan
suami istri yang mempunyai benih sesuai dengan kontrak, tidak terjalin
hubungan keibuan secara alami.
6
D. Status Anak Hasil Inseminasi Buatan
6
Nazar Bakhri, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 124
i
Mengenai status anak hasil inseminasi buatan dengan donor sperma
dan atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama
dengan anak hasil prostitusi. Sedangkan yang sah adalah apabila anak tersebut
hasil inseminasi buatan dengan sperma dan ovum sendiri dari pernikahan atau
perkawinan yang sah.
Hal ini dapat kita ketahui dalam pasal 42 UU perkawinan No.1 tahun
1974 Anak yang sah adalah anak yang di lahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah. Dalam pasal-pasal dan ayat-ayat lain dalam UU
perkawinan ini, terlihat bagaiman besarnya peranan agama yang cukup
dominan dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misal
pasal 2 (1) tentang pengesahan perkawinan, pasal 8(F) tentang larangan kawin
antara dua orang karena agama melarangnya dan lain-lain.
Dan tentunya Negara kita hidup mengizinkan inseminasi buatan
denagan donor sperma dan atau ovum, karena tidak sesuai dengan pancasila,
UUD 1945 pasal 29 ayat 1, dan bangsa Indonesia yang religious.
Karena itu, pasal 42 UU perkawinan No.1/1974 harus di pahami dan diberi
interprestasi tanpa lepas kaitanya dengan pasal-pasal dan ayat-ayat lainya.
Pancasila dan UUD 1945 dan perlu diberi tambahan penjelasan sehubungan
dengan adanya teknologi bayi tabung/inseminasi buatan dengan donor atau
dengan transfer embrio ke rahim ibu titipan/kontrak. Sehingga masyarakat
Indonesia yang termasuk kalangan agama nantinya bisa menerima bayi tabung
cepat halnya KB. Namun harus di ingat bahwa kalangan agama bisa menerima
KB karena pemerintah tidak memaksakan alat atau cara KB/yang bertentangan
dengan agama, seperti sterilisasi, Menstrual Regulation dan abortus.Karena itu
,diharapkan pemerintah juga hanya mau mengizinkan praktek inseminasi/bayi
tabung yang tidak bertentangan dengan prinsip agama, dalam hal ini islam
melarang sama sekali perempuan nasab dengan perantaraan sperma dan atau
ovum donor.
7
7
Ibid. h. 138
i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inseminasi adalah pembuahan atau penghamilan secara teknologi,
bukan secara ilmiah. Bayi tabung adalah sel telur yang di buahi oleh sperma
yang telah dibiarkan dalam tempat, pembiakan (cawan) yang sudah siap untuk
diletakkan ke dalam rahim seorang ibu.
Bayi tabung/inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari
suami istri sendiri dan tidak di transfer embrionya ke dalam rahim wanita lain
(ibu titipan), hal ini diperbolehkan dalam islam, jika keadaan kondisi suami
istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk
memperolah keturunan. Bayi tabung/inseminasi buatan dengan donor sperma
dan ovum diharamkan (dilarang keras) dalam islam karena hukumnya
disamakan dengan Zina
Status anak hasil dari inseminasi buatan dengan donor sperma dan
atau ovum sendiri adalah sah menurut islam. Sedangkan anak dari
inseminasi buatan dengan donor sperma dan atau ovum adalah tidak sah
karena statusnya sama dengan anak yang lahir di luar prkawinan yang sah.
B. Saran
Kami sebagai penulis dari makalah ini mengharapkan serta menerima
kritikan dan saran dari mahasiswa/ mahasiswi demi memperbaiki isi makalah
makalah ini, dengan mengucapkan terima kasih kami kepada bapak Dosen
yang telah memberi bimbingan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan benar.
i
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Munawwir, Said Agil, Hukum Islam dan Pluralitas Masyarakat, Jakarta :
Pustaka Pelajar, 2004
Bakhri, Nazar, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004
Mahjudin, Masail Fiqhiyah, Jakarta : Kalam Mulia, 2003
Utomo, Setawan Budi, Fiqih Aktual, Jakarta : Gema Insani, 2003
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqqiyah, Jakarta : CV. Haji Masagung, 1998
i
KATA PENGANTAR
O) *.- ^}4uOO-
1gOO-
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat
kepada nabi Muhammad SAW dengan ridho-Nya juga pada kesempatan ini
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka melengkapi tugas Mata Kuliah Fiqih.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak dalam memberikan sumbangan fikiran, membantu dan membimbing penulis
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya
pendidikan dimasa yang akan datang.
Ujung Gading, Oktober 2012
Penulis
(Kelompok XIV)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................ 2
B. Proses Terjadinya Bayi Tabung (Inseminasi Buatan) ............. 2
C. Hukum Bayi Tabung (Inseminasi Buatan) .............................. 3
D. Status Anak Hasil Inseminasi Buatan ..................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 8
B. Saran ....................................................................................... 8
DAFTAR KEPUSTAKAAN