Gigi Berdesakan
Gigi Berdesakan
Gigi Berdesakan
1.1 Latar Belakang Kondisi ketidakteraturan gigi terkadang menjadi polemik bagi sebagian kalangan. Salah satu ketidakteraturan tersebut adalah gigi berjejalan atau yang sering disebut dengan crowding teeth. dalam dunia kedokteran gigi.crowding teeth ini merupakan maloklusi yang disebabkan tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhandari gigi geligi dengan ukuran maksila atau mandibula sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. Karena maloklusi disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi jaringan sekitar mulut dan tubuh secara keseluruhannya. Maloklusi ini sering dijumpai pada pasien anak-anak dalam tugas dokter gigi baik di klinik maupun di praktek pribadi Maloklusi atau anomaly dentofasial merupakan suatu penyimpangan dalam pertumbuhan dentofasial yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan keserasian wajah. Sama seperti maloklusi crowding teeth mengganggu fungsi penyunyahan, bicara, estetik jugamengakibatkan terjadinya penyakit gigi dan jaringan gusi. Dalam keadaan yang yang parah crowding teeth ini dapat mengakibatkan cacat wajah sehingga dapat mengakibatkan gangguan psikologis bagi para penderitanya. Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu : A. Penyebab tidak langsung 1. Faktor genetik. 2. Faktor kongenital 3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin 4. Penyakit B. Penyebab langsung 1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya 2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada. 3. Gigi yang berlebih 4. Tanggalnya gigi tetap 5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
6. Bentuk gigi tetap tidak normal. 7. Kebiasaan-kebiasaan buruk. Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya crowding teeth ini maka untuk mencegah terjadinya crowding teeth hendaknya sebelum terjadi harus dilakukan tindakan pencegahan. Karena maloklusi dapat dihindari dengan melakukan pencegahan tersebut. Apabila ketidakteraturan pada gigi terjadi karena kebiasaan buruk, tentunya kebiasaan buruk itu harus dihilangkan terlebih dhaulu, lalu dilanjutkan dengan perawatan orthodonsi. Pasien dapat datang ke dokter gigi umum atau spesialis ortodonsi untuk merawat gigi yang tidak beraturan. Dokter gigi nanti akan melihat kelainan susunan gigi pasien lalu merencanakan perawatan yang akan diberikan. Apabila kasus dianggap berat, biasanya pasien akan dirujuk ke dokter spesialis ortodonsi. Terkadang ada beberapa kasus yang memerlukan tindakan bedah terlebih dahulu seperti pencabutan atau tindakan bedah lain yang dikenal dengan istilah bedah orto. Perawatan dapat dikatakan berhasil bila susunan gigi dan oklusi yang normal sudah tercapai. Untuk keterangan lebih jelas dapat dilihat pada bab pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan maloklusi ? 2. Apa yang dimaksud dengan gigi berdesakan atau crowding teeth? 3. Apa faktor-faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth? 4. Apa dampak negatif yang dapat terjadi bila seseorang menderita gigi berdesakan crowding teeth? 5. Bagaimana pencegahan mengenai gigi berdesakan atau crowding teeth? 6. Bagaimana cara perawatan gigi berdesakan atau crowding teeth?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari oklusi. 2. Mengetahui pengertian dari gigi berdesakan atau crowding teeth. 3. Mengetahui faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth. 4. Mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi penderita gigi berdesakan atau crowding teeth. 5. Mengetahui tindakan pencegahan dan perawatan untuk gigi berdesakan atau crowding teeth.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Maloklusi Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal. (Houston, W.J.B,1989). Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu: 1. Klas I angle (Netroklusi) Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar pertama rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka kadang-kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah. Menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe : a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak lebih ke labial. b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam keadaan protusif. c. Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior. d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang posterior. e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi kearah mesial. 2. Klas II Angle Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol mesiobukal molar pertama bawah. Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan karena kelainan pada tulang rahang atau maloklusi tipe skeletal.
Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu: a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung. b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal. 3. Klas III Angle (mesioklusi) Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati bonjol distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan kedua bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal. Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu: a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan anterior insisal dengan insisal (edge to edge). b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior hubungannya normal. c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu penderita menonjol kedepan. (Hambali, Tono,1985)
2.2 Pengertian Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth Gigi berdesakan atau crowding teeth merupakan akibat maloklusi yang disebabkan oleh tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhan dari gigi geligi dengan ukuran maksila atau mandibula, sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. (Harty, F. J dan R Oyston,20002) . Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan. Usia dimana gigi bertambah berdesakan adalah usia antara 13-14 tahun, dan kemudian mungkin akan berkurang. Dalam penelitian ditemukan gigi berdesakan terbanyak ditemukan pada usia 9 tahun, sedangkan peneliti lain menemukannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti menghubungkan timbulnya masalah ini dengan adanya perubahan pada individu selama selama proses perkembangan. Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada individu yang pada mulanya mempunyai
lengkungan gigi yang baik dan keadaan ini akan bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan. (http://itakurnia.blogspot.com, diakses 3 September 2009, pukul 16.09 WIB) Tiga teori utama untuk menghitung crowding ditentukan oleh: 1. Kekurangan atnisi normal pada makanan modern. Jika sebuah pemendekan dan lengkung panjang dan sebuah migrasi mesial dan molar dan tetaplah sebuah gejala alami. Hal itu akan terlihat beralasan bahwa Crowding akan berkembang jika banyaknya struktur banyaknya gigi tidak dikurangi selama tahap akhir perkembangan. 2. Tekanan dad molar 3. Akhir crowding berkembang pada kira-kira saat molar 3 akan erupsi. 3. Pertumbuhan mandibula yang terlambat sebagai sebuah hasl dari gradient capalocaudal dari pertumbuhan. Mandibula dapat tumbuh dan bekerja lebih fokus pada akhir remaja dibandingkan dengan maksila.( Prijatmoko, Dwi, dkk.2002)
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth Faktor-faktor yang menyebabkan gigi berdesakan pada rongga mulut dibagi menjadi 2 antara lain adalah sebagai berikut: A. Penyebab tidak langsung 1. Faktor genetik. Gigi berjejalan berhubungan erat dengan genetika karena banyaknya maloklusi yang disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya : pada pria yang mempunyai gigi dan rahang besar menikah dengan wanita yang gigi dan rahangnya kecil, maka anaknya memiliki gigi yang berjejal-jejal. Hal ini disebabkan gigi dari ayahnya dan lengkung rahang dari ibunya tidak serasi. .(Salzman, J. A, 1957) 2. Faktor skeletal Faktor skeletal yaitu bentuk tulang di rahang atas dan rahang bawah yang mempengaruhi bentuk wajah, seperti bentuk rahang atas yang menonjol ke depan sehingga gigi-gigi tampak maju dan bentuk wajah menjadi cembung. Atau sebaliknya rahang bawah yang lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan rahang atas, sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi gigitan terbalik. 3. Faktor kongenital Pertumbuhan dan perkembangan juga mempengaruhi keadaan gigi anak sejak dalam kandungan yang disebut kelainan congenital. Dengan kata lain kelainan congenial adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan yang dialami bayi sewaktu masa kehamilan. Kelainan congenital ini disebabkan karena :
n mekanik, misalnya truma sewaktuibu hamil yang bersifat fisik misalnya terjatuh. Hal ini bisa terjadi pada kehamilan ketiga dimana procesus maksilaris kiri dan kanan belum bertemu dan kemudian terjadi trauma, pada saat ini maka si anak yang lahir akan mengalami cacad sepert cleft lip dan palatoschisis. .(Salzman, J. A, 1957) -X atau sinar inframerah lainnya. Sinar-sinar ini mempunyai efek terhadap sel-sel yang masih muda.(Salzman, J. A, 1957) 4.Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-kelenjar tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh termasuk rahang dan gigi. .(Salzman, J. A, 1957)
5. Penyakit misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua mata lebih lebar. B. Penyebab langsung 1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya Gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan oleh karies . Kemudian pada usia 6 tahun, molar pertama sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah hilang karena terpaksa dicabut sehingga tempatnya akan terisi molar pertama tetap dan inklinasi. Molar pertama tetap miring kemesial, maka gigi premolarpertama dan kedua yang akan tumbuh tidak mempunyai tempat karena sudah terisi oleh molar pertama tetap, akibatnya gigi premolar pertama dan kedua akan bereupsi diluar lengkung gigi. Maka oleh karena itu penting mencegah tanggalnya gigi sulung sebelum waktunya. (Houston, W. J. B,1989) 2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
Molar ketiga biasanya tidak ada tetapi tidak selalu menimbulkan maloklus. Premolar kedua atau insisivus kedua atas pada 5 % anak tidak terbentuk. Tentu saja keadaan ini penting secara ortodontidan harus diputuskan apakah ruang harus diganti atau diganti dengan protesa.(Houston, W. J. B,1989) Apabila memang gigi tidak terbentuk . maka lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong sehingga tampak celah antara gigi (diastema). 3. Gigi yang berlebih (supernumeri teeth) Gigi supernumeri sering ditemukan didekat garis tengah rahang atas atau dikenal dengan sebutan mesiodens. Gigi ini dapat menghalangi erupsi atau menggeser insisivus pertama tetap. Gigi mesioden tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi berjejal (crowding). .(Houston, W. J. B,1989) 4. Tanggalnya gigi tetap Tanggalnya gigi tetap karena trauma,karies atau penyakit periodontal berakibat buruk terhadap oklusi.keadaan ini dapat menimbulkan kelainan oklusi jika gigi-gigi tersebut dicabut setelah usia 10 tahun. Penutupan ruang teutama pada rahang bawah yang tidak memuaskan akan mengakibatkan gigigigi di sekitar daerah pencabutan akan tumbuh miring. (Houston, W. J. B,1989). 5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens) Gigi persistensi yaitu gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sehingga gigi tetap yang akan bereupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap ini akan mencari arah dicabut, karena kalau tidak dicabut karena kalau tidak dicabut akan menimbulkan maloklusi pada gigi penggantiannya. 6. Bentuk gigi tetap tidak normal Bentuk gigi tetap tidak normal.maksudnya bentuknya gigi tidak teratur yaitu ada yang besar dan ada yang kecil. Jika gigi yang tumbuh besar dan rahangnya kecil maka gigi tumbuh berdesakan, kemudian apabila gigi yang tumbuh kecil rahangnya besar maka akan mengakibatkan gigi tersusun diastema. .(Houston, W. J. B,1989) 7. Kebiasaan-kebiasaan buruk. Ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan biasanya ini sulit sekali dihindari, kebiasakan buruk itu antara lain : o Menghisap jari Kebiasaan ini biasanya erjadi pada seseorang anak yang disebabkan oleh adanya rasa tidak puas, karena anak mendapatkan makanan atau minuman yangselalu terlambat atau anak sering dimarahi orang tuanya , sehingga mencari kompensasi lain seperti mengisap jari.
Akibat yang ditumbulkan adalah timbulnya tekanan pada daerah palatum bagian anterior sehingga merangsang pertumbuhan prosesus alveolaris ke anterior sehingga akan mengakibatkan inklinasi daripada gigi insisi condong kedepan (labial atau protusif). Kebiasaan menghisap jari ini juga dapat mengakibatkan berbagai maloklusi, yaitu klas I Angle dengan open bite, maloklusi klas II Angle divisi 1, dan klas III Angle dimana mandibulatertarik kedepan oleh jari-jari yang dihisap. (Salzman, J. A, 1957) o Kebiasaan meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah. Hal ini diakibatkan oleh karena penderita mempunyai kebiasaan menelan yang salah. Juga dapat terjadi akibat adanya kelainan dari lidahnya sendiri, misalnya terjadi makroglosi sehingga gigi terdorong ke anterior. (Salzman, J. A, 1957) o Menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi. Terkadang anak-anak di saat belajar mempunyai kebiasaan menggigit pensil atau pulpen, hal ini dapat menyebabkan gigi yang dipakai menggigit tadi akan keluar dari lengkung gigi yang benar. Juga dapat terlihat terjadinya keausan pada salah satu gigi anterior yang sering terkena benda keras tersebut sehingga menyebabkan terjadi rotasi atau labioversi gigi tersebut. Keadaan yang sama bisa terjadi pada keadaan menggigit kuku. .(Houston, W. J. B,1989) Bila kita melihat pasien dengan pada salah satu gigi anterior yang sering terjadi rotasi atau labioversi gigi tersebut. Maka kita bisa menerka secara langsung penyebabnya ialah pasien senang menggigit benda keras. .(Houston, W. J. B,1989) o Kebiasaan ngedot yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar masih ngedot, hal ini cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang si anak. Susu dari botol yang diminum oleh bayi melaui cara mengisap ini kan memproduksi akibat yang negative yaitu dapat mengkerutkan pipi dan menekan rahang. Kemudian efek dari hal tersebut akan mengakibatkan rahang atas tertarik kedepan, membuat tinggi palatum dan septum nasal dan dapat mengakibatkan pengurangan ukuran lateral dari palatum. .(Houston, W. J. B,1989) o Kebiasaan bernafas melalui mulut Hal ini umumnya disebabkan oleh karena : a. Anomali dari perkembangan dan morfologi pernapasan melalui hidung. b. Infeksi, tumor pada hidung serta terjadi polip. c. Terjadi trauma pada hidung. d. Kurangnya udara yang masuk melalui hidung membuat penting untuk bernapas melalui mulut. e. Faktor genetik. Karena faktor-faktor diatas maka pasien berusaha untuk mendapatkan udara semaksimal mungkin melalui mulut. Akibatnya pertumbuhan sinus maksilaris ke arah lateral terganggu sedang kearah
anterior tidak terganggu dan terlihat palatum menjadi tinggi dan sempit, mukosa mulut menjadi kering dan gigi anterior menjadi protusif. Pengaruh ini biasanya terjadi pada rahang atas dan mempengaruhi pertumbuhan otot-otot. Yaitu terlihat jelas pada pasien dengan klasifikasi Angle kals II divisi 1. o cara menelan yang salah. Akibat dari umumnya menimbulkan kebiasaan mendorong dengan lidah sehingga terlihat pada gigi pasien adalah labioversi dan kadang-kadang terjadi openbite. o Kebiasaan menggigit bibir Umumnya terjadi akibat defek psikologis pada seseorang anak sehingga ia mencari suatu kompensasi lain yaitu denan menggigit bibir atas atau bawah. Akibat dari menggigit bibir atas yaitu maka terlihat pada gigi incisive condong kelabial. Akibat menggigit bibirbawah maka terlihat gigi rahang atas condong kelabial. ( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)
2.4 Dampak Negatif Yang Dapat Terjadi Bila Seseorang Menderita Gigi Berdesakan Crowding Teeth Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu : 1. Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri dan percaya diri berkurang. 2. Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu, misalnya : suatu keadaan gigi yang berjejal-jejal akan memudahkan terjadinya suatu impaksi dari sisa makanan sehingga makanan sehingga akan menimbulkan karies gigi. 3. Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan. Misalnya : pada oklusi yang dagunya dimajukan kedepan, apabila gigitan dilakukan terus-menerus akan menimbulkan gangguan sendi rahang, hal ini mengakibatkan fungsi alat pendengaran terganggu. 4. Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-gigi yang saling berhubungan. 5. Fungsi bicara dapat terganggu misalnya biasanya pada penderita gigi berdesakan ini mengalami displsia memang ini tidak terjadi pada semua orang, jadi jika pasien mengalami dysplasia maka ia akan kesulitan untuk melafalkan beberapa huruf tertentu. Huruf-huruf itu akan terdengar tidak sejelas apabila dilalkan orang yang normal 6. Dapat mengakibatkan penyakit periodontal karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan pembersihan.
7. Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi. ( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB) 2.5 Cara Pencegahan Mengenai Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth Untuk mencegah gigi berdesakan ataupun maloklusi pada pengertian yang benar, ini akan menjadi suatu hal yang penting untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian faktor etiologi dari maloklusi serta crowding teeth tersebut. Selain itu kesadaran, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang tentang faktor genetic yang terjadi pada keluarga besar sebelumnya juga dapat dijadikan acuan untuk mengontrol pertumbuhan serta perkembangan dan fungsi-fungsi organ pada saat Prenatal, kongenital maupun post natal agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan yang tidak diharapkan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.25 WIB) Kemudian pengawasan terhadap kebiasaan anak-anak juga penting untuk diamati, khususnya bagi para orang tua harus dapat menontrol dan mengawasi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh. Kewajiban orangtua untuk memperhatikan anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk juga mendukung pencegahan terjadinya maloklusi maupun gigi berdesakan. Karena maloklusi dan gigi berdesakan ini dapat dicegah sebelum terjadi. (Hambali, Tono, 1986).
2.6 Cara Perawatan Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali. Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk mendapatkan oklusi (hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah) yang tepat atau baik, yang sehat secara fungsional, estetik memuaskan dan stabil. (http://www.orthodonticslimited.com/orthodontic_treatment/crowding_spacing_teeth.html, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.00 WIB). Perawatan orthodonti ini pastinya menggunakan alat alat (pesawat) yang mendukung prosesnya agar berjalan lancar. Macam-macam pesawat orthodonti dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam alat : 1. Pesawat lepasan (removable appliance) terdiri dari pelat akrilik dengan kawat retensi (cangkolan) serta spring-spring dan kadang-kadang dilenkapi dengan sekrup. 2. Pesawat tetap (fixed appliance), tidak seperti halnya pesawat lepasan dapat dibuka atau dilepas oleh pasien, pesawat tetap tidak dapat dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien tetapi harus oleh operator atau dokter gigi. Pemasangan pesawat tetap ini tidak dapat dilakukan oleh semua dokter gigi kecuali oleh dokter gigi yang telah mendapatkan pendidikan khusus dibidang Fixed appliance. Alat ini popular dipakai diamerika dan dijepang. (Hambali, Tono, 1986)
1. Band yang bersifat stainless teel yang dilekatkan pada masing-masing gigi dan dipatri. Melekatnya pada gigi adalah dengan cara disemen pada setiap gigi 2. brecket, alat ini ditempelkan pada Band dengan cara disolder yang gunanya adalah dilewati oleh kawat labial atau dengan yang lebih kecil. 3. Kawat yang dilengkungkan dengan ideal yang dinamakan busur labial. Sifat kawat ini elastic sehingga menimbulkan tekanan terhadap gigi yang malposisi. (Hambali, Tono, 1986) Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding dengan mmanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho. Prosedur keseluruhan harus dibatasi pada maloklusi kelas 1 dengan crowding dan seluruh gigi ada, sehat serta berada dalam posisi menguntungkan. .(Houston, W. J. B,1989) Selain pencabutan serial dilakukan perlu tetap diingat bahwa pemeriksaan yang menyeluruh telah dilakukan pada setiap tahap untuk memastikan bahwa cara ini masih merupakan rencana yang tepat untuk pasien. Tetapi cara ini masih mempunyai banyak kekurangan : 1. Anak harus menghadapi cabut gigi berapa kali. 2. Kaninus bawah tetap dapat tumbuh terlebih dahulu daripada premolar pertama sehingga menjadi impaksi antara kaninus dan molar kedua susu, hal ini menyebabkan kesulitan dalam pencabutan. .(Houston, W. J. B,1989)
3.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan : 1. Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital, vertical atau tranversal. Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu: 1. Klas I angle (Netroklusi), menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe. 2. Klas II Angle, menurut devey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi. 3. Klas III Angle (mesioklusi), menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe. 2. Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan. 3. Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu : A. Penyebab tidak langsung 1. Faktor genetik. 2. Faktor kongenital 3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin 4. Penyakit B. Penyebab langsung 1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya 2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada. 3. Gigi yang berlebih 4. Tanggalnya gigi tetap 5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens) 6. Bentuk gigi tetap tidak normal. 7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
4. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu : k jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri dan percaya diri berkurang.
Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-gigi yang saling berhubungan.
-gigi.
5. Untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan adalah dengan cara menghilangkan etiologi penyebeb gigi berdesakan tersebut. 6. Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding dengan memanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho. 3.2 Saran Dengan merujuk adanya gigi yang berdesakan. Sebaiknya para orangtua seharusnya mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghindari penyebab terjadinya crowding teeth. Mengingat crowding teeth juga dapat dicegah maka perlu pengetahuan dini untuk anak-anak agar dapat menghindari faktor-faktor predisposisi dari crowding teeth. Kemudian bagi penderita crowding teeth yang parah hendaknya melakukan perawatan orthodontics supaya dapat memperbaiki oklusi serta bentuk wajah. Selain dengan perawatan ini, juga dapat dilakukan perawatan dengan cara pencabutan serial yaitu mencabut gigi-gigi sulung atau supernumeri teeth yang tidak diperlukan sehingga dapat mengurangi kepenuhan didalam mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika. Hambali, Tono.1986. Diktat Kuliah Orthodonti II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. Bandung : YABINA FKG UNPAD Harty, F. J dan R Oyston.20002. Kamus Kedokteran Gigi. Alih bahasa : drg narlan sumawinata Houston, W. J. B1989. Diagnosis Orthodonti. Alih bahasa drg yuwono L. Jakarta : Hipokrates
http://www.metcalforthodontics.com/images/common_clip_image001.jpg&imgrefurl=http://www.met calforthodontics.com/common.html&usg=__r4VKDy0YSETesvESUiyGsBbI5Y=&h=164&w=250&sz=14&hl=id&start=145&um=1&tbnid=eEJR8jgHC9YbYM:&tbnh=73&t bnw=111&prev=/images%3Fq%3Dcrowding%2Bteeth%26ndsp%3D18%26hl%3Did%26client%3Dfirefoxa%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26sa%3DN%26start%3D144%26um%3D1, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.30WIB http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.25 WIB http://www.orthodonticslimited.com/orthodontic_treatment/crowding_spacing_teeth.html, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.00 WIB http ://www.pustaka.unpad.ac.id/wp-content/kesehatan_gigi_untuk_keluarga.pdf, diakses tanggal 5 september 2009, pukul 11.54 WIB Koesomahardjo, Hamilah.1995. Survey Pelaksanaan Pencegahan Maloklusi Oleh Kesehatan Gigi Sekolah DKI Jakarta. Journal of the Indonesian dental association. Hal 55-61 Prijatmoko, Dwi, dkk.2002. Pertumbuhan Dan Perkembangan Kompleks Kraniofasial. (Cetakan I). Jember : fakultas kedokteran gigi press universitas jember Salzman, J. A. 1957. Orthodontics Principal And Prevention. Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Susetyo, Budi. 1998. Praktek Othodonti Alat Cekat. Jakarta : Binarupa aksara. Walter. 1990. Orthodonti Waltier. Alih bahasa : drg Llian Y. Jakarta : Hipokrates