Cara Pembacaan Foto Thorax
Cara Pembacaan Foto Thorax
Cara Pembacaan Foto Thorax
2 | P a g e
CARA PEMBACAAN FOTO THORAX
Syarat foto thorax :
1. Indentitas harus lengkap , menampilkan nama,umur, jenis kelamin, tanggal (untuk
kepentingan kontrol ), nomor foto rontgen, tanda R atau L, dan ada klinisnya.
2. Inspirasi cukup, ditandai dengan kosta VI yang memotong di pertengahan diafragma.
Bila inspirasi kurang, maka akan terlihat pelebaran pembuluh darah.
3. Simetris (prosessus spinosus clavicula kanan dan kiri harus simetris).
4. Pada bayi dan anak pasien dalam keadaan tidur, maka foto yang dibuat adalah foto antero
posterior (AP)
5. Densitas (kehitaman) untuk melihat tulang atau jantung
Kriteria foto thorak yang baik harus memenuhi :
1. Dapat dilihat kedua klavikula lurus atau miring
2. Scapula ada seluruhnya diluar lapangan paru
3. Batas atas adalah vertebra C6 dan batas bawahnya vertebra T4
4. Trakea ada ditengah
5. Foto harus simetris kiri dan kanan baik organ maupun tulang, sudut costopherenicus
terlihat jelas
6. Inspirasi maksimum, kosta VI memotong diafragma ditengah ditengah
7. Film harus kontras, ada perbedaan hitam dan putih sehingga ada gradasi densitas tulang
dan jaringan lunak
Cara membaca thorak adalah :
1. Foto dibaca dari apeks hingga ke basal.
2. Foto dibaca dari kanan kekiri secara zig-zag.
3. Dapat dibaca dari dalam keluar atau dari luar kedalam
4. Adapun hal-hal yang dinilai :
Simetrisitas foto
3 | P a g e
Foto yang dapat dibaca dengan baik adalah foto yang simetris antara kiri dan
kanannya
Kulit
Kulit merupakan soft tissue, dilihat apakah ada soft tissue swelling akibat trauma
tumpul atau tajam pada thorak
Keadaan tulang
Dinilai ada tidaknya fraktur, ada tidaknya destruksi tulang, ada tidaknya kelainan atau
anomali pada tulang, seperti skoliosis, kifosis,lordosis,
Trakea dan mediastinum
Dinilai apakah normal atau ada kelainan
Parenkim paru
a. Hilus, merupakan tempat keluar masuknya arteri vena pulmonalis dan aliran
limfe. Normalnya diameter trachea sama dengan diameter hilus. Hilus
memberikan gambaran yang padat. Hilus kiri lebih tinggi daripada hilus bagian
kanan karena ada jantung. Hilus kanan biasanya terletak di ICS IV-V
b. Bronchovaskular marking, normalnya sudah tidak ada lagi vaskularisasi
samapai 2/3 bagian paru karena pembuluh darah akan menyempit ke perifer.
Gambaran ramai ini bila bronchovaskular marking 2/3 lapangan paru.
Gambaran meningkat bila vaskular melebar akibat adanya bendungan atau
kongestif.
c. Lesi, dilihat adanya lesi pada lobus segmen paru. Perlu diketahui segmen dan
lobus ini karena adanya penyakit tertentu yang hanya menyerang lobus atau
segmen tertentu
Diafragma
Bedakan diafrgma kanan dan kiri
Pleura
Pada pleura yang perlu diperhatikan adalah sudut costophrenicus-nya. Normalnya
sudut ini tajam. Ada beberapa keadaan yang sudut ini menumpul, seperti efusi pleura,
bentuk dada, emfisema, penebalan pleura dan adanya perselubungan
Jantung
4 | P a g e
Dinilai bentuk jantung dan ukurannya. Jantung dirontgen akan memberikan gambaran
radio opak sedangkan paru memberikan gambaran radio lusen karena berisi udara.
Gambar 1
Gambar 1 menunjukkan citra X-ray dari rongga dada, dan dua garis yang menunjukkan
nilai kedua diameter untuk perhitungan CTR [15]
5 | P a g e
A.ascenden aorta, AA. arcus aorta, Az. azigous vein, LB. left border pulmonal arteri, PA. main pulmonal
artery, LA. left atrium, LV. left ventricle, RA. right atrium, S. superior vein cava, SC. subclavia artery
Guna mengetahui atau melihat kelainan organ-organ pada rongga dada diperlukan
analisis dan interpretasi yang akurat, untuk menginterpretasikan hasil radiografi (X-ray). Salah
satu metode yang digunakan adalah dengan menghitung rasio antara nilai maksimum dari
transverse diameter dari jantung (MD) dengan nilai maksimum dari transverse diameter dari
rongga dada (ID). Nilai rasio ini dikenal dengan cardio-thoracic ratio (CTR) dengan rumus
CTR = MD / ID(1.1)
Perhitungan CTR sudah diterima tidak hanya sebagai metode yang mudah akan tetapi
nilainya dapat digunakan sebagai parameter klinis. Pada orang dewasa, nilai CTR yang lebih
besar dari 0.5 (50%) mengindikasikan pembesaran jantung, meskipun masih ada variable lain
seperti bentuk dari rongga dada yang harus diperhitungkan. Sedangkan pada bayi yang baru
lahir, nilai CTR 66% adalah nilai batas normal. Gambar 1.1 menunjukkan citra X-ray dari
6 | P a g e
rongga dada, dan dua garis yang menunjukkan nilai kedua diameter untuk perhitungan CTR.
Perhitungan CTR ini sangat berguna untuk mendeteksi penyakit jantung terutama yang ditandai
dengan adanya pembesaran ukuran jantung (cardiomegally).
Kemungkinan penyebab CTR lebih dari 50% diantaranya:
cardiac failure)
pericardial effusion
left or right ventricular hypertrophy
Sumber :
1. Maleuka RG. Radiologi diagnostic. Yogyakarta : Pustaka Cendikia. 2006
2. Librianty N. Catatan praktis radiologi. Palembang: Simetri. 2008
3. http: /thoraxgeninfo.htm