RKS Peningkatan Jalan Ok
RKS Peningkatan Jalan Ok
RKS Peningkatan Jalan Ok
BAGIAN 1
UMUM
1.
Peraturan-peraturan Teknis
Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan di bawah ini, termasuk segala perubahan
dan tambahannya, yaitu :
1.1.
Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41) tahun 1941.
1.2.
Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Bangunan Indonesia (DTPI).
1.3.
Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung (SNI 03-2445-1991).
1.4.
Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton (SNI 03-2495-1991).
1.5.
Spesifikasi Bahan/material Bagian A (Bahan/material Bukan Logam) SNI 03-6861.12002.
1.6.
Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
1.7.
Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat,
yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
2.
BAGIAN II
PENDAHULUAN
1.
2.
Kegiatan
PENGEMBANGAN
TRANSMIGRASI
Pekerjaan
Lokasi
SARANA
DAN
PRASARANA
KAWASAN
Mulai Kegiatan
2.1. Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani dan dikeluarkan kegiatan
pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan rutan harus sudah dimulai,
2.3. Kontraktor diharuskan membuat papan nama proyek sesuai dengan persyaratan yang
berlaku dan harus dipasang paling lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan.
3.
3.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap di lokasi bangunan,
sebelum pekerjaan dimulai atau 10 hari sesudah SPMK diterima. Setelah selesai pekerjaan
tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.
3.6. Pembongkaran bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas.
4.
5.
5.5 Juru Ukur Pendidikan STM, Mempunyai Pengalaman Minimal 3 Tahun dan Memiliki SKT
Juru Ukur.
5.6 Administrasi/Keuangan pendidikan SMA sederajat, mempunyai pengalaman minimal 3
tahun.
5.7 Operator komputer/Drafman
pengalaman minimal 2 tahun.
pendidikan
minimal
SMA
sederajat,
mempunyai
5.7. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan menyediakan petugas K3 yang
memiliki sertifikat K3 dan membuat pra rencana keselamatan dan kesehatan kerja kontrak
(Point 8.2) serta pula melaporkan secara tertulis kepada Team Pengelola Teknis Proyek
dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi pelaksana dilapangan dengan nama
dan jabatannya masing- masing.
5.8. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya,
maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan
secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.
6.
6.9. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi lampu merah
yang cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalu-lintas/menimbulkan kecelakaan,
atau alat lainnya menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
7.
Keamanan Proyek
7.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan.
7.2. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
7.3. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap digunakan dan ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis dan
mudah dicapai.
.................................
Logo & Nama Perusahaan
(PRA RK3K)
1. KEBIJAKAN K3
(Berupa pernyataan Direktur Utama atas nama perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melaksanakan kegiatan konstruksi)
2. PERENCANAAN
1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko Bahaya
Identifikasi Jenis Bahaya &
No.
Jenis/Type Pekerjaan
Risiko K3
1
(Diisi dengan
pekerjaan)
1.
jenis/Type
Contoh
Pekerjaan Tanah
Galian Tanah Biasa
Pengendalian
Contoh :
Jenis Bahaya & Risiko
a) Tertimbun Longsor
Contoh :
Pengendalian Risiko K3
a) Buat Turap Penahan
->
Luka Berat
b) Terjatuh kelubang
Luka Berat
2
->
Tanah
b) Buat Pagar Pelindung
Contoh :
Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi
dalam pelaksanaan paket pekerjaan ini adalah
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK4) Konstruksi Bidang PU
d. dst
3. SASARAN K3 DAN PROGRAM K3
(sasaran dan Program K3 yang akan dilaksanakan, harus disusun berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan
penetapan pengendalian risiko. Sasaran harus terukur secara kualitatif maupun kuantitatif)
Contoh:
Sasaran K3 :
a. Tidak ada kecelakaaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya masingmasing
d. Dst
Program K3
a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-rambu,
Spanduk, Poster, pagar pengaman, jaring pengaman, dsb) secara konsisten.
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya.
c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
d. Dst
Organisasi K3
Menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan
Contoh :
Penanggung Jawab K3
Emergency/
Kedaruratan
P3K
Kebakaran
8.2 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, Kontraktor
harus menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu Kontraktor harus
mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai
dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
8.3. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus
menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.
8.4. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor
harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap
digunakan apabila diperlukan.
8.5. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang serius,
maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
8.6. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya
maupun yang berada dibawah pihak ketiga.
9.
SPESIFIKASI TEKNIS
1.
1 .1
Uraian Umum
a. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari dengan seksama gambar kerja
dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan pekerjaan. Selain itu Kontraktor wajib
pula membuat metoda kerja, time schedule, daftar peralatan yang dimiliki serta personil yang
terlibat dan harus mengikuti seluruh peraturan yang masih berlaku di Indonesia.
b. Setelah pekerjaan selesai Kontraktor harus menyerahkan as built drawing kepada direksi.
c. Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada direksi setiap ada perbedaan ukuran diantara
gambar-gambar, perbedaan antara gambar kerja dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor memperbaiki
sendiri perbedaan tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian Kontraktor dalam hal ini
sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kontraktor.
d. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada Kontraktor (selama pelaksanaan)
dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa Kontraktor mengetahui
benar-benar mengenai.
- Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan
- Panjang, lebar dan tinggi pengerjaan
- Titik awal, akhir dan patok setiap jarak 50 m
- Keadaan kontur tanah.
e. Kontraktor wajib menyerahkaan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu membuat
(menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun menyediakan bahanbahan/material alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang
bersangkutan dengan pelaksanaan.
f.
Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari direksi dianggap
berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
j.
Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus benarbenar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan standar
peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut diatas
harus mendapat pengesahan/persetujuan dari direksi sebelum akan dimulai pelaksanaannya.
k. Ketelitian dan kerapihan kerja dan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh direksi, terutama yang
menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun perapihan (finishing works). Pengawasan terus
menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/ perapihan, harus dilakukan oleh tenaga-tenaga
dari pihak Kontraktor yang benar-benar ahli.
l.
1 .2
1.2.1
Pekerjaan Persiapan
Bangsal Kerja
a. Kontraktor wajib menyediakan bangsal kerja, yang biasanya menjadi tanggungan Kontraktor.
b. Bangsal kerja tersebut merupakan bangunan sementara dengan lantai papan atau lantai rabat
beton diplester, konstruksi rangka kayu, dinding multipleks, penutup atap seng atau asbes
semen gelombang, diberi pintu dan jendela secukupnya untuk pengawasan dan pencahayaan.
Letak bangsal kerja harus cukup dekat lokasi kegiatan.
1.2.2
a. Kontraktor diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi proyek dan
dipancangkan di tempat yang mudah dilihat umum.
b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan
dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.
c. Bentuk, ukuran, dan isi papan nama proyek akan ditentukan kemudian oleh direksi.
d. Batas-batas pemindahan barang-barang tersebut di atas dikerjakan oleh Kontraktor atas
biayanya.
1.2.3
Apabila terdapat revisi, maka setelah diperbaiki Kontraktor mengajukan kembali kepada
direksi untuk dimintakan persetujuan.
g. Gambar tersebut (butir g di atas) harus digambar di atas kertas dengan 3 lembar hasil
reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang dipakai pada gambar harus sesuai dengan
ketentuan direksi dan dijadikan gambar pelaksanaan pengganti gambar lama.
1.2.4
berikutnya sebelum
d. Pada tempat - tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu.
Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru, sehingga memenuhi
persyaratan dengan persetujuan pengawas teknik.
e. Kemiringan / landai potongan melintang dan memanjang badan jalan harus benar - benar
dikerjakan menurut gambar rencana dengan keharusan membuat permukaan badan jalan yang
segera dapat mengalirkan air hujan (tidak boleh terdapat genangan - genangan air
dipermukaan badan jalan).
a). Material Kayu Knopel memiliki diameter 8 10 cm dalam kondisi baik, baru dan tidak bengkok
dan memenuhi persyaratan serta persetujuan pengawas teknik.
b). Knopel dihampar melintang badan jalan sesuai dengan gambar kerja dan petunjuk teknis dari
pengawas teknik.
2.2
a). Pada lokasi yang akan ditimbun, Kontraktor harus melakukan stripping terlebih dahulu,
sehingga mendapatkan permukaan tanah asli yang bebas dari segala bentuk kotoran, humus,
akar-akar atau sisa-sisa material lain yang dapat membusuk.
b). Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus menggunakan tanah yang
baik dan bersih dari tanaman, akar-akaran, brangkal-brangkal, puing-puing dan segala macam
kotoran lainnya.
c). Pekerjaan penimbunan terdiri dari pekerjaan mengurug tanah, sesuai dengan syarat-syarat
serta ketentuan-ketentuan pada RKS ini dan gambar-gambar pelaksanaan yang disetujui
direksi. Gambar pelaksanaan menunjukkan antara lain gambar-gambar profil melintang
memanjang, kemiringan dan dimensi-dimensi dengan jelas.
2.3 Pekerjaan Timbunan Tanah Pilihan
a). Bagian - bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan.
Tanah timbunan harus cukup baik bebas dari sisa - sisa ( rumput, akar - akaran dan lain - lain )
dan dapat mencapai nilai CBR minimum 4 % rendam air. Timbunan badan jalan dibentuk dan
hasil galian samping kiri dan kanan badan jalan yang langsung membentuk parit jalan. Dalam
hal ini harus mengikuti petunjuk - petunjuk pengawas teknis.
b). Tanah timbunan harus dipilih yang baik untuk mendapatkan badan jalan yang kuat terhadap
beban - beban yang berat.
c). Pada jalan - jalan yang telah ada, ditempat - tempat tertentu yang diperlukan diadakan
penimbunan untuk mendapatkan lebar badan jalan sesuai dengan rencana, harus dilakukan
perbaikan struktur tanah dasar jalan ( sub base ).
d). Pekerjaan penimbunan badan jalan diikuti dengan pemadatan badan jalan yang baik secara
manual, padat dan rata. Dalam hal ini penimbunan harus dilakukan setebal 15 cm padat.
e). Pada timbunan yang tinggi pelaksanaannya dibuat bertangga agar tidak mudah longsong.
Pekerjaan penimbunan badan jalan dengan tinggi timbunan yang selalu tergenang air tidak
boleh kurang dari 50 cm diatas permukaan air tertinggi sesuai persetujuan pengawas teknis.
f). Pelaksana fisik harus bertanggung jawab atas kestabilan tanah dari penimbunan badan jalan
dan memperbaiki segala kerusakan , longsor yang menurut pendapat pengawas teknis
diakibatkan oleh salah pekerjaan atau kelalaian pihak pelaksana fisik atau aliran air hujan,
kecuali disebabkan oleh pengaruh pergerakan tanah yang tidak dapat dihindarkan.
g). Apabila pekerjaan pembentukan badan jalan dinyatakan selesai, atas perintah dan persetujuan
pengawas teknis dibuat lapisan perkerasan jalan. Tebal lapisan perkerasan ditetapkan 15 cm
padat dan lebar 4 meter.
h). Bahan perkerasan adalah timbunan tanah pilihan atau sejenis latent setempat yang cukup keras
dan disetujui oleh pihak proyek dan pengawas teknis.
i). Penyimpangan penggunaan bahan dan ketentuan diatas terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari pihak proyek dan pengawas teknis.
j). Pemeriksaan kepadatan lapisan perkerasan jalan dilakukan menurut pemeriksaan PB.0111 11.76
(AASHTO-9974, ASTM D-698-70 ).
k). Pelaksanaan pekerjaan perkerasan badan jalan harus dikelola dan diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.
2.4
Pengendalian Mutu
1. Pelaksanaan pengendalian mutu tahap pelaksanaan pembuatan jalan dilaksanakan untuk 200
meter panjang jalan. Apabila dianggap perlu pengawas teknis dapat menambah jumlah
pemeriksaan.
2. Cara pemeriksaan didasarkan pada Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Np. 01/MN/BM/1976
tentang :
a. Pemeriksaan " Kepadatan lapangan dengan tabung pasir/stand cone" ( PB.0103-76)
b. Pemeriksaan kepadatan standar ( PB-0111-71)
c. Pemeriksaan CBR Laboratorium ( PB-0133-76 ) rendam air coaked.
d. Untuk pelaksanaan pemeriksaan CBR Laboratorium pada butir a, b, dan c dapat dilakukan
dengan minta bantuan kepada Laboratorium Pengujian Departemen Kimpraswil setempat.
6. Apabila terjadi kerusakan - kerusakan ditempat tertentu harus diadakan pemeriksaan secara
teknis oleh pengawas teknis dengan memperhatikan syarat- syarat teknis serta sifat - sifat
material setempat.
7. Apabila terjadi kerusakan - kerusakan pada bagian badan jalan atau bagian tmbunan jalan
sebelum dilakukan serah terima maupun sebelum masa pemeliharaan selesai, maka pelaksana
fisik harus memperbaikinya tanpa meminta biaya tambahan dari Pihak Pemberi Kerja.
8. Selang waktu sebelum masa pemeliharaan selesai maka pelaksana fisik diharuskan
mengadakan pemeliharaan rutin, sehingga jalan tersebut tetap berfungsi.
2.5
2.6
Satuan
1.
Km
2.
Km
3.
Km
PEKERJAAN PENYELESAIAN.
a). Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum
serah terima pertama dilaksanakan.
b). Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola
Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.
2.7
PENUTUP
1.
Meskipun dalam RKS ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan
kata-kata yang harus disediakan oleh Kontraktor dan tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan pembangunan ini, pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat dalam
RKS ini.
Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, tetapi tidak
diuraikan atau dimuat dalam RKS ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh
Kontraktor, harus dianggap seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam RKS ini,
untuk menuju kepenyerahan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Direksi.
Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola
Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.
2.
3.