Larutan Buffer
Larutan Buffer
Larutan Buffer
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang
dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol
dari buffer ini seperti pH buffer hanya berubah sedikit pada penambahan
sedikit asam atau basa. Buffer yang bersifat asam memiliki pH kurang dari 7
sedangkan buffer basa memiliki pH lebih dari 7. Buffer yang bersifat asam
biasanya terbuat dari asam lemah dan basa konjugatnya. Sedangkan buffer
yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan asam konjugatnya.
Bila larutan penyangga berasal dari asam lemah dengan garamnya
tercampur sedikit asam kuat, maka asam kuat akan bereaksi dengan garamnya
sehingga asam kuat akan diubah menjadi garam (bersifat netral) dan asam
lemah. Sifat asam kuatnya menjadi sangat kecil. Bila ditambah sedikit basa
kuat maka basa kuat ini menjadi sangat kecil, karena bereaksi dengan
asamnya. Bila ditambah sedikit asam, komponen buffer yang bersifat basa
akan mengikat ion H+ sehingga jumlah ion H+ tidak bertambah dan pH tidak
menurun. Bila ditambahkan sedikt basa, komponen buffer yang bersifat asam
akan mengikat ion OH- sehingga jumlah ion OH- tidak bertambah dan pH tidak
meningkat. Buffer umumnya memiliki kapasitas penyangga dengan rentang 1
nilai pH diatas dan dibawah pH normal buffer tersebut.
Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah
berkisar antara 7,35-7,45. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh
gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0
atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ
tubuh atau bahkan kematian. Organ yang paling berperan untuk menjaga pH
darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35
disebut asidosis (penurunan pH darah). Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit gula, dan diare yang terus-menerus atau makanan berkadar protein
tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi larutan buffer
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah
sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam
lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Buffer dalam tubuh
manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika minum
jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam )
(Anonim, 2008).
Larutan buffer adalah campuran asam lemah dengan garamnya dari basa
kuat atau campuran basa lemah dengan garamnya dari asam kuat. misalnya
CH3COOH dengan CH3COONa dan larutan NH3 dengan larutan NH4Cl.
Campuran larutan ini mempunyai sifat penyangga (penahan) terhadap usaha
untuk mengubah pH penambahan sedikit asam, sedikit basa, atau
penambahan air tidak mengubah pH larutan (Pujiyanti, 2009).
Dalam berbagai aktivitas yang melibatkan reaksi-reaksi dalam larutan,
seringkali diperlukan pH yang harganya tetap. Perubahan pH suuatu system
seringkali memberikan dampak yang tidak diinginkan. Namun larutan
penyangga dapat mempertahankan pH system terhadap gangguan yang dapat
mengubah pH. Penyangga alami terdapat dalam tubuh makhluk hidup
maupun di alam (Mulyasa, 2009).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampis setiap analisis
membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya
macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi
masalha tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH
optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai
dampak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, subtrat dan kovaktor
(Riyadi, 2008).
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang
digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak
berubah selama reaksi kimia berlangsung. Reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaksi yang melibatkan
enzim sebagai katalis. Aktivitas Enzim sebagai katalis dalam sistem hidup
sangatlah peka terhadap perubahan pH. Enzim sebagai katalis hanya dapat
bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap
bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang
relative tetap, untuk itu maka diperlukan larutan penyangga.Proses
metabolisme secara terus menerus akan menghasilkan zat-zat bersifat asam,
misalnyaasam laktat, asam fosfat, dan asam sulfat yang dibebaskan dalam
jaringan tubuh. Penyerapan zat makanan juga dapat menghasilkan zat-zat
4
asam atau basa. Ini semua dapat mempengaruhi pH darah. Oleh karena itu
didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang
berfungsi sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra
sel (dalam sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga
tersebut untuk mempertahankan harga pH cairan tersebut.
Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah
berkisar antara 7,35-7,45. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh
gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah
7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
organ tubuh atau bahkan kematian. Organ yang paling berperan untuk
menjaga pH darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah
kurang dari 7,35 disebut asidosis (penurunan pH darah). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit gula, dan diare yang terus-menerus atau makanan
berkadar protein tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis
sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama.
Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis
(peningkatan pH darah). Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat,
hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris
pada ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan terhadap para pendaki
gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen tambahan
menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi
diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43
mmHg) di tempat setinggi itu.
Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme
dari zat-zat, tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan
jalan membuang kelebihan asam tersebut. Hal ini disebabkan karena
penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit.
2.2 Komponen larutan penyangga atau buffer
1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
5
mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain.
2. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang
garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih.
2.3 Macam-macam larutan penyangga
a. Penyangga fosfat tersusun atas H2PO4- dan HPO42- dan berada pada seluruh
cairan tubuh.
1) Pada penurunan pH tubuh
HPO4-(aq) + H+(aq) d H2PO4-(aq)
2) Pada kenaikan pH tubuh
H2PO4-(aq) + OH-(aq) d HPO4-(aq) + H2O(l)
b. Penyangga karbonat tersusun atas H2CO3 dan HCO3- dan berada pada darah.
1) Pada penurunan pH tubuh
HCO3-(aq) + H+(aq) d H2CO3(aq)
2) Pada kenaikan pH tubuh
H2CO3(aq) + OH-(aq) d HCO3-(aq) + H2O(l)
c. Penyangga hemoglobin tersusun atas HHb dan HbO2 dan berada pada darah.
1) Kesetimbangan hemoglobin
HHb(aq) + O2(aq) d HbO2(aq) + H+(aq)
2.4 Cara kerja larutan penyangga
Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam
dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion
OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah
pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:
a. Larutan penyangga asam
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan.
Dengan proses sebagai berikut:
1) Pada penambahan asam
mengendalikan
kecepatan
dan
kedalaman
pernapasan.
Jika
H2CO3 (aq)
Perbandingan molaritas HCO3 terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk
mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20 : 1. Jumlah HCO3 yang relatif
jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme
yang diterima darah lebih banyak bersifat asam. Penyangga karbonat
sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat
mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan
oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion
bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung,
ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki
gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu
peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat
membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida
yang dilepas terlalu banyak, padahal CO2dapat larut dalam air
menghasilkan H2CO3. Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi
alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan,
kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b. Penyangga Hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang
didapatkan melalui pernapasan. Pada darah, terdapat hemoglobin yang
dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh.
Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2 (g)
HbO2- + H+
Produk buangan dari tubuh adalah CO2- yang di dalam tubuh bisa
membentuk senyawa H2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan
HCO3-. Penambahan H+ dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi
hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan membentuk
+ H+ (aq)
H2PO4-(aq)
(aq)
+ OH- (aq)
HPO42- (aq)
+ H2O (aq)
Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 7,45
Yaitu dari ion HCO3- dengan ion Na+ . Apabila pH darah lebih dari 7,45
akan mengalami alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi / bernapas
berlebihan. Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis
akibatnya jantung, ginjal, hati dan pencernaan akan terganggu.
3.
Menjaga pH cairan tubuh agar ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu
Yaitu asam dihidrogenposphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogenposphat
(HPO42-)
BAB 3
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah
dan garamnya. Asam lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam
lemah ) dan garamnya
dalam
memperoleh
ilmu
pengetahuan
sesuai
dengan
DAFTAR PUSTAKA
13
2009.
Uji
Kualitatif
Protein
dan
Asam
Amino.
14