Larutan Buffer

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang
dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol
dari buffer ini seperti pH buffer hanya berubah sedikit pada penambahan
sedikit asam atau basa. Buffer yang bersifat asam memiliki pH kurang dari 7
sedangkan buffer basa memiliki pH lebih dari 7. Buffer yang bersifat asam
biasanya terbuat dari asam lemah dan basa konjugatnya. Sedangkan buffer
yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan asam konjugatnya.
Bila larutan penyangga berasal dari asam lemah dengan garamnya
tercampur sedikit asam kuat, maka asam kuat akan bereaksi dengan garamnya
sehingga asam kuat akan diubah menjadi garam (bersifat netral) dan asam
lemah. Sifat asam kuatnya menjadi sangat kecil. Bila ditambah sedikit basa
kuat maka basa kuat ini menjadi sangat kecil, karena bereaksi dengan
asamnya. Bila ditambah sedikit asam, komponen buffer yang bersifat basa
akan mengikat ion H+ sehingga jumlah ion H+ tidak bertambah dan pH tidak
menurun. Bila ditambahkan sedikt basa, komponen buffer yang bersifat asam
akan mengikat ion OH- sehingga jumlah ion OH- tidak bertambah dan pH tidak
meningkat. Buffer umumnya memiliki kapasitas penyangga dengan rentang 1
nilai pH diatas dan dibawah pH normal buffer tersebut.
Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah
berkisar antara 7,35-7,45. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh
gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah 7,0
atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ
tubuh atau bahkan kematian. Organ yang paling berperan untuk menjaga pH
darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35
disebut asidosis (penurunan pH darah). Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit gula, dan diare yang terus-menerus atau makanan berkadar protein
tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi
1

karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama. Sedangkan kondisi di


mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis (peningkatan pH darah).
Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi (kondisi ketika
bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris pada ketinggian). Suatu
penelitian yang dilakukan terhadap para pendaki gunung yang mencapai
puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH darah
mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi
tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari larutan penyangga/buffer?
2. Apa saja komponen dari larutan penyangga/buffer ?
3. Apa saja jenis larutan penyangga/buffer ?
4. Bagaimana cara kerja larutan penyangga/buffer ?
5. Bagaimana mekanisme tubuh terhadap larutan penyangga atau buffer ?
6. Apa fungsi larutan penyangga/buffer ?
7. Apa kelainan yang dapat muncul dari larutan penyangga/buffer ?
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami larutan buffer dalam tubuh
1.3.2. Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi, komponen,
jenis, fungsi, dan kelainan larutan buffer
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan cara kerja larutan
penyangga/buffer
3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme tubuh
terhadap larutan penyangga/buffer
1.4. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, komponen, jenis, fungsi, dan
kelainan larutan buffer
2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara kerja larutan penyangga/buffer
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme tubuh terhadap larutan
penyangga/buffer

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi larutan buffer
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah
sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam
lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Buffer dalam tubuh

manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika minum
jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam )
(Anonim, 2008).
Larutan buffer adalah campuran asam lemah dengan garamnya dari basa
kuat atau campuran basa lemah dengan garamnya dari asam kuat. misalnya
CH3COOH dengan CH3COONa dan larutan NH3 dengan larutan NH4Cl.
Campuran larutan ini mempunyai sifat penyangga (penahan) terhadap usaha
untuk mengubah pH penambahan sedikit asam, sedikit basa, atau
penambahan air tidak mengubah pH larutan (Pujiyanti, 2009).
Dalam berbagai aktivitas yang melibatkan reaksi-reaksi dalam larutan,
seringkali diperlukan pH yang harganya tetap. Perubahan pH suuatu system
seringkali memberikan dampak yang tidak diinginkan. Namun larutan
penyangga dapat mempertahankan pH system terhadap gangguan yang dapat
mengubah pH. Penyangga alami terdapat dalam tubuh makhluk hidup
maupun di alam (Mulyasa, 2009).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampis setiap analisis
membutuhkan kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya
macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi
masalha tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH
optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai
dampak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, subtrat dan kovaktor
(Riyadi, 2008).
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang
digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak
berubah selama reaksi kimia berlangsung. Reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaksi yang melibatkan
enzim sebagai katalis. Aktivitas Enzim sebagai katalis dalam sistem hidup
sangatlah peka terhadap perubahan pH. Enzim sebagai katalis hanya dapat
bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap
bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang
relative tetap, untuk itu maka diperlukan larutan penyangga.Proses
metabolisme secara terus menerus akan menghasilkan zat-zat bersifat asam,
misalnyaasam laktat, asam fosfat, dan asam sulfat yang dibebaskan dalam
jaringan tubuh. Penyerapan zat makanan juga dapat menghasilkan zat-zat
4

asam atau basa. Ini semua dapat mempengaruhi pH darah. Oleh karena itu
didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang
berfungsi sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra
sel (dalam sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga
tersebut untuk mempertahankan harga pH cairan tersebut.
Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah
berkisar antara 7,35-7,45. Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh
gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun di bawah
7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
organ tubuh atau bahkan kematian. Organ yang paling berperan untuk
menjaga pH darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah
kurang dari 7,35 disebut asidosis (penurunan pH darah). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit gula, dan diare yang terus-menerus atau makanan
berkadar protein tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis
sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama.
Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis
(peningkatan pH darah). Kondisi ini disebabkan muntah yang hebat,
hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris
pada ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan terhadap para pendaki
gunung yang mencapai puncak Everest (8.848 m) tanpa oksigen tambahan
menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi
diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43
mmHg) di tempat setinggi itu.
Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme
dari zat-zat, tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan
jalan membuang kelebihan asam tersebut. Hal ini disebabkan karena
penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit.
2.2 Komponen larutan penyangga atau buffer
1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang
merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu
5

mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan
garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natriumNa), kalium,
barium, kalsium, dan lain-lain.
2. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang
garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan
mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih.
2.3 Macam-macam larutan penyangga
a. Penyangga fosfat tersusun atas H2PO4- dan HPO42- dan berada pada seluruh
cairan tubuh.
1) Pada penurunan pH tubuh
HPO4-(aq) + H+(aq) d H2PO4-(aq)
2) Pada kenaikan pH tubuh
H2PO4-(aq) + OH-(aq) d HPO4-(aq) + H2O(l)
b. Penyangga karbonat tersusun atas H2CO3 dan HCO3- dan berada pada darah.
1) Pada penurunan pH tubuh
HCO3-(aq) + H+(aq) d H2CO3(aq)
2) Pada kenaikan pH tubuh
H2CO3(aq) + OH-(aq) d HCO3-(aq) + H2O(l)
c. Penyangga hemoglobin tersusun atas HHb dan HbO2 dan berada pada darah.
1) Kesetimbangan hemoglobin
HHb(aq) + O2(aq) d HbO2(aq) + H+(aq)
2.4 Cara kerja larutan penyangga
Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam
dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion H+ maupun ion
OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah
pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:
a. Larutan penyangga asam
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan.
Dengan proses sebagai berikut:
1) Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri.


Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COOmembentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq)
2) Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu
akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan
tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan
air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l)
b. Larutan penyangga basa
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang
mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan
proses sebagai berikut:
1) Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat
ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan,
sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu
penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3),
bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3
membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq)
2) Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan
bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa
yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+),
membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l)
2.5 Mekanisme tubuh dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah
a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal
7

Sebagian besar dalam bentuk ammonia. Ginjal memiliki kemampuan


untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang. Yang biasanya
berlangsung beberapa hari.
b. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah manusia sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan
perubahan pH suatu larutan, penyangga pH yang paling penting dalam darh
menggunakan bikarbonat. Bikarbonat suatu komponen basa berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida suatu komponen asam. Jika lebih
banyak asam yang masuk kedalam aliran darah maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa
yang masuk kedalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikir bikarbonat.
c. Pembuangan karbondioksida
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen
dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida
keparu-paru dan diparu-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan. Pusat
pernapasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan
dengan

mengendalikan

kecepatan

dan

kedalaman

pernapasan.

Jika

pernapasan meningkat, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah


menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernapasan,
maka pusat pernapasan dan paru-paru mampu mengatur ph darah menit demi
menit.
2.6 Fungsi larutan buffer atau penyangga pada tubuh manusia
1. Larutan Buffer dalam darah
Pada orang sehat, pH darah tidak pernah berbeda 0,2 satuan dari pH
normal, yaitu 7,5. pH darah tidak boleh turun dibawah 7,0 ataupun naik diatas
7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. Untuk mempertahankannya, darah
memiliki beberapa larutan penyangga alami yaitu Penyangga Karbonat,
Penyangga Hemoglobin, Penyangga Fosfat.
a.
Penyangga Karbonat

Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3)


dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO3-). Reaksi kesetimbangannya
adalah:
HCO3- (aq) + H+ (aq)

H2CO3 (aq)
Perbandingan molaritas HCO3 terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk
mempertahankan pH darah 7,4 adalah 20 : 1. Jumlah HCO3 yang relatif
jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme
yang diterima darah lebih banyak bersifat asam. Penyangga karbonat
sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat
mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan
oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion
bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung,
ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki
gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu
peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat
membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida
yang dilepas terlalu banyak, padahal CO2dapat larut dalam air
menghasilkan H2CO3. Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi
alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan,
kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b. Penyangga Hemoglobin
Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang
didapatkan melalui pernapasan. Pada darah, terdapat hemoglobin yang
dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh.
Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O2 (g)

HbO2- + H+

Produk buangan dari tubuh adalah CO2- yang di dalam tubuh bisa
membentuk senyawa H2CO3 yang nantinya akan terurai menjadi H+ dan
HCO3-. Penambahan H+ dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi
hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ dan membentuk

asam hemoglobin (HHb+). Sehingga ion H+ yang dilepaskan pada


peruraian H2CO3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO2 yang terlarut
dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel
(cairan intrasel). Penyangga fosfat digunakan untuk mempertahankan pH
darah. Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga
ini adalah campuran dari asam lemah H2PO4- dan basa konjugasinya, yaitu
HPO42-. Jika dari proses metabolisme sel dihasilkan banyak zat yang
bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42HPO42- (aq)

+ H+ (aq)

H2PO4-(aq)

Dan jika proses metabolism sel menghasilkan senyawa yang bersifat


basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan H2PO4-.
H2PO4-

(aq)

+ OH- (aq)

HPO42- (aq)

+ H2O (aq)

Sehingga perbandingan [H2PO4- ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya


pH larutan tetap.Penyangga ini juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya
sedikit. Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai penyangga urin.
2.

Menjaga pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 7,45

Yaitu dari ion HCO3- dengan ion Na+ . Apabila pH darah lebih dari 7,45
akan mengalami alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi / bernapas
berlebihan. Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis
akibatnya jantung, ginjal, hati dan pencernaan akan terganggu.
3.

Menjaga pH cairan tubuh agar ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu
Yaitu asam dihidrogenposphat (H2PO4-) dengan basa monohidrogenposphat
(HPO42-)

4. Air Ludah sebagai Larutan Penyangga


10

Larutan Penyangga H2PO4- / HPO42- ternyata juga ditemukan dalam air


ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan cara
menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan yang
dapat merusak gigi.
2.7 Kelainan yang dapat terjadi pada larutan penyangga atau buffer
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH
tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis/alkalosis.
a. Asidosis
Suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan turunnya ph darah.
Penyebabnya adalah gagal ginjal, asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk
ginjal), ketoasidosis diabetikum, asidosis laktat (bertambahnya asam laktat),
bahan beracun (seperti : etilen glikol, overdosis salisilat, methanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida), kehilangan basa (misalnya
bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau
kolostomi.
b. Alkalosis
Suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (sedikit
mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya ph darah.
Alkalosis terbagi dua, yaitu :
1) Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik ini terjadi karena
tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan
sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti kadang-kadang
dilakukan dirumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Penyebab
utama alkalosis metabolik yaitu, penggunaan diuretic (tiazid, furosemid, asam
etakrinat), kehilangan asam darah manjadi basa karena muntah atau
pengosongan lambung, kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing
atau akibat penggunaan kortikosteroid).
2) Alkalosis Respiratorik
11

Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa


karena pernapasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah. Pernapasan yang cepat dan dalam disebut
hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida
yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lainnya adalah rasa nyeri,
sirosis hati, kadar oksigen darah yang rendah, demam, overdosis aspirin.

BAB 3

12

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah
dan garamnya. Asam lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam
lemah ) dan garamnya

adalah HCO3-. Buffer tersebut dapat

mempertahankan pH darah sekitar 7,35 7,45.


Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam
analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri
kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami
proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh
manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah
manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak,
sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.
3.2 Saran
a. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh, meliputi : biopsikososialkultural.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi mengenai konsep larutan buffer
c. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan
kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah untuk
perawat

dalam

memperoleh

ilmu

pengetahuan

sesuai

dengan

perkembangan yang semakin maju.

DAFTAR PUSTAKA

13

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.
Anna. 2008. Ilmu Kimia Organik. Puurwokorto : Pakultas Pertanian
Dan Peternakan UNSOED.
Anonim.

2009.

Uji

Kualitatif

Protein

dan

Asam

Amino.

www.rismaka.net. Diakses pada tanggal 29 November 2012.


Buckle . K. A, dkk . 2010 . Ilmu Pangan . Jakarta . Universitas
Indonesia.
Dave . 2011. Prinsip-Prinsip Ailmu Gizi. Erlangga : Jakarta.
Gordon. 2009. Analisa Kimia Kuantatif. Erlangga : Jakarta.
Mangihut, S. T. 2009. Kimia Dasar. PT. Grafinda Persada. Jakarta.
Martoharsono, S. 2008. Biokimia 2. Univeersitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Monruw, 2010. Pengantar Biokimia. UI Press. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai