Presentasi Kasus Acne Vulgaris
Presentasi Kasus Acne Vulgaris
Presentasi Kasus Acne Vulgaris
ACNE VULGARIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUD Salatiga
Disusun Oleh
Nama
No. Mahasiswa
: Paulina Maysarah
: 20090310029
Diajukan Kepada:
dr. Bambang Sudarto, Sp.KK FINSDV
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
ACNE VULGARIS
Menyetujui,
Dokter Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
LAPORAN KASUS......................................................................................................4
A.
Identitas Pasien...............................................................................................4
B.
Anamnesis.......................................................................................................4
C.
Pemeriksaan fisik............................................................................................4
D.
Diagnosis banding...........................................................................................5
E.
Diagnosis kerja...............................................................................................5
F. Terapi..................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................7
A.
Definisi............................................................................................................7
B.
Prevalensi........................................................................................................7
C.
Etiologi............................................................................................................7
D.
Patogenesis......................................................................................................9
E.
Gambaran Klinis...........................................................................................14
F. Klasifikasi.........................................................................................................15
G.
Diagnosis......................................................................................................16
H.
Diagnosis Banding........................................................................................17
I.
Tatalaksana.......................................................................................................18
BAB III........................................................................................................................21
PEMBAHASAN..........................................................................................................21
BAB IV........................................................................................................................23
KESIMPULAN...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Nn. F. A
Usia
: 20 tahun
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Terdapat bintil bintil kecil banyak di wajah.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik RSUD Salatiga dengan
keluhan terdapat bintil bintil kecil banyak di wajah (pada pipi, dan dagu), bintil
bintil kecil berisi seperti nasi, terasa gatal. Keluhan dirasakan sudah -/+ 1 bulan.
Pasien sebelumnya sudah memakai produk cream dan obat obatan tertentu untuk
jerawat, tetapi keluhan tidak membaik. Riwayat alergi obat, makanan, maupun bahan
alergen lainnya disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mempunyai riwayat jerawatan
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada anggota keluarga mengalami gejala yang
serupa, alergi (-)
C. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Baik, Compos Mentis
Status Dermatologi :
Gambar 1. UKK
D. Diagnosis banding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Acne Vulgaris
Erupsi akneiformis
Rosacea
Dermatitis perioral
Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisik
Moluskum kontangiosum
E. Diagnosis kerja
Acne Vulgaris
F. Terapi
R/ Losio kummerfeldi 100cc flc I
S 1 dd ue (digunakan sore hingga pagi)
R/ Clinium gel tube I
S 5 dd ue
R/ Benzolac gel 5% tube I
S 1 dd ue (pagi oles tipis-tipis)
Edukasi :
Istirahat yang cukup
Daerah yang gatal tidak boleh digaruk
Menjaga kebersihan kulit wajah
Jangan stress/ gelisah agar tidak memperberat jerawat yg sudah ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi
Acne Vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun
(kronis) dari unit folikel pilosebase yang diserai dengan penyumbatan, penimbunan
dan pemadatan bahan keratin yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul,
nodul dan kista pada tempat predileksinya di wajah, leher, dada dan punggung terjadi
pada usia pubertas. Unit pilosebasea merupakan gabungan folikel rambut dengan
kelenjar sebasea. Sinonim Acne Vulgaris = Pimple = Comedo = Jerawat = kukul.
G. Prevalensi
Menurut Kligman 80% acne vulgaris terjadi pada usia 11 30 tahun. Tetapi
insiden yang paling sering terjadi adalah pada remaja (79 90%). Insiden terjadi pada
sekitar umur 14 17 tahun pada wanita dan usia 16 19 tahun pada pria. Namun
kadang kadang pada wanita acne menetap sampai usai 30 an. Pada pria lebih
jarang terjadi, tetapi bila terjadi pada umumnya lebih berat.
H. Etiologi
Penyebab pasti timbulnya Acne Vulgaris sampai saat ini belum diketahui
secara jelas. Tetapi sudah pasti disebabkan oleh multifactorial (Faktor genetic, Faktor
rasial, Faktor haid, Faktor endokrin), baik yang berasal dari luar (eksogen) maupun
dari dalam (endogen). Faktor-faktor tersebut antara lain
a. Genetik
Akne kemungkinan besar merupakan penyakit genetik dimana pada
penderita terdapat peningkatan respon unit pilosebaseus terhadap kadar
normal androgen dalam darah. Menurut sebuah penelitian, adanya gen
tertentu (CYP17-34C/C homozigot Chinese men) dalam sel tubuh manusia,
meningkatkan terjadinya acne.
b. Hormonal Endokrin
Faktor hormonal berperan terhadap timbulnya Acne Vulgaris.
Pengaruh hormone sebotropik asal kelenjar hipofisis dapat merangsang
perkembangan
kelenjar
sebaseus.
Produksi
sebum
yang
meningkat
acne
dan
Staphylococcus
epidermidis
dapat
Kelenjar sebasea terdiri dari dua sel penting yaitu keratinosit dan sebosit.
Kedua jenis sel ini mempunyai peranan dalam sistem imun. Propionibacterium acnes
dapat merubah ekspresi keratinosit dan sebosit melalui Toll Like Receptor-3 (TLR3),
Cluster of Differentiation-14 (CD14) dan molekul CD1, serta dapat mengenali
produksi sebum/lipid yang berlebih oleh kelenjar sebasea dan diikuti dengan produksi
sitokin-sitokin inflamasi ke daerah tersebut
Terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis acne vulgaris,
namun secara umum ada 4 mekanisme utama yang mempunyai peran terbesar
yaitu
1. Produksi sebum yang meningkat karena peningkatan hormon
androgen (5- DHT)
2. Terjadi
kolonisasi
kuman
Propionibacterium
Acne
10
dalam
keratinosit
proses
adalah
asam
proliferasi
linoleat.
11
aktif yaitu 5-DHT oleh enzim type I-5 reductase. Adanya korelasi antara
peningkatan produksi sebum dengan munculnya acne vulgaris sudah umum diketahui
dan hal ini menjelaskan mengapa acne vulgaris biasanya muncul bersamaan dengan
saat memasuki usia pubertas. Peningkatan produksi sebum dapat terjadi secara primer
akibat peningkatan kadar androgen, atau akibat peningkatan respon sebosit terhadap
rangsangan androgen atau akibat peningkatan aktivitas enzim type I-5 reductase.
Acne vulgaris terjadi akibat hiperproliferasi dan diferensiasi sebosit, yang
muncul di bawah pengaruh androgen. Hal ini terjadi dengan perantaraan reseptor
Peroxisome Proliferator Activated Receptor (PPAR), suatu molekul yang berperan
dalam hal lipogenesis. Reseptor PPAR akan memicu lipogenesis pada sel sebosit
yang matur dalam rangka memproduksi sebum. Growth Hormone diketahui juga
mempunyai peranan besar dalam produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Growth
Hormone diproduksi di kelenjar hipofisis dan bekerja sama memproduksi IGF atau
somatomedin. Insulin-like Growth Factor sendiri mempunyai dua bentuk yaitu IGF-1
(lebih besar jumlah dan fungsinya) dan IGF-2. Diduga kuat, ada peranan IGF-1 dalam
serum dengan patogenesis acne vulgaris.
Apabila hiperproliferasi keratinosit dan produksi sebum yang berlebihan
berlanjut, maka akan terjadi penumpukan mikrokomedo, yang berujung pada
terjadinya ruptur dari dinding folikuler. Ruptur ini dalam waktu singkat akan memicu
reaksi inflamasi yang diperantarai oleh limfosit CD4+ dan CD8+. Selanjutnya akibat
pelepasan dari mediator mediator inflamasi oleh limfosit CD4+ dan CD8+, akan
terjadi penumpukan neutrofil di sekitar komedo yang mengalami sumbatan. Satu
sampai dua hari setelah ruptur, maka akan terjadi pergerakan neutrofil menuju ke
tempat inflamasi dan pada akhirnya semakin memperberat inflamasi yang telah
terjadi. Dahulu diduga bahwa inflamasi terjadi sebagai akibat terjadinya pembentukan
dan rupture komedo. Tetapi fakta terbaru menunjukkan bahwa inflamasi pada unit
pilosebasea telah ada sebelum terjadinya ruptur komedo. Hal ini dibuktikan dengan
telah ditentukannya tanda tanda inflamasi pada biopsi kulit normal pada wajah dan
12
akan semakin menunjukkan pemberatan inflamasi pada saat biopsi dilakukan dengan
kondisi komedo sudah terbentuk.
Proses
tersebut
akan
semakin
diperberat
dengan
munculnya
13
14
kecil, berukuran 0,1-3 mm. Pada lesi komedo tertutup yang klasik, 25% akan hilang
dalam waktu 3-4 hari dan 75% akan berkembang menjadi lesi inflamasi.
Lesi yang mengalami inflamasi dapat bervariasi mulai dari papul kecil dengan
batas kemerahan sampai dengan nodul yang besar, fluktuatif dan nyeri. Papul adalah
lesi inflamasi yang bervariasi dalam hal ukuran dan kekenyalannya. Lima puluh
persen papul muncul dari kulit yang kelihatan normal yang mungkin merupakan
lokasi dari suatu mikrokomedo, 25% dari komedo putih dan 25% sisanya dari
komedo hitam. Ada 2 jenis papul yaitu papul aktif dan papul yang kurang aktif. Papul
yang kurang aktif, kurang merah dan lebih kecil dibandingkan papul yang aktif. Pada
papul aktif, ukurannya dapat mencapai 4 mm dan bertahan lebih lama.
Bentuk lesi inflamasi lain adalah pustul. Pustul dapat superfisial ataupun
dalam. Pustul biasanya dilihat lebih jarang dibandingkan papul. Hal ini mungkin
dikarenakan pustul bertahan lebih singkat daripada papul yaitu hanya sekitar 5 hari.
Mungkin hal ini terjadi oleh karena pustul lebih banyak mengandung PMN,
sedangkan papul cenderung lebih banyak mengandung limfosit. Enzim lisosomal
pada PMN dapat menghilangkan gejala inflamasi pada pustul lebih cepat
dibandingkan pada papul. Bentuk nodul merupakan bentuk lesi inflamasi yang
berstruktur deep seated dan cenderung bertahan selama 8 minggu sebelum akhirnya
hilang. Sebagian diantaranya tidak mengadakan resolusi sempurna melainkan
membentuk jaringan parut. Bentuk lesi lain yang didapati dapat berupa lesi jaringan
parut yang merupakan komplikasi akibat acne vulgaris yang mengalami inflamasi
atau non inflamasi. Secara umum ada 4 tipe jaringan parut acne vulgaris yaitu ice
pick, rolling, box scar dan hipertropik. Acne vulgaris biasanya mempunyai tampilan
sebagai lesi kulit yang terisolasi di daerah wajah, leher, bahu dan punggung. Akan
tetapi pada kasus-kasus acne vulgaris dengan faktor penyebab hiperandrogenisme
dapat dijumpai hirsutisme, precocious puberty dan tanda lain hiperandrogenisme.
K. Klasifikasi
Terdapat beberapa macam klasifikasi Acne Vulgaris untuk menentukan berat
ringannya penyakit, antara lain:
15
1.
2.
3.
Klasifikasi
Ringan
Sedang
Berat
Komedo
< 25
>25
(-)
Papula/pustule
<10
10-30
>30
Nodul
(-)
<10
>10
16
L. Diagnosis
Diagnosis acne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
eksohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraltor
(sendok Unna). Sebum yang menyumbat foikel tampak sebagai masa padat seperti
lilin atau masa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan Hostopatologi, gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel
radang kronis di sekitar foliel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada
kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair
sebum yang tercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids)
dapat dilakukan. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas ( free fatty acid )
meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk
menurunkannya.
M. Diagnosis Banding
a. Erupsi akneiformis
Disebabkan oleh obat (kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida, bromida, difenil
hidantoin, dll). Berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo
dihampir seluruh tubuh, dapat disertai demam.
b. Rosacea
Penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustul,
talengiektasi, nodul, kista, tanpa komedo. Kadang-kadang disertai hipertrofi
kelenjar sebasea.
c. Dermatitis perioral
Terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustula, dan di
sekitar mulut terasa gatal.
d. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisik
Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan
tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisiknya.
e. Moluskum kontangiosum
17
Zat-zat hormon:
Kortikosteroid, max 1 bulan, lesi meradang (betametason - valerat,
fluosinolon)
Pengobatan Sistemik
Antibiotika
Tetrasiklin (oksi-tetrasiklin, chlor-tetrasiklin)
4 x 250 mg/ hr selama 3-6 minggu
1 x 250 mg/ hr (6 8 minggu)
Eritromisin (stearat, etilen suksinat)
Doksisiklin 2 x 100 mg 1 x 100 mg
Minosiklin 2 x 100 mg 1 x 100 mg
Linkomisin 3 2 x 250 mg
Klindamisin 2 x 300 mg/ 3 x 150 mg
Hormon
Estrogen (etinil estradiol, mestranol) 50mg/hari selama 21 hari dalam
sebulan atau antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari). Pengobatan ini
ditujukan untuk penderita wanita dewasa acne vulgaris beradang yang
gagal dengan terapi yang lain.
Kortikosteroid (di tapering off) untuk menekan peradangan dan
menekan sekresi kelenjer adrenal, misalnya prednisone (7,5 mg/hari)
atau deksametason ( 0,25-0,5 mg/hari).
Lain-lain:
Vit A 50.000 100.000 IU/ hari
Retinoid 3 Cis-retinoic acid
DDS (Dapsone) Diamino Difenil Sulfone
Anti androgen (klormadinon asetat, siproteron asetat)
Bedah Kulit
19
TINDAKAN KHUSUS
Komedo ekstraksi
Electrodesiccation
Insisi dan drainase acne konglobata
Eksisi untuk kista, komedo poliporus
Dermabrasi parut akne
Kortikosteroid intra lesi triamsinolon
(Percepat resolusi lesi meradang dan cegah parut nodul, kista, scar
hipertrofi)
20
21
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien perempuan 20 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Salatiga
dengan keluhan terdapat bintil bintil kecil banyak di wajah (pada pipi, dan dagu),
bintil bintil kecil berisi seperti nasi, terasa gatal. Keluhan dirasakan sudah -/+ 1
bulan. Pasien sebelumnya sudah memakai produk cream dan obat obatan tertentu
untuk jerawat, tetapi keluhan tidak membaik. Riwayat alergi obat, makanan, maupun
bahan alergen lainnya disangkal. Pasien pernah mempunyai riwayat jerawatan
sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga mengalami gejala yang serupa, alergi (-)
Pada gambaran klinis ditemukan pada predileksi pipi dan dagu tampak lesi
berupa papul miliar eritematous multipel, diskret ukuran milier sampai lentikuler,
berbatas tegas. Penegakkan diagnosis acne vulgaris diperoleh berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan status dermatologinya. Acne Vulgaris adalah penyakit kulit yang
terjadi akibat peradangan menahun (kronis) dari unit folikel pilosebase yang diserai
dengan penyumbatan, penimbunan dan pemadatan bahan keratin yang ditandai
dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada tempat predileksinya di
wajah, leher, dada dan punggung terjadi pada usia pubertas.
Prinsip pengobatan pada acne vulgaris menjaga kebersihan kulit untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme,
pemberian
keratolitik
untuk
menghambat komedo, bila acne ringan dapat diberikan antibiotik topikal, keratolitik,
retinoid, bila akne sedang berat dapat diberikan terapi lokal dan sistemik dengan
antibiotic.
Pada pasien ini diberikan Losio kummerfeldi 100 cc, Lotio kummerfeldi
mengandung (1) Sulfur, berfungsi mengobati lesi inflamasi acne, (2) Asam salisilat,
menghambat terjadinya komedogenesis yang disebabkan oleh deskuamasi epitel
folikular, membantu menghentikan pengelupasan sel-sel yang melapisi folikel-folikel
dari kelenjar sebasea, (3) Resorsinol, bahan iritan yang dapat mengelupas kulit
(peeling), bekerja dengan cara membunuh penyebab akne dan kadang memberi efek
22
memutihkan meskipun efek ini tidak selalu muncul. Kemudian pemberian Clinium
gel, mengandung Clindamycin phosphate akan mengalami hidrolisis membentuk
Clindamycin aktif yang memiliki efek antibakteri. Golongan obat antibiotik yang
biasa digunakan untuk infeksi bakteri anaerob (bakteri yang bisa hidup tanpa
oksigen). Secara in-vitro aktif terhadap Propionibacterium acne. Benzolac gel 5%,
mengandung benzoik peroksida berfungsi sebagai keratolitik dan pengelupas kulit
(peeling).
23
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini adalah acne vulgaris. Acne Vulgaris adalah penyakit
kulit yang terjadi akibat peradangan menahun (kronis) dari unit folikel pilosebase
yang diserai dengan penyumbatan, penimbunan dan pemadatan bahan keratin
yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada tempat
predileksinya di wajah, leher, dada dan punggung terjadi pada usia pubertas.
2. Prinsip pengobatan pada acne vulgaris menjaga kebersihan kulit untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme,
pemberian
keratolitik
untuk
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima; Balai
25