Laporan Kasus Ulkus DM
Laporan Kasus Ulkus DM
Laporan Kasus Ulkus DM
Disusun Oleh :
Lina Fathonah
H2A009029
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA
: LINA FATHONAH
NIM
: H2A009029
FAKULTAS
: KEDOKTERAN UMUM
BIDANG PENDIDIKAN
PEMBIMBING
Pembimbing
DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif
1
Diabetes mellitus
2
Ulkus DM
Tanggal
05/02/2015
05/02/2015
No
3
4
Tanggal
05/02/2015
05/02/2015
Masalah pasif
Tidak pernah olahraga
Suka minum minuman
manis
R. keluarga DM
05/02/2015
05/02/2015
KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
No RM
Tanggal masuk
Pasien bangsal
: Tn. H
: 65 tahun
: delektukang 06/03
: Islam
: Pedagang
: Menikah
: 23.15.28
: 3-2-2015
: Matahari kamar isolasi 6F
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di bangsal Matahari tanggal 5 Februari 2015 pukul
10.00 WIB secara autoanamnesis.
a) Keluhan utama : luka di kaki kiri
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
1 tahun yang lalu sebelum masuk RSI PKU Muhammadiyah
Pekajangan pasien mengalami luka di kaki kiri, luka berukuran kecil, +
ukuran 2x3 cm, luka terasa nyeri, dan pasien tidak tahu penyebab luka
di kaki kirinya. Pasien merasa sering kencing, terutama malam hari
namun tidak disertai nyeri atau panas,alirannya juga lancar tidak
berhenti-berhenti, pasien merasa sering lapar, sering haus, badan
bertambah kurus semenjak didiagnosis sakit kencing manis 2 tahun
yang lalu.
6 bulan yang lalu pasien merasa luka bertambah besar,bertambah
nyeri, luka tampak basah dan berbau kemudian pasien dirawat di RSUD
KRATON selama kurang lebih 1 minggu namun luka pasien tidak
kunjung sembuh, pasien minta pulang paksa, kemudian pasien merawat
lukanya sendiri dirumah.
2 hari yang lalu , pasien merasa luka semakin besar dan bertambah
parah pasien memeriksakan lukanya ke RSI PKU Muhammadiyah
Pekajangan.
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), perut mules (-), diare
(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan menurun (+), BB turun (+).
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).
Sistem genitourinaria
(-),keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai
kencing (-), warna kencing kuning jernih, anyang-anyangan (-), BAK
berwarna seperti teh (-).
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 Februari 2015 , pukul 10.15
a) Keadaan umum
: baik
b) Kesadaran
: compos mentis
c) Vital sign
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,50C (axiller)
Status gizi
: BB : 60 kg
TB
: 166 cm
BMI : 21.81kg/m2
Kesan : Normoweigh
d) Status Internus
- Kepala
: kesan mesocephal
- Mata :
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+)
reflek pupil (+/+)
bulu alis madarosis (-/-)
- Hidung :
napas cuping hidung (-)
6
Pulmo :
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Dextra
Sinistra
datar
datar
7
Hemitorak
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem fremitus
3. Perkusi
Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang
paru
paru
4. Auskultasi
Depan
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki kasar
RBH
Stridor
Belakang
1. Inspeksi
Warna
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sama dengan
sekitar
(-)
(-)
(-)
(-)
kulit
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem Fremitus
(-)
(-)
(+) normal, kanan = (+) normal, kanan = kiri
kiri
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki kasar
RBH
Stridor
Tampak anterior paru
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Vesikuler
Vesikuler
e) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : datar
Warna : sama dengan warna kulit sekitar
Venektasi : (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 9 x/menit
Palpasi :
Supel (+), Nyeri tekan (-)
Defance muscular : (-)
Hepar : normal
Lien : normal
Ginjal : normal, tidak teraba
Perkusi
:
Timphani di seluruh kuadran
Pekak hati (+)
Pekak sisi (+) normal
f) Ekstremitas
Superior
Akral dingin
-/Oedem
-/Sianosis
-/Gerak
5/5
5/5
Tremor
-/Luka terbuka:
-/- Lokasi
- Ukuran
- Dasar luka
- Tampilan luka
- Berbau
- Gangrene
Inferior
-/-/-/5/5
5/5
-/-/+
Dorsum dan plantar
pedis
Plantar : 6x3 cm
3x3 cm
Dorsum : 2x4 cm
Fascia dan tendon
Kotor dan basah
++
Digiti pedis 2-4 sinistra
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (03-02-2015)
Darah lengkap
Pemeriksaan
Lekosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
LED 1 Jam
LED 2 Jam
Diff Count
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Batang
Neutrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Uric acid
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Albumin
Protein Total
Hasil
14.8
11.7
31
274
26
66
0
0
0
91
7
2
2,4
32,5
0,67
11,2
19,3
3,9
5,5
Nilai Normal
4,8 10,8
12 16
37 47
150 450
0 20
0 20
24
01
26
50 70
25 40
28
2,6 6,0
17 - 43
0,6 1,1
< 31
< 31
3,8 5,1
6,0 8,5
Satuan
gr/dl
/mm3
/mm3
%
mm / jam
mm / jam
%
%
%
%
%
%
mg/dl
mg/dl
mg/dl
u/l
u/l
g/dl
g/dl
Hasil
346
Nilai Normal
<125
Satuan
gr/dl
Glukosa darah
Pemeriksaan
Glukosa Sewaktu
5. Daftar Abnormalitas
10
a. Anamnesis
1. Luka di kaki kiri susah sembuh
2. Berat badan menurun
3. Poliuri
4. Polifagi
5. Polidipsi
6. Lesu
7. Mudah lelah
8. Riwayat keluarga DM
9. Riwayat DM 2 tahun
10. Riwayat minum obat glibenklamit bila ada keluhan
b. Pemeriksaan Fisik
11. Luka terbuka di dorsum dan plantar pedis sinistra
12. Gangrene pada digiti 2-4 pedis sinistra
c. Pemeriksaan Penunjang
13. Lekosis 14.8 H
14. Gula darah sewaktu 346 H
6. Analisis masalah
Daftar Problem
Diabetes Mellitus
: 2,3,4,5,6,7,8,9,10
Ulkus DM grade IV
: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
11
Ass Komplikasi
Komplikasi akut :
1. Hipoglikemia
2. Keto Asidosis Diabetika (KAD)
3. Koma Lakto Asidosis
4. Koma Hiperosmolar Non Ketotik.
Komplikasi kronis :
1. Makroangiopati, pembuluh darah jantung / Penyakit
Jantung Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan
pembuluh darah tepi / Peripheral Artery Disease.
2. Mikroangiopati, retinopati diabetika (mengenai retina mata)
dan nefropati diabetika (mengenai ginjal), Neuropati,
mengenai saraf tepi.
o Initial Plan
- IpDx
GD 1 dan GD 2
HbA1C
- IpTx
- Medikamentoasa
Infus RL 20 tpm
Injeksi Insulin aspart 10 unit/ 8 jam (10-10-10)
P.O Vitamin B komplek tab 1/ 24 jam
- Non medikamentosa
Konsul gizi
- IpMx
- Tanda vital dan keluhan
- GDS setiap 6 jam
- IpEx
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
-
yang dianjurkan
Edukasi kepada keluarga tentang cara penyuntikan insulin.
Ass. Etiologi
- Diabetes mellitus (iskemik, neuropati, infeksi)
Ass. Faktor Resiko
- Penderita DM lama
12
etiologi,
faktor
risiko
dan
komplikasinya.
Jaga kebersihan luka
Kontrol kadar gula darah dengan ikuti anjuran
makan diet 3J (Jadwal, Jenis, Jumlah).
8. PROGRESS NOTE
ULKUS DM
Tanggal
6 Februari 2015
Follow up
: - luka di kaki kiri
13
- badan lemas
7 Februari 2015
O:
KU : CM, baik
TD : 120/70mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 96x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi -/Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus
(+) N
Ekstreminitas : atas : akral dingin, oedem -/bawah : akral dingin, oedem +/+
status dermatologi : lokasi : pedis sinistra, UKK :
ulkus dasar kotor
GDS : 240
A : ulkus DM
P : Infus RL 20 tpm
Insulin aspart 12-12-12
Glucobay 50 mg /8 jam
Aspilet 80 mg/ 24 jam
Metronidazole 500 mg/ 8 jam
Ranitidin 1 amp/ 12 jam
Sohobion tab 1/ 24 jam
Rawat Luka
S : - luka di kaki kiri
O:
KU : CM, baik
TD : 120/70mmHg
RR : 21 x/menit
HR : 94x/menit
Suhu : 36,60C
Kepala : mesochepal
14
15
PEMBAHASAN
DIABETES MELLITUS
DEFINISI
(DM) adalah
16
sel terjadi progresif dan memperburuk kontrol atas glukosa darah dengan
berjalannya waktu. DM tipe II terjadi ketika gaya hidup diabetogenik
(asupan kalori berlebih, kurang latihan fisik, dan kegemukan) yang
memperburuk genotip tertentu.1,2
Sebab diabetes yang tidak umum (1-2% dari semua kasus) termasuk
kelainan endokrin (seperti akromegali, sindrom Cushing), gestational
diabetes mellitus (GDM), penyakit pada pankreas (seperti, pankreatitis),
dan obat-obatan (seperti, glukokortikoid, pentamidine, niasin, dan
interferon).
Kelainan glukosa puasa dan kelainan toleransi glukosa adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan pasien dengan level glukosa plasma
lebih tinggi dari normal tapi tidak didiagnosa DM (lihat bagian
DIAGNOSA). Kelainan ini adalah faktor resiko untuk berkembangnya
DM dan penyakit kardiovaskular dan dihubungkan dengan sindrome
resistensi insulin.
Komplikasi mikrovaskular termasuk retinopati, neuropati, dan nefropati.
Komplikasi makrovaskular termasuk penyakit jantung koroner, stroke, dan
penyakit vaskular perifer.3,4,5
TAMPILAN KLINIK
-
DM TIPE I
DM TIPE II
17
tinggi, wanita yang baru saja melahirkan bayi dengan berat badan
besar atau dengan riwayat untuk GDM, pasien dengan hipertensi, atau
pasien dengan trigliserida tinggi (> 250 mg/dl) atau high density
lipoprotein cholseterol (HDL-C) rendah (<35 mg/dl).
DIAGNOSA
-
Impaired fasting glucose, IFG (kelainan glukosa puasa) adalah FPG >110
mg/dl tapi <126 mg/dl.
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi pada DM mengurangi simtom hiperglisemia, mengurangi
onset
dan
perkembangan
komplikasi
mikrvaskular
dan
makrovaskular,
PRINSIP UMUM
18
parameter laboratorium.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
- Terapi nutrisi medis dianjurkan untuk semua pasien. Untuk pasien DM
tipe I dengan berat badan rendah, fokusnya pada pengaturan
pemberian insulin dengan diet yang seimbang untuk mencapai dan
menjaga berat badan yang sesuai. Pada umumnya, diet tinggi
karbohidrat (dalam bentuk gula sederhana dalam hidangan campuran),
rendah lemak (terutama untuk lemak jenuh), rendah kolesterol sesuai.
Kebanyakan pasien DM tipe II juga membutuhkan pembatasan kalori.
Makanan ringan sebelum tidur dan antar waktu makan biasanya tidak
-
durasinya
panjang.
Variasi
pada
absorpsi,
20
masalah
dengan
(seperti,chlorpropamide).
obat
Individu
yang
bekerja
lama
dengan
resiko
tinggi
gangguan
saluran
cerna,
dan
cholestasis.
Meglitinide
21
Biguanide
glukosa
di
perifer.
Metformin
juga
bisa
glukosa
darah.
Metformin
umumnya
lebih
HDL-C
sekitar
2%.
Metformin
tidak
Thiazolidinediones (Glitazone)
23
Inhibitor Glukonidase
Ini
berefek
langsung
pada
berkurangnya
FARMAKOTERAPI DM TIPE I
Waktu onset insulin, puncak, dan durasi efek harus memenuhi pola
makan dan jadwal latihan untuk mendapatkan konsentrasi glukosa
darah mendekati normal untuk sepanjang hari
25
bolus
(lihat
Gambar
17-1,
no.2-4).
Terapi
intensif
Sebagai contoh, pasien bisa mulai dengan sekitar 0,6 unit/kg per hari
insulin, dengan insulin basal 45% dari total dosis dan insulin prandial
26
25% dari tortal dosis sebelum sarapan, 15% sebelum makan siang dan
15% sebelum makan malam. Kebanyakan pasien membutuhkan dosis
total harian antara 0,5-1 unit/kg per hari.
FARMAKOTERAPI DM TIPE II
digunakan
pada
pasien
dengan
intoleransi
atau
27
Terapi kombinasi awal baik untuk pasien dengan HbA1C >9% -10%.
Produk kombinasi oral yang mengandung glyburideb dan metformin
(Glucovance) telah disetujui sebagai terapi pilihan pertama.
Setelah pasien gagal dengan dua obat, bisa ditambahkan kelas ketiga
(biasanya rosiglitazone atau pioglitazone), meski terapi seperti ini
saat ini belum disetujui FDA. Suatu alternatif adalah menambah
insulin sewaktu tidur, menggunakan insulin kerja intermediet atau
kerja panjang.
sensitizers
umum
digunakan
dengan
insulin
karena
Karena variasi pada resistensi insulin, dosis insulin bisa berkisar dari
0,7-2,5 unit/kg per hari atau lebih.
lebih
longgar
karena
peningkatan
resiko
untuk
28
29
ULKUS DM
PENGANTAR
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindroma klinis kelainan metabolik,
ditandai oleh adanya hiperglikemik yang disebabkan oleh defek sekresi insulin,
defek kerja insulin atau keduanya. Di dunia, jumlah penderita DM diperkirakan
sebanyak 171 juta jiwa dan keadaan ini diprediksi akan terus meningkat mencapai
366 juta jiwa pada tahun 2025.1 DM sering disertai berbagai komplikasi jangka
pendek maupun panjang, komplikasi ini menyebabkan meningkatnya angka
morbiditas, mortalitas, dan penurunan kualitas hidup.2
Seiring dengan peningkatan jumlah penderita DM, maka komplikasi yang
terjadi juga semakin meningkat, satu diantaranya adalah ulserasi yang mengenai
tungkai bawah, dengan atau tanpa infeksi dan menyebabkan kerusakan jaringan di
bawahnya yang selanjutnya disebut dengan kaki diabetes (KD). 3 Manifestasi KD
dapat berupa dermopati, selulitis, ulkus, gangrene, dan osteomyelitis. KD
merupakan masalah yang kompleks dan menjadi alasan utama mengapa penderita
DM menjalani perawatan di rumah sakit yang selama rawatan membutuhkan
biaya sangat mahal dan sering tidak terjangkau oleh kebanyakan masyarakat
umum.3,4
PATOFISIOLOGI
Terjadinya kaki diabetik adalah proses multifaktorial yang melibatkan
berbagai komplikasi DM maupun trauma yang secara langsung menyebabkan luka
pada kaki yang berisiko. Neuropati diabetes, kelainan vaskular, dan kerentanan
terhadap infeksi merupakan tiga faktor predisposisi terjadinya ulserasi pada kaki
diabetik.6 Trias ini jarang menyebabkan lesi pada kaki tanpa disertai dengan
trauma atau luka. Progresivitas dari lesi ini tergantung pada status metabolik dari
pasien, kemampuan sensoris untuk merasakan dan melindungi diri dari luka,
30
sirkulasi yang adekuat, dan perawatan luka. Interaksi ketiga faktor predisposisi
bisa dilihat pada gambar 1.
Neuropati Perifer
Neuropati perifer merupakan komplikasi umum dari DM terbukti
berhubungan dengan intensitas dan durasi dari penyakit. 6 Secara morfologi
kelainan sel saraf pada neuropati terdapat pada sel-sel Schwan, selaput myelin dan
akson. Kelainan yang terjadi tergantung pada derajat dan lamanya mengidap
diabetes serta jenis serabut saraf yang mengalami lesi. Lesi serabut saraf dapat
terjadi dibagian proksimal atau distal, fokal atau difus, mengenai serabut kecil
atau besar, mengenai serabut saraf sensorik, motorik atau otonom.
Penyebab neuropati perifer sampai sekarang ini belum diketahui sepenuhnya
tetapi diduga bersifat multifaktorial, beberapa teori yang terkait terjadinya
neuropati perifer antara lain :
-
Teori metabolik
Hiperglikemia menyebabkan kenaikan kadar gula darah intraseluler.
Kelebihan glukosa diubah menjadi sorbitol dan fruktosa. Akumulasi
31
otonom.
Sistem saraf Sensorik
Sistem saraf sensorik dimulai dengan badan sel di ganglion radiks
dorsalis yang mengirim serabut saraf afferent ke perifer menuju organ target
bersama serabut saraf motorik dan otonom, dan juga mengirim serabut ke
sentral melalui radiks dorsalis yang berakhir di kornu dorsalis medulla
spinallis. Serabut saraf sensorik terdiri atas : A-alfa, A-beta, A-delta, dan C
dengan sifat dan fungsi yang berbeda-beda.
Nilai ambang proteksi dari kaki ditentukan oleh normal tidaknya
fungsi saraf sensoris kaki. Keterlibatan saraf sensorik (neuropati sensorik)
menimbulkan berbagai keluhan yang beraneka ragam, seperti rasa kebaskebas, hiperestesia, rasa proprioseptik, vibrasi. Adakalanya didapati rasa
nyeri yang tak tertahankan seperti rasa terbakar terutama di malam hari
sehingga pasien tidak dapat tidur, burning feet restless leg syndrome.
32
gangren.
Sistem saraf Motorik
Neuron motorik berasal dari kornu anterior medulla spinalis, terletak
di badan selnya. Serabut motorik keluar dari medulla spinalis melalui radiks
ventralis dan menginervasi organ target melalui saraf perifer.
Gejala motorik dapat terjadi di bagian distal, proksimal, atau
kelemahan pada satu tempat. Neuropati ini sering mengenai ujung jari kaki
yang menyebabkan atrofi otot-otot
33
parasimpatis. Di perifer,
dan
sedang
di
tungkai
bawah
dan
kaki.
Hipertrigliserimia,
34
glukosa
kronis,
glikosilasi
nonenzimatik
kolagen
dan
aureus
dan
streptokokus
-hemolyticus
adalah
35
36
37
38
Pasien dengan infeksi berat (grade 4), luka dalam, dicurigai adanya
keterlibatan tulang dan sendi, serta menunjukkan tanda iskemia berat (gangren)
harus dirawat inap. Karena pada keadaan ini dibutuhkan banyak tindakan seperti
pembedahan ( debridemen, drainase, reseksi tulang atau revaskularisasi), terapi
cairan, dan pemantauan gula darah yang ketat (biasanya menggunakan terapi
insulin).
Terapi Empiris Antibiotik
Drainase infeksi secara invasif menjadi lini pertama dalam penatalaksanaan
semua ulkus, terutama jika terdapat abses yang disertai dengan keadaan sindrom
kompartemen, nekrosis luas, atau selulitis nekrosis. Hasil dari randomized clinical
trials menunjukkan bahwa antibiotik sistemik mempunyai makna klinis pada
pasien dengan kaki diabetik. Terapi empiris yang diberikan pada pasien dengan
kaki diabetik infeksi harus mampu mencakup patogen yang paling umum
menyerang dan hal ini harus berdasarkan epidemiologi patogen dari infeksi kaki
diabetik.
39
dapat
dipertimbangkan.
Idealnya
tindakan
revaskularisasi
40
bahwa jaringan sudah tidak layak dan harus dibuang. Tulang yang lunak berwarna
abu-abu menandakan nekrosis dan harus direseksi untuk membersihkannya. Bau
adalah indikator yang paling bagus dalam menilai keberhasilan debridement, jika
luka post debridement tidak berbau, maka bisa menjadi tanda bahwa debridement
berjalan dengan baik.
Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
NPWT adalah terapi adjuvant noninvasif yang menggunakan kontrol tekanan
negatif menggunakan Vacum assisted closure device (VAC) untuk membantu
penyembuhan luka dengan menghilangkan cairan yang dihasilkan dari luka
terbuka melalui sealed dressing dan tube yang disambungkan dengan kontainer
penampung.8 NPWT memberikan tekanan subatmosfer secara intermiten atau
terus-terusan dengan tekanan sebesar 50-175 mmHg.9
NPWT paling bagus dilakukan pada ulkus pada stage III dan IV dengan
inadekuat atau jaringan granulasi yang buruk serta banyak terdapat eksudat.
Secara umum, NPWT bisa digunakan pada luka kronik yang ukurannya berkurang
tidal lebih dari 30% setelah empat minggu dilakukannya debridement, atau pada
luka dengan cairan eksudat yang banyak, yanh tidak bisa ditatalaksana secara
efektif hanya dengan mengganti perban.8.9
Pencegahan
Pencegahan terjadinya ulkus KD adalah dengan melakukan pengontrolan kadar
gula darah ketingkat kadar gula darah yang normal dirumah. Termasuk
keterampilan mengatur diet penggunaan obat-obatan.
-
DAFTAR PUSTAKA
41
1. Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Konsesus Pencegahan dan Pengelolaan Nasional Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia, Perkeni, 2008.
3. Synder RJ, et al. Consensus recommendations on advancing the standard
of care for treating neuropathic foot ulcers ini patients with diabetes. 2010
4. American Diabetes Association. Consensus development conference
diabetic foot wound care. Diabetes care. 1999; 22(8). 1354-9.
5. Apelqvist J, bakker K, Hotum W, Schaper N. Practical guidelines on the
management and prevention of the diabetic foot. Diabetes Metab Res Rev.
2008; 24(1). 1817.
6. Frykberg R, et al. Diabetic foot disorders: Clinical practice guideline
(2006 revision). The journal of foot & ankle surgery. 2006; 45(6).
7. Mendes JJ, Neves J. Diabetic foot infections: Current diagnosis and
treatment. The Journal of Diabetic Foot Complications. 2012; 4(2). 26-45
8. ClaytonW, Elasy TA. Review of the pathophysiology, classification, and
treatment of foot ulcers in diabetic patients. Clinical Diabetes. 2009; 27(2).
52-7
9. Lipsky BA,et al. Diagnosis and treatment of diabetic foot infections. CID;
2004; 39. 886-903.
10. Nain SP, Uppal S, Garg R, Bajaj K, garg S. Role of negative pressure
wound therapy in healing of diabetic foot ulcers. Journal of surgical
technique and case report. 2011; 3(1). 17-9
11. Kirby M. Negative pressure wound therapy. The british journal of diabetes
42