Asas-Asas Hukum Agraria
Asas-Asas Hukum Agraria
Asas-Asas Hukum Agraria
Karena
pihak menggunakan
disatu
hukum
pihak
Barat.
menggunakan
Bagi
golongan
hukum
Indonesia
Adat
asli
dilain
(pribumi)
berlakuhukum Adat, sedangkan hukum adat antara satu daerah dengan daerahlainnya
selalu berlainan. Untuk golongan Timur Asing dan Tionghoa berlakuhukum Barat. Bagi
golongan Timur Asing bukan Tionghoa berlaku hukum Baratpula tetapi hanya mengenai
hukum kekayaan dan waris.
Pada tahun 1854 Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan RegeringReglement
Tahun 1854, kemudian disusul Agrairsche Wet yang diundangkan pada Tahun 1870
No. 55 dengan Peraturan pelaksanaannya yang disebut Agrarisch Besluit. Pasal 1
Agrarisch Besluit mengatur tentang atau dikenaldengan pasal Domeinverklaring yang
menyatakan bahwa semua tanah yang orang lain tidak dapat membuktikan bahwa
tanah itu milik (eigendom) nya, maka tanah itu adalah tanah milik negara. Lahirnya
Agrarische Wet dan Agrarisch Besluit ini bertujuan untuk memberi kemungkinan dan
jaminankepada
modal
besar
asing
agar
dapat
berkembang
di
Indonesia
memulai membuat
rancangan
penyusunan
Hukum
oleh
Sarimin
Reksodihardjo,
oleh
Singgih
Ruang lingkup hukum agraria sangat luas yang meliputi bumi (tanah), air,ruang angkasa
(kekayaan alam yang tekandung di dalamnya). Apabila ruanglingkup hukum agraria tersebut
diudangkan, maka hukum agraria dapatmencakup yaitu, hukum pertanahan, hukum
pertambangan, hukum perikanan,hukum perkebunan dan pertanian, hukum perikanan
(laut, sungai dandaratan), dan hukum yang mengatur tentang pnguasaan dan
penggunaanruang angkasa.
Hukum Agraria meliputi bumi atau permukaan bumi (tanah), air dan ruangangkasa.
Termasuk klasifikasi air di sini adalah termasuk laut, sungai, danau danlainnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan bumi (tanah) adalah daratan.Sedangkan yang
dimaksud dengan ruang angkasa adalah ruang di atas bumidan perairan.Perairan (laut)
merupakan bagian dari hukum agraria, yang bisa diambilmanfaatnya untuk kemakmuran rakyat
Indonesia.
Hasil
dari
perairan
Indonesiacukup
dominan
karena
kualitas
dan
kuantitasnya. Dari hasil alam yang banyak ini agar bisa dimanfaatkan untuk
kemakmuran rakyat harus diatur denganketentuan perundang-undangan.
Bumi yang terdiri dari daratan adalah merupakan obyek dari hukumagraria yang paling dominan
bila dibandingkan dengan perairan dan ruangangkasa. Hukum Agraria harus mengatur
cara penggunaan bumi demikemakmuran bangsa. Dari ruang lingkup hukum agraria
tersebut dapat disimpulkan, bahwa pengertian hukum agraria adalah keseluruhan
peraturan dan keputusan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
perseorangan yangbekenaan dengan penguasaan dan penggunaan atas bumi (tanah),
air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Pengertian hukum
agraria tersebut kemungkinan sangat luas, dan kalau dipersempit adalah segala peraturan
atau norma hukum yang mengatur hubungan hukum antar orang perseorangan yang
berkenaan denganpenguasaan hak atas tanah dan penggunaannya.Di dalam Kamus
Hukum yang ditulis oleh R. Subekti dan Tjitrosudibyo (1969 :46 dan 9), mengartikan
Hukum Agraria ( Agrarisch recht) adalah keseluruhanketentuan-ketentuan hukum, baik
hukum perdata, maupun hukum tatanegara( staatsrecht ) maupun pula Hukum Tata Usaha
Negara (administratief recht) yang mengatur hubungan antara orang, termasuk badan
hukum, denganbumi, air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah Negara dan
mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-hubungan
tersebut. Sedangkan pengertian agraria adalah urusan tanah dan segala apa yang
ada di dalam dan di atasnya.Gouw Giok Siong (Sudargo Gautama) mengartikan Hukum
Agraria lebih luas daripada Hukum tanah1
Utrecht, mendefinisikan Hukum Agraria (hukum tanah) sebagai bagian dari hukum
tata usaha negara, yang menguji perhubungan-perhubunganhukum istimewa yang
diadakan akan memungkinkan para pejabat yangbertugas mengurus sal-soal tentang agraria,
melakukan tugas mereka.2
Menurut W.L. G. Lemaire, bahwa hukum agraria mengandung bagian-bagian daripada
hukum privat, maupun hukum tata negara dan hukumadministratif, juga dibicarakan
sebagai suatu kelompok hukum yang bulat.Pendapat Lemaire sama dengan Utrecht,
1
2
Boedi Harsono, 1971, Sejarah Undang-Undang Pokok Aggaria, Jambatan, Jakarta, hlm. 18-19.
Ibid, hlm. 19.
bahwa hukum agraria adalahhukum tanah administratif saja, bukan hukum tanah yang
tunduk pada hukum adat.3
Dalam Kamus Hukum Fockema Andreae disebutkan bahwa hukum agraria (agrarisch
recht) adalah keseluruhan peraturan-peraturan hukummengenai usaha dan tanah
pertanian. Di Belanda Hukum Agraria terbagidalam beberapa bidang hukum (hukum
pedata dan hukum tata usahanegara).J. Valkhoff dalam kamus hukum ENSIE (hal.483)
hukum agraria adalahperatuan-peraturan hukum yang mengatur lembaga-lembaga
hukum yangmengenai penguasaan tanah.4
Tujuan Undang-Undang Pokok Agraria
Tujuan pokok UUPA sebagaimana disebutkan dalam penjelasan umumadalah sebagai
berikut :
a. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan
merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadaan bagi Negara dan rakyat,
terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur;
b. meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam
hukum pertanahan;
c.meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.
3. Asas-Asas Dalam UUPA
Dalam UUPA dimuat adanya beberapa asas hukum agraria nasional sebagai dasar yang menjiwai
pelaksanaan UUPA. Asas-asas UUPA tersebutadalah :
a. Asas Kenasionalan, artinya bahwa seluruh wilayah Indonesia terdiri dari bumi,air, dan
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan
kekayaan nasional milik bangsa Indonesia yang harus dipergunakan atau dimanfaatkan
untuk kepentingan dan kemakmuran atau kesejahteraan rakyat Indonesia (Pasal 1 ayat
(1, 2, 3) UUPA).
3
4
b. Asas kekuasaan (dikuasai) oleh Negara, artinya Negara bukan sebagai pemilik, tetapi
sebagai
organisasi
kekuasaan
tertinggi
yang
berwenang
(a)mengatur
dan
hukum tidak tertulis. Dasar hukum tidak tertulis adalah hukum adat (Pasal 5UUPA),
sedangkan dasar hukum tertulis antara lain yaitu :
1. Pasal 33 UUD 1945
2. UU Pokok Agraria ( No. 5 Tahun 1960)
3. UU Pertambangan (UU No. 11 Tahun 1967)
4. UU Sumber Daya Air (UU No. 7 Tahun 2004)
5. UU Perkebunan (UU No. 18 Tahun 2004)
6. UU Kehutanan (UU No.19 Tahun 2004)
7. UU Penataan Ruang (UU No. 26 Tahun 2007)
8. UU Perikanan (UU No. 31 Tahun 2004)
9. UU Wakaf (UU No.41 Tahun 2004)
10. Peraturan-peraturan lainnya yang berkenaan dengan UU Pokok Agraria.
Dalam pasal 33 UUD 1945 dinyatakan bahwa, Bumi dan air dan ruang angkasa serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu dalam Pasal 1 ayat (1) UUPA
ditentukan bahwa, seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah, air dan seluruh
rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Selanjutnya dalam ayat (2)
dinyatakan bahwa, seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dalam wilayah RI sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah
bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
5. Hak-Hak Atas Tanah
Hak atas tanah yang diatur dalam pasal 16 UUPA ada beberapa macam yaitu:
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
f. Hak Membuka Tanah
6. Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 UUPA. Pasal 19 ayat (1) UUPA menyebutkan bahwa,
untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1), Pasal 32 ayat (1), dan
Pasal 38 ayat(1) UUPA jo. Pasal 43 PP.No. 40 Tahun 1996 bahwa, terjadinya dan
hapusnya hak milik, hak guna usaha, hak bangunan dan hak pakai harus didaftarkan
sebagaimana ditentukan oleh pasal 19 UUPA.Peraturan Pemerintah yang dimaksud oleh
Pasal 19 ayat (1) UUPA adalah Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 sebagai
pengganti Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah.
Obyek pendaftaran tanah menurut Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997 yakni : (a) bidang tanah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak
pakai; (b) tanah hak pengelolaan; (c) tanah wakaf; (d) hak milik atas rumah susun; (e) hak
tanggungan; dan (f) tanah Negara.
Tujuan utama Pendaftaran Tanah yaitu untuk :
a. memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
suatu bidang tanah;
b.menyediakan
informasi
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan
termasuk Pemerintah mengenai data suatu bidang tanah dan satuan rumah susun yang
sudah terdaftar;
c. terselenggaranya tertib administrasi pertanahan (Pasal 3 PP. No. 24 Tahun1977).