Fix Kimfar Titrasi IOD
Fix Kimfar Titrasi IOD
Fix Kimfar Titrasi IOD
Disusun oleh :
1. Lestari Hutasoit
2. Wikayati Rahmadani
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan analisis
sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif seperti
identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar
suatu senyawa.
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis senyawa turunan antibiotik yakni
amoxicillin yang selanjutnya akan ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode
iodometri.
Amoksilin adalah salah stu obat antibiotic yang banyak diresepkan di Indonesia.
Bahkan orang awam sering kali ditemukan membeli obat ini secara bebas tanpa resep dokter.
Perlu perhatian bahwa hal tersebut tidak tepat karena penggunaan antibiotic yang tidak pada
tempatnya malah menyebabkan seseorang kebal (resisten) terhadap antibiotic.
Amoksilin dapat dikatakan merupakan antibiotic dasar untuk penyakit, biasanya
diberikan untuk pasien anak-anak. Dewasa ini telah banyak diketahui bahwa berberapa jenis
kuman telah kebal terhadap amoksilin. Amoksilin termasuk golongan antibiotic beta
laktamase, yakni antibiotic yang bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri sehingga
bakteri pecah dan mati. Amoksilin diindikasikan untuk bakteri gram positif yaitu bakteribakteri yang banyak ditemukan di kulit, saluran nafas dan saluran kemih.
Analisis senyawa amoxicillin ini dianggap penting khususnya bagi mahasiswa farmasi
karena sebagaimana diketahui senyawa turunan antibiotik diketahui memiliki beberapa
aktivitas farmakologis diantaranya menghambat sintesis peptidoglikan atau proses penting
dalam kehidupan suatu mikroorganisme. Meskipun ada efek samping seperti reaksi
hipersensitivitas dan menimbulkan resistensi, tetapi itulah pentingnya dilakukan analisis
untuk melihat bagaimana kualitas mutu dari sediaan yang dibuat. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
B. Tujuan
senyawa
BAB II
ISI
I.
Dasar Teori
I.1 Iodometri
Kalium iodida haruslah bebas dari iodat karena kedua zat ini berada dalam suasana
asam yang akan bereaksi dengan cara membebaskan iod. Reaksi reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
1.4 Amoksisilin
2.
menunjukkan
rapuh
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
5. Kalium Klorida
Nama resmi
Sinonim
RM/BM
Pemerian
: zat tambahan
: sebagai indicator
: dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering
: Kalii iodide
: kalium iodide
: KI / 166,00
: hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, putih atau
8. Natrium Tiosulfat
Nama resmi
Sinonim
RM
BM
Pemerian
: zat tambahan
: sebagai pelarut
: dalam wadah tertutup baik
: natri thiosulfas
: Natrium tiosulfat/ hipo
: Na2S2O3, 5H2O
: 248,17
: Hablur besar tidak berwarna/ serbuk hablur kasar. Dalam
2. Metode
Prinsip percobaan iodometri adalah berdasarkan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) antara
I2 dan S2O32- dalam suasana asam tehadap indicator amylum. I 2 dihasilkan dari reaksi
KIO3/K2Cr2O7 dengan KI berlebih. Titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna yang
terjadi dari biru ke hijau (zbp : K2Cr2O7) atau dari biru ke biru lemah (zbp : KIO3).
Reaksi dari percobaan ini adalah
Zbp KIO3 :
IO3 + 5I + 6 H 3I2+ 3 H2O
I2 + 2S2O32- (biru) 2I- + S4O62- (biru Lemah)
Zbp K2Cr2O7 :
Cr2O72- + 6I + 14 H 2Cr3-+ 3I2 + 7 H2O
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62(biru)
(hijau)
Natrium tiosulfat
Aquades
4. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,01 N
Timbang 1,241g Na2S2O3 dalam kaca arloji pada timbangan analitik
Kemudian larutan diencerkan dengan aquades bebas CO2 sampai tanda batas,
kemudian tutup dan beri label
2. Pembuatan larutan KIO3 0,05 N
Timbang 18,5 g Kristal KIO3 dengan kaca arloji pada neraca analitik
Masukkan serbuk kedalam labu ukur 500 ml dan dilarutkan dengan aquades
Aduk sampai homogen dan larutan diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas
3. Pembuatan larutan K2Cr2O7
Timbang 0,25 g K2Cr2O7 dalam kaca arloji pada neraca analitik
Aduk sampai homogen dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
5. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Titrasi
No Proses Titrasi
1
Titrasi ke 1
2
Titrasi ke 2
6. Perhitungan
Sampel Aspirin yang digunakan : 5 tablet, digerus kemudian diperoleh 3,2210 g
Sampel
Tablet 1
Tablet 2
Tablet 3
Tablet 4
Tablet 5
Rata-rata
0.6094
0.609268
0,25 g 1000
x
49
100ml
N K2Cr2O7 = 0,0510 N
V Na2S2O3 X N Na2S2O3 . = V K2Cr2O7. N K2Cr2O7
N Na2S2O3 .
N Na2S2O3 .
10 ml X 0,0510 N
45,4 ml
= 0,0110 N
I2 (0,1 N)
V1
N1
V2
N2
79 ml
0,0110 N
10 ml
0,0869 N= 0,1N
V1. N1 = V2. N2
79 ml x 0,0110 N = 10 ml x N2
0,869
= 10 ml x N2
N2 = 0,0869 N
Namoksisilin
= 0,01463 N
0,01463 =
1000
X 100
VX
=
=
66 mg
9,9 ml X 45
N NaOH = 0,14 N
1. Titrasi Iodometri (Amoksisilin-Na2S2O3)
VNaOH
0,4 Ml
0,6 mL
NNaOH
0,14 N
0,14 N
VAspirin
100 Ml
100 mL
NAspirin
X
Y
Normalitas =
gram x 1000
Mr X mL
Normalitas Aspirin =
0,0007 N
Gram Aspirin
5.
% Kadar
Bobot analit
kadar=
x 100
Volume Sampel
kadar=
3,77
x 100
6,1
kadar=61,80
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, didapat sampel dalam sediaan suspensi dengan
volume sampel sebanyak 6,1 ml. Amoksisilin adalah salah satu turunan antibiotik.
Antibiotik turunan penisilin dari rumus strukturnya Amoksisilin dapat diidentifikasi
dengan cara spektofotometri uv-vis karena Amoksisilin memiliki gugus kromofor
selain itu Amoksisilin juga dapat diidentifikasi dengan titrasi iodometri pada
percobaan ini kami memilih metode iodometri karena amoksisilin bersifat oksidator
sedangkan I2 bersifat reduktor.
Sebelum dilakukan pengujian dengan titrasi iodometri terlebih dahulu
dilakukan pemisahan antara amoksisilin dari zat tambahannya pada proses pemisahan
dilakukan metode destilasi untuk mendapatkan amoksilin bersifat murni. Adapun
proses hidrolisis pada isolasi ini berfungsi untuk memecah cincin -laktam karena
ketika I2 ditambahkan pada Amoksisilin yang masih memiliki cincin penisilin I 2 tidak
dapat bereaksi dengan oksidator sehingga harus dirubah dalam bentuk asam
penisilatnya agar dapat bereaksi dengan I2 dan dapat ditentukan titik akhir titrasi.
Metode titrasi yang digunakan adalah titrasi iodometri. Titrasi iodometri
adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan I2. Titrasi iodometri termasuk jenis
metode identifikasi yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem iodium-iodida, pada
amoksisilin senyawa yang memiliki oksidasi yang lebih besar dari pada iodium atau
iodida adalah cincin penisilin yang dipecah menjadi asam penisiloat.
Pada saat pengidentifikasian menggunakan iodometri, sampel yang telah
direduksi bereaksi dengan I2 dengan indicator amilum yang menghasilkan titik akhir
berwarna biru. Didapat normalitas sampel sebanyak 0,09 N, kemudian di konversi
kedalam bentuk gram sebesar 3,77 gram. Setelah itu di ubah kembali dalam bentuk %
kadar dan didapat % kadar sebesar 61,80%.
G.
KESIMPULAN
Pada penentuan kadar amoksisilin pada sampel berbentuk suspensi didapat %
kadar sebesar 2,10%.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penetuan kadar tablet aspirin dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa
alkalimetri dimana penetuan kadar asam dengan menggunakan larutan standar basa
dimana titik akhir titrasi ditandai saat terjadi perubahan warna yang konstan dari tidak
menyatakan kadar aspirin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110% tablet.
Persentase perolehan kembali yang didapatkan adalah sebesar 2,52% yang juga kurang
standar menurut Swartz yang menyatakan nilai rata-rata perolehan kembali sediaan obat
seharusnya antara 98-102 % dari nilai teoritis.
DAFTAR PUSTAKA
Basset. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Halaman 261.
Chang. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga. Halaman 439.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Halaman 31.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Goenawan. 1988. Kimia Larutan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Halaman 6.
Swartz, M.E., and Krull, I.S.. 1997. Analytical Method Development and Validation.
Marcell Dekker, USA.
Wilmana, P. F. 1995. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.