Fix Kimfar Titrasi IOD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

MENGHITUNG KOSENTRASI AMOKSISILIN DALAM TABLET DENGAN


MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI

Disusun oleh :
1. Lestari Hutasoit
2. Wikayati Rahmadani

PROGRAM STUDI D III FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLITEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan analisis
sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif seperti
identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar
suatu senyawa.
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis senyawa turunan antibiotik yakni
amoxicillin yang selanjutnya akan ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode
iodometri.
Amoksilin adalah salah stu obat antibiotic yang banyak diresepkan di Indonesia.
Bahkan orang awam sering kali ditemukan membeli obat ini secara bebas tanpa resep dokter.
Perlu perhatian bahwa hal tersebut tidak tepat karena penggunaan antibiotic yang tidak pada
tempatnya malah menyebabkan seseorang kebal (resisten) terhadap antibiotic.
Amoksilin dapat dikatakan merupakan antibiotic dasar untuk penyakit, biasanya
diberikan untuk pasien anak-anak. Dewasa ini telah banyak diketahui bahwa berberapa jenis
kuman telah kebal terhadap amoksilin. Amoksilin termasuk golongan antibiotic beta
laktamase, yakni antibiotic yang bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri sehingga
bakteri pecah dan mati. Amoksilin diindikasikan untuk bakteri gram positif yaitu bakteribakteri yang banyak ditemukan di kulit, saluran nafas dan saluran kemih.
Analisis senyawa amoxicillin ini dianggap penting khususnya bagi mahasiswa farmasi
karena sebagaimana diketahui senyawa turunan antibiotik diketahui memiliki beberapa
aktivitas farmakologis diantaranya menghambat sintesis peptidoglikan atau proses penting
dalam kehidupan suatu mikroorganisme. Meskipun ada efek samping seperti reaksi
hipersensitivitas dan menimbulkan resistensi, tetapi itulah pentingnya dilakukan analisis
untuk melihat bagaimana kualitas mutu dari sediaan yang dibuat. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
B. Tujuan

1. Dapat mengetahui dan memahami cara analisis kuantitatif senyawa amoxicillin


dengan menggunakan metode iodometri.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar
menggunakan metode iodimetri

senyawa

amoxsilin dalam tablet

BAB II
ISI

I.

Dasar Teori
I.1 Iodometri

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan


senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem
iodium-iodida atau senyawa senyawa yang bersifat oksidator. Pada iodometri, sampel yang
bersifat oksidator direduksi dengan KI berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang
selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyaknya volume natrium
tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara
dengan banyaknya sampel. (Gholib, 2007) Sebaiknya indikator amilum ditambahkan pada
saat titrasi mendekati titik ekivalen karena amilum dapat memebentuk kompleks yang stabil
dengan iodin.
Idiometri adalah suatu sistem titrasi dengan menggunakan larutan iodium sebagai
penitrasinya, sedangkan idiometri adalah suatu sistem titrasi yang menghasilkan iodium
dengan menggunakan larutan tiosulfat sebagai penitrasinya. Dasar-dasar dari analis
iodiometri dan iodometri merupakan reksi kesetimbangan.
I2 + 2e 2IKesembangan reaksi tersebut diatas dapat berjalan ke kanan atau ke kiri. Pada reaksi
yang pertama iodium bekerja sebagai oksidator, sedangkan pada reaksi yang kedua iodida
bekerja sebagia reduktor (Khopkar, 2002).
Pada reasi pertama zat yang akan di titrasi memiliki sistem oksidasi-reduksi potensial
yang lebih rendah dari reaksi kedua, jadi pada reasi kedua memiliki sistem oksidasi-reduksi
potensial yang lebih tinggi dari pada sistem iodium-iodida, atau pula dapat dikatakan bahwa
zat oksidator yang lebih rendah di oksidasi oleh iodium, dan zat oksidator yang lebih kuat
akan membebaskan iodium dari iodida-iodida ( Underwood, 1999).
1.2 Proses-proses Indikator Langsung
Iodometri langsung adalah titrasi dimana dipakai larutan baku I2 sebagai larutan
peniter. Reaksi tersebut adalah :
I2 + 2e- 2I. Zat zat penting yang merupakan zat
pereduksi cukup kuat untuk dititrasi dengan iod adalah tiosulfat, arsen (III), stibium (III),
sulfida, sulfit, timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari beberapa zat ini bergantung
pada konsentrasi ion hidrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat dapatlah
reaksi dengan iod itu dibuat kuantitatif. Iod hanya sedikit sekali dapat larut dalam air, namun
sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk kompleks triiodida
dengan iodida yaitu dengan tetapan kesetimbangan sekitar 710 pada 25C. Ditambahkan
iodida berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan menurunkan keatsirian iod. Biasanya

ditambahkan 3% sampai 4% bobot KI kedalam larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya


disumbat baikbaik. Iod cenderung dihidrolisis dengan membentuk asam iodida dan
hipoiodit.
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi tidak dapat
dilakukan dalam larutan yang sangat basa, dan larutan standar iod haruslah disimpan dalam
botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh cahaya matahari. Asam hipoiodit dapat
juga diubah menjadi iodat dalam larutan basa. Larutan iod standar dapat disiapkan dengan
menimbang langsung iod murni dan melarutkannya serta mengencerkan dalam sebuah labu
volumetri. Iod itu dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan kedalam larutan KI pekat,
yang ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudah penambahan iod. Tetapi biasanya
larutan itu distandarkan terhadap standar primer, yang paling lazim digunakan adalah As2O3
(Underwood, 1999).
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indikatornya
sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung kepada pelarut seperti
tetraklorida atau kloroform, dan kadang kadang ini digunakan dan mendeteksi titik akhir
reaksi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan (dispersi koloid ) kanji, karena
warna biru tua kompleks pati iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod.
Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada larutan netral dan
lebih besar dengan adanya ion iodida.
Mekanisme yang eksak pembentukkan kompleks itu belum diketahui. Tetapi
dibayangkan bahwa molekul iod diikat pada permukaan betha amilosa, yaitu suatu konstituen
kanji. Konstituen kanji lain, alpha amilosa atau amilopektin membentuk kompleks kemerahan
dengan iod, warna yang tidak mudah dihilangkan. Oleh karena itu kanji yang banyak
mengandung amilopektin sebaiknya tidak digunakan.
1.3. Proses Iodometri tidak Langsung
Kalium iodida berlebih dapat ditambahkan pada banyak zat pengoksid kuat agar dapat
dianalisis dan kalium iodida ini dapat digunakan untuk mentitrasi iod yang dibebaskan. Hal
ini dikarenakan banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan
iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, bahwa titrasi dengan arsen (III) memerlukan larutan yang sedIkit sekali basa.
Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil dalam menangani larutan kalium iodida untuk
menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidasi oleh oksigen dari udara. Reaksi ini
berjalan lambat dalam larutan netral, namun lebih cepat dalam asam dan dipercepat oleh
cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodida kedalam suatu larutan asam dari suatu
zat pengoksid, larutan tidak boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara, karena
akan terbentuk tambahan iod oleh reaksi tersebut diatas. Nitrit tidak boleh ada karena garam
ini akan direduksi oleh ion iodida menjadi nitrogen monoksida, yang kemudian dioksida
kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara (Svehla, 1990).

Kalium iodida haruslah bebas dari iodat karena kedua zat ini berada dalam suasana
asam yang akan bereaksi dengan cara membebaskan iod. Reaksi reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :

4H+ + 4I- + O2 2I2 + 2H2O


2HNO2 + 2H+ + 2I- 2NO + I2 + 2H2O
4NO + O2 + 2H2O 4HNO2IO3- + 5I- + 6I- 3I2 + 3H2O
1.4 Natrium Tiosulfat
Larutan natrium tiosulfat adalah larutan standar yang biasa digunakan dalam
kebanyakan proses iodometri. Garam ini lazimnya digunakan sebagai pentahidrat. Larutan ini
tidak boleh distandarkan berdasarkan penimbangan langsung, melainkan harus distandarkan
terhadap suatu standar primer.
Larutan natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan
belerang akhirnya masuk kedalam larutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan
pembentukkan ion sulfit dan sulfat juga belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan
kekeruhan ; bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Biasanya air yang digunakan untuk
menyiapkan larutan tiosulfat didihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau
natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung lambat. Tetapi
runutan tembaga yang kadangkadang terdapat dalam air suling akan mengkatalisis oksidasi
oleh udara ini. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai
endapan mirip susu. Reaksi ni berjalan lambat dan tidak akan terjadi apabila tiosulfat dititrasi
kedalam larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan
tiosulfat jauh lebih cepat daripada reaksi penguraian (Underwood, 1999).
`

1.4 Amoksisilin

Amoksisilin adalah aminopenisilin yang berbeda dari strukturnya dengan ampisilin


yaitu terletak pada penambahan gugus hidroksil pada cincin fenil. pH larutan 1% dalam air =
4,5-6.
struktur dari Amoksisilin :

Nama dan struktur kimia : asam (2S, 5R, 6R) -6 [(R)-(-)-2-amino-2-(phidroksifenil)


asetamido]-3-3-dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3,2,1]-heptana-2-karboksilat
trihidrat.
C16N19N3NaO5S.
Sifat fisikokimia : mengandung tidak kurang dari 90% C 16N19N3NaO5S dihitung sebagai
anhidrat. Amoksisilin berwarna putih, tidak berbau, sukar larut dalam air dan methanol, tidak
larut dalam benzene, tidak larut dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Secara
umum Amoksisilin terdapat dalam bentuk trihidrat.
1.5 Monografi
1. Amoxsilin
Sinonim : amoxicilinum
Pemerian : serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau
Ph : antara 3,5 dan 6,0
Kelarutan : sukar larut dalama air dan methanol; tidak larut dalam benzene,

2.

dalam karbon tetraklorida dan kloroform.


Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali
NaOH
Nama Lain
: Natrium Hidroksida
Rumus Molekul
: Na
Berat Molekul
: 40,00
Pemerian
:
Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras,
dan

menunjukkan

rapuh

susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat

alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.


Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
3. Iodium
Nama Resmi : Iodium
Sinonim : Iodium
RM/BM : I2/ 126,91
Pemerian : keeping atau butir, mengkilat seperti logam hitam kelabu, bau khas
Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam garam iodide, mudah larut
dalam etanol 95% P.
Khasiat : anti infeksi kulit
Kegunaan : sebagai larutan baku
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
4. Amylum Manihot
Nama resmi
: Amylum manihot
Sinonim
: pati singkong
Pemerian
: serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih,

tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan
: praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95% P

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
5. Kalium Klorida
Nama resmi
Sinonim
RM/BM
Pemerian

: zat tambahan
: sebagai indicator
: dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering
: Kalii iodide
: kalium iodide
: KI / 166,00
: hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, putih atau

serbuk butiran putih, hidroskopik


Kelarutan
: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam air

mendidih, larut dalam etanol 95% P, mudah larut dalam gliserol P


Khasiat
: anti jamur
Kegunaan
: sebagai reduktor yang melepas I2
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
6. Asam Sulfat
Nama resmi
: Acidum sulfuricum
Sinonim
: Asam sulfat
RM/BM
: H2SO4 / 98,07
Pemerian cairan kental seperti minyak korosif, tidak berwarna, jika
ditambahkan kedalam air menimbulkan panas
Khasiat
: zat tambahan
Kegunaan
: sebagai katalisator
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
7. Air Suling / Aquades
Nama resmi
: Aqua destilasi
Sinonim
: air suling, aquades
RM/BM
: H2O / 18,02
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

8. Natrium Tiosulfat
Nama resmi
Sinonim
RM
BM
Pemerian

: zat tambahan
: sebagai pelarut
: dalam wadah tertutup baik
: natri thiosulfas
: Natrium tiosulfat/ hipo
: Na2S2O3, 5H2O
: 248,17
: Hablur besar tidak berwarna/ serbuk hablur kasar. Dalam

lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh


Kelarutan
: larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol
Kegunaan
: sebagai penitrasi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

2. Metode
Prinsip percobaan iodometri adalah berdasarkan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) antara
I2 dan S2O32- dalam suasana asam tehadap indicator amylum. I 2 dihasilkan dari reaksi
KIO3/K2Cr2O7 dengan KI berlebih. Titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna yang
terjadi dari biru ke hijau (zbp : K2Cr2O7) atau dari biru ke biru lemah (zbp : KIO3).
Reaksi dari percobaan ini adalah

Zbp KIO3 :
IO3 + 5I + 6 H 3I2+ 3 H2O
I2 + 2S2O32- (biru) 2I- + S4O62- (biru Lemah)

Zbp K2Cr2O7 :
Cr2O72- + 6I + 14 H 2Cr3-+ 3I2 + 7 H2O
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62(biru)

(hijau)

3. Alat dan Bahan


1. Alat
Beker gelas
Pipet volume
Pipet tetes
Bulp
Labu ukur
Erlenmeyer
Buret, klem, statif
Spatula
Batang pengaduk
Neraca analitik
Kaca arloji
2. Bahan
Tablet Amoxsilin
Aquades
Iodium
Amylum manihot / indicator kanji
Kalium klorida
Asam sulfat

Natrium tiosulfat
Aquades

4. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,01 N
Timbang 1,241g Na2S2O3 dalam kaca arloji pada timbangan analitik

Masukkan kedalam beker gelas, kemudian dilarutkan dengan sedikit aquades

Larutan diaduk hingga homogen dan larutan dipindahkan ad kedalam labu


ukur 500 ml

Kemudian larutan diencerkan dengan aquades bebas CO2 sampai tanda batas,
kemudian tutup dan beri label
2. Pembuatan larutan KIO3 0,05 N
Timbang 18,5 g Kristal KIO3 dengan kaca arloji pada neraca analitik

Masukkan serbuk kedalam labu ukur 500 ml dan dilarutkan dengan aquades

Aduk sampai homogen dan larutan diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas
3. Pembuatan larutan K2Cr2O7
Timbang 0,25 g K2Cr2O7 dalam kaca arloji pada neraca analitik

Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahkan sedikit aquades

Aduk sampai homogen dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas

4. Standarisasi Larutan Iodium 0,1 N dengan Larutan Na2S2O3

Dipipet sebanyak 10 ml larutan iodium, dimasukkan dalam erlenmeyer

Ditambahkan 40 ml aquadest kedalam erlenmeyer, dikocok hingga homogen

Ditambahkan 3 ml indicator larutan kanji

5. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N


Timbang 0,41 g NaOH dalam kaca arloji pada neraca analitik
Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahakan aquades sedikit
Aduk larutan sampai homogen dan diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas
6. Penentuan kadar amoksisilin
Tablet amoxsilin yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 3,2210 g
Dilarutkan dengan 500 ml aquades, kemudian disaring
Larutan tersebut diambil 5 ml, kemudian ditambahkan NaOH 0,1 N
sebanyak 10 mldan tambahkan larutan iodium sebanyak 5 ml
Dititrasi sedikit demi sedikit dengan Na2S2O3 berlebih sampai berubah warna
menjadi kuning pucat, kemudian ditambahkan indicator kanji sebanyak 2 ml,
kemudian titrasi kembali sampai berubah warna bening.

5. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Titrasi
No Proses Titrasi
1
Titrasi ke 1
2
Titrasi ke 2

Volume titran yang digunakan


105 ml
28 ml

6. Perhitungan
Sampel Aspirin yang digunakan : 5 tablet, digerus kemudian diperoleh 3,2210 g
Sampel
Tablet 1
Tablet 2
Tablet 3
Tablet 4

Bobot tablet (gram)


0.6094
0.6092
0.6094
0.6093

Tablet 5
Rata-rata

0.6094
0.609268

Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7


BE K2Cr2O7 = 49
gram K2Cr2O7 = 0,25 g
gram K 2 Cr 2 O7 1000
x
N K2Cr2O7 =
BE K 2 Cr 2 O 7
ml
=

0,25 g 1000
x
49
100ml

N K2Cr2O7 = 0,0510 N
V Na2S2O3 X N Na2S2O3 . = V K2Cr2O7. N K2Cr2O7

N Na2S2O3 .

N Na2S2O3 .

10 ml X 0,0510 N
45,4 ml

= 0,0110 N

Pembakuan I2 dengan Na2S2O3


Na2S2O3 (0,005 N)

I2 (0,1 N)

V1

N1

V2

N2

79 ml

0,0110 N

10 ml

0,0869 N= 0,1N

V1. N1 = V2. N2
79 ml x 0,0110 N = 10 ml x N2
0,869

= 10 ml x N2
N2 = 0,0869 N

Titrasi Iodometri (Amoksisilin dengan Na2S2O3)


5ml Amoksisilin + 10 NaOH + 5ml I2
Vamoksisilin. Namoksisilin = V Na2S2O3. N Na2S2O3
5 ml X Namoksisilin
= 66,5 ml X 0,0110 N
0,07315
Namoksisilin
=
5 ml

Namoksisilin

= 0,01463 N

Perhitungan kadar Amoksisilin per tablet


gram
1000
X 100
N
=
X
BE
VX
gram
419,4

0,01463 =

1000
X 100
VX

Gram=BE analit x N analit x V analit

Gram=419,4 x 0,01 463 x 66,5


Gram=408,03 gram

Diperoleh volume titrasi NaOH = 9,9 mL


N NaOH

=
=

66 mg
9,9 ml X 45

N NaOH = 0,14 N
1. Titrasi Iodometri (Amoksisilin-Na2S2O3)
VNaOH
0,4 Ml
0,6 mL

NNaOH
0,14 N
0,14 N

VAspirin
100 Ml
100 mL

NAspirin
X
Y

2. Penetapan Kadar Aspirin


1. Nx
1 =NV
a) 0,4 x 0,14 =V100
2 2. N2
0,056
= 100 x N2
N2
= 0,00056 ........................ (x)
b) 0,6 x 0,14 = 100 x N2
0,084
= 100 x N2
N2
= 0,00084 ........................ (y)

Normalitas rata-rata NaOH = N (x) + N (y)


= 0,00056 N + 0,00084 N
Normalitas rata-rata NaOH = 0,0007 N
Gram Aspirin dalam larutan tersebut ?

Normalitas =

gram x 1000
Mr X mL

Normalitas Aspirin =

0,0007 N
Gram Aspirin

gram Aspirin x 1000


Mr Aspirin X ml larutan
gram Aspirin x 1000
180 X 100 mL

= 0,0126 gram = 12,6 mg

5.

% Kadar
Bobot analit
kadar=
x 100
Volume Sampel
kadar=

3,77
x 100
6,1

kadar=61,80

BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, didapat sampel dalam sediaan suspensi dengan
volume sampel sebanyak 6,1 ml. Amoksisilin adalah salah satu turunan antibiotik.
Antibiotik turunan penisilin dari rumus strukturnya Amoksisilin dapat diidentifikasi
dengan cara spektofotometri uv-vis karena Amoksisilin memiliki gugus kromofor
selain itu Amoksisilin juga dapat diidentifikasi dengan titrasi iodometri pada
percobaan ini kami memilih metode iodometri karena amoksisilin bersifat oksidator
sedangkan I2 bersifat reduktor.
Sebelum dilakukan pengujian dengan titrasi iodometri terlebih dahulu
dilakukan pemisahan antara amoksisilin dari zat tambahannya pada proses pemisahan
dilakukan metode destilasi untuk mendapatkan amoksilin bersifat murni. Adapun
proses hidrolisis pada isolasi ini berfungsi untuk memecah cincin -laktam karena
ketika I2 ditambahkan pada Amoksisilin yang masih memiliki cincin penisilin I 2 tidak

dapat bereaksi dengan oksidator sehingga harus dirubah dalam bentuk asam
penisilatnya agar dapat bereaksi dengan I2 dan dapat ditentukan titik akhir titrasi.
Metode titrasi yang digunakan adalah titrasi iodometri. Titrasi iodometri
adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan I2. Titrasi iodometri termasuk jenis
metode identifikasi yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem iodium-iodida, pada
amoksisilin senyawa yang memiliki oksidasi yang lebih besar dari pada iodium atau
iodida adalah cincin penisilin yang dipecah menjadi asam penisiloat.
Pada saat pengidentifikasian menggunakan iodometri, sampel yang telah
direduksi bereaksi dengan I2 dengan indicator amilum yang menghasilkan titik akhir
berwarna biru. Didapat normalitas sampel sebanyak 0,09 N, kemudian di konversi
kedalam bentuk gram sebesar 3,77 gram. Setelah itu di ubah kembali dalam bentuk %
kadar dan didapat % kadar sebesar 61,80%.

G.

KESIMPULAN
Pada penentuan kadar amoksisilin pada sampel berbentuk suspensi didapat %
kadar sebesar 2,10%.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penetuan kadar tablet aspirin dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa
alkalimetri dimana penetuan kadar asam dengan menggunakan larutan standar basa

dimana titik akhir titrasi ditandai saat terjadi perubahan warna yang konstan dari tidak

berwarna menjadi merah muda (fuchsia).


Kadar aspirin yang didapat adalah sebesar 1,98% pertablet (0,61023 g) dimana hasil ini
tidak memenuhi standar dari ketentuan farmakope Indonesia Edisi.III % yang

menyatakan kadar aspirin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110% tablet.
Persentase perolehan kembali yang didapatkan adalah sebesar 2,52% yang juga kurang
standar menurut Swartz yang menyatakan nilai rata-rata perolehan kembali sediaan obat
seharusnya antara 98-102 % dari nilai teoritis.

DAFTAR PUSTAKA
Basset. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Halaman 261.
Chang. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga. Halaman 439.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Halaman 31.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Goenawan. 1988. Kimia Larutan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Halaman 6.
Swartz, M.E., and Krull, I.S.. 1997. Analytical Method Development and Validation.
Marcell Dekker, USA.
Wilmana, P. F. 1995. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai