Proposal Magang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

STUDI APLIKASI BAKTERI ENDOFIT SEBAGAI BIOFERTILIZER

PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PUSAT


PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA (P3GI), PASURUAN

PROPOSAL MAGANG KERJA


Oleh:
ASTIDHIA NADIA
135040200111062

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

STUDI APLIKASI BAKTERI ENDOFIT SEBAGAI BIOFERTILIZER


PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PUSAT
PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA (P3GI), PASURUAN

PROPOSAL MAGANG KERJA

Oleh:
ASTIDHIA NADIA
135040200111062

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL MAGANG KERJA
JUDUL:
STUDI APLIKASI BAKTERI ENDOFIT SEBAGAI BIOFERTILIZER
PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PUSAT
PENELITIAN PERKEBUNAN GULA INDONESIA (P3GI), PASURUAN

Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapang,

Pembimbing Utama,

Dr. Ir. Budi Prasetya, MP.


NIP

NIP. 196107011987031002

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal Magang Kerja
dengan Judul Studi Aplikasi Bakteri Endofit sebagai Biofertilizer pada
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia (P3GI), Pasuruan.
Proposal ini merupakan syarat sebelum pelaksanaan magang kerja dimulai
pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Budi Prasetya, MP., selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberi masukan dalam penyusunan proposal.
2. Bapak/Ibu selaku pembimbing lapang yang telah memberikan arahan
penyusunan proposal Magang Kerja serta memberikan kesempatan untuk
dapat melaksanakan Magang Kerja di Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI), Pasuruan.
3. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan semangat
dalam penyusunan proposal dan semua pihak yang telah mendukung.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa,
pihak-pihak di lokasi penulis melaksanakan magang kerja, masyarakat umum, dan
berbagai pihak lain serta khususnya bagi penulis.

Malang, 23 Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Tujuan Magang Kerja.............................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum Magang Kerja.......................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus Magang Kerja......................................................2
1.3. Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan..................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................4
2.1. Tanaman Tebu........................................................................................4
2.2. Mikroorganisme Endofit........................................................................5
2.3. Peran Mikroorganisme Endofit..............................................................6
2.4. Mekanisme Infeksi & Perkembangan Endofit dalam Jaringan Inang....10
2.5. Isolasi Bakteri Endofit............................................................................11
2.6. Endofit pada Tanaman Tebu...................................................................11
2.7. Pemanfaatan Endofit pada Tanaman Tebu.............................................12
III. METODE PELAKSANAAN .......................................................................15
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Kerja.....................................15
3.2. Prosedur Pelaksanaan Magang Kerja.....................................................15
3.3. Rencana Kegiatan Magang Kerja

....................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18
LAMPIRAN........................................................................................................21

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Keragaman Endofit pada Tanaman Tebu serta Fungsinya....................12
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Magang.................................................17

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok yang penting. Peningkatan


jumlah penduduk, menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan gula.
Konsumsi gula per kapita penduduk Indonesia sebesar 14,5 kg per kapita per
tahun (Koo dan Taylor, 2011). Akibat peningkatan konsumsi gula oleh penduduk
ini, negara-negara berkembang membutuhkan peningkatan produksi sebesar 1,5
kali untuk memenuhi kebutuhan gulanya. Dari sisi produksi, menurunnya
produktivitas tebu terjadi karena penerapan teknologi on-farm dan off-farm.
Disisi on-farm masalah yang cukup menonjol adalah rendahnya tingkat
produktivitas gula dan ketersediaan lahan di Jawa yang tergeser oleh komoditas
lain dan alih fungsi lahan. Selanjutnya, disisi off-farm banyak Pabrik Gula (PG)
yang secara teknis telah berumur tua sehingga terjadi penurunan efisiensi pabrik
yang memerlukan penggantian peralatan yang terkendala oleh terbatasnya
ketersediaan dana investasi. Banyak PG yang tingkat produktivitasnya tidak
optimal.
Produksi tebu yang menurun, konsumsi gula yang semakin meningkat dan
efisiensi PG yang rendah merupakan masalah besar yang perlu dicari solusinya.
Alasannya, gula merupakan bahan pangan yang esensial bagi masyarakat
Indonesia dan pemerintah berkewajiban menyediakan gula secara cukup. Gula
juga merupakan barang strategis, dan bahan makanan pokok (berdasarkan
keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 115/MPP/KEP/2/1998).
Pemerintah mentargetkan swasembada gula pada tahun 2019 untuk
memenuhi kebutuhan gula nasional (baik untuk konsumsi langsung rumah tangga
maupun industri), namun perkembangan produksi gula di Indonesia dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir ini mengalami penurunan. Saat ini kebanyakan Pabrik
Gula di dalam negeri hanya mampu mengolah tebu dengan tingkat rendemen
sekitar 7%, yang berarti dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan
diperoleh gula sebanyak 7 kg saja. Dengan tingkat rendemen 7%, Indonesia hanya
mampu memproduksi gula sekitar 2,4 juta ton (Soemitro Samadikun, Ketua
Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)), Padahal dalam Rencana

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah mentargetkan


produksi gula mencapai 3,8 juta ton pada tahun 2019.
Oleh karena itu, untuk dapat mencapai target tersebut perlu dilakukan
kegiatan dalam rangka pengembangan dan peningkatan produktivitas tanaman
tebu. Pendekatan ekstensifikasi dalam peningkatan produksi tebu untuk mencapai
swasembada gula cukup sulit untuk tercapai sehingga kemungkinan yang dapat
dilakukan adalah melalui program intensifikasi perkebunan tebu. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mendukung program intensifikasi adalah dengan
pemanfaatan bakteri endofit. Secara alami, tanaman tebu mampu berasosiasi
dengan bakteri endofit selama pertumbuhannya untuk memperoleh hara maupun
sumber ketahanannya dari hama maupun penyakit. Dalam proposal magang kerja
ini akan dibahas mengenai peran bakteri endofit dalam meningkatkan kesehatan
tanaman tebu untuk mendapatkan pertanaman tebu dengan produktivitas dan
rendemen optimal.
1.2 Tujuan Magang Kerja
1.2.1 Tujuan Umum Magang Kerja
-

Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh


di bangku perkuliahan dengan praktek secara langsung di lapang.

Mahasiswa mampu meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara


teori dan penerapannya sebagai bekal untuk terjun langsung ke
masyarakat.

Mahasiswa belajar mengintegrasikan diri dan diharapkan mampu bekerja


sama dalam tim baik di laboratorium maupun di lapangan dengan cara
mempelajari situasi dunia kerja.

Memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan jenjang program S1 Minat


Manajemen Sumberdaya Lahan, Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

1.2.2 Tujuan Khusus Magang Kerja


-

Mempelajari lingkup kerja dan struktur keorganisasian beserta fungsi dan


tugas unit di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Pasuruan.

Mempelajari mekanisme infeksi dan perkembangan endofit dalam jaringan

tanaman serta teknik isolasi bakteri endofit pada tanaman tebu.


Mengetahui jenis bakteri endofit yang mampu bersimbiosis dengan
tanaman

tebu

dan

berpotensi

sebagai

salah

satu

agen

pupuk

hayati/biofertilizer.
-

Mengetahui peran dan pemanfaatan bakteri endofit pada tanaman tebu.


1.3 Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan
Sasaran kompetensi merupakan segala sesuatu yang akan dicapai setelah

berakhirnya kegiatan Magang Kerja. Sasaran kompetensi yang diharapkan dari


kegiatan Magang Kerja di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), ini
antara lain:
-

Mahasiswa memiliki etos kerja yang baik ketika bekerja pada perusahaan.

Mahasiswa mampu mengaplikasikan dengan tepat bakteri endofit sebagai


agen pupuk hayati/biofertilizer pada jaringan tanaman tebu.

Mahasiswa memperoleh pemahaman tentang hubungan antara teori yang


telah didapatkan pada bangku perkuliahan dengan aplikasi di lapangan.

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pengetahuan yang


telah didapat selama kegiatan magang kerja untuk menjalin komunikasi
dengan para ahli di bidang pertanian.

Mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di lapangan


serta menciptakan inovasi terhadap solusi yang diberikan, khususnya
dalam pengelolaan kesuburan tanah pada lahan tanaman tebu.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam famili


Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies
paling penting dalam genus Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi
dan kandungan seratnya paling renda (Wijayanti, 2008). Beberapa peneliti
berkesimpulan bahwa tanaman tebu berasal dari India, berdasarkan catatancatatan kuno dari negeri tersebut. Bala tentara Alexander the Great mencatat
adanya tanaman di negeri itu ketika mencapai India pada tahun 325 SM
(Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005). Adapun klasifikasi ilmiah dari tanaman
tebu menurut Tarigan dan Sinulingga (2006) adalah sebagai berikut; Kingdom:
Plantae;

Divisi:

Spermathopyta;

Sub-

Divisi:

Angiospermae;

Kelas:

Monocotyledone; Ordo: Graminales; Famili: Graminae; Genus: Saccharum;


Spesies: Saccharum officinarum L.
Tanaman tebu mempunyai batang yang tinggi, tidak bercabang dan
tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3-5
meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan
keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas
batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun. Pada ketiak
daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut mata tunas. Bentuk ruas batang
dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam
pengenalan varietas tebu (Wijayanti, 2008).
Tebu memiliki daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari helai daun
dan pelepah daun saja. Daun berkedudukan pada pangkal buku. Panjang helaian
daun antara 1-2 meter, sedangkan lebar 4-7 cm, dan ujung daunnya meruncing
(Supriyadi, 1992). Pelepah tumbuh memanjang menutupi ruas. Pelepah juga
melekat pada batang dengan posisi duduk berselang-seling pada buku dan
melindungi mata tunas (Miller dan Gilbert, 2006).
Pada tanah yang sesuai, akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5-1,0
meter. Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung akar-akar muda
terdapat akar rambut yang berperan dalam mengabsorbsi unsur-unsur hara
(Wijayanti, 2008). Tanaman tebu memiliki akar setek yang disebut juga akar bibit,

tidak berumur panjang, dan hanya berfungsi pada saat tanaman masih muda. Akar
ini berasal dari cincin akar dari setek batang, disebut akar primer (Miller dan
Gilbert, 2006). Kemudian pada tanaman tebu muda akan tumbuh akar tunas. Akar
ini merupakan pengganti akar bibit, berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap
ada selama tanaman tebu tumbuh (James, 2004).
2.2 Mikroorganisme Endofit
Mikroorganisme endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme
dengan jaringan tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endoft
dengan tanaman inang bervariasi dari netral, komensalisme sampai simbiosis.
Pada situasi ini tanaman merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme
endofit dalam melengkapi siklus hidupnya (Clay, 1988). Mikroba endofit adalah
mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu
hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan
inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba
endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang
diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetic (genetic recombination) dari
tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit (Tan & Zhou, 2001 dalam Radji,
2005).
Hampir semua tanama vaskular memiliki endofit. Endofit masuk ke dalam
jaringan tanaman umumnya melalui akar atau bagian lain dari tanaman. Bakteri
menembus jaringan tanaman di akar, stomata atau pada bagian tanaman yang luka
(Carrol, 1988). Bakteri endofit merupakan bakteri yang hidup pada jaringan
tanaman tanpa merusak jaringan tanaman tersebut. Bakteri endofit dapat diisolasi
dari permukaan jaringan tanaman yang steril atau diekstraksi dari jaringan
tanaman bagian dalam. Bakteri endofit gram positif dan gram negatif telah banyak
diisolasi dari beberapa jaringan tanaman. Endofit masuk ke dalam jaringan
tanaman terutama melalui akar dan bagian tanaman lain yang terpapar udara luar
seperti bunga, batang, dan kotiledon dapat juga dilalui. Secara khusus, bakteri
masuk ke jaringan melalui jaringan yang berkecambah, akar, stomata, maupun
jaringan yang rusak (Zinniel et al., 2002).
Bakteri endofit adalah bakteri yang berada dalam jaringan tanaman.
Endofit umumnya mengacu pada mikroorganisme yang berada dalam jaringan

pembuluh tanaman dan dapat bergerak bebas di dalam tanaman atau lebih luas
lahi adalah mikroorganisme yang berada dalam jaringan tanaman walaupun tidak
melakukan kolonisasi, atau dengan kata lain bakteri endofit adalah bakteri yang
dapat diisolasi dari tanaman yang telah disterilisasi permukaan (Kloepper et al.,
1999 dalam Aini dan Abadi, 2004). Keberadaan bakteri endofit dalam jaringan
tanaman segat telah banyak dilaporkan terdapat dalam berbagai spesies tanaman
maupun bagian tanaman yang berbeda dan pada umur yang berbeda (ElviraRecuenco et al., 1999 dalam Aini dan Abadi, 2004). Bakteri endofit telah
ditemukan antara lain pada batang tanaman buncis (Ramamoorthy et al., 2001),
batang kacang kapri dan tomat, umbi kentang (Sturz et al., 1999), batang tanaman
kapas (Reva et al., 2002), serta tanaman tebu (Ramamoorthy et al., 2001).
Sebenarnya bakteri endofit maupun rhizobakteri lainnya merupakan
bagian dari microflora alamiah dari tanaman yang sehat di lapangan, mereka dapat
dikatakan sebagai kontributor penring bagi kesehatan tanaman (Kloepper et al.,
1999 dalam Aini dan Abadi, 2004). Menurut Haliman et al. (1999) dalam Aini
dan Abadi (2004), telah diketahui pula bahwa bakteri endofit dapat berpengaruh
pada kesehatan tanaman dalam hal: (1) antagonisme langsung atau penguasaan
niche atas patogen, (2) menginduksi ketahanan sistemik, dan (3) meningkatkan
toleransi tanaman terhadap tekanan lingkungan. Karena sifat-sifat tersebut bakteri
endofit telah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hayati penyakit
tanaman bahkan dapat mengurangi serangan hama tanaman (Ramamoorthy et al.,
2001).
2.3 Peran Mikroorganisme Endofit
Endofit secara alami merupakan bagian dari tanaman sehat, karena itulah
endofit didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan
tanaman tanpa menimbulkan efek negatif (Ghimire dan Hyde, 2004). Meskipun
pada perkembangannya saat ini yang dikategorikan saat ini yang dikategorikan
endofit adalah semua mikroorganisme yang hidup di dalam jaringan tanaman baik
bersifat netral, menguntungkan maupun merugikan (Backman dan Sikora, 2008).
Endofit unmumnya berasal dari golongan jamur ataupun bakteri. Sekitar
300.000 spesies tanaman diketahui merupakan inang endofit (Strobel et al., 2004)
dengan berbagai bentuk hubungan seperti simbiosis mutualistik, komensalistik,

dan parasitik (Aly et al., 2011). Dalam satu tanaman bisa terdapat beberapa
spesies bakteri endofit baik gram positif maupun gram negatif (Kobayashi dan
Palumbo, 2000). Sedangkan jamur endofit umumnya memiliki inang yang
spesifik,

meskipun

ada

juga

genus-genus

seperti

Phomopsis,

Phoma,

Colletotrichum, dan Phyllosticta memiliki inang yang cukup luas (Aly et al.,
2011). Isolasi jamur endofit dari berbagai jenis tanaman yang tumbuh mulai
dataran rendah hutan tropik Panama sampai hutan semi kutub (borealis) di
Quebec diperoleh sekitar 1202 isolat jamur endofit (Arnold dan Lutzoni, 2007
dalam Aly et al., 2011).
Endofit dapat berperan sebagai perangsang pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan hasil melalui produksi fitohormon dan penyedia hara; sebagai
penetral kontaminan tanah sehingga meningkatkan fitoremediasi, dan agensia
pengendali hayati. Magnani et al (2010) menemukan Enterobacter, Kluyvera
ascorbate SUD 165 yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman dan resisten
terhadap logam berat. Ghimire dan Hyde (2004) dalam reviewnya mencatat
beberapa fungsi endofit selain yang tersebut di atas, yaitu: mengurangi infeksi
nematode, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stress, memproduksi
metabolit sekunder seperti alkaloid, paxilline, lolitrems dan steroid-steroid
kelompok tertraenone. Berikut peran dari endofit sendiri, antara lain:
2.3.1

Meningkatkan Pertumbuhan dan Ketahanan Tanaman terhadap


Tekanan Abiotik

Mekanisme endofit dalam merangsang pertumbuhan tanaman belum jelas,


kecuali beberapa spesies memiliki kemampuan dalam memproduksi fitohormon
seperti etilen, auksin, sitokinin (Bacon dan Hinton, 2002) atau meningkatkan
kemampuan tanaman dalam menyerap hara (Hallmann et al., 1997). Kelompok
bakteri yang dikenal menghasilkan fitohormon tersebut antara lain adalah:
Pseudomonas, Enterobacter, Staphylococcus, Azetobacter, dan Azospirillum
(Lodewyckx et al., 2002).
Bakteri endofit mampu mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
tanah melalui penyediaan P dan fiksasi N2 (Sturz et al., 2000). Bakteri pemfiksasi
N2 seperti Azospirillum, Enterobacter cloacae, Alcaligenes, Acetobacter
diazotrophicus, Herbaspirillum seropedicae, Ideonella dechlorantans dan

Azoarcus sp. akan menyediakan N2 bagi tanaman-tanaman non-legume sehingga


menurunkan kebutuhan pupuk Nitrogen. Ladha dan Reddy (1995) memperkirakan
sekitar 200 kg N2/ha/th diproduksi oleh bakteri endofit.
Tekanan abiotik seperti kekeringan, suhu tinggi, atau salinitas seringkali
menyebabkan tanaman tidak dapat bertahan hidup. Namun, simbiosis endofit
dengan tanaman mampu memicu inangnya mengaktifkan sistem pertahanannya.
Aly et al., (2011) menyatakan bahwa ada tiga teori yang menjelaskan hal ini.
Pertama suatu endofit yang menghasilkan senyawa oksigen reaktif untuk
mengoksidasi atau denaturasi membrane sel inang akan memicu tanaman
meningkatkan ketahanannya terhadap tekanan yang menimpanya. Kedua, endofit
merupakan mikroorganisme yang peling banyak menghasilkan berbagai macam
antioksidan, asam fenol, dan derivatnya. Senyawa-senyawa tersebut berperan
dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan luar. Glick et al.,
(1988) dalam Lodewyckx et al., (2002) menyatakan bahwa beberapa bakteri
endofit menghasilkan enzim deaminase asam 1-aminosiklopropane-1- karboksilik.
Enzim tersebut berperan dalam pembentukan etilen pada tanaman. Etilen pada
tanaman disintesa ketika tanaman menghadapi tekanan lingkungan, baik biotik
maupun abiotik. Ketiga, simbiosis endofit dengan tanaman mampu meningkatkan
adaptasi tanaman terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan. Sebagai
contoh, keberadaan jamur Neotyphodium coenophialum pada sistem perakaran
tanaman memicu pertumbuhan dan perkembangan akar ke dalam untuk
memperoleh hara dan air sehingga tanaman mampu bertahan dalam kondisi kering
dan cepat pulih jika mengalami stress air (Rodriguez et al., 2009).
Kemampuan

tanaman

bertahan

hidup

pada

tanah-tanah

yang

terkontaminasi logam berat adalah berkat adanya endofit yang memiliki


kemampuan mendegradasi, mengeliminasi, atau menggunakan logam-logam
tersebut dalam sistem metabolismenya (Weyen et al., 2009 dalam Aly et al.,
2011).
2.3.2

Sebagai Agensia Pengendali Hama dan Penyakit

Endofit biasanya hidup di dalam jaringan tanaman yang sama dengan


bakteri atau jamur penyebab penyakit sehingga sangat cocok sebagai agen
pengendali hayati (Berg, 2009). Jumlah terbesar bakteri endofit berada dalam

perakaran, disusul dalam batang dan daun dengan populasi antara 2,0-6,0 log10
CFU per g (Kobayashi dan Palumbo, 2000), sementara patogen di dalam jaringan
tanaman berkisar 7,0-10,0 log10 CFU per g (berat segar) pada tanaman yang
rentan. Bakteri endofit mampu mencegah perkembangan penyakit karena
memproduksi siderofor, menghasilkan senyawa metabolit yang bersifat racun bagi
jamur patogen (Schnider-Keel et al., 2000) atau terjadinya kompetisi ruang dan
nutrisi.
Bakteri endofit juga memiliki kemampuan untuk mereduksi produksi toksin
yang dihasilkan oleh patogen sehingga tidak patogenik terhadap tanaman atau
menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan pathogen. Pada kasus tertentu
keberadaan bakteri endofit juga mampu berperan sebagai disease-suppressive
soils. Saat ini Bacillus mojavensis merupakan bakteri yang dipatenkan sebagai
bakteri endofit yang mempunyai peran penting dalam melindungi tanaman dari
serangan patogen penyebab penyakit sekaligus meningkatkan pertumbuhan
tanaman dalam kondisi kering (drought tolerance) (Bacon dan Hinton, 2002).
Kelebihan lainnya adalah Bacillus mojavensis mampu menginfeksi hampir semua
spesies tanaman
Kelompok bakteri endofit yang berperan sebagai agen pengendali hayati
cukup banyak, antara lain dari genus Bacillus, Pseudomonas, dan Burkholderia
(Lodewyckx et al., 2002). Mereka dikenal menghasilkan antibiotik, antikanker,
anti jamur, antivirus, senyawa volatile, bahkan insektisida. Kim et al., (2002)
melaporkan bahwa Bacillus lentimorbus menghasilkan senyawa alpha dan betaglucosidase yang bersifat anti jamur sehingga mampu menghambat pertumbuhan
patogen Botrytis cinerea. Bakteri tersebut juga digunakan untuk melindungi
tanaman kentang dari infeksi Fusarium sambucinum Fuckel karena adanya
senyawa volatile yang bersifat racun bagi jamur tersebut (Sadfi et al., 2001);
Chrif et al., 2003). B. cereus yang umum ditemukan sebagai bakteri endofit pada
kapas (Gossypium hirsutum), jagung manis (Zea mays), dan tanaman jeruk
(Citrus spp.) (Di Fiori dan Del Gallo, 1995) ternyata mampu menghasilkan
chitinase untuk mendegradasi dinding sel jamur patogen seperti F, sambucinum
(Sadfi et al., 2001), Rhizoctonia solani (Ryder et al., 1999), Helminthosporium
solani (Martinez et al., 2002), Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysporum, dan

Pythium aphanidermatum. Rajendran dan Samiyappan (2008), menemukan


bahwa inokulasi dua strain Bacillus yang merupakan endofit kapas mampu
meningkatkan produksi enzim-enzim yang berkaitan dengan sistem pertahanan
tanaman, yaitu -1- 3-glucanase, peoksidase, polufenol oksidase, fenilalanin
amonialiase dan fenol tanaman inangnya sehingga mampu mengatasi serangan R.
solani, penyebab rebah kecambah. Selain itu, bakteri ini juga menghasilkan
antibiosis dan senyawa perangsang pertumbuhan tanaman.
Kelompok jamur endofit yang berperan sebagai agen pengendali hayati
antara lain adalah Fusarium solani, Acremonium zeae, Verticillium sp., Phomopis
cassia, Muscodor albus, Periconia sp., Ampelomyces sp., Neotyphodium lolii dll.
(Gao et al., 2010). Mekanisme endofit kelompok jamur dalam melindungi
tanaman terhadap serangan patogen ataupun serangga meliputi: (1) penghambatan
pertumbuhan patogen secara langsung melalui senyawa antibiotik dan enzim litik
yang dihasilkan, Rumput Festuca prantesis merupakan tanaman yang kebal atau
tidak disukai oleh herbivora termasuk serangga akibat adanya senyawa alkaloid
loline, yang merupakan insektisida dengan spectrum luas. Belakang diketahui
bahwa senyawa tersebut dihasilkan oleh jamur endofit Neotyphodium uncinatum;
(2) penghambatan secara tidak langsung melalui perangsangan endofit terhadap
tanaman dalam pembentukan metabolit sekunder seperti asam salisilat, asam
jasmonat, dan etilene yang berfungsi dalam pertahanan tanaman terhadap
serangan patogen atau yang berfungsi sebagai antimikroba seperti fitoaleksin; (3)
perangsangan pertumbuhan tanaman sehingga lebih kebal dan tahan terhadap
serangan patogen; (4) kolonisasi jaringan tanaman sehingga patogen sulit
penetrasi; dan (5) hiperparasit (Gao et al., 2010).
2.4 Mekanisme Infeksi dan Perkembangan Endofit dalam Jaringan Inang
Bakteri endofit biasanya masuk pertama kali melalui perakaran sekunder
dengan mengeluarkan enzim selulase atau pektiase, atau bagian atas tanaman
seperti batang, bunga, radikel kecambah, stomata ataupun kotiledon dan daun
yang sobek (Kobayashi dan Palumbo, 2000). Bakteri kemudian berkoloni di titik
tempat dia masuk atau menyebar ke seluruh bagian tanaman (Halmann et al.,
1997) hidup dalam sel, ruang interseluler atau dalam sistem pembuluh. Sumber
inokulum jamur endofit umumnya spora yang terbang di udara, namun bisa juga

ditularkan melalui biji atau vektor serangga (Ghimire dan Hyde, 2004; Aly et al,
2011). Bellone & Silvia (2012) melaporkan bahwa baik bakteri endofit
Azospirillum brasiliense maupun mikoriza Glomus masuk ke dalam jaringan
tanaman tebu melalui akar lateral yang baru tumbuh, kemudian berkembang di
dalam jaringan dan merubah dinding sel untuk memfasilitasi endofit lain
mengkolonisasi.
2.5 Isolasi Bakteri Endofit
Hampir semua endofit berasal dari rhizosfer atau filosfer, meskipun ada
juga yang ditularkan melalui biji. Biasanya diperoleh dari permukaan bagianbagian tanaman yang telah disteril dengan sodium hypochlorite atau diekstrak dari
dalam jaringan tanaman, termasuk biji (Hallmann et al., 1997). Khusus untuk
tanaman tebu, Lodewyckx et al. (2002) mereview metode Dong yang hanya
dengan desinfeksi batang.
2.6 Endofit pada Tanaman Tebu
Pada awalnya Neyra dan Dobereiner (1977) dalam Dong et al. (1994)
menduga adanya peran bakteri pemfiksasi N yang sangat kuat pada tanaman tebu
karena di beberapa lokasi pengembangan tebu di Brazil yang tidak pernah diberi
pupuk N2 produktivitasnya tetap stabil selama 100 tahun. Menurut Dong et al.
(1994). setidaknya ada 11 genus bakteri pemfiksasi N yang berasosiasi dengan
tanaman tebu. Suman et al. (2001) menemukan 0.02-3.86% diazotrophs diantara
bakteri endofit yang berhasil diisolasi dari berbagai kultivar gula di India. Sampai
akhirnya

ditemukan

bahwa

Acetobacter

diazotrophicus

(Sinonim

Gluconacetobacter diazotrophicus) berperan utama dalam penyediaan N2 bagi


tebu melalui kemampuannya memfiksasi N2 dari udara. Gillis et al. (1989)
menyatakan bahwa G. diazotrophicus, ditemukan di dalam akar, batang dan daun
dalam jumlah cukup tinggi (sekitar 103-107 per g) di berbagai perkebunan tebu di
Brazil, Mexico, Cuba dan Australia. G. diazotrophicus mampu menyediakan 6080% kebutuhan N tanaman tebu. Bakteri aerobik ini mampu hidup dalam 30%
sukrosa, memproduksi asam, membentuk koloni mucoid dan menghasilkan warna
oranye jika ditumbuhkan pada media yang mengandung indikator. Karakter unik
lain dari bakteri ini adalah toleran terhadap pH rendah dan kandungan gula dan

garam tinggi, nitrate reduktase dan aktivitas nitrogenase rendah, serta toleran
terhadap paparan amonium bahkan masih dapat ditemukan dalam jaringan tebu
yang sudah diberi perlakuan panas.
Dalam reviewnya Muthukumarasamy et al. (2002) menyebutkan bahwa
G. diazotrophicus dapat ditularkan melalui perakaran dari sisa-sisa tanaman tebu
atau kutu yang mengandung bakteri tersebut, namun belum pernah ditemukan di
dalam tanah non rhizosfer atau gulma di sekitar pertanaman tebu. Sejak itu
penelitian untuk mengetahui lebih dalam peran bakteri endofit pada tanaman tebu
dan kerabatnya cukup intensif, terutama di negara-negara penghasil tebu utama
seperti India dan Brazil. Penelitian dimulai dari keragaman spesies endofit
kemudian berlanjut ke perannya sebagai penghasil N atau perangsang tumbuh,
dan terakhir perannya sebagai pengendali patogen penyebab penyakit tanaman.
Hasil-hasil penelitian tersebut terrangkum dalam tabel di bawah. Di
Indonesia penelitian mengenai peran bakteri endofit pada tebu masih terbatas.
Pada tahun 2007, Widayati et al. melaporkan adanya bakteri endofit pada plantlet
yang diperbanyak dengan kultur jaringan secara aseptik, namun belum mendeteksi
peran bakteri endofit tersebut. Hal ini membuka peluang penelitian dan
pengembangan peran bakteri endofit untuk meningkatkan kesehatan tebu sehingga
produksinya meningkat.
Tabel 1. Keragaman Endofit pada Tanaman Tebu serta Fungsinya
No.
1.
2.

Jenis Endofit
Azospirillum sp.
Burkholderia spp.

3.

Epicoccum nigrum

4.

Eschericia coli

5.

Gluconacetobacter diaztrophicus

6.

Herbaspirillum rubrisubalbicans

Fungsi
Pemfiksasi N2
Agensia hayati (anti jamur dan anti
bakteri, salah satunya pirol-nitrin)
Perangsang pertumbuhan akar dan
agensia hayati untuk patogen F.
verticillioides, Colletotrichum
falcatum, Ceratocystis paradoxa,
dan Xanthomonas albilineans
Penambang P, Penghasil
Siderophore, Penghasil hormon
IAA
Pemfiksasi N2, serta meningkatkan
ketahanan tanaman melawan X.
albisineans, patogen penyebab
penyakit leaf scald
Pemfiksasi N2

2.7 Pemanfaatan Endofit pada Tanaman Tebu


Pemanfaatan endofit pada tanaman tebu yang pertama adalah sebagai
penyedia N. Pada tahun 1979, Vasil et al. menyatakan bahwa kemampuan bakteri
Azospirillum sp. memfiksasi Nitrogen dan menghasilkan IAA telah merangsang
perkembangan sel dan pemanjangan tunas serta kalus tebu meskipun ditumbuhkan
pada media miskin Nitrogen. Penelitian tersebut dilanjutkan pada pertanaman tebu
oleh Hari & Srinivasan (2005) dan Govindarajan et al. (2006). Mereka
menyimpulkan bahwa inokulasi Azospirillum sp. dan Gluconacetobacter sp.
mampu meningkatkan hasil dan biomasa tebu karena kemampuannya memfiksasi
Nitrogen dan menghasilkan senyawa perangsang tumbuh. Informasi tersebut
menunjukkan adanya bakteri endofit yang hidup dalam tanaman tebu sangat
berperan dalam fiksasi N sehingga kebutuhan inangnya tercukupi. Beberapa isolat
G. diazotrophicus terutama yang berasal dari batang tebu dan daun mempunyai
kemampuan tinggi memfiksasi N sehingga cocok sebagai bahan biofertilizer.
Manfaat kedua yaitu sebagai agen antagonis patogen penyebab penyakit.
Beberapa bakteri endofit ditemukan sebagai antagonis patogen penyebab peyakit
tebu. Viswanathan et al. (2003) memperoleh 3 isolat bakteri endofit dari spesies
Pseudomonas aeruginosa, 3 isolat dari spesies P. fluorescens; dan 1 isolat dari
spesies P. putida dari batang tebu liar (Saccharum spontaneum) dan Erianthus sp.
yang efektif mengendalikan Colletotrichum falcatum. Di Brazil, beberapa isolat
endofit Bukholderia digunakan untuk mengendalikan Fusarium moniliforme
penyebab penyakit pokkah boeng. Diperkirakan 4-hydroxyphenylacetic acid, dan
4-hydroxyphenylacetate methyl ester merupakan senyawa anti jamur yang
dihasilkan oleh isolatisolat tersebut. Diharapkan, kolonisasi bakteri endofit akan
mendominasi jaringan tebu sehingga penetrasi ataupun perkembangan patogen
terhambat.
Selain antagonis manfaat selanjutnya dari bakteri endofit adalah cross
protection, penggunaan patogen sejenis yang tidak menimbulkan gejala untuk
memproteksi tebu dari serangan patogen yang virulen dan ganas mulai digagas
dan masih belum banyak diteliti. Misalnya, penggunaan Leifsonia (Clavibacter)
xyli subsp. cynodontis, untuk mencegah infeksi L. x. subsp. xyli penyebab
penyakit Ratoon Stunting Disease pada tebu (Rutherford et al., 2002). Ide ini

berkembang dari kenyataan bahwa L. x. subsp. cynodontis yang merupakan


penyebab penyakit kerdil pada rumput bermuda mampu mengkoloni tebu tanpa
menimbulkan gejala penyakit. Secara teori L. x. subsp. cynodontis akan
menghambat infeksi dan pertumbuhan L. x. subsp. xyli melalui pembentukan
antibiotik bacteriocin peptida karena mereka memiliki kedekatan kekerabatan.
Teori ini didukung oleh pendapat Musson (1994) yang menyatakan bahwa suatu
bakteri yang merupakan patogen pada satu tanaman, bisa jadi hanya merupakan
endofit terhadap tanaman lain. Sebagai contoh Pseudomonas spp. yang diperoleh
dari jaringan tanaman ceri sehat ternyata sebenarnya bersifat patogenik. Bakteri
tersebut memasuki fase endofit untuk mempertahanankan diri dari kondisi yang
kurang menguntungkan. Bakteri patogen Pseudomonas syringae van Hall
ditemukan dari akar pear sehat untuk melindungi diri.
Sebelumnya L. x. subsp. cynodontis telah digunakan sebagai agen
pengendali hayati penggerek batang jagung Ostrinia nubilalis. Gen cryIA(c) endotoxin yang berasal dari Bacillus thuringiensis subsp. Kurstaki, diintegrasikan
ke dalam chromosome of L. x. subsp. cynodontis. Bakteri yang sudah
ditransformasi tersebut diinokulasi ke tanaman jagung sehingga kerusakan yang
ditimbulkan oleh penggerek O. nubilalis berkurang.

III.

METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Kerja


Kegiatan Magang Kerja ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2016
sampai 7 Oktober 2016 di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Pasuruan dengan melakukan observasi dan mengikuti seluruh kegiatan yang ada
baik di lapangan maupun di ruangan/laboratorium.
3.2 Prosedur Pelaksanaan Magang Kerja
Pelaksanaan kegiatan Magang Kerja oleh mahasiswa yang dilaksanakan di
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan ialah menggunakan
prosedur antara lain:
3.2.1 Observasi atau Survei Lapang
Observasi secara langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap instansi mitra sebelum kegiatan magang dilakukan. Survei
dilakukan untuk mengetahui kondisi di lapang dan jenis kegiatan yang akan
dilakukan di sana.
3.2.2 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap harinya, yaitu
mengikuti seluruh kegiatan yang berada di Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) Pasuruan. Kegiatan seperti pengamatan lahan percobaan,
analisis laboratorium serta kegiatan lain yang diselenggarakan di sana. Selain itu
juga melakukan praktek yang berkaitan dengan topik magang kerja.
3.2.3 Diskusi dan Wawancara
Dilakukan dengan cara kegiatan wawancara dan diskusi dengan
pembimbing lapang, karyawan dan para pekerja lapang serta diskusi dengan
pihak-pihak di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan
mengenai hal-hal yang dibutuhkan berkaitan dengan tujuan magang kerja dan
kendala kendala yang terjadi pada lokasi magang, serta kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan.

3.2.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dari kegiatan magang kerja dengan menggunakan
metode langsung (data primer) dan tidak langsung (data sekunder). Teknis
pengambilan data yang dilakukan yakni dengan melakukan pengamatan di areal
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan. Kegiatan ini
dilakukan dalam kegiatan praktik kerja langsung dilapangan untuk memperoleh
data primer dari lapangan. Data primer merupakan data yang digunakan untuk
mendukung pengerjaan laporan akhir magang. Data primer diperoleh dari
kegiatan yang telah dilakukan selama magang kerja berlangsung, meliputi
pengolahan tanah, pembibitan, pengaplikasian bakteri endofti, pemupukan,
penanaman, pemberian irigasi, serta pemeliharaan.Kemudian data primer tersebut
ditunjang dengan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang digunakan
untuk mendukung pengerjaan laporan akhir magang. Data sekunder meliputi
catatan atau dokumentasi instansi berupa laporan-laporan, pustaka maupun dari
literatur yang ada serta dokumentasi kegiatan yang dilakukan.
3.2.5 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang data
kelengkapan. Kegiatan dokumentasi ini berupa foto-foto hasil kegiatan yang telah
dilakukan selama magang kerja berlangsung. Dokumentasi sangat penting sekali
sebagai informasi yang telah didapatkan di lapangan.
3.3 Rencana Kegiatan Magang Kerja
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari
aplikasi bakteri endofit sebagai agen pupuk hayati/biofertilizer pada tanaman tebu
di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan. Rencana
kegiatan ini dibuat agar mempermudah dalam proses pelaksanaan magang kerja.
Rencana kegiatan yang tersusun secara terstruktur dan terjadwal akan membantu
untuk mengetahui kapan dan apa saja kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan.
Kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan magang kerja di Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan ialah pengenalan tempat
magang, pendalaman materi, praktek di lapangan meliputi pengamatan lapang,

pengumpulan data, analisis data serta diskusi dengan pembimbing lapang dan
penyusunan laporan magang. Jadwal pelaksanaan kegiatan magang kerja seperti
yang diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Magang Kerja
No

1.

2.

3.

4.
4.
5.
6.
7.

Kegiatan
Pengenalan lokasi
magang meliputi kebun,
glasshouse,perpustakaa
n, dan laboratorium
pada Pusat Penelitian
Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI)
Materi di ruang,
meliputi:
- SDM/Struktur
Organisasi pada
Pusat Penelitian
Perkebunan
Gula Indonesia
(P3GI)
- Sarana dan
prasarana
Materi dan kegiatan di
lapangan, meliputi:
- Pengolahan
tanah
- Pembibitan
- Aplikasi bakteri
endofit
- Pemupukan
- Penanaman
- Pemberian
irigasi
- Pemeliharaan
Kegiatan di
Perpustakaan Pusat
Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia (P3GI)
Pengumpulan data
Analisis Data
Supervisi oleh tim
pengelola magang
jurusan tanah
Penyusunan laporan

Minggu ke6 7 8 9

10 11 12 13 14

8.
9.

mingguan dan
konsultasi ke dosen
pembimbing utama dan
tim pengelola magang
jurusan tanah
Penyusunan laporan
akhir magang kerja
Presentasi

DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti, W. A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.)
di, Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Tjokroadikoesoemo, P. S. dan A. S. Baktir, 2005. Ekstraksi Nira Tebu. Surabaya:
Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri.
Miller, J.D. and R.A. Gilbert. 2006. Sugarcane Botany: A Brief View. Agronomy
Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and
Agricultural Sciences, University of Florida. 6 hlm.
Radji,

M.

2005.

Peranan

Bioteknologi

dan

Mikroba

Endofit

dalam

Pengembangan
Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2 (3): 118-121.
Zinniel, D. K. P. Lambrecht, N. B. Haris, Z. Feng, D. Kuczmarski, P. Higley, C. A.
Ishimaru, A. Arunakumari, R. G. Barletta, and A. K. Vidader. 2002.
Isolation and Characterization of Endophytic Colonizing Bacteria from
Agronomic Crops and Prairy Plants. Applied and Enviromental
Microbiology. 68 (5): 2198-2208.
Aini, L. Q. Dan A. L. Abadi. 2004. Keragaman Bakteri Endofitik dalam Jaringan
Akar Tanaman Pisang serta Potensi Antagonistiknya. Jurnal Ilmu-Ilmu
Hayati. 16 (2): 114-115.
Ramamoorthy, V. R. Viswanathan, T. Raguchander, V. Prakasan, and R. Sami.
2001. Induction of Systemic Resistance by Plant Growth Promoting
Rhizobacteria in Crop Plants Againts Pests and Diseases. Crop protection.
20: 1-11.
Strobel, G., Daisy, B., Castillo, U., dan Harper, J., 2004. Natural Products from
Endophytic Microorganisms, Journal of Natural Products, 67, 257-268.
Aly A. H., A. Debbab, and P. Proksch. 2011. Fungal Endophytes: Unique Plant

Inhabitants with Great Promises. Appl Microbiol Biotechnol. 90:1829


1845.
Kobayashi, D.Y. and Palumbo, J.D. 2000. Bacterial Endophytes and Their Effects
on Plants and Uses in Agriculture. Bacon, C.W. and White, J.F. Jr., Eds.,
Marcel Dekker, New York.
Magnani G. S., C. M. Didonet, L. M. Cruz, C. F. Picheth, F. O. Pedrosa and E. M.
Souza. 2010. Diversity of Endophytic Bacteria in Brazilian Sugarcane.
Genetics and Molecular Research 9: 250-258
Bacon C.W. and D.M. Hinton 2002. Endophytic and Biological Control Potential
of Bacillus mojavensis and Related Species. Biological Control 23:274284
Hallman, J., A. Quadt Hallman, and J. W. Kloepper. 1997. Bacterial Endophytes
in
Agricultural Crops. Canadian Journal of Microbiology. 43: 895-914.
Lodewyckx, C . J. Vangronsveld, F. Porteous, E. R.B. Moore, S. Taghavi, M.
Mezgeay, and D. van der Lelie. 2002. Endophytic Bacteria and Their
Potential Applications. Critical Reviews in Plant Sciences 21:583- 606.
Sturz A.V., B. G. Christie, and J. Nowak. 2000. Bacterial Endophytes: Potential
Role in Developing Sustainable Systems of Crop Production. Critical
Review of Plant Science 19:1-30.
Rodriguez, R. J., J. F. White Jr , A. E. Arnold, and R. S. Redman. 2009. Fungal
Endophytes: Diversity and Functional Roles. Tansley review. New
Phytologist 1- 15. doi: 10.1111/j.1469-8137.2009.02773.x
Berg G. 2009. PlantMicrobe Interactions Promoting Plant Growth and Health:
Perspectives for Controlled Use of Microorganisms in Agriculture.
Applied Microbiology and Biotechnology 84: 11-18.
Gao F. K., Ch. Dai, and X. Z. Liu. 2010. Mechanisms of Fungal Endophytes in

Plant Protection Against Pathogens. African Journal of Microbiology


Research 4: 1346-1351.
Bellone C. H. and C de B. Silvia 2012. Interaction of Azospirillum brasilense and
Glomus intrarradix in Sugar Cane Roots. Indian Journal of Microbiology
52:7075.
Yulianti, Titik. 2012. Menggali Potensi Endofit untuk Meningkatkan Kesehatan
Tanaman Tebu Mendukung Peningkatan Produksi Gula. Malang: Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat.

LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA KEGIATAN
MAGANG KERJA
Nama Lengkap

: Astidhia Nadia

Nama Panggilan

: Asti

Nomor Induk Mahasiswa

: 135040200111062

Jurusan

: Tanah

Program Studi / Fakultas

: Agroekoteknologi / Pertanian

Universitas

: Universitas Brawijaya

Jenis kelamin

: Perempuan

Tempat tanggal lahir

: Surabaya, 1 Juni 1995

Alamat Asal

: Pondok Sidokare Asri YY No. 19 Kel. Sepande,


Kec. Candi, Kab. Sidoarjo, Kode Pos 61271

Alamat di Malang

: Jalan Watumujur I No. 19

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Handphone

: 081334089243

Email

: [email protected]

Latar Belakang Pendidikan

No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun

Tempat

2001 2007
2007 2010
2010 2011
2011 2013
2013 Sekarang
:

SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo
SMP Negeri 3 Candi Sidoarjo
SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
SMA Pawyatan Daha Kediri
S1 Agroekoteknologi, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai