Jurnal Kesimpulan Dosis Solid Decanter
Jurnal Kesimpulan Dosis Solid Decanter
Jurnal Kesimpulan Dosis Solid Decanter
The research aims to find out the effect of solid aplication for seedling of oil palm and to find out
the best dose for seedling oil palm growth in the main nursery. The research was conducted at the
experimental farm of the Agriculture Faculty, University of Riau in June to October 2015. The
experiment was arranged in completely randomized design (CRD) with six treatment, that is no
solid aplication, 80 g/polybag solid aplication, 120 g/polybag solid aplication,160 g/polybag solid
aplication, 200 g/polybag solid aplication, and 240 g/polybag solid aplication with three times
replication. The data obtained were analyzed statiscally using analyze of variance and tested further
by Duncan Multyple Range Test in 5% level. The result showed that solid aplication in oil palm
medium significantly effect to increase of seeds height, increase number of leaves, increase of hump
diameter, and dry weight of oil palm seedlings. 200 g/polybag solid aplication is the best dose for
seedling oil palm growth in the main nursery
PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diperhatikan kualitas dan kuantitas dari bibit
saat ini masih merupakan tanaman unggulan di tersebut. Bibit kelapa sawit yang berkualitas
sektor perkebunan Indonesia dan khususnya diperoleh dari induk yang mempunyai genotip
Provinsi Riau. Area tanaman kelapa sawit dengan sifat-sifat yang unggul. Selain sifat
setiap tahun terus mengalami peningkatan. unggul yang berperan dalam menghasilkan
Kebun kelapa sawit rakyat mendominasi bibit yang berkualitas adalah pemeliharaan
keberadaannya dengan jumlah luasannya bibit seperti pemupukan.
mencapai 51 % dari jumlah total kebun kelapa Menurut Risza (1994) untuk
sawit di Riau dengan skala produksi 7.000.000 mendapatkan bibit dalam kondisi baik pada
ton/tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pembibitan utama perlu dilakukan pemupukan.
2013). Pupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Berdasarkan Data Dinas Perkebunan pupuk anorganik dan pupuk organik.
Provinsi Riau (2014) luas areal yang memasuki Penggunaan pupuk anorganik terbukti mampu
tahap peremajaan tahun 2014 mencapai 10.247 meningkatkan hasil pertanian, namun
ha. Dapat diperkirakan jika dalam satu hektar penggunaannya harus diimbangi dengan pupuk
terdapat 136 tanaman, maka tanaman yang organik. Pupuk organik berperan penting dalam
dibutuhkan untuk replanting tanaman tua rusak kesuburan tanah yaitu untuk memperbaiki sifat
sebanyak 1.393.592 tanaman. Untuk memenuhi fisik, kimia dan biologi tanah (Hanafiah, 2004).
kebutuhan tersebut diperlukan penanganan Salah satu pupuk organik yang dapat
yang tepat pada tahap pembibitan. digunakan yaitu dengan pemanfaatan limbah
Pembibitan merupakan langkah awal pabrik kelapa sawit. Secara umum limbah dari
dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk
tanaman kelapa sawit, oleh karena itu perlu yaitu padat, cair dan gas. Limbah pabrik
1. Mahasiswa Jurusan Agroteknologi
2. Dosen Pembimbing Jurusan Agroteknologi
Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter
bonggol bibit kelapa sawit dengan aplikasi solid dari umur 3 - 7 bulan.
Pertambahan Pertumbuhan
Dosis solid
(g/polybag) Tinggi tanaman Jumlah daun Diameter bonggol
(cm) (helai) (cm)
0 20,93d 6,41c 0,81c
80 30,85c 6,66bc 0,98c
120 31,48c 6,75bc 1,51b
160 33,30c 7,41b 1,65b
200 37,06b 8,83a 2,37a
240 42,15a 9,25a 2,59a
Angka-angka pada kolom untuk setiap parameter yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata
menurut uji jarak berganda duncan taraf 5%.
Gambar 1. Tampilan daun umur 3 bulan Gambar 2. Tampilan daun umur 7 bulan
Gambar 1 dan 2 terlihat bahwa belum ditemukan pada dosis 0 g/polybag yang
adanya perubahan helaian daun dari lanset ke berbeda tidak nyata dengan dosis 80 g/polybag
bifourcate pada bibit umur 7 bulan, hal ini kemudian diikuti oleh dosis 120 g/polybag
diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan yang berbeda tidak nyata dengan dosis 160
umur pada bibit kelapa sawit tersebut. g/polybag, diameter yang relatif bagus ditemui
Pernyataan ini didukung oleh Nyoto (2007) pada dosis 200 g/polybag dan berbeda tidak
bahwa bibit kelapa sawit mengalami nyata dengan dosis 240 g/polybag. Hal ini
perubahan lanset ke bifourcate pada umur diduga unsur hara yang tersedia pada solid
antara 8 atau 9 bulan. dapat diserap akar tanaman dalam
Selain tinggi dan jumlah daun, fase pembentukan bonggol. Fauzi dkk. (2008)
vegetatif yang diamati yaitu diameter bonggol. menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara
Pada Tabel 1 menunjukkan diameter terkecil yang dapat diserap oleh tanaman merupakan
JOM FAPERTA VOL. 3 NO. 1 FEBRUARI 2016
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi akan berjalan dengan baik dan translokasi pati
pertumbuhan tanaman. Pertambahan diameter ke bonggol bibit akan semakin lancar, sehingga
bonggol bibit kelapa sawit dipengaruhi unsur akan terbentuk bonggol bibit yang baik.
hara nitrogen, fosfor dan kalium bagi tanaman. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Jumin
Unsur hara untuk pertambahan diameter (1986) bahwa batang merupakan daerah
bonggol bibit kelapa sawit yaitu unsur K. akumulasi pertumbuhan tanaman khususnya
Menurut Nyakpa dkk. (1988) kalium berfungsi pada tanaman yang lebih muda sehingga
mempercepat pertumbuhan jaringan meristem. dengan adanya unsur hara dapat mendorong
Leiwakabessy (1988) menyatakan pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya
unsur K sangat berperan dalam meningkatkan pembentukan klorofil pada daun sehingga akan
diameter bonggol tanaman, khususnya sebagai memacu laju fotosintesis. Semakin laju
jaringan yang berhubungan antara akar dan fotosintesis maka fotosintat yang dihasilkan
daun pada proses transpirasi. Tersedianya akan memberikan ukuran pertambahan
unsur hara K maka pembentukan karbohidrat diameter batang yang besar.
Tabel 2. Rata-rata berat kering bibit (g) kelapa sawit dengan aplikasi solid pada umur 7 bulan
Dosis solid (g/polybag) Berat kering (g)
0 22,88c
80 37,04c
120 40,24b
160 47,82b
200 49,78b
240 75,49a
Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji jarak berganda
duncan taraf 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2013. Badan Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan
Pusat Statistik Provinsi Riau. Tanah. Diktat Kuliah Kesuburan
Pekanbaru. Tanah. Depertemen Ilmu-Ilmu Tanah.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2014. Riau Bogor. Bogor.
Fokuskan Peremajaan Perkebunan
dan Tumpang Sari. Pekanbaru. Riau. Lingga, P dan Marsono. 2005. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti., I.Satyawibawa., R. Swadaya. Jakarta.
Hatono. 2000. Kelapa Sawit (Elais
guineensis Jacq.) : Teknik Budidaya Nyakpa, M.Y., A.M Lubis., M.A Pulung., A.G.
Tanaman. Sinar. Medan. Amrah., A. Munawar., G.B Hong N.
Hakim. 1988. Kesuburan Tanah.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.I. Mitchell. Universitas Lampung. Lampung.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Nyoto. 2007. Cara Praktis Budidaya Kelapa
UI press. Jakarta. Sawit. Unri Press. Pekanbaru.
Hakim, N., M.Y.Nyakpa., A.M. Lubis, S.G. Pangaribuan, Y. 2001. Studi Karakter
Nugroho., M.R.Saul., M.A. Diha., Morfofisiologi Tanaman Kelapa
GoBan Hong., H. Bailey. 1986. Dasar- Sawit di Pembibitan terhadap
Dasar Ilmu Tanah. Universitas Cekaman Kekeringan. Tesis. Institut
Lampung. Pertanian Bogor. Bogor.