Teori Kontrak Sosial Dari J

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

TEORI KONTRAK SOSIAL DARI J.J.

ROUSSEAU

Jean Jacques Rousseau (1712-1778), dilahirkan di Jenewa dalam keindahan pegunungan Alpen,
dia dikenal termasuk pada golongan romantik, yaitu kecenderungan mendahulukan emosi
daripada pemikiran atau kegunaan. Golongan ini dengan slogannya kembali ke alam, lebih
menyukai suasana desa yang asri dan indah daripada suasana kota yang bising dan
menjemukkan.
.....
Ibunya meninggal saat ia bayi dan ia diasuh oleh saudara ibunya dan ayahnya yang miskin. Masa
kecilnya tidak begitu indah ketika meninggalkan sekolah pada umur 12 dan pada gilirannya
meninggalkan Jenewa pada umur 16. Hidup Rousseau memang sangat aneh, juga ia memiliki
kepribadian yang aneh pula. Ia adalah orang yang penuh perasaan, semangat, dan sangat blakblakan tentang dirinya. Apa yang dilihat orang lain, walaupun sejelek apapun, adalah pribadi
sebenarnya darinya. Sifat ini dapat diamati dari bukunya yang berjudul Le Confessions
(Pengakuan).
Kontrak Sosial Rousseau
Rousseau dengan romantik-nya dalam mengamati pendirian negara dan masyarakat juga dapat
kita lihat pada bukunya Du Contrat Social (Perjanjian Sosial). Tulisan ini menggambarkan

semangat kembali ke alam pedesaan yang asri, dengan meninggalkan perkotaan, perdagangan,
industri, uang, dan kemewahan. Namun, Rousseau tidak asal menolak kota, ia setuju arti kota
pada Yunani Kuno.
Dalam bukunya, Rousseau berpendapat bahwa dalam mendirikan negara dan masyarakat kontrak
sosial sangat dibutuhkan. Namun, Rousseau berpendapat bahwa negara dan masyarakat yang
bersumber dari kontrak sosial hanya mungkin terjadi tanpa paksaan. Negara yang disokong oleh
kemauan bersama akan menjadikan manusia seperti manusia sempurna dan membebaskan
manusia dari ikatan keinginan, nafsu, dan naluri seperti yang mencekamnya dalam keadaan
alami. Manusia akan sadar dan tunduk pada hukum yang bersumber dari kemauan bersama.
Kemauan bersama yang berkwalitas dapat mengalahkan kepentingan diri, seperti yang menjadi
pokok permasalahan pemikiran Hobbes.
Konsep pertama Rousseau tentang negara adalah hukum (law). Rousseau menyebut setiap negara
yang diperintah oleh hukum dengan Republik, entah bagaimanapun bentuk administrasinya.
Selanjutnya, badan legislatif (the legislator) yang maha tahu membuat dasar aturan/ hukum
namun sama sekali tidak memiliki kekuasaan memerintah orang. Menurutnya, kekuasaan
legislatif harus di tangan rakyat sedang eksekutif harus berdasar pada kemauan bersama. Rakyat
seluruhnya, dianggap sejajar dengan penguasa manapun, mengadakan sidang secara periodik dan
ini meminggirkan fungsi eksekutif. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat yang seperti ini sulit
terjadi pada kota yang sangat besar.
Rousseau tidak membenarkan adanya persekutuan, termasuk partai yang menurutnya hanya
berujung pada penyelewengan. Selain itu, menurutnya, negara jangan terlalu besar dan terlalu
kecil dengan masalahnya masing-masing, disarankan sebesar polis.
Kebaikan Teori Rousseau antara lain sebagai landasan demokrasi modern dan menonjolkan
fungsi warga negara dalam masyarakat dan negara. Selain itu, Rousseau mengubah sistem politik
penuh kekerasan menjadi musyawarah. Teori dan perjanjian ini juga akan menunjukkan
tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya. Teori Kontrak Sosial-nya menganut aliran
pactum unionis, yaitu perjanjian masyarakat yang sebenarnya. Ia menghendaki bentuk negara di
mana kekuasaanya di tangan rakyat, atau Demokrasi Mutlak.
Kelemahannya teori ini antara lain tidak berdasar historis dan setiap orang mau tidak mau terikat
kontrak sosial, bukan sukarela. Namun, Rousseau seakan tidak konsekuen, dikarenakan ia
mementingkan pungutan suara, padahal bersumber dari kwantitas. Selain itu, Rousseau tidak

menjelaskan jika ada kemauan bersama yang telah disepakati namun ada beberapa orang yang
merasa berbeda pendapat maka orang itu tidak dapat dikatakan dipimpin atas kemauan bersama.
Pemikiran Rousseau tentang negara, di mana konsep negara sangat abstrak, juga dapat
mempengaruhi terwujudnya pemerintahan yang totaliter, diktator.
Pemikiran Rousseau tentang agama sangat aneh, hal ini juga dilihat perubahan agamanya dari
Calvinisme menjadi Katholik dan kembali Calvinisme. Ia dengan tegas menolak adanya agama
Protestan di negaranya. Hal itu dikarenakan Protestan mementingkan isolasi diri dan berpotensi
memecah-belah negara. Agama baginya adalah sebagai penguat negara, bukan sebaliknya.
Rousseau lebih membenarkan negara seperti Nabi Muhammad dan khalifah-khalifahnya yang
memiliki perpaduan antara rohaniah dan duniawiah.
Walaupun Rousseau sangat terkenal di Perancis, namun di Inggris tidak sama sekali. Pemikiran
Locke tentang keterwakilan dilanjutkan oleh John Stuart Mill. Jika dilihat lebih lanjut, pemikiran
Rousseau tentang kontrak sosial sebenarnya dapat dibandingkan dengan teori kontrak sosial
sebelumnya, versi Thomas Hobbes dan John Locke.
Kontrak Sosial versi Hobbes dibandingkan dengan Rousseau
Thomas Hobbes (1558-1676) menggambarkan keadaan yang kacau balau, ketika setiap manusia
berperang dengan manusia lain. Menurut Hobbes, setiap manusia memiliki keinginan yang
sangat kuat untuk memiliki kekuasaan demi kekuasaan dan keinginannya hanya akan
diberhentikan oleh ajal. Walaupun sebenarnya manusia juga berkeinginan untuk hidup damai dan
rukun, namun tingkatannya masih kalah dari kekuasaan. Akibat pandangan Hobbes bagi hidup
bermasyarakat dan bernegara diungkapkannya dengan keadaan alami (state of nature), suatu
keadaan di mana fitrah dan tabiat manusia terdapat tanpa ada hambatan dan restriksi apapun.
Dengan sendirinya, potensi perselisihan dan perang dengan kekerasan sekalipun akan terjadi
untuk mempertahankan kebebasannya, tentunya dengan menguasai akan lebih efektif. Wajar jika
seperti itu, Hobbes melupakan pertimbangan akal budi manusia yang sebenarnya dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
Hobbes lantas memberi solusi berupa kontrak sosial dan manusia, yang selalu dihantui
ketakutan, akan terdorong untuk melakukan perjanjian dengan memilih penguasa di antara
mereka. Pihak-pihak yang berjanji menyerahkan kekuatan dan kekuasaannya kepada sang
penguasa. Namun, menjadi masalah ketika sang penguasa tidak mengikatkan diri pada
perjanjian, hal ini menyebabkan sang penguasa memiliki kekuatan dan kekuasaan yang absolut.

Walaupun sang penguasa memiliki kekuasan absolut, menurut Hobbes seseorang dapat
menentang jika sudah menyakiti secara jasmaniah.Teori Kontrak Sosial-nya menganut aliran
pactum subyectionis.
Teori Kontrak Sosial Rousseau dan Hobbes sama-sama mengelompokkan manusia pada dua
masa, pra-negara dan bernegara. Teori milik Rousseau yang menganut aliran pactum unionis,
sangat berkebalikan dengan versi Hobbes dengan pactum subyectionis. Belum lagi nilai-nilai
hewan pada diri manusia pada pemikiran Hobbes tidak berlaku pada Rousseau. Konsep penguasa
pada pemikiran Hobbes yang tidak terikat janji berbeda dengan perjanjian yang mengikat semua
pada pemikiran Rousseau. Penguasa versi Rousseau hanya sekedar pelayan dari kepentingan
rakyat banyak, sedangkan menurut Hobbes sangat berkuasa.
Kontrak Sosial versi Locke dibandingkan dengan Rousseau
John Locke (1632-1704) bertentangan dengan Hobbes dalam hal ini. Tidak seperti pemikiran
Hobbes yang memuat nilai-nilai hewan pada manusia, Locke menganggap adanya nilai
kemanusiaan. Locke menganggap penguasa absolut yang notabene manusia biasa akan dapat
terpengaruh sifat kotor manusia dan memperburuk kondisi. Oleh karena itu, solusi Locke adalah
menyusun badan legislatif yang membuat hukum, badan eksekutif yang melaksanakan, dan
kekuasaan federatif yang menyangkut dalam pembuatan perjanjian dan persekutuan. Sempat
menyinggung tentang pentingnya pengadilan, namun Locke melupakan badan yudikatif begitu
saja.
Kelemahan pemikiran Locke adalah berkurangnya peran pemerintah, mengingat eksekutif
tergantung legislatif. Selain itu, penyuburan dinasti ekonomi menyebabkan si miskin tanpa milik
tidak memiliki suara. Locke juga jauh mementingkan masalah mayoritas daripada minoritas.
Walaupun banyak kelemahan, pemikirannya sangat berpengaruh di negara-negara Barat, teorinya
tentang pemisahan kekuasaan (separation of powers) dikembangkan oleh Montesquieu.
Pemikiran Locke tentang Kontrak Sosial untuk selanjutnya diikuti oleh Rousseau, tentunya
dengan perbedaan, seperti perbedaan mendasar Kontrak Sosial versi Locke dan Hobbes. Teori
Kontrak Sosial-nya menganut aliran pactum unionis dan pactum subyectionis.
Jika ditilik, asal usul negara menurut Locke dan Rousseau hampir sama, yaitu kehidupan
individu bebas dan sederajat. Teori Kontrak Sosial Rousseau dan Locke juga sama-sama
mengelompokkan manusia pada dua masa, pra-negara dan bernegara. Keduanya juga
memasukkan nilai kemanusiaan pada pemikirannya, tidak seperti Hobbes. Teori Kontrak Sosial

Locke yang menganut kedua aliran, pactum unionis dan pactum subyectionis, bagi Rousseau
cukup pactum unionis. Para penguasa menurut keduanya sama-sama berkurang kekuasaannya,
tidak mutlak. Jika Locke mengenal keterwakilan rakyat, di mana legislatif merupakan amanah
rakyat, tetapi Rousseau menginginkan rakyat sendiri dan ini bukan ide cemerlang untuk negara
besar. Pemikiran Locke tentang kekuasaan legislatif dan eksekutif dipisahkan namun dapat saling
mempengaruhi, Inggris menurutnya sebagai contoh terbaik, walaupun kenyataan berkata lain.
Locke dan Rousseau sama-sama mengaburkan kekuasaan judikatif, namun pemikiran Locke
memiliki rangka untuk dikembangkannya Trias Politika oleh Montesquieu.
Trias Politika dibandingkan dengan Kontrak Sosial Rousseau
Trias Politika (Tiga Pembagian Kekuasaan) adalah kekuasaan legislatif sebagai pembentuk
undang-undang, kekuasaan eksekutif yang menjalankan undang-undang, dan kekuasaan judikatif
yang mengadili pelanggaran. Doktrin Trias Politika pertama kali disinggung oleh John Locke,
dan untuk selanjutnya diperjelas oleh Montesquieu (1689-1755). Locke pernah menyinggung
tentang eksekutif dan legislatif, namun melupakan judikatif, walaupun ia tahu pentingnya
pengadilan. Giliran pada taraf Montesquieu ditafsirkan sebagai pemisahan kekuasaan (separation
of powers) .
Latar belakang dari Trias Politika yaitu untuk menjamin adanya kemerdekaan, dan ketiganya
harus terpisah-pisah dikarenakan jika:
Eksekutif + Legislatif = Tidak akan terjadi kemerdekaan.
Judikatif + Eksekutif + Legislatif = Tidak akan terjadi kemerdekaan.
Judikatif + Legislatif = Kehidupan dan kemerdekaan negara dikuasai pengawasan suka-hati,
hakim juga membuat undang-undang.
Judikatif + Eksekutif = Hakim akan sangat keras dan menindas.
Legislatif pada Trias Politika harus terletak pada seluruh rakyat, dilakukan dengan perwakilan
rakyat. Perwakilan bangsawan, Montesquieu juga bangsawan, terdiri dari dua kekuasaan, yaitu
eksekutif dan judikatif. Kebebasan kekuasaan judikatif yang ditekankan Montesquieu di sinilah
letak kemerdekaan individu dan hak azasi manusia dijamin dan dipertaruhkan. Berbeda dengan
Locke yang memasukkan judikatif pada eksekutif, Montesquieu, sebagai seorang hakim,
menganggap eksekutif dan judikatif adalah berbeda.
Doktrin Trias Politika Montesquieu banyak mempengaruhi orang Amerika saat undang-

undangnya dirumuskan, sehingga Amerika dianggap mencerminkan Trias Politika dalam konsep
aslinya. Misalnya, presiden Amerika tidak dapat dijatuhkan Congress, dan sebaliknya. Presiden
dan menteri dilarang merangkap sebagai anggota Congress, serta presiden tidak diperkenankan
membimbing Congress. Mahkamah Agung berkedudukan bebas, sekali diangkat presiden,
selanjutnya tergantung kelakuannya.
Jika Kontrak Sosial Rousseau dibandingkan dengan Trias Politika maka akan terdapat banyak
perbedaan. Mengingat Trias Politika Montesquieu melanjutkan pemikiran John Locke, bukan
Rousseau. Pemikiran Locke dengan kekuasaan eksekutif, legislatif, dan federatif serta juga
menganut keterwakilan rakyat inilah yang dimaksud. Rousseau dengan demokrasi absolutnya,
berpikiran masyarakat seluruhnya sebagai pemegang kekuasaan yang sama dengan penguasanya.
Kekuasaan eksekutif dan legislatif sangat tergantung pada rakyat. Padahal, pemikiran Trias
Politika versi Montesquieu ini memisahkan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan judikatif,
khususnya dengan penyempurnaan segi judikatif. Tidak seperti Rousseau yang berpikiran
kekuasaan rakyat mendominasi, Montesquieu menganggap kekuasaan harus dipisah dan tidak
pada orang yang sama. Namun hal ini juga beresiko dominasi oleh tiap kekuasaan, oleh karena
itulah ada checks and balance.
Checks and Balance dibandingkan dengan Kontrak Sosial Rousseau
Amerika dianggap mencerminkan dipengaruhi doktrin Trias Politika Montesquieu dalam konsep
aslinya. Walaupun ketiganya sudah dipisah sesempurna mungkin, namun para penyusun UUD
Amerika Serikat masih menganggap perlunya menjamin bahwa masing-masing kekuasaan tidak
melampaui batas. Oleh karena itu, solusi yang diambil Amerika Serikat adalah pengadaan sistem
checks and balance (pengawasan dan keseimbangan) di mana setiap kekuasaan dapat mengawasi
dan mengimbangi kekuasaan lainnya.
Dalam rangka checks and balance ini karakteristik Trias Politika Amerika Serikat berubah
menjadi:
-Presiden diberi wewenang memveto rancangan undang-undang yang telah diterima
-Congress, namun veto dapat dibatalkan Congress dengan dukungan 2/3 suara dari kedua
Majelis.
-Mahkamah Agung mengecek badan eksekutif dan legislatif melalui judicial review (hak uji).
-Hakim Agung yang diangkat badan eksekutif dapat dibatalkan Congress jika terkena masalah
kriminal.

-Presiden juga dapat di-impeach oleh Congress.


-Presiden boleh menandatangani perjanjian internasional dianggap sah jika Senat
mendukungnya.
-Pengangkatan jabatan-jabatan yang termasuk wewenang Presiden perlu persetujuan Senat.
-Pernyataan perang hanya boleh diselenggarkan Congress.
Jadi, sistem checks and balance ini mengakibatkan satu cabang kekuasaan dalam batas-batas
tertentu dapat turut campur dalam tindakan cabang kekuasaan lain, tidak dimaksud untuk
memperbesar efisiensi kerja (seperti di Inggris dalam fungsi dari kekuasaan eksekutif dan
legislatif), tetapi untuk membatasi kekuasaan dari setiap cabang kekuasaan secara lebih efektif.
Keanehan di Inggris, menurut Montesquieu yang merupakan suri-teladan dari Trias Politika sama
sekali tidak ada pemisahan kekuasaan. Selain itu, negara berbasis komunis secara tegas menolak
Trias Politika.
Mengamati dari beberapa negara yang menganut Trias Politika ada kesulitan dalam praktek
penafsirannya. Ada kecenderungan untuk menafsirkan Trias Politika tidak lagi sebagai
pemisahan kekuasaan (separation of powers), tetapi sebagai pembagian kekuasaan (division of
powers) yang diartikan hanya fungsi pokok yang dibedakan menurut sifatnya serta diserahkan
kepada badan yang berbeda (distinct hands), tetapi untuk selebihnya kerjasama di antara fungsifungsi tersebut tetap diperlukan untuk kelancaran organisasi.
Jika pemikiran Rousseau dibandingkan dengan Trias Politika yang sudah menganut checks and
balance jelas berbeda. Pertama, Trias Politika Montesquieu menganut pemikiran Locke, yang
agak berbeda dengan Rousseau. Kedua, checks and balance adalah pengembangan dari Trias
Politika Montesquieu. Namun, pemikiran Rousseau, dengan tanggung jawab pemerintah kepada
rakyatnya, musyawarah rakyat, merupakan landasan demokrasi modern yang juga
dipertimbangkan.
Kesimpulan
Pemikiran J.J. Rousseau adalah pemikiran yang cukup berbeda dengan pemikiran Hobbes dan
Locke. Namun, dapat dikatakan jika Rousseau berusaha mencari konsep negara yang baik
menurutnya. Hal itu mungkin dapat dihubung-hubungkan dengan kepribadiannya yang unik.
Pemikiran Rousseau juga bukan merupakan dasar dari Trias Politika Montesquieu dan checks
and balance. Namun, pemikiran Rousseau, campur tangan masyarakat pada negara, dapat
dikatakan cukup dipertimbangkan dalam tatanan demokrasi modern.

Anda mungkin juga menyukai