Makalah Sistem Reproduksi Anfis
Makalah Sistem Reproduksi Anfis
Makalah Sistem Reproduksi Anfis
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1
ROLI YULI A. M. P.
M. HIZBULLAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Wanita ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Penulis berterima kasih pada Dosen
Pembimbing mata kuliah Sistem Reproduksi yang telah menugaskan pembuatan
makalah ini dan membimbing penulis dalam menyusun makalah.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan penulis tentang Anatomi dan Fisiologi Sistem
Reproduksi pada Wanita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................
33
BAB 3 PENUTUP..................................................................................
45
Simpulan............................................................................
45
Saran...................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari ovarium, uterus dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup,
sebagai contoh manusia yang dilakukan tubektomi pada organ reproduksinya
atau mencapai menopause tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa
kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang
dihasilkan dalam tubuh manusia.
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumit antara
hipotalamus, hipofisis anterior, organ reproduksi dan sel sasaran hormon seks.
Hubungan ini menggunakan banyak mekanisme regulatorik yang digunakan oleh
sistem tubuh lain untuk mempertahankan homoestasis, misalnya kontrol umpan
balik negatif. Selain proses-proses biologik dasar ini, perilaku dan sikap seksual
sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan moral sosiokultural masyarakat tempat
seseorang berada (Sherwood, 2011).
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup
reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk
hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat berreproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan
generasi.
bagian-bagian
organ
interna
bagian-bagian
organ
interna
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
3
Anatomi Berasal dari bahasa latin, yaitu: Ana= bagian, memisahkan, Tomi
(tomie) = Tomneinei = iris, potong. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari
struktur dan fungsi tubuh (Snel, 2011).
Fisiologi: Fisis (Phisys) = alam atau cara kerja, Logos (logi) = ilmu
pengetahuan. Jadi anatomi dan fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu
bekerja.
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi
pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada
wanita berpusat di ovarium.
Jadi anatomi fisiologi sistem reproduksi perempuan merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang susunan suatu rangkaian dan interaksi
organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak.
2.2 Fungsi Organ Reproduksi Wanita
Menurut Sherwood (2011), peran wanita dalam reproduksi lebih rumit dari
pada peran pria. Fungsi esensial sistem reproduksi wanita mencakup:
1. Membentuk ovum (oogenesis)
2. Menerima sperma
3. Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi, konsepsi atau
pembuahan)
4. Memelihara janin yang sedang tumbuh sampai janin dapat bertahan hidup di
dunia luar (gestasi, atau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ
pertukaran antara ibu dan janinnya.
5. Melahirkan bayi (persalinan, partus)
6. Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan susu (laktat)
Hasil pembuahan dikenal sebagai mudigah (embrio) selama dua bulan
pertama pembentukan intrauteri ketika diferensiasi jaringan sedang berlangsung.
Setelah periode ini, mahluk hidup yang sedang terbentuk ini dapat dikenali
sebagai manusia dan disebut janin (fetus) selama masa gestasi sisanya. Meskipun
tidak lagi terjadi diferensiasi jaringan lebih lanjut selama masa kehidupan janin,
4
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genitalia eksterna, yang terletak
di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna wanita berkembang dan
menjadi matur akibat rangsangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini
dihasilkan sejak awal kehidupan janin dan berlanjut terus sampai masa pubertas
dan masa usia subur. Struktur reproduksi ini mengalami atrofi (ukuran mengecil)
seiring peningkatan usia atau bila produksi hormon ovarium menurun. Persarafan
yang kompleks dan luas serta suplai darah yang banyak mendukung fungsi
struktur-struktur ini. Penampilan genitalia eksterna sangat bervariasi pada setiap
wanita. Keturunan, usia, ras, dan jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita
menentukan ukuran, bentuk, dan warna genitalia eksterna (Bobak, Lowdermik,
Jensen, 2004).
Diafragma pelvis, diafragma urogenital atau segitiga, dan otot genitalia
eksterna serta anus membentuk dasar pelvis dan perineum. Perineum kadangkadang didefinisi mencakup semua otot, fasia, dan ligamen diafragma atas
(pelvis) serta ligamen diafragma bawah (urogenital). Badan perineum menambah
kekuatan struktur-struktur ini.
Diafragma pelvis atas yang tersusun atas otot dan fasia serta ligamen otot
tersebut membentang sepanjang bagian bawah kavum pelvis seperti sebuah
tempat tidur gantung. Bagian diafragma yang paling besar dan paling signifikan
dibentuk oleh otot levator ani yang tipis dan lebar, yang membentang seperti kain
penutup antara spina iskiadika dan koksigis dan sakrum. Kelompok otot levator
ani dibentuk oleh tiga pasang otot: puborektalis, iliokoksigis, dan pubokoksigis.
Otot pubokoksigis signifikan karena berperan dalam fungsi sensori seksual dalam
mengontrol kandung kemih, mengontrol relaksasi perineum selama persalinan,
dan ketika ibu melahirkan janin.
Pasangan otot kedua pada diafragma pelvis atas melekat erat pada otot
koksigis. Otot-otot ini membentang dari spina iskiadika sampai koksigis dan
sakrum bawah. Bagian-bagian diafragma pelvis menjadi penopang bagi visera
pelvis dan abdomen. Kekuatan dan kekenyalan penopang ini berasal dari jalinan
lapisan penopang ini. Lapisan-lapisan tersebut tidak tetap, tetapi saling bergeser.
Susunan yang unik ini memperkuat kapasitas penopang diafragma pelvis,
sehingga
memungkinkan
dilatasi
vagina
selama
proses
kelahiran
dan
kedalam badan perineum. Serabut otot yang kuat menopang saluran anus selama
defekasi dan menopang vagina bawah selama proses melahirkan. Otot perineum
transversa profunda bergabung untuk membentuk kelim sentral atau raphe.
Beberapa serabut otot tersebut mengelilingi meatus urinarius dan sfingter vagina.
Perawat harus dengan teliti mengenal tulangtulang pelvis supaya dapat
memahami saluran reproduksi dan perineum wanita. Panggul mempunyai tiga
fungsi utama :
1. Rongga tulang pelvis membentuk tempat perlindungan bagi struktur-struktur
pelvis
2. Arsitektur pelvis sangat penting untuk mengakomodasi janin yang sedang
berkembang selama masa hamil dan selama proses melahirkan,dan
3. Kekokohannya membuat pelvis menjadi tempat berlabuh yang stabil untuk
untuk perlekatan otot, fasia, dan ligament
Dalam mempelajari tulangtulang pelvis, struktur dan penanda berikut
sangat penting : Krista iliaka dan spina iliaka anterior, superior, promontorium
sakrum, sakrum koksigis, simfisis pubis, arkus subpubis, spina iskiadikus, dan
tuberositas iskiadika. Pelvis disusun oleh empat tulang:
1. Inominata kanan
2. Inominata kiri, masingmasing terdiri dari tulang pubis kiri dan kanan, ilium
dan iskium, yang berfungsi setelah pubertas
3. Sakrum
4. Koksigis
Kedua tulang inominata (tulang panggul) membentuk bagian dua sisi dan
depan pasase tulang, sakrum dan koksigis membentuk bagian belakang.
Dibawah ilium adalah siskium, suatu tulang berat berakhir dibagian
posterior pada protuberositas yang dikenal sebagai tuberositas iskiadika.
Tuberositas menopang berat Badan saat duduk. Spina iskiadika , proyeksi tajam
dari batas posterior iskium kedalam rongga pelvis, dapat timbul atau menonjol.
Pubis ,membentuk bagian depan rongga pelvis terletak dibawah mons,
pada garis tengah kedua tulang pubis disatukan oleh ligamen yang kuat dan
kartilago yang tebal untuk membentuk persendian yang disebut simfisis publis.
Pada wanita sudut yang dibentuk oleh arkus pubis secara optimal berukuran
7
1. Ovarium
Gambar 3. Ovarium
10
11
a. Infundibulum
Infundibulum merupakan bagian yang paling distal. Muaranya
berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi
bengkak dan hamper erektil saat ovulasi. Fimbriae berfungsi
"menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium,
dan membawanya ke dalam tuba.
b. Ampula
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula/
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini. Ampula membangun segmen
distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dalam
fertilisasi terjadi di ampula.
c. Isthmus
Isthmus terletak proksimal terhadap ampula. Isthmus kecil dan
padat, sangat mirip ligamentum teres uteri. Isthmus merupakan bagian
dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet.
d. Interstisial.
Bagian interstisial (atau intramural) melewati miometrium
antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran
paling kecil (terowongan), berdiameter kurang dari 1 mm. Sebelum
ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus
melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.
12
13
terganggu.
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi
(98%),
1. Ujung fimbriae tuba falopii (17%)
2. Ampula tubae ( 55%)
3. Isthmus tuba falopii (25%)
4. Pars interstitsialis tuba falopii (2%)
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap
ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada
suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh
suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat
dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan
jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus
tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada
isthmus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini
akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga
banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
14
15
Aktivitas peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi. Sel-sel kolumnar menyekresi nutrient
untuk menyokong ovum selama berada didalam tuba (Bobak, Lowdermik,
Jensen, 2004).
3. Uterus
Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun
dari bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus
biasanya terletak di garis tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap
simpisis pubis dan kandung kemih, serta anterior terhadap rectum.
Pada kebanyakan wanita saat kandung kemih kosong, uterus
berada dalam posisi anteversi (ujung condong kedepan) dan sedikit
antefleksi (melengkung kedepan), dengan korpus bersandar pada bagian
atas dinding posterior kandung kemih. Serviks mengarah kebawah dan
kebelakang ujung sacrum sehingga serviks biasanya berada pada sekitar
sudut kanan badab vagina. Pada wanita lain uterus mungkin berada pada
posisi tengah atau ujung, condong kebelakang (retroversi). Uterus yang
melengkung lebih dari biasa sehingga fundus (atas) lebih dekat ke serviks
disebut berada dalam posisi antefleksi atau retrofleksi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke belakang kearah
rectum. Rectum yang penuh menggerakan uterus kedepan, ke arah
kandung kemih. Posisi uterus juga berubah, tergantung pada posisi wanita
(misalnya, berbaring terlentang, tengkurap, miring, atau berdiri), usia, dan
kehamilan. Pergerakan yang bebas memungkinkan uterus bergerak sedikit
ke atas selama siklus respons seksual sehingga serviks berada pada posisi
yang meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan.
Ligament dan otot dasar pelvis menopang uterus, termasuk badan
17
18
a. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan: lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan
miometrium. (Dua lapisan dibagian atas dikenal juga sebagai lapisan
fungsional dan lapisan dibagian dalam dikenal sebagai lapisan basal).
Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang
padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran
menstruasi berakhir, tebal endometrium 0,5 mm. mendekati akhir
siklis endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal
endometrium sekitar 5 mm (kurang dari inci).
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut
otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversal,
19
dan oblik), serabut otot polos saling menjalin dengan jaringan ikat
yang elastic dan pembuluh darah sepanjang dinding uterus dan
menyatu dengan lapisan dalam endometrium yang padat. Miometrium
terutama tebal di fundus, semakin menipis kearah istmus, dan paling
tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium,
paling banyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat
cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan
miometrium tengah yang tebal, serabut otot yang saling menjalin
membentuk pola angka-delapan yang mengelilingi pembuluh darah
besar. Kontraksi lapisan tengah memicu kerja hemostatis. Hanya
sedikit serabut sirkular lapisan miometrium dalam ditemukan di
fundus. Kebanyakan serabut sirkular terkonsentrasi di kornu (tempat
tuba fallopi bergabung dengan badan uterus) dan mengelilingi ostium
interna (muara). Kerja sfingter pada lapisan ini mencegah regurgitasi
darah menstruasi dari tuba fallopi salama menstruasi. Kerja sfingter
disekitar ostium serviks interna membantu mempertahankan isi uterus
salama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium
interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Ingat, miometrium bekerja sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Struktur miometrium yang memberi kekuatan dan elastisitsa
merupakan contoh adaptasi terhadap fungsi:
1) Untuk menjadi lebih tipis, tertarik keatas, membuka serviks, dan
mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan
dorongan paling besar.
2) Kontraksi serabut-serabut otot polos yang saling menjalin dan
mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah
setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya untuk
menutup (ligasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut
sebagai ikatan hidup.
Peritonium parietalis, suatu membrane serosa, melapisi seluruh
korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di
20
mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostic dan bedah
pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen
karena peritoneum parietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
neoplastik yang paling umum. Oleh karena itu, sel untuk pemeriksaan
sitologi dan papanikolaou (pap) smear diambil dari sambungan ini. Sel
epitel kolumnar memproduksi lender yang tidak berbau dan tidak
mengiritasi sebagai respons terhadap hormon-hormon endokrin
ovarium-estrogen dan progesterone.
d. Pembuluh Darah
Aorta abdomen bercabang saat mencapai tinggi umbilicus,
yakni menjadi dua arteri iliaka. Setiap arteri iliaka bercabang
membentuk dua arteri, yang lebih besar disertai arteri hipogastrika.
Arteri-arteri uterus merupakan cabang dari arteri hipogastrika.
Kedekatan letak uterus dari aorta menjamin kecukupan suplai darah
untuk pertumbuhan uterus dan konsepsi.
Selain itu, arteri ovarium, subdivisi langsung aorta, mula-mula
memperdarahi ovarium dan kemudian berlanjut untuk bergabung
dengan arteri uterus, sehingga menambah suplai darah ke uterus.
Pada kondisi tidak hamil, pembuluh darah uterus melingkar
dan berkelok-kelok. Seiring kemajuan kehamilan dan pembesaran
uterus, pembuluh darah ini menjadi lurus. Vena uterus berdampingan
dengan arteri uterus dan mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
4. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan
dibelakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks. Saat
wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dan ke atas. Vagina
terutama disokong oleh perlekatannya dengan otot dan fasia dasar pelvis.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu merenggang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan
panjang dinding posterior sekitar 9 cm. ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior, dan
posterior. Forniks posterior lebih dalam daripada tiga forniks yang lain.
Membran mukosa glandular melapisi dinding otot polos. Selama
masa reproduksi mukosa ini tersusun dalam bentuk lipatan-lipatan
23
meningkat.
mempertahankan
Cairan
kebersihan
yang
relative
terus
mengalir
vagina.
Oleh
dari
vagina
karena
itu,
posterior
vagina
dan
merupakan
kerokan
sambungan
squamokolumnar serviks yang difiksasi dengan etil eter dan alcohol dan
kemudian diwarnai dengan pewarna trikrom nukleositoplasmik.
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang
desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina
relative tidak sensitive. Terdapat persarafan dari saraf-saraf pudenda dan
hemoroid sampai sepertiga bagian bawah vagina. Karena persarafan
minimal dan tidak ada ujung saraf khusus, vagina merupakan sumber
sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan
melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua
persalinan daripada jika suplai ujung saraf pada jaringan ini cukup.
Daerah G (G-spot) ialah daerah di dinding vagina anterior dibawah
utera yang didefinisikan oleh graefenberg sebagai bagian yang analog
dengan kelenjar prostat pria.. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat
distimulasi sampai timbul orgasme yang disertai ejakulasi cairan yang
sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra.
Vagina berfungsi sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
B. Organ Reproduksi Eksternal
24
jaringan
lemak
25
erektil yang
pembuluh
pembuluh darah.
c. Jumlah pembuluh darah dan persyarafan yang banyak membuat
klitoris
suhu, sentuhan
dan sensasi
26
5. Vestibulum
a. Merupakan
rongga
yang
sebelah
lateral
dibatasi
oleh kedua
7. Ostium Uretra
a. Walaupun
bukan
merupakan
sistem
reproduksi
sejati, namun
8. Hymen
a. Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina
b. Biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari, berbentuk bulan
sabit atau sirkular sehingga darah
kadang kala
ada banyak
Namun
berumbai
29
iskiadika
dan
masuk
kedalam
otot
perineum
transversa.
Serabut
otot
30
31
mempersiapkan
mudigah/janin
serta
lingkungan
berperan
yang
dalam
sesuai
kemampuan
untuk
memelihara
payudara
untuk
33
34
lapisan sel sekitar. Oosit membesar sekitar seribu kali lipat. Pembesaran
oosit ini disebabkan oleh penimbunan bahan sitoplasma yang akan
dibutuhkan oleh mudigah.
Tepat sebelum ovulasi, oosit primer yang nukleusnya mengalami
meiotic arrest (penghentian proses meiosis) selama bertahun-tahun,
menyelesaikan
pembelahan
meiotik
pertamanya.
Pembelahan
ini
masing-masing
sel
anak
berkembang
menjadi
spermatozoa motil yang yang sangat khusus dan tidak dibebani oleh
sitoplasma dan organel yang tidak esensial serta semata-mata bertugas
memberikan separuh gen ke individu baru. Namun dalam oogenesis dari
keempat sel anak hanya satu yang ditakdirkan menjadi ovum yang
menerima sitoplasma. Distribusi sitoplasma yang tidak merata ini penting
karena ovum, selain menyumbang separuh gen juga menyediakan semua
komponen sitoplasma yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan
awal ovum yang telah dibuahi. Ovum yang besar dan relatif belum
berdiferensiasi ini mengandung banyak nutrien, organel serta protein
structural dan enzimatik. Ketiga sel anak lainnya yang kekurangan
sitoplasma, atau badan polar cepat berdegenerasi dan kromosomnya
menjadi tersia-siakan.
Perhatikan juga
perbedaan
besar
dalam
waktu
untuk
36
Semakin tuanya usia ovum yang dibebaskan oleh wanita pada usia
akhir 30-an dan 40-an diperkirakan berperan menyebabkan peningkatan
insidens kelainan genetik, misalnya sindrom down pada anak yang lahir
dari ibu dalam kisaran usia tersebut.
3. Siklus ovarium terdiri dari fase folikular dan luteal yang bergantian
Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus menerus mengalami
dua fase secara bergantian: fase folikular yang didominasi oleh keberadaaan
folikel matang, dan fase luteal yang ditandai oleh adanya korpus luteum.
Dalam keadaan normal siklus ini hanya terinterupsi jika terjadi kehamilan dan
akhirnya berakhir pada menopause. Siklus ovarium rerata berlangsung 28
hari, tetapi hal ini bervariasi di antara wanita dan diantara siklus pada wanita
yang sama. Folikel bekerja pada paruh pertama siklus untuk menghasilkan
telur matang yang siap untuk berovulasi pada pertengahan siklus. Korpus
luteum mengambil alih selama paruh terakhir siklus untuk mempersiapkan
saluran reproduksi wanita untuk kehamilan jika terjadi pembuahan telur yang
dibebaskan tersebut.
4. Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai
berkembang. Namu, hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular
saat lingkungan hormonal tepat untuk mendorong pematangannya, yang
berlanjut melewati tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena
tidak mendapat bantuan hormon, mengalami stresia. Selama pembentukan
folikel, seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit
primer untuk digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di
sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur
dari ovarium.
a. Proliferasi sel granulosa dan pembentukan zona pelusida
Pertama, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer
berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit.
Sel-sel granulosa ini mengeluarkan kulit kental mirip gel yang
membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulose sekitar.
Membran penyekat ini dikenal sebagai zona pelusida.
37
38
39
40
ini
menghasilkan
hormon-hormon
yang
esensial
untuk
41
42
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan
organ reproduksi internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva
meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris.
Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Menurut Sherwood (2011), peran wanita dalam reproduksi lebih rumit dari
pada peran pria. Fungsi esensial sistem reproduksi wanita mencakup:
1. Membentuk ovum (oogenesis)
2. Menerima sperma
3. Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi, konsepsi atau
pembuahan)
4. Memelihara janin yang sedang tumbuh sampai janin dapat bertahan hidup di
dunia luar (gestasi, atau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ
pertukaran antara ibu dan janinnya.
5. Melahirkan bayi (persalinan, partus)
6. Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan susu (laktat)
3.2 Saran
Dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi asuhan atau
perawatan yang akan dilakukan pada wanita, baik dalam asuhan kehamilan,
persalinan, nifas, manpun dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, sangat
penting bagi kita sebagai calon tenaga kesehatan untuk mengetahui struktur dan
anatomi alat reproduksi wanita. Sehingga kita dapat memberikan asuhan yang
benar, maksimal dan berkualitas pada wanita.
43
DAFTAR PUSTAKA
Bobak , Lowdwermik, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi: 4.
Jakarta: EGC
Gibson John. (2002). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat, Edisi:2. Jakarta:
EGC
Ida Ayu Chindranita Manuaba dkk. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita, Edisi: 2. Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Mira Dwi. (2009). Buku Ajar Biologi Reproduksi. Jakarta: EGC
Snel, Richard S. (2011). Anatomi Klinins Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi:4.
Jakarta: EGC
44