(Isi) Tugas Mandiri Pancasila Sifa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila

BAB II
Pembahasan
2.1 (Pendahuluan/Pembukaan)
Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan
Pancasila sila ke 1 sampai 5
Maksud dari konteks sosiologi, adalah suatu hal/sesuatu yang
bermaksud,

bertujuan,

mencakup,

sisi,

yang

berhubungan

dengan

sosiologi

yang

sosiologi/bersifat sosial atau kemasyarakatan.


Jadi

berbicara

mengenai

dihubungkan/berhubungan
maksudnya

yaitu

dengan

Pancasila,

merupakan

pengaplikasian/penerapan

konteks

antara

suatu
sila

sila

ke

sampai

pengamalan

pancasila

tersebut

atau
dengan

sosiologi/kemasyarakatan.
Yang mana dalam interelasi dan korelasi antara sosiologi dengan
butir-butir 5 sila Pancasila telah mencerminkan jati diri, jiwa, dan raga
bangsa Indonesia, yang telah melekat dengan kokoh, sejak lahir/adanya
bangsa Indonesia itu sendiri.
Dengan adanya pemaparan, pendeskripsian, penjelasan mengenai
interelasi dan korelasi antara sosiologi dengan Pancasila dapat mendorong
dan memotivasi kita untuk lebih menghargai nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila, dan mengamalkannnya dalam kehidupan seharihari, yang mana akan menjadikan bangsa ini (Indonesia), menjadi bangsa
yang

dapat

diperhitungkan

dan

dipandang

serta

dihormati

bangsanya sendiri sekaligus bangsa lain/dunia Internasional.

oleh

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila

2.2
1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Konteks sosiologi hubungannya dengan sila ke 1, yaitu sila Ketuhanan
yang maha esa antara lain:
a. Agama sebagai sumber nilai spiritual, moral dan etik bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Penghormatan dan perlindungan atas hak dan kebebasan
beragama sebagai bagian dari hak asasi warga Negara.
c. Kerukunan umat beragama dan tata kelola kehidupan
beragama.
d. Pengembangan karakter dan jati diri bangsa.
e. Penyediaan fasilitasi dan pelayanan bagi umat beragama
berdasarkan prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik.
f. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
g. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda
sehingga terbina kerukunan hidup.
h. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya
i. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada
orang lain.
j. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
k. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
l. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan
ibadah
sesuai
dengan
agama
dan
kepercayaannya masing-masing.
m. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
n. Yang menjadi fondasi adanya suatu peradaban sosial manusia,
dalam segala hal adalah masyarakat/manusianya yang
menjunjung tinggi Agama dan atau Ketuhanan.
2

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


o. Manusia sosial tak akan beradab dan berbudaya yang baik,
benar dan sesuai bila tidak mempercayai adanya Tuhan dan
memiliki dan memegang tali Agama.
p. Sebagai dasar pertama, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa bukan saja
meletakkan dasar moral diatas Negara dan Pemerintah, tetapi
juga memastikan adanyakesatuan Nasional yang berasas
keagamaan. Pengakuan sila pertama (Ke-Tuhanan Yang Maha
Esa) tidak dapat dipisah-pisahkan dengan Agama, karena
adalah salah satu tiang pokok daripada peri kehidupan
manusia dan bagi bangsa Indonesia adalah juga sebagai sendi
peri kehidupan Negara dan unsur mutlak dalam usaha nationbuilding.

Landasan dari hukumnya dapat dilihat sebagai berikut:


Merujuk pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Dalam
kaitannya, sila pertama Pancasila (Ketuhanan Yang Maha esa) termaktub
dalam Pasal 29 UUD 1945 Ayat 1 dan 2 bahwa Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Jaminan itu ditegaskan pula
pada bagian lain, yaitu Pasal 28 E UUD 1945 Ayat 1 dan 2 yang
menyatakan bahwa Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali, dan Setiap orang
berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Selain itu, konstitusi juga
menegaskan bahwa hak beragama adalah bagian dari hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun; bahwa setiap warga
berhak mendapat perlindungan dari setiap perlakuan diskriminatif; dan
bahwa perlindungan dan penegakan HAM adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah (Pasal 28 I UUD 1945 Ayat 1, 2, dan 4).
Menurut peraturan Pusat (perpu), dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3
dan 4 dinyatakan: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dengan undang-undang, dan Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia.
Sila pertama Pancasila pun termaktub dalam Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1959 yang menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku
lagi bagi segenap bangsa Indonesia telah menyatakan, bahwa Piagam
3

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai dan merupakan suatu rangkaian
kesatuan dengan konstitusi tersebut.
Pemerintah berusaha menyalurkannya kearah pandangan yang
sehat dan kearah Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan
ketetapan M.P.R.S. No. II/MPRS/1960, lampiran A. Bidang I, angka 6.
Dengan kata-kata "Kegiatan keagamaan"
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam pengamalan Pancasila sila pertama,
sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
Lalu Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no.
I/MPR/2003
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya
makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa
Prima yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia
sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhi laranganNya.
Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang
berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk
agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari
Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia
sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin
kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang
ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam
suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat
Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh
subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.
Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada
di luar diri manusia dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu
yang bersifat adikodrati (di atas / di luar yang kodrat) dan yang transeden
(yang mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh bangsa Indonesia
sejak dahulu.
Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham animisme,
dinamisme, sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja
berkembang di dunia sampai masuknya agama-agama Hindu, Budha,
Islam, Nasrani ke Indonesia, sehingga kesadaran akan monotheisme di
masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika
rumusan sila pertama Pancasila adalah Ketahuan Yang Maha Esa

Simpulan Sila 1:
4

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Jadi simpulan dari pancasila sila ke 1 dalam kaitannya dengan
konteks sosiologis adalah: Agama memiliki kedudukan dan peran yang
sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Pengakuan akan kedudukan dan peran penting agama ini tercermin
dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama
falsafah negara Pancasila, yang juga dipahami sebagai sila yang menjiwai
sila-sila Pancasila lainnya. Dan dalam pelaksanaanya perlu dan wajib
melaksanakan suatu penghormatan, sikap toleransi, dan tenggang rasa
antar umat beragama.

2.3
2. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Konteks sosiologi hubungannya dengan sila ke 2, yaitu sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab antara lain:
a Berasal dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan.
b Dalam kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan harus
senantiasa dilandasi moral kemanusiaan antara lain, dalam hal
keagamaan, kepemerintahan Negara, politik, ekonomi, hukum,
social, budaya, dan hankam.
c Bermakna bahwa kemanusian wajib dan perlu diperlakukan dengan
adil, dan beradab sebab manusia adalah makhluk yang berbudaya
kemasyarakatan sosialnya.
d Menjunjung tinggi harkat dan martabat dari kemanusian.
e Bebas dalam hal berdemokrasi, jadi sifatnya adil dan terbuka untuk
f

seluruh masyarakat bangsa ini.


Makhluk yang bersifat socio individualis, yaitu berstatus social
(butuh orang/individu lain) dan sekaligus sebagai makhluk yang
individu/mandiri. Maka dari itu manusia perlu diperlakukan adil atau
sama rata dan beradab/sesuai dalam hal pengakuan dimasyarakat
yang berbangsa dan berbudaya ini.
5

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


g Perlunya penyamarataan dan penyeimbangan antara hak dan
kewajibannya dalam hal kehidupan di masyarakatnya.
h Berhubungan sebab akibat dengan kehidupan bermasyarakat atau
social suatu individu, kelompok atau gabungan keduanya dengan
i

sila kedua tersebut.


Bertanggung jawab akan kehidupan social di masyarakat yang

menaunginya.
Dalam kehidupan
senantiasa

kenegaraan

dilandasi

kesatuan,

atau

kemasyarakatan

penyatuan

pandangan

harus
atau

paradigma dalam hal keagamaan, kepemerintahan Negara, politik,


ekonomi, hukum, social, budaya, dan hankam, agar tercipta suatu
kehidupan bermasyarakat sosial yang akan langgeng atau tak
lekang oleh waktu.
k Seyogyangnya nilai, sikap, pandangan dari sila ke 2 ini diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat dan sosial setiap manusia/warga
l

atau masyarakat bangsa ini.


Dengan adanya sila kedua diharapkan masyarakat segenap bangsa
Indonesia

ini

menjadi

lebih

memanusiakan

sesamanya

dan

termanusiakan oleh dirinya serta oleh manusia lainnya.


m Sila ini menekankan bahwa kemanusiaan itu sangatlah penting nilai
dan keberadaanya dalam kehidupan masyarakat/manusia yang
berbangsa, berbudaya luhur.
n Maka dengan kemanusiaan tidak adanya suatu penindasan dan
diskriminasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya, baik
sengaja ataupun tidak sengaja.
o Ya jiwa sosial yang sesuai dengan nilai-nilai positif berhubungan
dengan perlakuan yang baik dan sesuai antara manusianya yang
benar-benar

memperhatikan

perikemanusiaan

dan

atau

kemanusiaaan.
p Jadi masyarakat yang memang menjunjung kemanusiaan adalah
masyarakat/individu yang peka dan peduli akan dirinya sendiri.
q Jiwa yang sudah menerapkan sila kemanusiaan yang adil dan
beradab ini adalah jiwa yang sudah berbudaya luhur, dan berpikiran
luas.
Landasan dari hukumnya dapat dilihat sebagai berikut:
6

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 27 ayat 1 dan 2,28, 30 dan 31 UUD
1945
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran.
Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan
manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan
Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara ,
kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara dan
lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini
dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri
atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan
mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala
aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat7

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


sifat manusia Indonesia yang monopluralis , terutama dalam pengertian
yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat
manusia monodualis yaitu manusia sebagai individu dan makhluk social.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus
sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk social. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia
bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan sifat makhluk
individu, namaun juga bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat
mahluk social , yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam
masyarakat secara keseluruhan . maka sifat dan hakikat Negara Indonesia
adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk social
secara serasi, harmonis dan seimbang.
Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekan
kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi
rohani nya saja, namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua sifat
tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara serasi dan
seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat
Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk berdiri seniri dan makhluk tuhan.

Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung makna :


kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai moral dalalm hidup
bersama atas tuntutan mutlak hati nurani dengan memperlakukan
sesuatu hal sebagaimana mestinya.
Yang perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan semua
umat manusia dalam mewujudkan nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah pengakuan hak asasi manusia. Manusia harus diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya., yang sama hak dan
kewajiban asasinya. Untuk itu perlu dikembangkan juga sikap saling
8

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


mencintai sesama manusia, sikap tenggangrasa atau tepo seliro. Oleh
karena

itu sikap dan perilaku semena-mena

terhadap orang lain

merupakan perbuatan yang tidak sejalan dengan nilai kemanusiaan yang


adil dan beradab.

Simpulan Sila 2:
Jadi, sosiologi yang berhubungan atau dihubungkan dengan sila
pancasila ke 2 yaitu, hal atau sesuatu yang berhubungan dengan nilai,
nilai, sikap, ciri, pandangan yang mencakup atau termaktub dalam jiwa,
raga, soul dari sila ke 2 (kemanusian yang adil dan beradab) tersebut
dengan lingkup atau ranah kemasyarakatan dan soscial di Negara dan
bangsa ini.
Yang dihubungkan dengan pengaplikasian dan pengamalan dari sila
ini intinya yaitu dalam setiap hal dan sesuatunya haruslah kita
menghargai dan atau bersikap respek terhadap kemanusiaan yang
menjunjung keadilan dan beradab. Dan semuanya harus merata dan
seimbang.

2.4
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Konteks sosiologi yang dihubungkan atau hubungannya dengan
Pancasila sila ke 3 Persatuan Indonesia, yaitu antara lain:
a Terkandung nilai bahwa Negara adalah penjelmaan sifat kodrat
manusia

yaitu

monodualis

social/manusia bermasyarakat.
9

atau

individu

dan

makhluk

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


b Dalam kemasyarakatan dan sosialnya perlu suatu keutuhan dan
satu kesatuan dalam proses menjalani kehidupannya.
c Bila dalam masyarakat atau sosialnya terdapat suatu perbedaan
misal,

dalam

bidang

agama,

ras,

suku,

kelompok,

golongan/status social maka hendaknya bisa kembali bersatu,


utuh tak ada suatu perceraian, atau perselisihan.
d Dalam hal atau sesuatu yang menyangkut kehidupan berpolitik,
hendaknya

menyamakan

satu

kesatuan

suara,

walaupun

asal/aslinya berbeda-beda.
e Menyamakan suatu pandangan atau paradigma dalam hal
ideologi atau falsafah dalam suatu kehidupan bermasyarakat,
f

agar tidak terjadinya suatu kesalahpahaman, dan perselisihan.


Merealisasikan
seluruh
potensinya
dalam
kehidupan
bermasyarakat

atau

sosialnya

dengan

saling

saling

membahu atau bersama-sama yang sifatnya integral.


g Untuk selalu menjadi penjaga seluruh tumpah

bahu
darah

warga/masyarakatnya, memajukan kesejahteraan umum (seluruh


masyarakatnya), mencerdaskannya (warganya), serta ikut andil
dalam suatu pergaulan dunia dengan bangsa-bangsa lainnya,
untuk memajukan perdamaian serta ketertiban dunia dengan
cara menyatukan asa, atau suara.
h Mengutamakan sikap, sifat, ciri, bentuk yang sesuai dengan
semangat
i

kesatuan

dan

nasionalisme

dalam

kehidupan

masyarakat, berbangsa & bernegara, dan sosialnya.


Bila ada gangguan hankam (dalam hal pertahanan keamanan),
seluruh atau segenap bangsa ini ikut andil menyatukan gerakan

perlawanan dan pertahanannya.


Menjunjung tinggi semangat kesatuan moral, jiwa, raga, ciri dan
perspektif

dalam

menjalani

kehidupan

masyarakat

atau

sosialnya.
k Menjunjung suatu kesatuan dan kepaduan dalam segala aspek
l

didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Berusaha menciptakan suatu persatuan dan kesatuan dalam

suatu perpecahan dan atau konflik.


m Bersikap peduli terhadap segala hal dan sesuatu yang dapat
menghancurkan dan memporak-porandakan suatu kesatuan dan
persatuan.
10

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


n Ikut andil dalam pergerakan suatu usaha untuk menjaga dan
mempertahankan kesatuan dan persatuan.
o Berusaha untuk terus dann bersinergi dalam hal kesatuan dan
persatuan dengan lingkup yang lebih luas lagi, misalnya luar
wilayah/region, atau dalam dunia internasional.
p Kesatuan dan persatuan adalah harga mati dalam menjaalani
suatu kehidupan sosial yang mumpuni dan madani, yanh sesuai
dengan cita-cita bangsa ini.
Landasan dari hukumnya dapat dilihat sebagai berikut:
Pembukaan UUD 1945 dan pasal 1, 32, dan 36 UUD 1945
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
Republik.
Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
Pasal 36
Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.

Pada dasarnya manusia diciptakan berbagai macam suku, budaya,


dan bangsa, adalah satu kenyataan yang tidak bisa dibantah oleh
siapapun juga. Termasuk bangsa Indonesia yang terdiri dari beberapa
pulau-pulau yang terpisah oleh lautan luas, sehingga terjadi beraneka
macam keanekaragaman di Indonesia. Berdasarkan fakta ini harus diakui
adanya bangsa dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan demi keadilan
social, bangsa Indonesia harus menggalang persatuan dan kesatuan
bangsa dalam keberagaman suku dan budaya yang kita miliki. Bung Karno
sering menegaskan bahwa Pancasila adalah satu-satunya alat pemersatu
bangsa Indonesia, terutama sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
11

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Dalam fakta sejarah, selama 350 tahun Negara Indonesia dijajah
dan dieksploitasi segala sumber dayanya, sumber daya alam maupun
sumber daya manusianya. Perjuangan bangsa Indonesia yang dulu
bersifat kedaerahan ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali.
Bahkan menjadikan perpecahan antar bangsa di Indonesia. Kemudian
bangkitlah

kesadaran

bangsa

Indonesia,

terutama

pemuda-pemuda

Indonesia untuk saling bersatu dan melawan penjajah bersama-sama.


Sehingga teraihlah kemerdekaan Indonesia yang dapat dinikmati hingga
sekarang ini.
Melihat sejarah dalam mencapai kemerdekaan Indonesia tidak lepas
dari rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa, maka hal itulah yang
menjadikan persatuan Indonesia menjadi salah satu pondasi terkuat
berdirinya bangsa Indonesia dan landasan untuk bangsa Indonesia dalam
menjalankan

pemerintahan,

memajukan

bangsa,

dan

menghadapi

ancaman sekalipun. Keberagaman suku dan budaya di Indonesia juga


perlu disatukan oleh suatu landasan pemersatu yang kuat. Sehingga
dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia terdapat sila ketiga yaitu
Persatuan Indonesia.
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan
suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila Persatuan Indonesia didasari
dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau
kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan
agama, suku, bahasa, dan budaya. Sehingga dapat disatukan memlalui
sila ini berbeda-beda tetapi tetep satu atau disebut dengan Bhineka
Tunggal Ika.
Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan
negara ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti
partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air
Indonesia

dan

bangga

mengharumkan
12

nama

Indonesia.

Sila

ini

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada
rakyat Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud
memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan
dimasyrakat sangat penuh perbedaan tetapi

harus menjadi satu darah

Indonesia dan rela mengorbankan kepentingan golongan demi negara


Indonesia. Walaupun sangat kental dengan berbagai budaya yang
berbeda tetap harus rukun menjaga kedamaian Bhineka Tunggal Ika.

Simpulan Sila 3:

Jadi, simpulan tentang konteks sosiologi yang berhubungan atau


dihubungkan dengan sila pancasila ke 3 yaitu, bahwa suatu kesatuan atau
persatuan, yang utuh dan menyatu perlu adanya, dan senantiasa dijalani
dan dilakukan oleh segenap masyarakat sosial masyarakat negara dan
bangsa ini, agar terciptanya suatu keutuhan dan penyaman suatu jiwa,
raga,

asa,

cita

dan

bentuk

dalam

berkehidupan

sosial

atau

bermasyarakatnya.
Serta dapat menjadikan suatu dunia yang aman damai, adil
sejahtera

untuk

keseluruhan

warga,

masyarakat

atau

kehidupan

bersosialnya, baik di dalam maupun luar Negara/ Internasional.

2.5
4. Sila

Keempat

Hikmat

Kerakyatan

Yang

Kebijaksaan

Permusyawaratan/Perwakilan.
13

Dipimpin

Oleh
dalam

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Konteks sosiologi yang dihubungkan atau hubungannya dengan
Pancasila sila ke 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, yaitu antara lain:
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil
keputusan bersama.
d. Bermusyawarah sampai

mencapai

dengan semangat kekeluargaan.


e. Mengutamakan musyawarah dan

kata

mufakat

mufakat,

diliputi

dibandingkan

voting/pengambilan suara.
f. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum
yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Secara
sederhana, demokrasi yang melibatkan segenap bangsa
dalam

pemerintahan

baik

yang

tergabung

dalam

pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang


diutamakan.
g. Pemusyawaratan.

Artinya

mengusahakan putusan

secara

bulat, dan sesudah itu diadakan tindakan bersama. Disini


terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan
secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat,
artinya keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama.
Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang
berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil
kebikjasanaan.Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil
yang sebaik-baiknya didalam kehidupan bermasyarakat, maka
hasil kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang
ditempatkan lebih dahulu.
h. Dalam melaksanakan keputusan

diperlukan

kejujuran

bersama. Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan


bersama

dilakukan

secara

bulat

sehingga

membawa

konsekuensi adanya kejujuran bersama.Perbedaan secara


umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada
permusyawaratan.Permusyawaratan diusahakan agar dapat

14

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


menghasilkan

keputusan-keputusan

yang

diambil

secara

bulat.
i. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung
jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara
moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
j. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
k. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam
hidup bersama.
l. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku,
agama, karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan
kodrat manusia.
m. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap
individu, kelompok, ras, suku, maupun agama.
n. Mengarahkan
perbedaan
dalam
suatu
kemanusiaan yang beradab.
o. Menjunjung tinggi atas musyawarah,
kemanusiaan yang beradab.
p. Mewujudkan dan mendasarkan

suatu

kerja

sama

sebagai

moral

keadilan

dalam

kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama.


q. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
r. Mengeluarkan pendapat dan tidak boleh memaksakan
kehendak orang lain.
s. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.
t. Memperoleh kesejahteraan yang dipimpin oleh perwalian.

Landasan dari hukumnya dapat dilihat sebagai berikut:


Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 1 (ayat 2), 2 (ayat 1 & 3), 37 UUD 1945
Pasal 1
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat,ditambah dengan utusan-utusan dari
15

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


daerah-daerah

dan

golongan-golongan,

menurut

aturan

yang

ditetapkan dengan undang-undang.


(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan
dengan suara yang terbanyak.
Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya
2/3 dari pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
harus hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3
dari pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
hadir.

Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat


Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam
menggunakan hak-haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan
dan mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama,
maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan
kepada

pihak

lain.

Sebelum

diambil

keputusan

yang

menyangkut

kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan


dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini,
diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa
Indonesia.
Setiap manusia Indonesia harus menghayati dan menjungjung tinggi
setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang
bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad
baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang
diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan
dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung

tinggi

harkat

dan

martabat
16

manusia

serta

nilai-nilai

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


kebenaran

dan

keadilan.

Dalam

melaksanakan

permusyawaratan,

kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil yang dipercayanya.


Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat
melalui

lembaga-lembaga

perwakilan.

Nilai

ini

menganut

paham

demokrasi. Akan tetapi, saat ini Indonesia sudah menggunakan paham


liberalis, yaitu dimana setiap individu mempunyai hak penuh untuk
menentukan pilihan. Dan cara pemilihan ini biasanya dengan cara votting.
Pada hakekatnya sila ke 4 ini didasari oleh sila Ketuhanan yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia,
dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia.Demokrasi

pancasila

menyerukan

pembuatan

keputusan

melalui musyawarah mencapai mufakat. Ini adalah demokrasi yang


menghidupkan prinsip-prinsip Pancasila.
Hal ini mengimplikasikan bahwa hak demokrasi harus selalu diiringi
dengan sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha
Besar menurut keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati
nilai-nilai kemanusiaan ke atas harkat dan martabat manusia, serta
memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan nasional menuju
keadilan sosial.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat
negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu

dan

makhluk

sosial.

Hakikat

rakyat

adalah

merupakan

sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu
yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu
wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok
negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat
adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.

Simpulan Sila 4:

17

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Jadi, simpulan tentang konteks sosiologi yang berhubungan atau
dihubungkan dengan sila pancasila ke 4 yaitu, bahwa sila keempat ini
menerangkan, memaparkan, dan mendeskripsikan tentang pentingnya
musyawarah dan mufakat dalam berdemokrasi, dalam Negara Indonesia
ini, sedangkan voting/pengambilan suara merupakan jalan tempuh
terakhir dari pengambilan keputusan kenegaraan, dan seyogyannya
musyawarah dan mufakat itu terbuka untuk umum/ seluruh rakyat
Indonesia, dan dapat dipertanggung jawabkan keberadaan proses dan
hasilnya.

2.6
5. Sila Kelima : Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Konteks sosiologi yang dihubungkan atau hubungannya dengan
Pancasila sila ke 5 Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, yaitu antara
lain:
a. Negara
memeluk

menjamin

kemerdekaan

agamanya

tiap-tiap

masing-masing

dan

penduduk
untuk

untuk

beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu.


b. Harus adanya suatu pemerataan dalam hal ekonomi, sosial &
budaya,

hukum,

pendidikan,

kesehatan,

pertahanan

keamanan bagi seluruh dan segenap bangsa Indonesia.


c. Tidak
boleh
adanya
suatu
diskriminasi

dan

antara

individu/orang/masyarakat yang satu dengan yang lainnya.


d. Sila kelima itu menekankan bahwa dalam kehidupan berbangsa
dan

bernegara

diharapkan

adanya

suatu

persamaan

dan

persatuan antara hak dan kewajiban.


e. warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
f. Seluruh warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.

18

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


g. Seluruh rakyat dijamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
yang ditetapkan undang-undang.
h. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang,
dengan adil dan merata untuk seluruh rakyatnya.
i. Menjunjung tinggi hak dan nilai-nilai dari kemanusian untuk
seluruh atau segenap rakyat bangsanya.
j. Adanya suatu keadilan yang dapat menciptakan suatu timbale
balik tidak hanya sesame manusianya, tetapi dengan makhluk
hidup lainnya, dan dengan lingkungan (alam) yang menaunginya.
k. Menyejahterakan, mendamaikan, mensukseskan, membangun
dan segala halnya perlu dengan asas persamaan yang sesuai
undang-undang dan aturan yang berlaku.
l. Selain dari pemerintah dan pendiri bangsa yang perlu mematuhi
peraturan dan undang-undang, maka masyarakat atau warganya
pun wajib dan perlu untuk memenuhi dan mentaati peratuaran
yang berlaku di daerah/wilayah dan atau Negara yang mengatur
dan menaunginya.
m. Peranan yang diambil oleh rakyat dan pemerintah, seyogyanya
ataupun

seharusnya

dapat

sinkron/setimbang

dan

saling

melengkapi satu sama lainnya.


n. Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam
suatu Negara berkebangsaan, mengharuskan Negara untuk
menciptakan suatu peraturan perundang-undangan.
o. Rakyat/ masyarakat

yang benar-benar menerapkan kehidupan

sosial yang baik, sesuai dan benar faktanya, adalah yang


mementingkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai akan pentingnya
kemanusiaan.
p. Kemanusiaan adalah suatu hal dimana individu benar-benar
menghargai dan memahami akan keberadaanya dimasyarakat
sosial yang nyata dan fakta.

19

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


Landasan dari hukumnya dapat dilihat sebagai berikut:
Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 27, 28, 29, 31,33, dan 34 UUD
1945
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

20

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai

oleh

negara

dan

dipergunakan

untuk

sebesar-besar

kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

Esensi pancasila sila ke-5 yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia bertitik pada kata keadilan sosial juga didukung oleh kata
sejahtera. Sejahtera yang dituju adalah sejahtera secara sosial /
mennyeluruh. Dimana sejahtera yang dimaksud adalah sejahtera secara
jasmani (makan dll) dan juga sejahtera secara rohani (ibadah, seni dll).
Sedangkan keadilan di atas adalah keadilan yang bersifat distributif
(sesuai dengan) serta keadilan yang bersifat komutatif (keadilan yang
tidak memandang siapa / haya kepentikan satu kelompok saja) tetapi
keadilan yang berlaku untuk semua golongan.
Contoh penerapan esensi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia :
Pemerintah mengadakan program wajib sembilan tahun bagi warga
masyarakat indonesia guna mengatasi pendidikan yang masih terlalu
rendah di kalangan masyarakat indonesia.

Konsekwensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan


bersama

meliputi:
1. Keadilan distributive

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana


hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
21

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


diperlukan tidak sama ( just ice is done when equelz are treated equally ).
Keadilan distributive sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara
terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan
atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat )
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap
negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum
merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan
menjadi

kesatuannya.

Dalam

masyarakat

yang

adil

setiap

orang

menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the


man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral,
sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.
3. Keadilan Komulatif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang
lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara
ketertiban

masyarakat

dan

kesejahteraan

umum.

Bagi

Aristoteles

pengertian keadilan ini merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam


masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurakn pertalian
dalam masyarakat.
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam
suatu Negara berkebangsaan, mengharuskan Negara untuk menciptakan
suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka
Negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu
negara yang berdasarkan atas Hukum. Sehingga sebagai suatu negara
hukum haruslah terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu:
22

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila

1. Pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia


2. Peradilan yang bebas.
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

Simpulan Sila 5:
Jadi, simpulan tentang konteks sosiologi yang berhubungan atau
dihubungkan dengan sila pancasila ke 5 yaitu, menekankan
mengenai suatu bentuk dan sifat dari keadilan untuk seluruh bangsa
Indonesia ini, haruslah merata, setara, dan seimbang.
Tidak boleh ada satupun yang tidak terbagi jatah atau bagian
dalam hal keadilan, sebab keadilan merupakan hak yang melekat
dan wajib ada bagi seluruh individu masyarakat bangsa ini. Baik
keadilan dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan,
keamanan, penghidupan yang layak dan lain sebagainya.

BAB III
23

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila

3.1 Simpulan
Berbicara mengenai konteks sosiologi yang berinterelasi dan
berkorelasi (berhubungan) dengan Pancasila begitu mendalam makna,
dan substansinya. Sebab merupakan suatu sikap yang didilhami dan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat di Negara
Indonesia ini, dan maupun di dunia Internasional. Yang sifatnya berupa
pengamalan dan pengaplikasian berdasar kesesuaian butir-butir sila
Pancasila yang berjumlah 5 buah.
Dalam makna dan substansinya yang mendalam dalam hal
perwujudan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini
diharapkan menjadikan masyarakat bangsa ini menjadi peka dan peduli
terhadap nilai-nilai dari ideologi yang ada dalam butir-butir sila Pancasila
ini.
Walau begitu banyak penjelasan dan keterangan dalam hal
interelasi dan korelasi dari konteks sosiologi dengan Pancasila ini,
diharapkan dengan adanya simpulan dari sila per silanya dapat dicerna
dan dimengerti dengan baik oleh para pembaca.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah tentang Konteks Sosiologi yang
Dihubungkan dengan Pancasila ini, maka diharapkan dapat memacu
masyarakat Indonesia menjadi lebih peka dan peduli terhadap nilai-nilai
yang terkandung dari setiap butir sila Pancasila ini.
Selain itu Pancasila sebagai ideologi bangsa kita ini selayaknya
dapat lebih diamalkan, diaplikasikan pelaksanaannya oleh seluruh
masyarakat Indonesia, apalagi ini dihubungkan dengan konteks sosiologi
(kemasyarakatan).
24

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila

Daftar Pustaka
http://dwianggoro9.blogspot.com/2010/05/hubungan-pacasiladengan-uud-1945.html diunduh pada senin, 01, desember
2014.
https://www.scribd.com/doc/247072373/Konteks-Sosiologi-SilaKedua-Dan-Ketiga, diunduh pada senin, 01, desember 2014.
M.S, Prof.DR, Kaelan. 2010 (Edisi Revisi). Pendidikan Pancasila.
Penerbit: Paradigma. Yogyakarta.
Abdulgani Ruslan, 1998, Pancasila dan Reformasi. Makalah
seminar nasional KAGAMA, 8 Juli 1998. Yogyakarta.
Ihza Mahendra, Yusril. 1999. Ideologi dan Negara. Dalam
Ghazali, Yusril Ihza Mahendra Tokoh Intelektual Muda.
Rajawali. Jakarta.
Dipoyudo, Kirdi. 1984. Pancasila Arti dan Pelaksanaannya.
CSIS. Jakarta
1985 Keadilan Sosial. Rajawali. Jakarta
Iskandar,dkk.1997.Pancasila.Yogyakarta:
FKIS-IKIP

Yayasan

Penerbit

CSIS.1980.Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila


(Ekaprasetya Pancakarsa).Yogyakarta: IKIP Yogyakarta

Rukiyati,
Press

dkk.2008.Pendidikan

25

Pancasila.

Yogyakarta:

UNY

Konteks Sosiologi di Hubungkan dengan Pancasila


http://www.facebook.com/topic.php?
uid=104604209740&topic=8690, diakses
Oktober 2010 pukul 12.17 WIB

26

hari

Rabu,

13

Anda mungkin juga menyukai