Bab III Timbangan Tebu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB III

TIMBANGAN TEBU
III.1 Penimbangan Tebu
Penimbangan tebu dilakukan untuk mengetahui berat tebu yang tertimbang. Hal ini
sangat penting karena dapat menjaga kapasitas tebu yang digunakan sebagai bahan baku
utama di dalam proses pengolahan gula dan sebagai angka dasar pengawasan di pabrik gula.
Penimbangan harus dilakukan secara cepat, teliti, dan tepat agar data yang dihasilkan dapat
valid. Selain itu, menghindari antrian yang sangat panjang dalam proses penimbangan agar
tidak mempengaruhi kualitas dari tebu sendiri. PG Pagottan mempunyai dua jenis timbangan
yang digunakan selama proses penimbangan tebu berlangsung diantaranya yaitu Digital
Crane Scale dan jembatan timbang.

Gambar III.1 Proses Penimbangan Tebu di Selektor


III.2 Digital Crane Scale
Jenis timbangan Digital Crane Scale digunakan ketika proses penimbangan untuk tebu
yang dibawa oleh truk. PG Pagottan mempunyai 4 unit Digital Crane Scale, namun yang
digunakan hanya dua timbangan yaitu timbangan nomor 1 dan 3. Timbangan ini terletak
setelah selektor, di bagian barat dan timur. Jika tidak terjadi antrian yang terlalu panjang di
penimbangan maka yang digunakan adalah timbangan yang berada di bagian barat. Setelah
tebu ditimbang maka tebu diletakkan di lori sebagai tempat untuk menampung sementara
sebelum dilakukan proses selanjutnya. Pada timbangan Digital Crane Scale mempunyai
kapasitas maksimum yaitu 10 ton dan digerakkan oleh elektromotor. Berikut ini adalah
gambar dari Digital Crane Scale beserta cara kerjanya :

III-1

Gambar III.2 Timbangan Digital Crane Scale


Bagian-bagian dari gambar timbangan Digital Crane Scale adalah :
1. Atap crane
9. Gabaral
2. Balak crane
10. Digital crane
3. Roda penggerak horizon
11. Balak rantai
4. Motor penggerak horizon
12. Rantai
5. Rumah seling baja
13. Ruang komputer
6. Motor penggerak vertikal
14. Torongan
7. Seling kawat baja
15. Truk
8. Rumah operator crane
16. Lori
17.
Prosedur penimbangan tebu adalah setelah timbangan dihidupkan, perlahan
truk yang berisi tebu masuk. Kemudian tebu akan dililitkan dan ditarik dengan rantai. Lalu
didiamkan sebentar untuk memperoleh berat tebu yang spesifik. Berat tebu yang telah
ditimbang akan langsung tertera secara otomatis pada timbangan. Setelah ditimbang tebu akan
dipindahkan ke lori.
18.
19. Tabel III.1 Nama Bagian dan Fungsi Timbangan Digital Crane Scale
20.
21. Bagian Digital
22. Fungsi
N
Crane Scale
23.
1

24. Atap crane

25. Sebagai pelindung crane dari panas dan hujan

26.
2

27. Balak crane

28. Merupakan besi yang kuat sebagai tumpuan


roda penggerak horizon untuk bergerak secara
maju dan
29. mundur

III-2

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

30.
3

31. Roda
horizon

penggerak

32. Sebagai penggerak digital crane secara maju


dan mundur

33.
4

34. Motor
horizon

penggerak

35. Untuk menggerakkan roda pengerak pada


waktu menimbang horizon

36.
5

37. Rumah seling baja

39.
6

40. Motor
vertikal

42.
7

43. Seling kawat baja

44. Bergerak secara vertikal untuk mengangkat


tebu yang akan ditimbang

45.
8

46. Rumah
crane

47. Tempat
seorang
petugas
mengoperasikan digital crane

48.
9

49. Gabaral

50. Sebagai pengait antara digital scale dengan


seling baja

51.
1

52. Digital crane

53. Sebagai penunjuk angka berat tebu yang


ditimbang

54.
1

55. Balak rantai

56. Tempat melekatnya rantai

57.
1

58. Rantai

59. Digunakan untuk dikaitkan dengan rantai


truk, untuk mengangkat tebu

60.
1

61. Ruang komputer

63.
1

64. Torongan

67.
1

68. Truk

62. Tempat untuk mengoperasikan unit dengan


komputer sebagai pencatat berat tebu yang
ditimbang
65. Sebagai penekan (pressure) tebu saat akan
dialihkan
66. tempatnya dari truk ke lori setelah tebu
tersebut ditimbang
69. Sebagai pengangkut tebu dari kebun ke
tempat penimbangan

70.
1

71. Lori

III-3

penggerak

operator

38. Tempat yang berbentuk alur melingkar untuk


menggulung seling baja pada waktu seling
baja bergerak vertikal
41. Untuk menggerakkan seling baja pada waktu
mengangkat tebu yang akan ditimbang

untuk

72. Tempat atau wadah tebu setelah ditimbang

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

75.
N
78.
1.
81.
2.
84.
3.
87.
4.
90.
5.

95.
N

73.
74. Tabel III.2 Spesifikasi Timbangan Digital
76. Uraian
77. Keterangan

79. Merk

80. EHP

82. Tempat pembuatan

83. Jerman

85. Tahun pembuatan

86. 2006

88. Kapasitas

89. 15.000 kg

91. Jumlah

92. 1 unit (timbangan barat atau timbangan


nomor 1)
93.
94. Tabel III.3 Spesifikasi MDCS
96. Uraian
97. Keterangan

98.
99. Merk
100.
MDCS
1.
101.
102.
Tempat
103.
Jerman
2.
pembuatan
104.
105.
Tahun pembuatan
106.
2006
3.
107.
108.
Kapasitas
109.
10.000 kg
4.
110.
111.
Jumlah
112.
1 unit (timbangan timur atau
5.
timbangan nomor 3)
113.
114.
III.3 Jembatan Timbang
115. Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang material yang diangkut dengan
truk dimana dikhususkan untuk menimbang material selain tebu misalnya tetes, blotong,
ampas, kapur, dan lain-lain. Namun bila antrian untuk penimbangan tebu yang menggunakan
truk sebagai penampungnya sangatlah panjang, maka dapat menggunakan jembatan timbang
ini. Jembatan timbang ini mempunyai kapasitas maksimum sebesar 60 ton. Berikut ini adalah
gambar dari jembatan timbang beserta cara kerjanya :
116.

III-4

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.

Gambar
III.3 Jembatan Timbang

130.
131.
Bagian-bagian dari gambar jembatan timbang adalah :
1. Load cell
2. Analog digital
3. Tuas penumpu
4. Meja timbang
5. Perangkat komputer
6. Per penyangga tuas
7. Tembok meja timbang
132. Prosedur penimbangan menggunakan jembatan timbang adalah dengan
memasukkan nomor lori dan barcode yang berupa kertas dari selektor pertama, data-data dari
truk yang masuk langsung dapat diketahui, seperti nomor truk, nama petani, dan waktu masuk
selektor tersebut. Pertama, truk dan material yang diangkut ditimbang terlebih dahulu
sehingga berat brutto dapat diketahui. Kemudian truk dengan material menuju transloading
untuk mengangkat tebu dari truk ke meja tebu. Selanjutnya truk kosong kembali ke jembatan
timbang untuk diukur berat tarranya.
133. Di PG Pagottan sistem penimbangannya menggunakan software SIMPro.
Secara otomatis pada layar komputer tersebut dapat mengetahui brutto, netto, dan tarra
sehingga hasilnya akan keluar secara otomatis. Keunggulan software SIMPro ini selain
memudahkan proses pengambilan data penimbangan, software SIMPro ini juga bisa diakses
melalui internet (situs web PG Pagottan). Jadi, petugas kantor pusatpun dapat melihat data
hasil penimbangan tanpa harus terjun langsung ke lapangan. Selain itu software SIMPro
mempunyai tingkat kesalahan yang relatif lebih kecil.
134.
135.
III.4 Lori
136.
Lori adalah tempat untuk menampung sementara tebu yang telah
ditimbang untuk selanjutnya di proses di stasiun gilingan. Lori digunakan hanya sekali
pakai dalam sehari. PG Pagottan mempunyai jumlah lori sebanyak 565 buah pada

III-5

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

tahun 2016 dan masing-masing lori diberi nomor. Berikut adalah gambar dari lori
beserta bagian dan fungsinya :

137.
138.

Gambar III.4 Lori

139.
140.
Bagian-bagian lori dan fungsinya :
1. Aspot
: tempat duduk roda
2. Roda
: untuk menggerakkan lori
3. Bayangan lori : untuk menahan tebu yang ada
4. Ajuk
: untuk menahan tebu dari samping
5. Rantai
: untuk menghubungkan satu lori dengan lori lain
6. Nomor lori
: untuk mengetahui pemilik dan berat tebu
141.
142.
Tabel III.4 Spesifikasi Lori
143.
144.
Uraian
145.
Keterangan
N
146.
147.
Jenis atau tipe
148.
metal atau aspot
1.
150.
Panjang
151.
3.000 mm
149.
2.
152.
153.
Tinggi
154.
1.700 mm
3.
157.
1.800 mm
155.
156.
Lebar
4.
160.
565 buah
158.
159.
Jumlah
5.
161.
162.
III.5 Truk
163.
Truk merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut
material seperti tebu, tetes, blotong, ampas, dan lain-lain. Truk digunakan karena

III-6

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

lokasi tertentu seperti kebun, pendistribusian tetes, dan lain-lain yang semakin jauh
dari PG Pagottan.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
Gambar III.5 Truk
175.
176.
Bagian-bagian truk dan fungsinya :
1. Roda
: alat pembantu untuk menggerakkan truk
2. Ajuk truk
: untuk menopang tebu dari samping sekaligus untuk menambah
177.
kapasitas truk
3. Selling baja truk
: digunakan untuk diikatkan dengan rantai timbangan, untuk
178.
mengangkat tebu
179.
180.
Tabel III.5 Spesifikasi Truk
181.
184.
Tahu
185.
B
N
182.
Mer
183.
Jenis
n
esar
k
Kendaraan
Pembuatan
CC
186.
187.
Mits
190.
3
1.
ubishi
188.
Truck
907 cc
FE114
tangki
189.
1992
191.
192.
Mits
195.
3
2.
ubishi
907 cc
FE119
193.
Truck
194.
1992
196.
197.
Mits
200.
3
3.
ubishi
907 cc
FE119
198.
Truck
199.
1992
201.
202.
Mits
205.
3
4.
ubishi
907 cc
FE119
203.
Truck
204.
1992
206.
207.
Mits
210.
3
5.
ubishi
208.
Dump
907 cc
FE119
truck
209.
1993
211.
212.
Mits
213.
Dump
214.
1993
215.
3
6.
ubishi
truck
907 cc

III-7

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

FE119
216.
217.
III.6 Permasalahan yang ada di Proses Penimbangan Tebu
218.
Ada beberapa permasalahan yang dapat timbul ketika proses penimbangan
diantaranya yaitu :
a) Faktor teknis yang disebabkan karena peralatan, misalnya crane, digital crane, dan
komputer
Crane rusak karena motor penggerak aus, dapat ditanggulangi dengan
menggunakan crane cadangan. Sementara crane yang rusak diperbaiki.
Digital crane dengan daya baterai yang terbatas perlu di charge kembali dan
tersedia baterai cadangan yang sudah full.
Komputer dapat rusak karena gangguan dari software dan hardware. Sehingga
perlu di service secara berkala.
Penggunaan SPAT dapat terjadi error bila antrian panjang. Oleh karena itu
perlu adanya kerja sama antara operator timbangan dengan sopir.
b) Non teknis yang disebabkan karena situasi kondisi dan human error, kondisi antrian
truk yang panjang, dan tidak tepatnya pola giling. Cara mengatasinya adalah :
Mengatur kembali pola tebang, sehingga sasaran giling dapat tepat setiap
harinya.
Mengingatkan kepada petani agar menata tebunya dalam keadaan rapi dalam
truk.
Secara berkala dilakukan pengontrolan timbangan tiap shift agar
penyimpangan timbangan dapat diminimalisir.
Pengaturan tebu harus FIFO (First In Firt Out), dimana tebu yang ditimbang
dahulu harus digiling terlebih dahulu.

III-8

Laporan Kerja Praktek PG. Pagottan


Program Studi D3Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS

Anda mungkin juga menyukai