Dokumen Adkl PG Madukismo
Dokumen Adkl PG Madukismo
Dokumen Adkl PG Madukismo
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Christi Rosmaria P
Ketut Ema Ari W
Silviana Dwi K
Veronica Dwi R
Wulan Febriani A
(P07133213042)
(P07133213055)
(P07133213074)
(P07133213076)
(P07133213077)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri mempunyai peranan penting dalam suatu pembangunan dan
banyak memberikan kontribusi, terutama dalam rangka pembangunan di bidang
ekonomi. Di Indonesia kemajuan pembangunan industri sangatlah berperan
penting guna mewujudkan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan
dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan
pembangunan industri ini dimana pun dan kapan pun dapat menimbulkan
dampak karena dipakainya bahan kimia tertentu atau zat-zat yang dapat
merusak atau merugikan lingkungan. Dampak disini dapat berupa dampak positif
yaitu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia serta mendatangkan
kemakmuran bagi masyarakat umum, dan dampak negatif yaitu timbulnya resiko
atau dampak terhadap lingkungan yang dapat mengakibatkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan.
Semakin meningkat dan meluasnya kegiatan industri, maka semakin
dituntut pula untuk lebih waspada dan hati-hati dalam menghadapi dampak
negatifnya terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan
industri selain menghasilkan produk sesuai dengan yang direncanakan juga
menghasilkan produk lain yang tidak di kehendaki yaitu berupa limbah industri,
limbah inilah yang selalu menjadi masalah karena dampaknya menyangkut
berbagai aspek kehidupan, baik manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan
yang ada disekitarnya.
Sebagai contoh industri yang diduga dapat menimbulkan pencemaran
atau perusakan lingkungan misalnya industri gula. Dalam proses produksi gula
dari tanaman tebu yang diproses sampai menjadi gula kasar atau gula murni
hingga mempunyai nilai jual yang tinggi, memiliki hasil samping produk berupa
limbah. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat yaitu ampas tebu dari
proses penggilingan dan penyaringan kotoran setelah dari proses pemerasan
tebu, juga limbah cair yang berasal dari air pendingin kondensor baromatik, air
pendingin, air proses dari pencucian pada penghilangan warna, pencucian
endapan saringan tekan, dan air cuci peralatan pabrik. Limbah cair pabrik gula
pada umumnya tidak mengandung limbah berbahaya atau beracun.
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan dasar dari peraturan
dampak lingkungan setidaknya dapat memberikan sumbangsi dalam mengatur
proses pembangunan baik di lingkungan kota maupun kabupaten dalam hal
pencemaran lingkungan yang memiliki dampak negatif pada lingkungan,
khusunya lingkungan Madukismo Kabupaten Bantul.
Keberadaan PG-PS Madukismo tidak saja memberikan pengaruh
terhadap kondisi ekonomi masyarakat, tetapi juga terhadap lingkungan fisik.
Aktifitas pabrik sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan. Perkampungan
memiliki daya sensitif akan perubahan lingkungan yang semakin memburuk,
serta dapat menigkatkan pencemaran terhadap air atas limbah dari aktifitas
pabrik tersebut. Pengaruh terhadap lingkungan fisik dilihat dari kualitas air tanah
dan air irigasi sawah akibat limbah cair yang dihasilkan oleh PG-PS Madukismo.
Karakteristik limbah cair dipengaruhi oleh karakteristik proses produksi yang
dilakukan.
Sampah atau limbah mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi
makhluk hidup. Jika manusia membuang sampah atau limbah secara
sembarangan, misalnya membuang sampah ke sungai, maka sungai menjadi
tercemar dan airnya tidak dapat digunakan. Akibatnya makhluk hidup yang
bergantung pada air sungai akan kesulitan mencari air bersih, padahal air bersih
sangat diperlukan.
Ada dugaan persoalan pencemaran lingkungan juga terjadi di Kabupaten
Bantul, sebagai contoh pernah terjadi kasus kematian tujuh ton ikan di dusun
Miri, Timbulharjo, Sewon, Bantul pada tahun 2009. Dari hasil uji sampel fisik
ikan, ada sejumlah dugaan penyebab ikan-ikan tersebut keracunan. Menurut
Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Bantul, penyebab
kematian tersebut karena gangguan pernafasan. Insang ikan kemasukan
suspensi padat dan cairan minyak, yang diduga bukan limbah dari rumah
tangga, melainkan limbah dari Madukismo.
Masalah limbah cair tersebut ternyata ada juga limbah asap dan juga bau
menyengat dari limbah cair Madukismo yang mencemari pemukiman penduduk
sekitar. Warga sekitar Pabrik Gula Madukismo mengeluhkan limbah asap yang
keluar dari cerobong asap pabrik tersebut. Asap yang disertai dengan debu
hitam mengental tersebut menganggu pernafasan dan mengotori pemukiman
penduduk di sekitarnya. Di duga debu dan asap tersebut berasal dari ketel
pembakaran yang usianya memang sudah tua, jadi cara kerjanya sudah tidak
maksimal. Selain itu juga pengaruh dari pengalihan bahan bakar dari residu FO
(Fuel Oil) ke kayu bakar dan ampas. Akibatnya debu yang dihasilkan lebih
banyak. Sementara itu dari pihak Madukismo sudah mencoba mengelola debu
dengan memasang alat penangkap debu, namun karena masih belum memadai
tidak semua debu yang terlepas bisa ditangkap.
Beberapa uraian di atas maka kami tertarik untuk mengetahui kandungan
limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan gula pasir, serta mengetahui
keluhan yang dialami masyarakat yang terpapar limbah dari Pabrik Gula
Madukismo.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui keluhan masyarakat sekitar Pabrik Gula Madukismo
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui analisis dampak lingkungan di Pabrik Gula Madukismo
2) Mengetahui kandungan hasil limbah cair belerang sebagai bahan
kristalisasi gula tebu di Pabrik Gula Madukismo.
3) Mengetahui kandungan limbah cair di Pabrik Gula Madukismo yang
terkena limbah cair pabrik tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
1. Deskripsi Latar Belakang Riwayat
Pabrik Gula Madukismo berada di daerah Desa Padokan, Tirtonirmolo,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Pabrik Gula Madukismo adalah salah satu
pabrik gula tertua di tanah air dan merupakan satu-satunya pabrik gula yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pabrik gula ini sudah berdiri sejak tahun
1955 dan mulai beroperasi pada tahun 1958. Pabrik gula Madukismo ini
dibangun setelah pabrik gula Padokan dibumihanguskan.
Kawasan Pabrik Gula Madukismo berada di daerah kawasan
penduduk. Bagian utara pabrik merupakan perumahan Madukismo dan
banyak terdapat pertokoan kecil yang ramai pengunjung. Pada bagian timur
pabrik, terdapat lapangan bola yang cukup luas dan perumahan penduduk
yang tidak terlalu padat. Bagain barat dan selatan merupakan kawasan padat
penduduk dan ramai dilintasi kedaraan bermotor.
Kawasan Pabrik Gula Madukismo tidak hanya berdiri Pabrik Gula
Madukismo saja, tetapi terdapat juga Pabrik Spiritus Madukismo yang
merupakan unit produksi dari PT. Madu Baru bersama Pabrik Gula
Madukismo. Pabrik Spiritus berada dibagian barat kawasan Pabrik Gula
Madukismo. Pabrik Spiritus Madukismo menghasilkan spiritus dan alkohol
dari bahan dasar tetes tebu yang merupakan hasil samping dari Pabrik Gula
Madukismo.
Pabrik Gula Madukismo memiliki banyak peran bagi masyarakat
sekitar kawasan
karyawan
pabrik
gula
yang
telah
dibumihanguskan,
yang
sangat
membantu
keadaan
ekonomi
daerah
dan
dapat
1) Hari/tanggal
2) Waktu
: 14.00 - selesai
3) Pengunjung
4) Materi
b. Kunjungan hari II
1) Hari/tanggal
2) Waktu
: 14.00 - selesai
3) Pengunjung
4) Materi
: pengambilan sampel
2) Waktu
: 14 - selesai
3) Pengunjung
4) Materi
Kepedulian masyarakat
Dampak negatif yang diterima warga sekitar pabrik adalah bau
menyengat dan memuakkan. Air limbah sisa produksi yang dibuang di
sungai bedog berwarna hitam kemerah-merahan, sehingga masyarakat
yang melewati sungai bedog merasa terganggu.
Namun meskipun limbahnya berwana hitam, para petani tetap
memanfaatkannya untuk irigasi sawah, meningkatkan perekonomian
daerah, meningkatkan kualitas hasil pertanian, mengembangkan industri
pariwisata daerah.
Gula Madukismo juga mengeluarkan bau yang tidak sedap. Orang yang
tinggal di kawasan pabrik seringkali mencium bau yang tidak mengenakkan
dari limbah proses pembuatan gula di Pabrik Madukismo. Limbah yang
dihasilkan tidak hanya berupa limbah cair, namun pabrik juga menghasilkan
limbah asap hasil pembakaran. Hal tersebut membuat warga sekitar menjadi
resah dan merasa tidak nyaman dengan lingkungannya.
Sebagian warga di Desa Jogonalan Kidul, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengadu ke pimpinan
DPRD setempat mengeluhkan limbah yang dikeluarkan Pabrik Gula
Madukismo. Ada juga warga yang melaporkan anaknya yang mengalami
infeksi saluran pernafasan, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter,
ternyata
udara pabrik. Warga lain sekitar pabrik juga merasakan hal yang sama,
dulunya setiap kali menyapu halaman rumah ada tumpukan debu dari limbah
pabrik gula yang tebal, bahkan debu itu juga membuat mata penduduk
sekitar terkena radang, sehingga tidak sedikit warga yang harus berobat.
Penduduk sekitar tidak hanya tinggal diam setelah merasakan dampak
akibat pabrik pengolahan tebu tersebut. Mereka sempat melakukan protes
besar-besaran pada pihak pengelola pabrik, kemudian dari pihak pengelola
mengadakan musyawarah yang juga dihadiri oleh perwakilan dari warga
sekitar pabrik gula untuk mencari solusi dari permasalahan pencemaran
udara.
Sehingga
didapatkan
kesepakatan
dari
pihak
pabrik
untuk
warga
sekitar
Salah satu limbah berbahaya hasil Pabrik Gula Madukismo adalah limbah
dengan kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) yang tinggi. Apabila
limbah ini dicampur dengan air akan dapat menyebabkan air tidak dapat
dikonsumsi. Namun warga sekitar masih memanfaatkan sungai tersebut
untuk keperluan mencuci dan mandi. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan
masyarakat terhadap kualitas sumber air bersih masih kurang.
4. Kontaminasi dan Bahaya Lain
1. Kontaminasi di dalam kompleks
a. Dampak lingkungan
Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau
hasil samping, antara lain limbah gas, ampas tebu, blotong dan tetes.
Ampas berasal dari tebu yang digiling dan digunakan sebagai bahan
bakar ketel uap. Blotong atau filter cake adalah endapan dari nira
kotor yang di tapis di rotary vacuum filter, sedangkan tetes
merupakan sisa sirup terakhir dari masakan yang telah dipisahkan
gulanya melalui kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi
menghasilkan kristal.
Kandungan awal limbah cair di PT. Madubaru tidak sesuai
dengan standar baku mutu limbah untuk industri gula oleh karena itu
sebelum dibuang di lingkungan, limbah cair tersebut diolah dalam
UPLT (Unit Pengolahan Limbah Cair) dengan menggunakan sistem
atau cara biologis dilanjutkan dengan absorbsi menggunakan arang
aktif. Tahapan dalam UPLT meliputi Bak Pengendap Awal, Bak
Aerasi, Bak Pengendap Akhir dan Bak Absorbsi.
Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari proses ini antara
lain:
a. Limbah Tetes
10
sampai
360
ton
tetes
per
hari.
Walaupun
masih
mengandung
kotoran-kotoran
bukan
gula
yang
cara
biologis.
Operasionalnya
masih
perlu
mesin)
dan
limbah
pabrik
spiritus
banyak
11
menunjukkan
disebabkan
perbedaan
karena
adanya
yang
signifikan.
penggunaan
Hal
belerang
ini
yang
12
pada
13
14
b. Bahaya Mekanik
Kecelakaan dengan sumber bahaya mekanik sering disebut dengan
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja sendiri dapat ditimbulkan dari kelalaian
pekerja (human error). Terjadinya kesalahan atau human error memberikan
pengaruh terhadap perusahaan karena dapat menyebabkan terganggunya
proses produksi, kerugian material dan waktu. Permasalahan human error
dengan frekuensi kejadian yang cukup tinggi masih sering terjadi di stasiun
gilingan Pabrik Gula Madukismo seperti tertusuk pipa, terseret mesin,
tersiram air condensrat, dll.
c. Bahaya Kimia
Penggunaan bahan kimia pada proses produksi seperti susu kapur
(Ca(OH)2) di stasiun pemurnian yang digunakan untuk digunakan untuk
menaikkan pH nira menjadi 9,0 9,5. Di stasiun pemurnian juga
menggunakan belerang di tangki sulfitasi. Bahan kimia selain itu yang
digunakan adalah NaOH untuk melunakkan kerak pada dinding boiler dan
juga pada pipa pemanas evaporator. Kerak terbentuk karena proses
pemanasan nira yang dilakukan secara terus menerus. Bahan kimia
tersebut dapat mengakibatkan iritasi mata, saluran pernapasan jika lintas
pemajanan melalui inhalasi dan jika kontak langsung maka akan
mengakibatkan gangguan kulit berupa gatal-gatal atau dermatitis.
d. Bahaya Ergonomi
Peningkatan
jumlah
penyakit
akibat
kerja
seiring
dengan
tidak
stasiun
kerja
pengemasan
dan
penggudangan.
Sehingga
perlu
pembuatan meja dan kursi yang sesuai bagi pekerja penimbang gula SHS
kemasan 1 kg serta penambahan ketinggian belt conveyor setinggi 30 cm
15
Dalam reaksi diatas dapat terlihat kalsium oksida bereaksi dengan air
membentuk larutan basa kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida mudah
larut dalam air. Jika terjadi pembuatan kalsium hidroksida terus menerus
yang membuat konsentrasi dari larutan tersebut naik dan akan terbentuk
suspensi kalsium hidroksida. Dapat terlihat dari kondisi yang mirip cairan
susu (air kapur). Sedangkan CaO merupakan hasil kalsinasi batu kapur
pada suhu tinggi antara 900-1300 oC.
Senyawa ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui
pencampuran larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH).
Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan
kekuatan sedang. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan berbagai
asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air.
Lalu larutan kalsium hidroksida mampu bereaksi dengan udara tepatnya
dengan karbondioksida yang kembali menghasilkan kalsium karbonat
dengan
hasil
sampingan
air
yang
mudah
dipisahkan.
Namun
17
Sifat fisika dan kimia dari Calsium Hidroksida adalah antara lain :
a) Berbentuk bubuk putih halus.
b) Kelarutannya menurun dengan meningkatnya suhu.
c) Sedikit larut dalam air (kelarutan 1,2 g/L, pada suhu 25C)
d) Bila dipanaskan pada suhu 512 C kalsium hidroksida terurai menjadi
kalsium oksida dan air.
e) Menyerap CO2 dan membentuk calsium karbonat.
f)
pH tinggi (12,6)
18
Selain itu, H2S merupakan bahan beracun dan berbau busuk yang
dihasilkan dari reduksi sulafat, sehingga kehadirannya dalam air akan
mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut dan dapat
memperbesar keasaman air sehingga dapat menyebabkan korosifitas
pada pipa.
Hidrogen sulfida selain di air juga terdapat di atmosfer yang
konsentrasinya sangat kecil yaitu < 0,3 mg/m3. Jika kandungan hidrogen
sulfida tinggi di atmosfer dapat mematikan tanaman. Sebagian dari H 2S
yang mencapai atmosfer secara cepat diubah menjadi SO2 melalui
reaksi
H2S + 3/2 O2 SO2+ H2O
Setelah menjadi SO2 kemudian digunakan dalam proses pemurnian di
tangki sulfitasi sebesar 10 12% dari jumlah nira yang masuk.
Sifat Fisik dan Kimia Hidrogen Sulfida antara lain:
a) Hidrogen sulfida (H2S) merupakan suatu gas yang tidak berwarna,
sangat beracun, mudah terbakar (reaktif) dan memiliki karakteristik
bau telur busuk (ATSDR, 2000 dalam tesis Reinhard H. Sianipar)
b) Berbau seperti telur busuk mulai konsentrasi 0,5 ppb, berat molekul
34,1 dan titik didih -77o F pada tekanan 760 mmHg, titik lebur -85,5
C, rapat gas 1,2 serta sedikit larut dalam air.
c) Tergolong asphyxiant yang efek utamanya melumpuhkan pusat
pernafasan (US EPA, 2003)
d) Bersifat korosif terhadap metal dan menghitamkan berbagai material
e) Bila terbakar menghasilkan gas SO2
f)
Mudah menguap
g) Lebih berat dari udara, berat jenis gas H2S sekitar 20% lebih berat
dari udara dengan perbandingan berat jenis H 2S : 1.2 atm dan berat
jenis udara : 1 atm. Maka H2S sering terkumpul di udara pada
lapisan bagian bawah dan sering didapat di sumur-sumur terbuka,
saluran air buangan dan biasanya ditemukan bersama-sama gas
19
j)
H2S dapat larut (bercampur) dengan air (daya larut dalam air 437
ml/100 ml air pada 0C; 186 ml/100 ml air pada 40C).
20
Konsentrasi (ppm)
Efek
0,13
Bau minimal
4,60
10
27
100
200-300
500-700
tidak
enak,
sangat
kuat,
dapat
ditoleransi
Batuk, iritasi mata, kehilangan sensasi bau
setelah paparan 2 - 5 menit (IDLH)
Radang mata conjunctivitis, iritasi saluran
napas, setelah 1 jam paparan
Hilang kesadaran, henti napas, kematian
dalam 30 - 60 menit
Hilang kesadaran dengan segera, henti
napas dan kematian dalam beberapa menit.
1000-2000
B. Analisa Jalur
1. Jalur Pemajanan Lengkap
a. Jalur 1: Sumber Pencemar
Hasil dari pengamatan kelompok, sumber pencemar dari Pabrik Gula
Madukismo, yaitu:
21
22
beracun
lainnya
seperti
metana,
dan
karbon
dioksida
(Soemirat,2004).
d. Cara pemajanan
Jalur pemajanan yang potensial yaitu melalui inhalasi dan kontak
langsung dengan tubuh.
1) Melalui inhalasi yaitu adanya gas H2S yang menimbulkan bau busuk
di sekitar pabrik gula. Jika H2S bercampur dengan keringat akan
menghasilkan larutan Sulfuric acid yang dapat menyebabkan kulit
seperti terbakar. Jika jumlah gas H2S yang terserap ke dalam sistem
peredaran darah melampaui kemampuan oksidasi dalam darah maka
akan menimbulkan keracunan terhadap sistem syaraf. Setelah itu
secara singkat segera diikuti terjadinya sesak nafas dan kelumpuhan
23
dari
mengikat
dan
menghentikan
respirasi
selular,
kematian
pada
biota
air
karena
H 2S
dapat
0,13 ppm
: bau minimal
4,60 ppm
24
10 ppm
27 ppm
100 ppm
dalam 30 - 60 menit
Laporan dari studi yang banyak dan konsisten dengan observasi dari
bau yang dideteksi dan menunjukkan gejala pusing dari H 2S yang
dihasilkan dari geyser (Cal EPA,1999) Gas H 2S dengan konsentrasi
500 ppm, dapat menimbulkan kematian, edema pulmonary, dan
asphyxiant.
2) Jangka panjang
Paparan H2S dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan
saluran pernafasan, sakit kepala, batuk kronis, dan cairan di paruparu. Efek ini diyakini karena fakta bahwa hidrogen sulfida
menggabungkan dengan alkali hadir dalam jaringan permukaan
lembab untuk membentuk natrium sulfida. Di daerah yang kandungan
H2S tergolong tinggi kejadian batuk, infeksi pada saluran pernafasan
dan
sakit
kepala
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
daerah
25
Nama
Surot
o
Woro
Yanti
Toni
Umu
r
(th)
43
37
56
28
Berat
bada
n (kg)
Lam
a
tingg
al
(th)
57
20
55
Domi
sili
tetap
65
67
38
Lama
pemapara
n
(jam/hari)
Keluha
n
24
Bau
dan
gatalgatal
24
Bau
dan
gatalgatal
24
Bau
dan
gatalgatal
24
Bau
dan
gatalgatal
26
Lintas
pemajana
n
Dampak
kesehata
n
Inhalasi
dan
kontak
kulit
langsung
Iritasi
mata,
hidung,
tenggorok
an dan
sistem
pernapas
an
Inhalasi
dan
kontak
kulit
langsung
Inhalasi
dan
kontak
kulit
langsung
Inhalasi
dan
kontak
kulit
langsung
Iritasi
sistem
pernafasa
n
Iritasi
mata dan
sistem
pernafasa
n
Iritasi
mata,
hidung
dan
sistem
pernafasa
n
Pariya
h
34
53
Bau
dan
gatalgatal
24
Inhalasi
dan
kontak
kulit
langsung
Iritasi
mata,
hidung
dan
sistem
pernafasa
n
Nama
Rio
Umu
r
(th)
21
Bera
t
bada
n
(kg)
Lama
tingga
l
(th)
51
Domis
ili
tetap
24
Bau
Inhalasi
24
Bau
Inhalasi
Lama
pemapara
n
(jam/hari)
Keluha
n
Lintas
pemajana
n
Putri
24
62
Domis
ili
tetap
Warn
o
56
55
26
24
Bau
Inhalasi
Suge
ng
47
68
19
24
Bau
Inhalasi
27
Dampak
kesehata
n
Iritasi
saluran
pernafasa
n
Iritasi
saluran
pernafasa
n
Iritasi
saluran
pernafasa
n
Iritasi
saluran
pernafasa
n
Suran
ti
30
45
12
24
Bau
Inhalasi
Iritasi
saluran
pernafasa
n
28
I=
C x R x t E x f E x Dt
w t avg
Keterangan:
I
tE
fE
Dt
tavg
isk Quotient ( RQ ) =
I
Rfc
Dimana,
I
Rfc
29
0,9
mg
m3
m3
1,25
=
jam
= 24 jam/hari
= 280 hari/tahun
= 21 tahun
f.
= 58 kg
I=
0,9
I=
C x R x t E x f E x Dt
w t avg
mg
m3
jam
hari
x
1,25
x 24
x 280
x 21 tahun
3
jam
hari
tahun
m
58 kg x 30 x 180 hari
I=
158760
mg
=0,506
hari
313200
kg
Rfc=
NAOEL
Uf 1 x MF
10 mg/m
Rfc=
10 x 10
30
Rfc=0,1 mg/m3
RQ=
I
Rfc
mg
hari
kg
RQ=
=5,06
mg
0,1
hari
kg
0,506
31
BAB III
32
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pabrik Gula Madukismo menghasilkan limbah yang mengandung kapur dan
H2S. Dimana H2S dihasilkan dari proses pemurnian nira dan penguapan nira
sedangkan kapur dihasilkan di stasiun pemurnian. Berdasarkan data yang
diperoleh diketahui bahwa kadar H2S lebih tinggi dari kapur.
Menurut hasil perhitungan diperoleh nilai RQ sebesar 5,06. De gan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi H2S yang diterima karyawan dan
masyarakat sekitar Pabrik Gula Madukismo berisiko dan dapat menimbulkan
efek merugikan kesehatan.
B. Rekomendasi
1. Rekomendasi bagi Pengelola
a. Sebaiknya pengolahan limbah menggunakan karbon aktif/zeolit sebagai
absorben H2S. Dengan menggunakan zeolit 4% dan penggunaan zeolit
konsentrasi yang lebih tinggi memberi kemungkinan yang besar dalam
menurunkan penurunan gas H2S.
b. Pengolahan limbah dapat juga dilakukan dengan pengapuran kapur
hidrat
Ca(OH)2
dan
pemanfaatan
bakteri
gram
negative,
yaitu
Thiobacillus.
c. Pengurangan penggunaan bahan nutrient organik pada proses produksi
d. Melakukan perbaikan atau pembaharuan terhadap alat produksi untuk
meminimalkan terjadi kebocoran terhadap gas H2S atau limbah lainnya.
e. Melakukan
pemeriksaan
kesehatan
karyawan.
33
secara
berkali
bagi
seluruh
34
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Farida Afriani . 2011. Pengaruh Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus Madukismo
Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Tirtonirmolo dan Pendowoharjo,
Kabupaten
Bantul.
Diakses
melalui
http://etd.repository.ugm.ac.id
/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=
53648 pada tanggal 5 April 2016
Librun Siregar. 2013. Upaya Mediasi Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Oleh
Pabrik
Gula
Madukismo.
Diakses
melalui
Bedog
di
Bantul
Yogyakarta.
Diakses
melalui
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=75852&ftyp=po
tongan&potongan=S1-2014-302160-Chapter1.pdf pada tanggal 11 April
2016
Sulistyaningsih, Warti. 2013. Peran Pabrik Gula Madukismo dalam Meningkatkan
Ekonomi Daerah. Diakses melalui http://wurisulistyaningsih.blogspot.co.id/
2013/01/peran-pabrik-gula-madukismo-dalam.html pada tanggal 6 April
2016
PT. Madubaru. Diakses melalui http://madubaru.comyr.com/ pada tanggal 6 April
2016
Wikipedia.
Hidrogen
sulfida.
Diakses
melalui
35
https://id.wikipedia.org/wiki
http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/7012/1 /
Kota
Semarang.
Diakses
melalui
36
Fajriyah, Sheila. 2014. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Sulfur (SO2) Dioksidasi
pada Pekerja di Area Produksi Asam Sulfat PT. Dunia Kimia Utama
Indralaya.
Diakses
melalui
www.akademik.unsri.ac.id/paper12/
pada
di
PG.
Madukismo
Bantul.
Soegijapranata
37
Semarang:
Universitas
Katolik
WHO. 2005. Bahan Bahaya Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan.
Jakarta: EGC
38