Laporan Sapros Hidrolisis Pati
Laporan Sapros Hidrolisis Pati
Laporan Sapros Hidrolisis Pati
TUJUAN PERCOBAAN
a. Mempelajari proses hidrolisa pati dengan katalis asam
b. Mempelajari proses perubahan polisakarida menjadi monosakarida
c. Mengidentifikasi hasil hidrolisis karbohidrat secara kualitatif
2. DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN
Amilum adalah salah satu contoh polisakarida. Polisakarida itu sendiri merupakan
polimer dari beberapa monosakarida. Amilum atau pati terdapat pada biji bijian,
misalnya padi, jagung, gandum, atau pada umbi umbian, misalnya ketela, singkong,
talas, dan kentang.
Amilum atau pati merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Amilum atau
pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila dibubur
(triturasi) dengan air panas: sekitar 20% pati adalah amilosa (larut) dan 80% sisanya
adalah amilopektin (tidak larut).[1]
Amilum yang digunakan pada penelitian ini ialah amilum pati jagung.
2.2 SUMBER AMILUM
Amilum atau pati adalah sumber utama dari cadangan karbohidrat pada umbi
tanaman dan biji endosperma tanaman dan ditemukan dalam bentuk granul-granul.
Granul-granul tersebut terdiri dari jutaan molekul amilopektin yang diiringi oleh jumlah
amilosa yang lebih banyak dalam molekul-molekul yang lebih kecil.
Sejauh ini, sumber terbesar dari amilum ialah berasal dari jagung, dan sumber
amilum lainnya yaitu gandum, kentang, ubi dan nasi.
2.3 STRUKTURAL UNIT
Amilum terdiri dari dua tipe molekul, yaitu amilosa (20-30%) dan amilopektin (70-80%).
Keduanya terdiri dari polimer dari unit -D-glucose.
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, tawar dan tidak berbau yang mempunyai Rumus Molekul (C6H10O5)n.
Dalam air dingin amilum tidak akan larut tetapi apabila suspensi dalam air
dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental, memberikan warna ungu pekat
pada tes iodin dan dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa.
Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket. Pati digunakan sebagai bahan untuk memekatkan makanan cair seperti sup dan
sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat, campuran kertas dan
tekstil, dan pada industri kosmetika.
2.6 HIDROLISIS
Hidrolisis adalah pemecahan suatu seyawa kimia menjadi dua atau lebih senyawa
sederhana dengan cara mereaksikannya dengan air (Science Dictionary, 2005).
Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai berikut :
(C6H10O5)n + H2O n (C12H22O11)
Pati
Maltosa
Glukosa
HCl digunakan sebagai katalis dengan pertimbangan bahwa HCl merupakan salah
satu jenis oksidator kuat, harganya realtif mnurah dan mudah diperoleh, lebih asam jika
dibandingkan dengan jenis asam yang lain seperti HNO3. Penggunaan katalis HNO3 dapa
menyebabkan terbentuknya gas NO2 selama proses hidrolisis berlangsung yang dapat
membahayajan kesehatan dan keselamatan. Sedangkan penggunaan H2SO4 memberikan
laju reaksi hidrolisis yang lebih lambat dibandingkan HCl.
Pada hidrolisis dengan asam hasil potongan patinya lebih tidak teratur dibandingkan
dengan hasil pemotongan rantai pati oleh enzim. Oleh karena itu sebagian gula yang
dihasilkan berupa gula pereduksi. Sehingga pengukuran kandungan gula pereduksi
tersebut dapat dijadikan sebagai alat penontrol kualitas hasil.
Proses hidrolisis dengan menggunakan asam kuat berkonsentrasi rendah selain
memberikan hasil penguraian glukosa juga menghasilkan produk samping yang dapat
menghambat proses fermentasi. Penghambat yang potensial adalah senyawa hidroksil
Metil Furdoral (HMF). Banyaknya inhibitor yang terbentuk pada hidrolisis asam
dipengaruhi oleh suhu, waktu, dan konsentrasi asam yang digunakan. Pada suhu dan
tekanan tinggi, glukosa akan terdegradasi menjadi HMF. Inhibitor tersebut akan
mengurangi hasil dan produktivitas mikroorganisme yang digunakan selama proses
fermentasi karena bersifat toksik. (Yuliana, 2011).
Reaksi dan mekanisme kerja katalis HCl dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa
dapat dituliskan sebagai berikut :
CH2OH
CH2OH
H
RO
O H
H
RO
H OR
OH
O H
H+
H
OH
O+
H
H
OH
OH
Pati
CH2OH
H
RO
CH2OH
O
+
H
OH
Hsa
+ ROH
H2O
RO
O H
- H+
H
OH
O+
H
H
OH
CH2OH
H
RO
OH
O H
H
OH
H
H OH
OH
Glukosa
asam klorida (Agra dkk, 1973; Stout & Rydberg Jr., 1939), Asam sulfat sampai asam
nitrat.
2) Suhu dan tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius.
Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat jalannya reaksi.
3) Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka
perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan
pengaduk atau alat pengocok (Agra dkk,1973).
4) Perbandingan zat pereaksi
Kalau salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya, maka keseimbangan dapat
menggeser ke sebelah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensipati yang
kadarnya rendah member hasil yang lebih baikdibandingkan kadar patinya tinggi.
3. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung Reaksi
2. Termometer
3. Spatula
4. Corong
5. Batang Pengaduk
6. Gelas Ukur 10 mL
7. Pipet Tetes
8. Pipet Ukur 10 mL
9. Kondensor
10. Gelas Kimia 1000 mL
11. Gelas Kimia 500 mL
12. Botol Semprot
13. Jangkar Pengaduk
14. Labu Leher 3
15. Motor Pengaduk
16. Penangas
17. Selang
Jumlah
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan
Tepung Pati
Aquadest
Lautan HCL 25%
Larutan Benedict
Larutan Iodin
Jumlah
25 gram
500 mL
10 mL
2,5 ml x 6
2 tetes x 6
Menimbang tepung
pati sebanayak 25
gram
Tambahkan
aquadest sebanyak
200 mL
Setelah larutaan
dimasukkan ke
dalam labu leher
tiga, set T di 150 C
Merangkai reaktor
3.3 Analisis
3.3.1 Analisis kadar glukosa scara kualitatif menggunakan uji benedict
Ambil sampel
sebanyak 1
mL ke dalam
tabung reaksi
Masukkan
larutan
tersebut ke
dalam air
yang bersuhu
100o C
Tambahakan
larutan
benedict
sebanyak 2,5
mL
Tunggu
sampai terjadi
perubahan
warna pada
larutan
sampel
Ambil sampel
sebanyak 1
mL ke dalam
tabung reaksi
tambahkan 2
tetes larutan
iodine
Amati
perubahan
warna yang
terjadi
0,5 1% glukosa
1 1,5% glukosa
2 3,5% glukosa
>3,5% glukosa
:
:
:
:
4.1 Persiapan
Hidrolisa Pati (Strach) Menjadi Glukosa
Bahan
Pati
Asam
Klorida
Amilum
Berat
Massa
Volume
Konsentrasi
Massa
Rumus
Indeks
(gram)
(mL)
(%)
Molekul
Kimia
Bias
25
18%
[C6H12O6]n
(g/cm3)
1,5
25
25 %
36,5
HCl
1,5410
3,21
180
C6H12O6
0,8
: 200 ml
: 25 ml
Waktu operasi
: 60 menit
10
Jenis
Uji amilum ini dilakukan dengan menambahakan iodine sebanyak 2 tetes ke dalam setiap
larutan sampel.
Hasil Uji
10
20
30
40
50
60
Ungu Kehitaman
Ungu Pekat
Jingga
Oren Muda / Kuning Tua
Orange muda
Orange sangat muda
11
Waktu
Sampel
Hidrolisis
Hasil Uji
Glukosa Yang
Dihasilkan (%)
Endapan
Biru kehijau1
10
hijauan dan
Negatif
20
2 - 3,5% Glukosa
Ada
30
agak keruh
Lumpur
Lumpur
2 - 3,5% Glukosa
Ada
4
5
40
50
>3,5% Glukosa
>3,5% Glukosa
Ada
Ada
60
Keruh
Merah Bata
Merah Bata
Merah Bata
>3,5% Glukosa
Ada
Keruh
12
5.PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan oleh Azka Muhamad Syahida
13
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam praktikum ini, yaitu :
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen
(H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Dalam praktikum kali ini, bahan
yang digunakan untuk dihidrolisis yaitu tapioka. Selain bahannya yang mudah didapatkan,
hidrolisis tepung tapioka dipilih karena sesuai dengan kondisi operasi skala lab. Sebelum
praktikum dimulai, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
1. Penangas
Penangas harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum alat dirangkai agar pada saat alat
selesai dirangkai, praktikum bisa langsung dimulai
2. Perangkaian reaktor
Reaktor yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu leher 4, sehingga dibutuhkan
ketelitian dan kehati-hatian dalam perangkaian. Selain itu, sebelum praktikum dimulai,
kondensor harus sudah dinyalakan, agar tidak terjadi letupan saat praktikum
Setelah tahap persiapan selesai, praktikum diawali dengan mereaksikan tapung tapioka
dengan DS 20% dengan air dengan katalis HCl 15 % dengan suhu operasi 90-100 0C dalam
waktu 1 jam. Seharusnya, suhu operasi berada pada suhu 1500C. Namun, karena tekanan
dalam lab adalah tekanan atmosfer, maka suhu operasi tak akan pernah tercapai. Untuk
mengantisipasi tidak terjadinya hidrolis, maka kadar katalis (HCl) dinaikkan.
Hidrolis dilakukan dalam waktu 1 jam, dan setiap 10 menit sekali diambil sampel sebanyak 1
mL untuk setiap tabung reaksi. Pengambilan sampel dilakukan untuk analisis uji amilum dan
analisis uji glukosa.
Setelah proses hidrolisis selesai, diambil juga sampel untuk diuji kadar %brix dan juga indeks
biasnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian dari hasil hidrolisis, yaitu glukosa.
Berdasarkan
hasil pengujian, kadar guklosa dalam larutan yang terbentuk adalah 13,3;
14
berkurang. Hal itu bisa terlihat dari warna sampel yang ditetesi larutan iodine berbah warna
menjadi biru tua pekat apabila mengandung amilum (tabung 1,2 dan 3), berwarna coklat
apabila sedikit amilum (tabung 4 dan 5) dan berwarna kuning apabila amilum sudah habis
bereaksi (tabung 6)
15
menjadi 2 komponen utama yaitu amilosa (20%) dan amilopektin (80%). Sumber
amilum yang digunakan ialah pati jagung.
Amilum direaksikan dengan H2O. Pati yang digunakan adalah pati dengan kadar
25%, yaitu 50 gram di dalam 200 mL aquades (H2O). Menurut Machbubatul, reaksi
hidrolisis antara pati jagung dengan air akan terjadi namun dalam reaksi yang sangat
lambat. Oleh karena itu diperlukan katalis dan kondisi operasi yang sesuai agar produk
maksimum. Katalis yang digunakan ialah asam khlorida (HCl) 15% sebanyak 25 mL dan
labu leher empat yang direndam sebagian di dalam paraffin agar steam maksimal. Asam
khlorida dipilih sebagai katalis karena HCl merupakan salah satu oksidator kuat,
harganya realtif murah dan mudah diperoleh.
Amilum dapat terhidrolisis menjadi glukosa dengan agen H2O dikarenakan, jika H2O
bereaksi dengan senyawa lain, cenderung untuk memecah dirinya menjadi ion-ionnya,
begitu pula amilum. Dikarenakan adanya reaksi kimia tersebut, H2O akan terpecah
menjadi kation-nya (H+) dan anion-nya (OH-), begitu pula amilum. Ion-ion tersebut
akan bereaksi satu sama lain, membentuk senyawa baru. Dalam praktikum kali ini,
amilum akan dipecah menjadi maltose, kemudian dari maltose menjadi glukosa. Reaksi
sebagai berikut :
(C6H10O5)n + H2O n (C12H22O11)
Pati
Maltosa
Glukosa
16
saat proses kimia terjadi, unsur pernyusun akan bermuatan sehingga lebih mudah untuk
bereaksi satu sama lain. Selain itu pula, katalis menurunkan energi aktivasi system dan
tidak ikut bereaksi.
c). Analisa Kualitatif menggunakan Uji Benedict
Glukosa yang dihasilkan, dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 6 buah,
dimana setiap tabung reaksi berisi glukosa yang dimasukkan dengan interval 10 menit
sebanyak 1 mL. Hal tersebut digunakan sebagai variasi dalam pengujian.
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan
sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula pereduksi
yang terkandung di dalam sampel, yang mereduksi ion Cu 2+ yang merupakan kandungan
dari larutan Benedict yang akan membentuk suatu endapan. Pada uji ini, akan
menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada
sampel. Terbukti di dalam praktikum bahwa terdapat endapan berwarna merah bata,
yang merupakan bukti bahwa adanya gula pereduksi dari glukosa yang dibuat. Semakin
berwarna merah bata, maka gula reduksinya semakin banyak. (Kusbandari, 2015).
Pada saat praktikum, pemanasan tabung reaksi ke dalam air mendidih (agar reaksi
berlangsung lebih cepat) terlalu lama, sehingga warna di dalam tabung reaksi 1 sampai 6
terlihat sama, namun apabila dilihat di depan cahaya, akan terlihat bahwa estimasi
banyaknya endapan di tabung reaksi 1 lebih banyak, dan berkurang dari tabung reaksi
ke-2 hingga 6.
d). Analisa Kualitatif menggunakan Uji Iodin
Pengujian dengan Iodin bertujuan untuk membuktikan adanya karbohidrat di dalam
sampel. Glukosa hasil hidrolisis dimasukkan masing-masing 1 mL ke setiap tabung
reaksi (6 tabung) dengan interval setiap 10 menit sekali, setelah semua masuk, ditetesi
dengan larutan iod sebanyak 2 tetes.
Didapatkan berdasarkan praktikum, tabung ke-1 s/d 3 berwarna biru kehitaman
sedangkan pada tabung ke-4 (menit ke-40) sampel mulai berwana coklat. Warna biru
pekat tersebut mengindikasikan adanya amilum di dalam sampel. Karena tabung reaksi
ke-1 merupakan 10 menit pertama proses hidrolisis berlangsung, sehingga pemecaham
amilum menjadi glukosanya pun belum terlalu banyak, sehingga masih terkandung
Hidrolisa Pati (Strach) Menjadi Glukosa
17
amilum yang cukup banyak, begitupun hingga menit ke-30. Namun pada saat menit ke40 warna sampel menjadi coklat, bahkan sampel tabung reaksi ke-6 (menit ke-6)
berwarna kuning muda yang menandakan tidak adanya lagi amilum.
Warna biru tersebut disebabkan oleh adanya reaksi antara iod dengan penyusun
amilum, yaitu amilosa (kirakira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa adalah dari
250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya
merupakan rantai terbuka. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tapi apabila
suspensi dalam air dipanaskan maka akan terjadi suatu karutan koloid yag kental.
Larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut
disebabkan oleh molekul amilosa yang terbentuk senyawa dengan ion iodine, sedanglan
Amilopektin dengan ioduim akan memberikan warna ungu dan menrah lembayung.
(Anna Poedjiadi, 1994).
e). Pengaruh Konsentrasi Larutan Amilum terhadap Waktu Pembentukkan
Glukosa
Melalui hasil percobaan hidrolisis pati menjadi glukosa antara kelompok 1 dan 2 yang
memvariasikan konsentrasi larutan amilum, didapat bahwa, konsentrasi larutan amilum
mempengaruhi waktu pembentukkan glukosa dengan metoda uji iodine.
-
Kelompok 1 dengan larutan amilum 20% : Pada menit ke 30, sampel di tabung reaksi
: 13.3
: 1.3529
18
ini praktikan melakukan uji analisis kandungan glukosa yang terdapat pada pati dan
juga glukosa hasil hidrolisis. Pada percobaan ini kami hanya mlakukan uji analisis
kualitatif menggunakan indikator larutan Benedict dan larutan Iodine.
Analisis kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan pati sebanyak 25 gram yang
kemudian dilarutkan dalam 200 mL aquadest. Dan pada hidrolisis pati ini juga
menggunakan HCL 25% sebagai katalis. Pada awal pecobaan, hal pertama yang
dilakukan adalah merangkai alat dengan reaktor yang digunakan adalah labu leher 3
dengan menggunakan pendingin refluks dan tidak lupa juga menggunakan pemanas
parafin, serta pegadukan yang continue menggunakan pengaduk jangkar.
Selama proses reaksi berlangsung dilakukan pengambilan sampel sebanyak 1
mL setiap 10 menit untuk dilakukan pengecekkan perubahan kandungan pati dan
glukosanya. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 6 kali selama 60 menit yang
nantinya akan di analisis menggunakan indikator benedict dan iodine. Pada uji
analisis sampel menggunakan indikator iodine ini digunakan untuk menganalisa
keberadaan amilum di dalam sampel. Sedangkan pada uji analisis sampel
menggunakan indikator benedict digunakan untuk menganalisa kandungan dan
keberadaan glukosa dalam sampel. Pada proses analisa ini praktikan menggunakan
metode kualitatif dengan membandingkan perubahan warna dari setiap sampel setelah
di tambahkan larutan iodine dan benedict.
Pada menganalisa kandungan glukosa yang dihasilkan, sampel hasil hidrolisis
ditambahkan benedict sebanyak 2,5 mL yang lalu dipanaskan pada air yang bersuhu
1000C selama 5 menit. Jika suhu yang digunakan tidak sesuai maka reaksi yang
terjadi kurang optimal yang mengakibatkan perubahan warna pada sampel tidak
signifikan. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, pada 10 menit pertama hasil
uji glukosa menunjukkan warna biru kehijau-hijauaan yang menandakan belum
adanya kandungan glukosa dalam sampel. Sedangkan pada menit ke 20, sampel
berwarna lumpur yang menandakan adanya kandungan glukosa dalam sampel
sebanyak 2 3,5% glukosa dan terbentuknya endapan pada sampel. Dan pada menit
ke 30 60 menit, sampel yang telah ditambahkan benedict dan dipanaskan dalam air
bersuhu 1000C mengalami perubahan warna menjadi warna merah bata keruh dan
terbentuknya endapan pada dasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
sampel ke 3-6 mengandung glukosa >3,5%.
19
Selain itu dilakukan juga uji analisa kandungan amilum dalam sampel dengan
menambahakan indikator iodine pada sampel. Dari data pengamatan yang telah kami
lakukan didapatkan bahwa pada sampel yang telah terhidrolisis selama 10-20 menit
ini menghasilkan perubahan warna sampel bening menjadi warna ungu kehitaman dan
ungu pekat. Hal ini menunjukkan masih tingginya kandungan amilum di dalam
sampel. Namun, pada menit ke 30-60 perubahan warna yang terjadi pada sampel
adalah warna jingga dan yang terakhir jingga pudar. Hal ini dapat diartikan bahwa
kandungan amilum pada sampel sudah memudar atau bisa dikatakan tidak ada
kandungan amilum dalam sampel.
Dalam uji analisa kandungan amilum dan glukosa dalam sampel yang kami
lakukan dapat disimpulkan bahwa, semakin lama proses hidrolisis pati dilakukan
maka semakin sedikit pula jumlah amilum yang terkandung dalam sampel. Hal ini
dapat dilihat dari perubahan warna sampel yang semakin lama proses hidrolisis, maka
sampel berubah menjadi warna kuning pudar. Sedangkan pada uji glukosa jika
semakin lama proses hidrolisis pati dilakukan maka semakin banyak kandungan
glukosa yang dihasilkan dalam sampel. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna
sampel yang semakin lama proses hidrolisis, maka sampel berubah warna mejadi
merah bata keruh. Sehingga dapat dikatakan bahwa, jumlah amilum yang terkandung
dalam proses hidrolisis berbanding terbalik dengan jumlah glukosa yang dihasilkan
dalam sampel yang telah terhidrolisis.
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin lama reaksi yang dilakukan,
maka semakin banyak juga jumlah amilum (pati) yang terpecah menjadi glukosa.
Selain itu pegaruh suhu, percobaan hidrolisis pati ini juga dipengaruhi oleh temperatur
reaksi yang harus dijaga pada suhu 100 0C dan pengadukan yang konstan, penggunaa
katalis, dan keadaan dari bahan baku itu sendiri. Mekanisme reaksi hidrolisis pati
yang terjadi dalam suasana asam berlangsung menurut reaksi :
(C6H10O5)n
nH2O
nC6H12O6
20
yaitu senyawa kimia yang lebih sederhana. Proses hidrolisis ini mengurai pati menjadi
glukosa, dengan cara memanaskan dan penambahan HCl.
Penambahan HCl berguna sebagai katalis untuk memecah pati menjadi glukosa
dan juga untuk mempercepat reaksi hidrolisis yang terjadi, pada saat pemanasan pati,
pati tersebut akan mengental dan akan berwarna putih dikarenakan pati pada kondisi
panas akan mengental dan kadar airnya pun akan hilang, maka dari itu digunakan HCl
sebagai pemecah senyawa pati menjadi senyawa yang lebih sederhana, dan pati
tersebut akan berubah sifat fisik menjadi encer.
Suhu yang digunakan penangas sekitar 120oC dan suhu paraffin dalam penangas
sekitar 80oC dibawah titik didih pati tersebut, agar pati tersebut tidak rusak. Dan
digunakan motor pengaduk dupaya pengadukan pada proses konstan, apabila pada
proses dilakukan pengadukan yang tidak konstan, akan memengaruhi produk glukosa
yang terbentuk, glukosa yang dihasilkan akan kurang maksimal.
Proses ini dilakukan selama 60 menit, yang dimana pada setiap 10 menit
dilakukan pengambilan sampel yang dianalisis kualitatif, penambahan iodine untuk
mengetahui kada amilum, pada saat pengambilan sampel 1 & 2 setelah ditetesi iodine,
warna kedua sampel masih berwarna gelap yang ditandakan bahwa amilum belum
terpecah menjadi glukosa, akan tetapi pada saat pengambilan sampel selanjutnya
didapat perubahan warna menjadi kekuning kuningan dan semakin lama menjadi
kuning bening, hal ini disebabkan karena amilum telah terpecah menjadi glukosa.
Pada uji sampel yang ditambahkan dengan benedict bertujjuan untuk mengetahui
kadar glukosa dalam pati tersebut, pada saat penambahan benedict pada sampel,
sampel akan berubah warna menjadi berwarna biru, dan kemudian dipanaskan untuk
mengetahui perbedaan yang terjadi setiap sampel yang diambil. Pada uji sampel 1 & 2
warna masih tetap gelap yang dikarenakan amilum masih belum terpecah menjadi
glukosa, akan tetapi pada menit ke 30 sampai akhir terjadi perubahan warna sedikit
demi sedikit menjadi warna merah bata, hal ini disebabkan oleh pati yang telah
terhidrolisis menjadi glukosa.
Seharusnya warna dari sampel 1 dan 2 berwarna hijau atau biru ,tidak berwarna
merah bata karena pada saat hidrolisis menit ke 10 kemungkinan belum terbentuk
glukosa atau masih sedikit sehingga menunjukan warna benedict yg utuh . hal ini
terjadi karena pada saat analisis , diproses pemanasan sampel , suhu belum mencapai
kondisi maksimum yaitu 100 C , maka reaksi tidak berlangsung optimum dan
hasilnya pun tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Perbedaan konsentrasi yang dilakukan oleh 2 kelompok yaitu 20 % dan 25 %
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk hidrolisis oleh asam , terbukti dengan
analisa menggunakan larutan iod pada menit 30 konsentrasi 20 % menunjukan warna
coklat , sedangkan pada konsentrasi 25 % warna coklat berada pada menit 40 .
21
Menentukan nilai indeks bias dan brix suatu sampel glukosa bertujuan untuk ,
mengetahui kualitas glukosa yang dihasilkan . diperoleh nilai indeks bias sampel
glukosa 25 % sebesar 1.3529 sedangkan brix 13.3 . hal ini bertujuan untuk mengetahui
apakah benar sampel yang dihasilkan glukosa atau bukan , berdasarkan litelatur indeks
bias gula 30% sebesar 1.37 sumber ( tripler, 1991 : 45 ) , hasil analisis dan litelatur
tidak berbeda jauh . maka dipastikan senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis
yaitu glukosa . semakin besar kadar glukosa maka indeks bias akan semakin besar .
1. KESIMPULAN
1. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan menggunakan katalis asasm dalam hal ini
yaitu HCl 15%.
2. Pada proses hidrolisis ini, pati sebagai polisakarida akan terurai dengan bantuan
asam dan panas menjadi senyawa monoskarida yaitu glukosa.
Hidrolisa Pati (Strach) Menjadi Glukosa
22
3. Semakin lama proses pemanasan, maka semakin banyak glukosa yang terbentuk.
Karena jumlah amilum (pati) terpecah menjadi glukosa.
4. Hasil uji analisa kualitatif dari hidrolisis pati menggunaka indikator iodine dan
benedict. Uji kualitatif menggunakan iodine menghasilkan perubahan warna
menjadi orange yang menandakan tidak adanya amylum . Sedangkan pada uji
kualitatif menggunakan benedict mennjukkan warna merah bata keruh pada
sampel dan terdapanya endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J dan Joan J Fessenden.1999.Kimia Organik Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Hartono dan Yunar Wahyudi. 1999. Pembuatan Glukosa dari Pati Tapioka secara
Hidrolisis Kimiawi. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Milito, Dieto. 2010. http://lab.tekim.undip.ac.id/proses/2010/03/04/hidrolisa-pati/
[diakses tanggal 27 September 2015]
Saut, Ferdian dan Satya Kurnianto. 2004. Konversi Starch menjadi Sirup Glukosa.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utam
23
LAMPIRAN
NO
Gambar
Keterangan
1
Pelarutan pati dengan
konsentrasi 25 % , atau 50
gram pati dalam 200 mL.
2
Preparasi sampel hingga pati
Hidrolisa Pati (Strach) Menjadi Glukosa
24
siap dihidrolisis.
3
Proses hidrolisis pati yang
dilakukan selama 60 menit .
4
Hasil analisa dengan
menggunakan larutan iod.
5
Pemanasan ketika uji dengan
larutan bnedict dan hasil
yang tidak sesuai harapan
karena suhu air yang belum
optimum.
Hidrolisa Pati (Strach) Menjadi Glukosa
25
6
Penentuan indeks bias dan
brix dengan menggunakan
refraktometer .
26