FARFIS LAPORAN 4 Viskositas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

VISKOSITAS

I. Tujuan
1.1 Mampu menentukan viskositas dari suatu larutan
II. Prinsip
2.1 Viskositas Bookfield
Berdasarkan nilai viskositas yang didapat dengan mengukur gaya
putar spindle yang dicelupkan pada sampel
2.2 Viskositas Oswald
Berdasarkan pengaruh gravitasi dan berat jenis cairan dalam waktu
tertentu
III. Teori
3.1 Pengertian Viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berupa daya
tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan
viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui
pipa gelas (gelas kapier), bila cairan itu mengalir cepat maka
berarti viskositas dari cairan itu rendah misalnya air (Dulgace,
1986).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk
mengalir daripada gas, hingga cairan mempunyai koefisien
viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah
dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan
naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak
terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik
dengan naiknya tekanan. Makin tinggi viskositas maka akan
semakin besar tahanannya. Bila viskositas gas meningkat dengan
naiknya temperatur, maka viskositas cairan jusru menurun jika
temperatur dinaikkan (Martin, 1993).
3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan
viskositas gas naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi.
Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar
molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan
turun dengan kenaikan temperatur.
3. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air.
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspense menaikkan
viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya
penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun
karena gliserin maupun minyak akan semakin encer.
4. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik jika berat molekul naik. Misalnya laju
aliran alkohol capat, larutan minyak laju alirannya lambat serta
laju aliran lambat sehingga viskositas tinggi. Viskositas akan
naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
5. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan hydrogen (Bird,
1987)
3.3 Berdasarkan hukum newton tentang sifat alir cairan,maka tipe
aliran dibedakan menjadi 2, yaitu:
3.3.1 Newtonian
Cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan viskositas
(Wiroatmojo, 1988) cairan yang mengikuti hukum Newton,
viskositasnya tetap, tidak dipengaruhi oleh kecepatan geser
sehingga dapat ditemukan hanya menggunakan satu titik
rate of shear (perbedaan kecepatan antara 2 bidang cairan
yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil) (Wiroatmojo,
1988)
3.3.2 Non Newtonian
Aturannya tidak mengikuti aturan-aturan viskositas.
Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar
atau mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk
mengalirkan cairan bukan cairan Newton sehingga
diperlukan tambahan gaya atau jika perlu dua kelompok,
yaitu :
3.3.2.1 Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi
waktu, diantatranya:
a. Aliran plasus, berhubungan dengan adanya
partikel-partikel yang terflokulasi dalam
suatu suspensi pekat.
b. Aliran pseudoplastis ,diperlihatkan oleh
polimer-polimer dalam larutan, berkebalikan
dengan sistem plastis yang tersusun dari
partikel-partikel tersuspensi 2 emulsi.
c. Aliran Dilanti,terjadi pada suspensi yang
memiliki presentase zat padat terdispersi
dengan konsentrasi tinggi. Terjadi
peningkatan daya hambat untuk mengalir
dengan naiknya rute of shear.
3.3.2.2 Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi waktu,
diantaranya :
a. Thisotropik
b. Anti – tiksotropi, Sol  Gel  Sol
c. Rheopeksi, padatan Sol  Gel  Sol
(Wiroatmojo, 1988)
3.4 Cara Menentukan Viskositas
1. Viskositas Brookfield
Pada viskositas ini nilai viskositas didapatkan dengan
mengukur gaya puntir sebuah rotor spindle/silinder yang
dicelupkan ke dalam sampel. Viskometer Brookfield
memungkinkan untuk mengukur viskositas dengan
menggunakan teknik dalam viscometry. Pada metode ini, sebuah
spindle dicelupkan ke dalam sampel gaya gerak antara
permukaan spindle dengan cairan akan menentukan tingkat
viskositas cairan.
Sebuah spindle dimasukkan ke dalam cairan dan diputar
dengan kecepatan tertentu. Bentuk dari spindle dan kecepatan
putarnya inilah yang menentukan Shear Rate. Oleh karena itu,
untuk membuat sebuah hasil viskositas rasional harus dipenuhi
beberapa hal :
a. Jenis spindle
b. Kecepatan putar spindle
c. Type viscometer
d. Suhu sampel
e. Shear rute
f. Lama waktu pengukuran (Sukardjo, 1997)
Prinsip kerja viscometer Brookfield ini adalah semakin kuat
putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatan
semakin besar (Moechtar, 1990).
2. Viskometer Ostwald
Yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kaplet dengan gaya
yang disebabkan oleh cairan itu sendiri (Moechtar, 1990).
3. Viskometer Hoppler
Yang diukur adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah
bola untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi tertentu.
Karena adanya gravitasi benda yang jatuh melalui medium
yang berviskositas dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimal (Moechtar, 1990).
4. Viskometer Cup and Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antar
dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob
masuk persis di tengah-tengah (Moechtar,1990).
5. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya sampel ditempatkan di tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut (Moechtar,
1990).
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
Viskometer Brookfield, viskometer Ostwald, gelas ukur,
stopwatch, pipet ukur, piknometer 25ml.
4.2 Bahan
Amphitol
V. Prosedur
5.1 Viskometer Brookfield
Dimasukkan larutan uji kedalam cup, lalu dippasang spindle R1
sampai R3 dan spindle LV 61 sampai LV 64 secara bergilir dan
diposisikan ke dalam cup secara tegak lurus sampai lautan uji
mencapai tanda batas spindel. Kemudian dihidupkan viskometer
Brookfield dan dicatat nilai yang terdapat pada display.
5.2 Viskometer Ostwald
Larutan uji dimasukkan kedalam viskometer Ostwald, kemudian
lauran dihisap sampai tanda batas m (atas) kemudian dibiarkan
mengalir sampai tanda batas n (bawah). Dilakukan sebanyak 3 kali dan
dicatat waktu yang dibutuhkan larutan uji untuk mengalir dari tanda
batas m ke tanda batas n.
VI. Data Pengamatan
Nama zat yang diukur : Amphitol
Pembanding : Air
BJ pembanding : 0,974 dyne/cm2
Viskositas pembanding : 0,001 poise
VISKOMETER BROOKFIELD

NO. SPINDLE HASIL


R1 0
R2 0
R3 40 0,3%
LV 61 35
LV 62 5
LV 63 0
LV 64 0

HASIL VISKOMETER OSTWALD

BERAT JENIS HASIL


AIR 0,9704
SAMPLE 1,2248

LITELATUR

Ƞ air = 1 cp Ƞ sample = 29 mpas (amphitol)


= 0,001 p Pada suhu 25oc
Pada suhu 20oc

Perhitungan
6.1 BJ Aquadest
Bobot = pikno aquadest + pikno kosong
= 46,86 – 22,60
= 24,26 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
BJ air = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
24,26 𝑔
= 25 𝑚𝑙

= 0,9704 dyne/cm2
6.2 BJ sample
Bobot = pikno sample – pikno kosong
= 50,31 – 19,69
= 30,62 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
BJ sample = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
30,62 𝑔
= 25 𝑚𝑙

= 1,2248dyne/cm2
ƞ1 𝜌1 . 𝑡1
=
ƞ2 𝜌2 . 𝑡2

0,01 0,9704 . 10
=
ƞ2 1,2248 . 10

0,01 9,704
=
ƞ2 124,9296

124,9296 . 0,001
ƞ2 =
9,704
ƞ2 = 0,0128 p

=1,28mpas

VII. Pembahasan
Pada praktikum ini untuk mengetahui viskositas dari suatu
cairan. Penentuan viskositas ini ditentukan menggunakan alat
viskometer, viskometer yang digunakan yaitu viskometer Brookfield
dan viskometer Ostwald. Untuk viskometer brookfiled, prinsip dari
alat ini untuk mengkombinasikan setting spindle dan kecepatan putar
spindle.
Pada sampel yang akan di uji dilengkapi dengan spindle
R1,R2,R3 dan LV61,LV62,LV63,LV64 yang memiliki bentuk yang
berbeda-beda ada yang berukuran kecil, sedang dan besar. Selain
ukuran yang berbeda-beda jenis spindle ini memiliki fungsi yang
berbeda. Pada saat sampel dimasukkan pada R1,R2,LV63,LV64 tidak
ada nilai viskositas yang dapat dibaca oleh viskometer brookfield
dengan ukuran spindle tersebut, hal ini disebabkan karena spindle
yang digunakan hanya bisa digunakan untuk membaca suatu cairan
dengan viskositas yang tinggi (kental) sedangkan larutan sampel tidak
terlalu kental (encer). Oleh karena itu, spindle R1, R2, LV63, dan LV
64 berputar cepat saat mengukur sampel, hal ini berkaitan dengan
tahanan yang dihasilkan cairan saat diukur yang menghasilkan
tahanan rendah karena encernya cairan tersebut. Semakin lemah
putaran pada spindle karena adanya daya tahan dari suatu cairan yang
menghambat kecepatan spindle untuk berputar, maka akan semakin
tinggi daya tahan alir suatu cairannya (viskositasnya).
Pada R3,LV61,LV62 dapat terdeteksi tetapi dalam pembacaan
dari viskositas belum terlihat secara konstan. Sehingga menghasilkan
angka yang menurun dari konsentrasi sebelumnya. Pengukuran
dengan viskometer ini menggunakan spindle dengan rpm yang
berbeda terhadap viskositas. Dengan rpm yang berbeda-beda didapat
pula cp (centi poise) dan % (persen) yang berbeda pula dari sampel
tersebut hal ini disebabkan karena semakin besar spindle dan semakin
besar viskositasnya semakin sulit dilakukan pendeteksian viskositas
menggunakan spindle.
Dengan mengetahui nilai viskositas dapat diketahui bahwa
viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula
karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang
terlarut tiap satuan volum, semakin banyak partikel yang terlarut
gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin
tinggi pula.
Cara kedua untuk mengukur viskositas adalah dengan
viskometer ostwald. Cara menggunakan viskometer ostwald untuk
mengukur tahanan air yaitu dengan cara mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan untuk melewati 2 tanda berupa garis yang
melingkar ketika mengalir, hal ini dapat terjadi karena adanya
gravitasi yang terjadi dalam viskometer ostwald. Sebelum digunakan,
viskometer ostwald terlebih dahulu dikalibrasi dengan air yang sudah
diketahui tingkat viskositasnya. Dengan viskometer ostwald juga
dapat diketahui waktu alir suatu cairan terhadap viskositas. Semakin
lama waktu alir suatu cairan yang dibutuhkan untuk melewati 2 tanda
pada viskositas ostwald, maka semakin besar juga nilai viskositasnya.
Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan cairan melewati 2 tanda
dalam viskometer ostwald maka semakin kecil nilai viskositasnya.
Pada praktikum pengukuran viskositas menggunakan
viskometer ostwald, diukur suatu sampel yang sebelum nya tidak
diketahui. Sampel di masukkan kedalam viskometer ostwald dari pipa
yang berukuran lebih besar, kemudian sampel dipenuhkan hingga
melewati batas tanda yang ada pada pipa sebrangnya yang berukuran
lebih kecil dengan jarak tertentu antara kedua garis tanda tersebut,
kemudian diamati dan dicatat waktu cairan mulai melewati tanda garis
pertama sampai melewati tanda garis berikutnya. Pengambilan waktu
tesebut berdasarkan gravitasi yang ada pada viskometer, karena
adanya gravitasi maka cairan sampel dapat turun, sehingga dapat
ditentukan waktu yang dibutuhkan cairan tersebut berkaitan dengan
daya tahan alirnya atau viskositasnya. Waktu alir antara 2 tanda garis
tersebut belum menunjukkan viskositas dari cairan tersebut,
melainkan dicatat sebagai ‘t’ sampel untuk kemudian dihitung
menggunakan rumus viskositas.
Untuk mengetahui viskositas dari cairan sampel yang dapat
diketahui dengan waktu alir dalam pengukuran menggunakan
viskometer ostwald, ‘t’ yaitu waktu yang dibutuhkan larutan
pengkalibrasi dalam hal ini aquadest, begitupula sampel dihitung
dengan rumus viskositas yang tertera pada data pengamatan
perhitungan. Untuk menghitung menggunakan rumus viskositas, harus
diketahui juga BJ aquadest, BJ sampel, dan viskositas aquadest
sebagai pengkalibrasi. BJ sampel dan aquadest dapat diketahui dengan
menghitung BJ dengan cara menimbang piknometer kosong kemudian
menimbang piknometer berisi cairan yang akan dihitung BJ nya,
dalam hal ini adalah sampel dan aquadest. Setelah keduanya
ditimbang, hasil penimbangan piknometer berisi cairan dikurangin
hasil penimbangan piknometer kosong. Selisih hasil penimbangan ini
adalah massa zat cair tersebut, karena sudah didapatkan variabel
volume dan massa, maka dengan menggunakan rumus berat jenis
yaitu massa dibagi kerapatan BJ dapat deiketahui. Pada hasil
percobaan perhitungan BJ aquadest adalah 0,9704 dyne/cm2,
sedangkan BJ sampel adalah 1,2248dyne/cm2. Dari hasil BJ ini,
dicocokan dengan literatur, zat apa yang memiliki nilai BJ 1,224
dyne/cm2, sehingga dapat diketahui bahwa sampel adalah Amphitol.
Dari hasil kedua BJ zat diatas, kemudian viskositas sampel yaitu
Amphitol dihitung dengan menggunakan literatur viskositas aquadest
yaitu 0,01 mpas sebagai pembanding. Sehingga didapatkan hasil
bahwa viskositas dari Amphitol adalah 1,28 mpas. Dalam pengukuran
viskositas baik menggunakan viskometer brookfield maupun
viskometer ostwald, tidak dapat ditentukan langsung nilai viskositas
mana yang benar ataupun yang salah, tetapi harus dilihat terlebih
dahulu satuan dari nilai yang dihasilkan setelah dilakukan pengukuran
menggunakan masing-masing viskometer. Kemudian, dibandingkan
dengan viskositas cairan yang sebenarnya dari literatur tentunya
dengan satuan yang sama. Dalam percobaan ini, viskometer broofield
merupakan alat pengukur viskositas dengan satuan mpas, sedangkan
viskometer ostwald menghasilkan nilai dengan satuan poise yaitu
0,0128 p, hasil ini kemudian dikonversi sehingga hasil akhir nilai
viskositas sampel pada pengukuran dengan viskometer ostwald adalah
1,28 mpas.
Setelah dibandingan dengan literatur sebenarnya dari viskositas
amphitol adalah 29 mpas, maka hasil pengukuran yang didapat yang
mendekati hasil sebenarnya adalah pengukuran viskositas dengan
menggunakan viskometer brookfield pada pemakaian spindle LV 61
yaitu 35 mpas. Nilai yang terbaca pada spindle lain yang tidak sesuai
bukan merupakan kesalahan, namun dilihat dari prinsip kerja alat itu
sendiri, dimana pada viskometer brookfield prinsipnya adalah
berdasarkan nilai viskositas yang didapat dengan mengukur gaya putar
spindle yang dicelupkan pada sampel, sedangkan ukuran spindle itu
sendiri sesuai dengan nama ukurannya memiliki ukuran yang berbeda-
beda, maka alat pun akan membaca hasil yang berbeda berkaitan
dengan ukuran spindle dan gaya putar yang dapat menahan daya alir
dari amphitol itu sendiri. Sedangkan pada viskometer ostwald,
ketidaksesuaian nilai viskositas dapat terjadi karena adanya kesalahan
saat menentukan BJ dari aquadest serta sampel itu sendiri, sehingga
mempengaruhi hasil akhir dari nilai viskositas amphitol.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum penentuan nilai viskositas ini, dapat disimpulkan
viskositas sampel yaitu amphitol dapat terbaca pada viskometer
brookfield dengan spindle R3, LV 61, dan LV 62 dan viskometer
ostwald dengan hasil 1,28 mpas yang berarti sampel tidak terlalu
kental. Viskositas amphitol dapat terbaca dengan benar mendekati
nilai viskositas sebenarnya (29 mpas) pada viskometer brookfield
dengan spindle LV 61 yaitu 35 mpas.
IX. Daftar Pustaka
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT
Gramedia.
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika. Edisi III. Jilid 3. Jakarta: UI Press.
Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta: UGM Press.
Wiroatmojo. 1988. Kimia Fisika. Jakarta: Depdikbud.
X. Lampiran

10. 1 Penimbangan untuk menghitung BJ sampel amphitol


10. 1 Penimbangan untuk menghitung BJ pembanding aquadest

Anda mungkin juga menyukai