Beban Kerja Mental

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan-Nya makalah yang
berjudul Kerja Mental dapat diselesaikan.
Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah yang
telah membimbing kami dalam menyusun makalah. Semoga dapat menuntun kami pada langkah
yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini sudah baik, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah kamiini bermanfaat.

Makassar, 01 September 2016


Penyusun,

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan dan kerja mental.
Konsep

beban

kerja

mental

mengarahpada

tuntutan

atensi

yang

dialami

selamamenampilkan tugas-tugas kognitif (ODonnell dalam Matthews, dkk., 2000).


Konsep beban kerja mental menjadi semakin penting sejak adanya perkembangan
teknologi semi otomatis dan komputerisasi. Kondisi ini membuat manusia harus memiliki
kemampuan mental untuk memproses semua informasi yang diterimanya,baik informasi
pada tugas manufaktur maupun pada tugas-tugas administratif. Salah satu tolak ukur
(selain waktu) yang diaplikasikan untuk mengevaluasikan apakah tata cara kerja sudah
dirancang baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan energi kerja (energi
otot manusia) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.
Berat atau ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja akan dapat
ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dapat diukur lewat pengukuran
anggota tubuh atau fisik manusia antara lain, laju detak jantung (heart rate), tekanan
darah (blood pressure), temperatur badan (body temperature), laju pengeluaran keringat
(sweating rate), konsumsi oksigen yang dihirup (oxygen consumption), dan kandungan
kimiawi dalam darah (lactid acid content).
Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan
kerja mental. Dimana kerj fisik adalah pengeluaran energi relatif yang banyak dan pada
jenis tersebut dapat dibedakandalam beberapa kerja sesuai fisik yaitu kerja statis dan
kerja dinamis. Sedangkan erja mental adalah pengeluaran energi relatif lebih sedikit dan
cukup sulit untuk mengukur kelelahannya. Hasil kerja (performasi kerja) manusia
dipengaruhi oleh berbagai faktor, adalah faktor diri (individu) dan faktor situsional.
Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa pengaruh
pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja dalam kehidupan sehari-hari yaitu
kriteria faal yang meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah,
tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam air seni, dan lainlain.Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selamabekerja.

Sedangkan kriteria kejiwaan meliputi kejenuhan atau kejemuan, emosi, motivasi, sikap,
dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama
bekerja. Sedangkan kriteria ketiga yaitu kriteria hasil kerja meliputi pengukuran hasil
kerja yang diperoleh dari pekerja selama bekerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui
pengaruh kondisi kerja dengan melalui hasilkerja yang diperoleh dari pekerja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas, yaitu:
1. Apa pengertian dari beban kerja mental?
2. Bagaimana cara pengukuran dan metode pengukuran beban kerja mental?
3. Bagaimana dampak dan pengendalian beban kerja mental?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Beban Kerja Mental
Beban kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada pekerja.
Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas
mental. Dalam prakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara beban
kerja fisik dan beban keja mental. Menurut Henry R.Jex (1988), beban kerja mental
merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Menurut Henry R. Jex, 1998, dalam bukunya Human Mental Workload, beban
kerja mental adalah beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari
suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi
termotivasi. Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan adanya stres kerja.
Menurut Lazarus (dalam Fraser, 1992) mengatakan bahwa stres kerja adalah kejadian
kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas,
rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban
kerja yang diterima melampaui batasbatas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam
waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu.
Beban kerja mental dapat dipandang sebagai variabel bebas eksternal dalam
tuntutan tugas, dan beban kerja mental didefinisikan sebagai sebuah interaksi antara
tuntutan tugas dengan kemampuan manusia atau sumber daya. Keduanya merupakan
pendekatan yang penting dan memiliki kontribusi dalam berbagai permasalahan. Analisis
mengenai beban kerja dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang tuntutan
tugas yang sesuai dengan keterbatasan pekerja, dapat pula untuk optimalisasi sistem,
serta untuk seleksi pekerja atau penentuan pelatihan yang akan diberikan. Sedangkan
menurut Wickens dan Holland (2000), beban kerja dapat dilihat dari tiga konteks yaitu
prediksi beban kerja, penilaian beban kerja yang ditimbulkan oleh alat, dan beban kerja
yang dialami oleh pekerja. Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda
bagi setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres kerja
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspekaspek pekerjaan
terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.
B. Cara Pengukuran dan Metode Beban Kerja Mental

Beban kerja mental dapat diklasifikasikan atas dasar metode pengukuran obyektif
dan metode pengukuran subyektif. Pengukuran secara obyektif dapat dilakukan dengan
beberapa anggota tubuh antara lain melalui pengukuran denyut jantung, kedipan mata,
dan ketegangan otot. Sedangkan dalam pengukuran beban kerja mental secara subyektif
didasarkan pada persepsi para pekerja (Simanjuntak, 2010).
Beban kerja mental berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian yang
dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan suatu tugas. Dengan kata lain, apabila beban
kerja mental rendah maka konsentrasidan perhatian yang dibutuhkan untuk mengerjakan
suatu tugas akan minimal jumlahnya. Hal tersebut disebabkan oleh kompleksitas tugas
dan jumlah informasi yang harus diproses rendah, sehingga karyawan dapat melakukan
tugas tersebut dengan baik.
1. Metode Pengukuran Obyektif
Berdasarkan Widyanti dkk.(2010), Beban kerja mental dapat diukur dengan
pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif, maka
disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat
adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa
dilakukan antara lain :
a. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh
seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan
matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani
mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
b. Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui
perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya
sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang berhubungan
dengan kerja mata.
c. Pengukuran kadar asam saliva
Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima pekerja yang
melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang
terletak diluar rongga mulut.
d. Pengukuran denyut jantung

Pengukuran ini digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang


sebagai manifestasi gerakan otot. Metode ini biasanya dikombinasikan dengan
perekaman gambar video, untuk kegiatan motion study
2. Metode Pengukuran Subyektif
Sedangkan metode pengukuran beban kerja secara suyektif merupakan
pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subyektif responden/pekerja
(Widyanti dkk,. 2010). Berikut ini merupakan beberapa jenis metode pengukuran
subjektif yaiut National Aeronautics And Space Administration Task Load Index
(NASA-TLX), Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), Modified
Cooper Harper Scaling, Multidescriptor Scale, dan Rating Scale Mental Effort
(RSME).
Tahapan pengukuran beban kerja mental secara subyekti yaitu pertama
menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati, kemudian
enentukan range dan nilai interval, setelah itu emilih bagian faktor beban kerja yang
signifikan untuk tugas-tugas yang spesifik serta menentukan kesalahan subjektif yang
diperhitungkan berpengaruh dalam memperkirakan dan mempelajari beban kerja.
Tujuan dari pengukuran beban kerja mental secara subjektif yaitu menentukan skala
terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam percobaan, menentukan
perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda dan mengidentifikasi faktor
beban kerja mental yang secara signifikan berhubungan berdasarkan penelitian
empiris dan subjektif dengan menggunakan rating beban kerja sampel populasi
tertentu. Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan
terbukti memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock
dan Meshkati, 1988).
Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif yaitu pengukuran beban kerja
di mana sumber data yang diolahadalah data yang bersifat kualitatif. Pengukuran ini
merupakansalah

satu

pendekatan

psikologi

dengan

cara

membuat

skala psikometri untuk mengukur beban kerja mental. Cara membuat skala tersebut
dapat dilakukan baik secara langsung (terjadi secara spontan) maupun tidak langsung
(berasal dari respon eksperimen). Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan
memilih faktor-faktor beban kerja mental yang berpengaruh dan memberikan rating
subjektif. Tahapan pengukuran beban kerja mental secara subjektif yaitu:
a. Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati

b. Menentukan range dan nilai interval.


c. Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang
spesifik.
d. Menentukan kesalahan subjektif yang diperhitungkan berpengaruh dalam
memperkirakan dan mempelajari bebankerja.
Tujuan pengukuran beban kerja mental secara subjektif yaitu menentukan skala
terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam percobaan, menentukan
perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda, mengidentifikasi faktor beban
kerja mental yang secarasignifikan berhubungan berdasarkan penelitian empiris dan
subjektif dengan menggunakan rating beban kerja sampel populasi tertentu.
Metode Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif :
a. NASA-TLX dikembangkan oleh NASA Ames Research Center. NASA-Task Load
Index adalah prosedur rating multidimensional, yang membagi beban kerja
(workload) atas dasar rata-rata pembebanan 6 subskala yaitu:
1) Mental demands (orang yang dinilai/diukur atau object assessment)
2) Physical demands (orang yang dinilai/diukur atau object assessment)
3) Temporal demands (orang yang dinilai/diukur atau object assessment)
4) Own performance (interaksi antara subjek dengan pekerjaan atau task)
5) Effort (interaksi antara subjek dengan pekerjaan atau task)
6) Frustation (interaksi antara subjek dengan pekerjaan atau task)
Skor akhir beban mental NASA-TLX diperoleh dengan mengalikan bobot dengan
rating setiap dimensi, kemudian dijumlahkan dan dibagi 15.

b. Harper Qoorper Rating (HQR) yaitu suatu alat pengukuran beban kerja dalam hal
ini untuk analisis handling quality dari perangkat terbang di dalam cockpit yang
terdiri dari 10 angka rating dengan masing-masing keterangannya yang berurutan
mulai

dari

kondisiyang

terburuk

hingga

kondisi

yang

paling

baik,

sertakemungkinan-kemungkinan langkah antisipasinya. Rating inidipakai oleh


pilot evaluator untuk menilai kualitas kerja dari perangkat yang diuji di dalam
kokpit pesawat terbang.
c. Task Difficulty Scale dikembangkan dan dipakai oleh AIRBUS Co. Perancis
untuk menguji beban kerja statik di dalam rangka program sertifikasi pesawatpesawat yang baru dikembangkannya.Prinsip kerjanya hampir sama dengan

prinsip

kerja

HQR tetapi

lebih

menekankan

kepada

bagaimana

cara

menilaitingkat kesulitan dari pengoperasian instrumen-instrumen kontrol di dalam


kokpit.
d. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) dikembangkan oleh Harry
G. Armstrong, Aerospace Medical Research Laboratory Wright-Patterson Air
Force Base, Ohio, USA untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara mengukur
beban kerja dalam lingkungan yang sebenarnya (real worldenvironment). Ada 3
tahapan pekerjaan di dalam penggunaan model SWAT yaitu:
1) Scale Development Subjek (orang) diminta untuk melakukan pengurutan
kartu sebanyak 27 kartu kombinasi dari urutan beban kerja terendah sampai
beban kerja tertinggi menurut persepsi masing-masing subjek.
2) Event ScoringDi sini subjek (orang) ditanyakan SWAT rating-nyadari masingmasing task, kemudian SWAT ratingtersebut dihitung dengan menggunakan
SWAT programdi dalam komputer untuk mengetahui workload scoredari
masing-masing kombinasinya.
3) Setiap rating dari ketiga dimensi diubah kedalam skor nomor antara 0 s/d 100
dengan menggunakan skalainterval yang dikembangkan pada langkah
pertama.Menurut SWAT model, performansi kerja manusia terdiridari 3
dimensi ukuran beban kerja yaitu :
(a) Time Load (T),terdiri dari tiga kategori rating yaitu :time load rendah, time
load menengah, dan timeload tinggi.
(b) Mental Effort Load,yang terdiri dari tiga kategorirating yaitu: mental effort
rendah, mental effortmenengah, dan mental effort tinggi.
(c) Psychological Stress Load, yang terdiri dari tiga kategori rating yaitu
psychological stress rendah, psychological stress menengah , dan
psychological stress tinggi.
Pengukuran beban kerja dengan metode SWAT dapat digunakan pada dunia penerbangan,
sektor industri, seperti pada pabrik-pabrik tekstil, pabrik-pabrik (perakitan) kendaraan bermotor,
dan pabrik-pabrik (perusahaan) yang memerlukan tingkatkecermatan yang tinggi, dan sektor
perhubungan, seperti untuk meneliti tingkat beban kerja bagi para pengemudi bus jarak jauh atau
para masinis kereta api.
C. Dampak Dan Pengendalian Beban Kerja Mental
1. Beban Kerja Mental Berlebihan

Ada beberapa gejala yang merupakan dampak dari kelebihan beban


mentalberlebih, seperti yang diterangkan oleh Hancock dan Mesahkati (1988),yaitu:
a. Gejala fisik
Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, gangguan pola tidur lesu, kaku leher
belakang sampai punggung, napsu makan menurun dan lain-lain.
b. Gejala mental
Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah
tersinggung, gelisah, dan putus asa.
c. Gejala sosial atau perilaku
Banyak merokok, minum alkohol, menarik diri dan menghindar.

2. Pengendalian Beban Kerja Mental Berlebihan


Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990) dalam
Prihatini (2007) adalah sebagai berikut:
a. Beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja
pekerja yang bersangkutan dengan menghindarkan adanya beban berlebih
maupun beban kerja yang terlalu ringan.
b. Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
jawab di luar pekerjaan.
c. Setiap pekerja harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier,
mendapatkan promosi dan pengembangan keahlian.
d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu
dengan yang lain.
e. Tugas-tugas harus harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka
Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg.2010.Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press Solo, pp : 105-146
Hilma

Raimona

Zadry.pengukuran

beban

kerja

psikologis.pdf.http://www.google.com/53_60_risma.pdf
Modul Biomekanika Praktikum Genap.Analisis pengukuran beban kerjafisik dengan metode
fisiologi.pdf.http://www.google.com.fisiologi.pdf
Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM Undip.Pengaruh beban kerja fisik danmental terhadap stres
kerja

pada

perawat

di

instalasi

gawat

darurat

(igd)rsud

cianjur.pdf.http://www.google.com.phpap.pdf
Anindya Irawati.Pengaruh beban kerja terhadap produktivitasKaryawan sentrakredit konsumen
(skk) tahun 2012.pdf.http://www.google.com.jurnal.pdf.com Risma Adelina Simanjutak. Analisis
pengaruh

shift

kerja

terhadap

bebankerja

mental

metodesubjective workload assessment technique(swat).http://www.google.com.risma.pdf

dengan

Anda mungkin juga menyukai