Beban Kerja Mental
Beban Kerja Mental
Beban Kerja Mental
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan dan kerja mental.
Konsep
beban
kerja
mental
mengarahpada
tuntutan
atensi
yang
dialami
Sedangkan kriteria kejiwaan meliputi kejenuhan atau kejemuan, emosi, motivasi, sikap,
dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama
bekerja. Sedangkan kriteria ketiga yaitu kriteria hasil kerja meliputi pengukuran hasil
kerja yang diperoleh dari pekerja selama bekerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui
pengaruh kondisi kerja dengan melalui hasilkerja yang diperoleh dari pekerja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas, yaitu:
1. Apa pengertian dari beban kerja mental?
2. Bagaimana cara pengukuran dan metode pengukuran beban kerja mental?
3. Bagaimana dampak dan pengendalian beban kerja mental?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Beban Kerja Mental
Beban kerja merupakan konsekuensi dari kegiatan yang diberikan kepada pekerja.
Aktivitas pekerja pada dasarnya dapat dibedakan antara aktivitas fisik dan aktivitas
mental. Dalam prakteknya beban kerja yang dijumpai merupakan kombinasi antara beban
kerja fisik dan beban keja mental. Menurut Henry R.Jex (1988), beban kerja mental
merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Menurut Henry R. Jex, 1998, dalam bukunya Human Mental Workload, beban
kerja mental adalah beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari
suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi
termotivasi. Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan adanya stres kerja.
Menurut Lazarus (dalam Fraser, 1992) mengatakan bahwa stres kerja adalah kejadian
kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas,
rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban
kerja yang diterima melampaui batasbatas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam
waktu yang relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu.
Beban kerja mental dapat dipandang sebagai variabel bebas eksternal dalam
tuntutan tugas, dan beban kerja mental didefinisikan sebagai sebuah interaksi antara
tuntutan tugas dengan kemampuan manusia atau sumber daya. Keduanya merupakan
pendekatan yang penting dan memiliki kontribusi dalam berbagai permasalahan. Analisis
mengenai beban kerja dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang tuntutan
tugas yang sesuai dengan keterbatasan pekerja, dapat pula untuk optimalisasi sistem,
serta untuk seleksi pekerja atau penentuan pelatihan yang akan diberikan. Sedangkan
menurut Wickens dan Holland (2000), beban kerja dapat dilihat dari tiga konteks yaitu
prediksi beban kerja, penilaian beban kerja yang ditimbulkan oleh alat, dan beban kerja
yang dialami oleh pekerja. Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda
bagi setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja yang berbeda pula. Stres kerja
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspekaspek pekerjaan
terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.
B. Cara Pengukuran dan Metode Beban Kerja Mental
Beban kerja mental dapat diklasifikasikan atas dasar metode pengukuran obyektif
dan metode pengukuran subyektif. Pengukuran secara obyektif dapat dilakukan dengan
beberapa anggota tubuh antara lain melalui pengukuran denyut jantung, kedipan mata,
dan ketegangan otot. Sedangkan dalam pengukuran beban kerja mental secara subyektif
didasarkan pada persepsi para pekerja (Simanjuntak, 2010).
Beban kerja mental berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian yang
dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan suatu tugas. Dengan kata lain, apabila beban
kerja mental rendah maka konsentrasidan perhatian yang dibutuhkan untuk mengerjakan
suatu tugas akan minimal jumlahnya. Hal tersebut disebabkan oleh kompleksitas tugas
dan jumlah informasi yang harus diproses rendah, sehingga karyawan dapat melakukan
tugas tersebut dengan baik.
1. Metode Pengukuran Obyektif
Berdasarkan Widyanti dkk.(2010), Beban kerja mental dapat diukur dengan
pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria obyektif, maka
disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat
adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa
dilakukan antara lain :
a. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh
seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan
matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani
mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
b. Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui
perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya
sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang berhubungan
dengan kerja mata.
c. Pengukuran kadar asam saliva
Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima pekerja yang
melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang
terletak diluar rongga mulut.
d. Pengukuran denyut jantung
satu
pendekatan
psikologi
dengan
cara
membuat
skala psikometri untuk mengukur beban kerja mental. Cara membuat skala tersebut
dapat dilakukan baik secara langsung (terjadi secara spontan) maupun tidak langsung
(berasal dari respon eksperimen). Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan
memilih faktor-faktor beban kerja mental yang berpengaruh dan memberikan rating
subjektif. Tahapan pengukuran beban kerja mental secara subjektif yaitu:
a. Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati
b. Harper Qoorper Rating (HQR) yaitu suatu alat pengukuran beban kerja dalam hal
ini untuk analisis handling quality dari perangkat terbang di dalam cockpit yang
terdiri dari 10 angka rating dengan masing-masing keterangannya yang berurutan
mulai
dari
kondisiyang
terburuk
hingga
kondisi
yang
paling
baik,
prinsip
kerja
HQR tetapi
lebih
menekankan
kepada
bagaimana
cara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg.2010.Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press Solo, pp : 105-146
Hilma
Raimona
Zadry.pengukuran
beban
kerja
psikologis.pdf.http://www.google.com/53_60_risma.pdf
Modul Biomekanika Praktikum Genap.Analisis pengukuran beban kerjafisik dengan metode
fisiologi.pdf.http://www.google.com.fisiologi.pdf
Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM Undip.Pengaruh beban kerja fisik danmental terhadap stres
kerja
pada
perawat
di
instalasi
gawat
darurat
(igd)rsud
cianjur.pdf.http://www.google.com.phpap.pdf
Anindya Irawati.Pengaruh beban kerja terhadap produktivitasKaryawan sentrakredit konsumen
(skk) tahun 2012.pdf.http://www.google.com.jurnal.pdf.com Risma Adelina Simanjutak. Analisis
pengaruh
shift
kerja
terhadap
bebankerja
mental
dengan