Kasus Endometritis
Kasus Endometritis
Kasus Endometritis
Kucing betina mix berumur 9 bulan, memiliki anamnesa 10 hari sebelum pemeriksaan
telah melahirkan prematur 2 ekor fetus dan mati dalam usia kebuntingan dua minggu. Kucing
telah dilakukan irigasi uterus dengan pemberian antibiotik, tetapi melalui inspeksi ditemukan
bahwa abdomen masih tampak membesar. Melalui pemeriksaan fisik, suhu tubuh 38,2 C,
frekuensi nafas 32 x/menit, dan frekuensi jantung 100 x/menit. Saat hewan dipalpasi bagian
abdomen profundal, terasa uterus yang membesar dan sensitif. Selain itu, mukosa vagina terlihat
berwarna merah muda dan vulva memiliki permukaan yang kotor serta temperatur tubuh normal.
Gambaran diatas menunjukan sonogram dari uterus yang mengalami endometritis kronis
dengan probe arah transversal. Tanda panah hitam menunjukkan penebalan dinding terus, tanda
panah putih tebal menunjukkan cairan dalam lumen uterus, tanda kepala panah menunjukkan
adanya accoustic shadowing. Bar (garis putih) = 1 cm.
Pembesaran diameter uterus ditunjukkan melalui area anechoic-hypoechoic pada bagian
sentral, dimana warna hitam keabu-abuan menunjukkan adanya echogenisitas rendah-sedang
berupa cairan pada intraluminal ditambah dengan kehadiran debris sel-sel peradangan. Pada
bagian ventral dari struktur garis putih hyperechoic, terdapat garis echopoor pada dua sisi
sonogram. Hal ini merupakan keadaan non-patologis yang disebut accoustic shadowing. Letak
uterus dapat diketahui secara pasti melalui adanya area anechoic yakni vesica urinaria di bagian
dorsal sonogram.
Melalui USG dengan probe sagital atau sejajar dengan sumbu tubuh, diperoleh gambar
lumen uterus berupa area abu-abu panjang bersifat hypoechoic. Pada bagian ventral dan dorsal
dari lumen menunjukkan struktur putih yang tebal atau hyperechoic, yang menandakan adanya
penebalan dinding uterus. Panjang uterus yang terlihat pada sonogram sekitar 4-5 cm, dimana
panjang tersebut tidak mencakup panjang uterus sebenarnya.
Gambaran diatas menunjukan sonogram dari uterus yang mengalami endometritis kronis
dengan probe arah sagital. Tanda panah hitam biasa memperlihatkan cairan dalam lumen uterus,
tanda panah hitam tebal memperlihatkan penebalan dinding uterus. Bar (garis putih) = 1 cm.
Ultrasonografi digunakan sebagai penunjang diagnosa kasus klinis. Melalui hasil
sonogram diperoleh penegakan diagnosa yang mengarah pada endometritis kronis, dimana
ditunjukkan adanya transudat (anechoic) dan penebalan dinding uterus (hyperechoic). Penebalan
dinding uterus terjadi akibat adanya proses panca radang yang meliputi dolor, calor, rubor, tumor
dan fungsiolesa. Penebalan (tumor) pada dinding uterus disebabkan oleh sel-sel radang yang
menerima sinyal adanya infeksi dan bertumpuk pada organ ini. Pada sonogram terlihat adanya
accoustic shadowing. Menurut Widmer et al (2004) accoustic shadowing adalah area hitam,
yang merupakan refleksi dari gelombang tinggi atau adanya atenuasi gelombang.
Endometritis adalah peradangan yang terjadi akibat infeksi pada endometrium, yang
dapat berlanjut ke dalam myometrium dan perimetrium (Simmons & Bammel 2005). Menurut
Nelson dan Couto (1992) endometritis dapat terjadi mengikuti kejadian setelah abortus, distokia,
retensio sekundinarum, dan infeksi bakteri yang berasal dari vagina. Keadaan dehidrasi,
septicemia, endotoksemia, shock dan kombinasinya dapat menjadi faktor predisposisi dari
endometritis. Bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi tersebut ialah Eschericia coli (E. Coli),
Streptococcus, Staphylococcus, dan Proteus spp. Pada endometritis akut, hewan mengalami
demam, tidak nafsu makan, lethargi dan ditemukan adanya discharge vulva yang purulen (Kahn
et al. 2005). Endometritis kronis dilaporkan sering terjadi pada anjing, sedangkan kejadian pada
kucing sedikit.
Menurut Ressang (1963) endometritis umumnya terlihat pada sapi, anjing dan kucing.
Endometritis dapat terjadi sesudah melahirkan, adanya infeksi mikroorganisme dan penggunaan
obat-obat cairan irigasi uterus yang terlalu panas. Sehingga, dapat diperkirakan adanya
endometritis kronis terjadi akibat proses melahirkan prematur yang diikuti dengan penggunaan
cairan irigasi sebagai cairan pembersih rahim.
Tindakan medis yang diberikan ialah ovariohisterektomi atau pengangkatan ovarium,
tuba fallopi dan uterus dari rongga abdomen. Pada lumen uterus yang telah dilakukan incisi,
memperlihatkan adanya cairan transudat dan penebalan dinding uterus
Uterus yang telah diangkat dan diincisi menunjukkan adanya penebalan dan cairan transudat
Menurut Colville dan Bassert (2002) ovariohisterektomi adalah prosedur bedah yang
mengangkat ovarium, tuba fallopii, dan uterus dari rongga abdominal hewan. Hal ini umum
disebut dengan sterilisasi pada hewan betina. Langkah tersebut diputuskan dengan
pertimbangan pemilik yang tidak lagi memperhatikan kapasitas reproduksi kucing. Diferensial
diagnosa dari endometritis ialah pyometra, dengan pengangkatan dan incisi uterus dapat
meyakinkan bahwa hewan telah mengalami endometritis kronis.
Operasi ovariohisterektomi dilakukan dengan pembukaan rongga abdomen melalui
laparotomi medianus posterior. Operasi yang dikerjakan menggunakan anastetikum umum yakni
ketamin dan sedativa (preanesthetic agents) berupa xylazine. Menurut Katzung (2001) ketamine
merupakan anastesi disosiatif, senyawa arylcyclohexilamine, yang ditandai dengan ketotonia,
amnesia, dan analgesi dengan hilangnya kesadaran. Xylazine merupakan zat preanastesi yang
dikombinasikan dengan ketamin, karena xylazine memiliki efek sedasi atau memberikan efek
tenang pada pasien tetapi masih dalam keadaan sadar (Mckelvey & Hollingshead 2003).
Bedah terbuka yang dilakukan, pertama kali dengan incisi kulit bagian medianus yang
diikuti garis linea alba dan peritoneum. Ovarium kiri dan kanan yang ditemukan, diligasi untuk
menghentikan suplai darah ke ovarium. Bagian yang diligasi kemudian diikat dengan benang
chromic cat gut (absorbable) berukuran USP 3/0 menggunakan jarum ukuran 12 dan dipotong
pada bagian mengarah ke tuba fallopi. Setelah itu, dilakukan penelusuran corpus uterus. Corpus
uterus diligasi dan diikat dengan jenis dan ukuran benang yang sama. Kemudian dilakukan
pemotongan uterus yang mengarah ke cornua uteri dan pengangkatan potongan tersebut ke luar
tubuh.
Pemberian antibiotika topikal penicillin dengan konsentrasi 20.000 IU diaplikasikan pada
rongga abdomen sebelum dijahit saat operasi. Penjahitan pada peritoneum dan otot dilakukan
dengan tipe jahitan simple suture menggunakan benang chromic catgut (absorbable) berukuran
USP 3/0, dilanjutkan penjahitan kulit menggunakan benang silk (non-absorbable) ukuran USP
2/0 dan tipe jahitan simple suture. Pada perawatan pasca operasi diberikan amoxicillin dengan
dosis 25 mg/kg berat badan (BB) dua kali sehari selama 5 hari, kemudian jahitan dibuka pada
hari yang ke tujuh.
Daftar Pustaka :
Noviana, Deni. 2008. Diagnosis Ultrasonografi untuk Mendeteksi Gangguan pada Uterus Kucing
(Felis catus). Bagian Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor (FKH-IPB), Rumah Sakit Hewan (RSH)-IPB : Bogor.