Apendisitis Akut - Sintike

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

APENDISITIS AKUT

OLEH : SINTIKE (C1814201149)

STIK STELLA MARIS MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian
Apendiks (umbai cacing ) merupakan perluasan sekum yang rata-
rata panjangnya adalah 10 cm. Ujung apendiks dapat terletak
diberbagai lokasi, terutama di belakang sekum. Arteri apendialis
mengalirkan darah ke apendiks dan merupakan cabang dari arteri
ileokolika (Arif dan Kumala, 2013).
Apendisitis adalah kasus bedah abdomen darurat yang paling
sering terjadi. Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada
apendiks verformis dan merupakan penyebab Abdomen akut yang
sering terjadi. Apendiks juga disebut umbai cacing (Adran & Yessi,
2013 p,88).
Appendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks)
dilakukan segera mungkin untuk mengurangi resiko perforasi (Brunner
& Suddart, 2005 dikutip dalam wijaya, 2013).
Appendiktomi merupakan suatu intervensi bedah yang mempunyai
tujuan bedah ablative atau melakukan pengangkatan bagian tubuh yang
mengalami masalah atau mempunyai (Arif, Mutaqin & dll, 2009).

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi saluran pencernaan (Usus besar)
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari kecil yang panjangnya
kira-kira 10 cm (3-5 cm), terletak dibawah dinding abdomen
dibawah titik Mc Burney dan melekat pada sekum tepat
dibawah katub ileosekal (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml perhari. Lendir itu
secara normal dicurhkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender dimuara appendiks
tampaknya berperan pada pathogenesis appendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut
Associated Lymfoid Tissue) terdapat sepanjang saluran cerna
termasuk apppendiks. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan
appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab
jumlah jaringan limpa disini kecil jika dibandingkan jumlah
disaluraan cerna dan seluruh tubuh.

3. Etiologi
a. Infeksi bakteri seperti E-coli merupakan penyebab pada umumnya
b. Obstruksi pada lumen apendiks yang terjadi karena :
1. Timbunan tinja yang keras (Fekalit).
2. Hiperplasia jaringan limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak
3. Tumor apendiks
4. Striktur
5. Benda asing dalam tubuh
6. Cacing askaris.
c. Tergantung dari bentuk apendiks
1. Apendiks yang terlalu panjang
2. Meso apendiks yang pendek
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendiks
4. Kelainan katub dipangkal apendiks.
4. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat telipat
atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit, tumor atau benda asing.
Proses inflasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam,
terlokalisasi di kwadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks
yang terinflamasi berisi pus.
Patologi apendiks berawal dari jaringan mukosa kemudian
menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa
apendiks menghasilkan mucus (lendir) setiap harinya. Terjadinya
obstruksi menyebabkan pengaliran mucus dari lumen apendiks ke
sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak
dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun
karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks sehingga hal tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapendesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah
epigastrium disekitar umbilikus. Jika sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan intralumen akan terus meningkat.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema
bertambah, bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang
timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini
disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu, maka
akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya
gangrene. Keadaan ini disebut degan apendisitis gangrenosa. Jika
dinding apendiks yang mengalami gangrene ini pecah maka apendisitis
berada dalam keadaan perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan
sempuran, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini
menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan disekitarnya,
perlengketan tersebut dapat menimbulkan keluhan pada perut kanan
bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali
dan dinyatakan mengalami ekserbasi.

5. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kwadran kanan bawah abdomen
2. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney
3. Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai (hasil atau intensifikasi dari
nyeri bila tekanan lepas). Spasme otot dan abdomen tegang
4. Mual dan muntah
5. Anoreksia
6. Demam
7. Peristaltik usus berkurang
8. Hipovolemia
9. Dehidrasi

6. Klasifikasi
Terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang
memberikan tanda, disertai maupun tidak disertai rangsangan
peritoneum lokal.
2. Apendisitis rekurens yaitu, jika ada riwayat nyeri berulang diperut
bagian kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama sembuh
spontan.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang
setelah apendiktomi.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesa, ada 4 hal penting
1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viresal yang beberapa
waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah)
2. Muntah (rangsang viseral)
3. Panas (infeksi akut)
4. Gejala lain anoreksia, penderita tampak sakit dan menghindar
penggerakan.
b. Pemeriksaan fisik meliputi :
Status generalis, tampak kesakitan, demam (37,7° C), perbedaan
suhu rektal ½ ° C, fleksi ringan art coxae dextra. Rovsing sing (+)
pada penekanan perut bagian kontra Mc Burney karena tekanan
tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus
sehingga bergerak dan menggerakkan peritoneum sekitar apendiks
yang ditekan maka terasa sakit di titik Mc Burney (pada apendiks
retrocaecal) karena merangsang peritoneum sekitar apendiks yang
juga meradang. Obturator sign (-) fleksi dan endorotasi articulation
costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m.
Obturator interus, artinya apendiks di pelvis. Peritonitis umum
(perforasi). Nyeri diseluruh abdomen, pekak hati hilang, bising usus
hilang.
c. Laboratorium
1. Darah :
-Lekosit > 10.000 – 18.000/ MM. N : 4,800-10.800 Ul
-Netrofil meningkat 75%. N : 49,2-65,0%
2. LED meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate
3. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Kadang ditemukan sejumlah kecil leukositosis dan eritrosit.
d. Rontgen abdomen
Menunjukkan adanya gambaran seperti : adanya fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan, sumbatan fekalit, dan
pembengkakan apendiks. Ultrasonografi bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendiculacalith serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran dari sekum.

8. Penatalaksanaan Medik
Pembedahan
a. Apendiktomi : operasi pengangkatan apendiks, bila diagnose telah
ditegakkan untuk menurunkan perforasi (Sjamsuhidayat, 2004)
1. Sebelum operasi :
- Observasi dalam 8-12 jam setelah timbul, keluhan tanda dan
gejala.
- Apendisitis masih belum jelas.
- Intubasi bila perlu.
- Antibiotik (anti microba spectrum luas)
2. Operasi
3. Pasca operasi perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk
mengetahui terjadinya perdarahan didalam, syok, hipertermi,
atau gangguan pernapasan.

9. Komplikasi
a. Perforasi apendiks
b. Peritonitis abses bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang
dilakukan adalah operasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba
massa dikwadran kanan bawah yang cenderung menggelembung
kea rah rectum atau vagina
c. Dehidrasi
d. Elektrolit darah tidak seimbang
e. Pneumoni
f. Sepsis
Adanya mikroorganisme yang menyebabkan apendisitis, maka
mikroorganisme tersebut akan masuk kedalam darah sehingga
terjadinya sepsis.

B. Konsep Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian dan Pertumbuhan Anak
Menurut Soetjiningsih (2012), pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram) ukuran panjang (cm, m), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam pengertian lain
dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik
(anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya karena
adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel (IDAI, 2002).
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ
yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga
termasuk perkembangan emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2012)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas),
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ /
individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi
(kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan
manusia secara utuh.

2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri :
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa.

b. Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini


ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen,
hilangnya reflex primitive pada masa bayi, timbulnya tanda seks
sekunder dan perubahan lainnya.
c. Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan
adanya masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung cepat
yang terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja (adolesen).
Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra sekolah dan masa
sekolah.

3. Ciri-ciri Perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bersifat individual.
Namun demikian pola perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri
yang sama (Depkes, 2006) yaitu :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan petumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia berdiri dengan fungsi anak
terhambat. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan
fisik maupun perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti.
Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain pada anak, berat badannya begitupun
kepandainnya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut hokum yang tetap, yaitu :
1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2. Perkembangan terjadi lebih dahuku di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak mampu
berjalan dahulu sebelum bisa berdiri.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yang
berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal)
(Depkes, 2006).
Faktor internal terdiri dari :
a. Ras/etnik atau bangsa, anak yang dilahirkan dari ras/bangsa
Amerika tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
b. Keluarga, ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
c. Umur, kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin, fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e. Genetik (heredokonstitusional), adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetic
yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Salah satu
contohnya adalah tubuh kerdil.
f. Kelainan kromosom, umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan dan perkembangan seperti pada sindrom down atau
sindrom turner.

Sedangkan faktor eksternal terdirid dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal,
faktor persalinan dan faktor pasca persalinan.
a. Faktor prenatal
1. Gizi, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan janin dikandungannya.
2. Mekanis, trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot, dislokasi
panggul, falsi fasialis, dan sebagainya.
3. Toksin/zat kimia, beberapa obat-obatan seperti aminopterin,
thalidomide dapat menyebabkan kelainan kogenital palatoskisi.
4. Endokrin, diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan
macrosomia kardiomegali, hyperplasia adrenal.
5. Radiasi, paparan radium dan sinar rontgen dapat menyebabkan
kelainan janin seperti mikrosefali, spina bifida, kelainan mata,
kelainan jantung.
6. Infeksi
7. Kelainan imunologi
8. Anoksia embrio
9. Psikologis ibu.
b. Faktor persalinan
c. Faktor pasca persalinan
1. Gizi
2. Penyakit kronis/kelainan congenital
3. Lingkungan fisik dan kimia
4. Psikologis
5. Endokrin
6. Sosio-ekonomi
7. Lingkungan pengasuhan
8. Obat-obatan

5. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Maza zigot, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
2. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Sel telur/ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan
menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung
dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
3. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai
akhir kehamilan. Masa janin ini terjadi dari 2 periode yaitu :
- Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu
sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini
terjadi percepatan pertumbuhan, alat tubuh telah terbentuk
dan mulai berfungsi.
- Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada
masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi organ.
b. Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan
1. Masa neonatal, umur 0-28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi dua yaitu, masa neonatal dini
umur 0-7 hari, masa neonatal lanjut umur 8-28 hari.
2. Masa post neonatal umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus-menerus terutama
meningkatnya fungsi sistem saraf.
c. Masa anak toddler (umur 1-3 tahun)
Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik kasar dan motorik
halus serta fungsi ekskresi. Periode ini juga merupakan masa yang
penting bagi anak karena pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi pada masa balita akan menentukan dan mempengaruhi
tumbuh kembang anak selanjutnya.
d. Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Aktivitas jasmani
bertambah seiring dengan meningkatnya keterampilan dan proses
berfikir. Pada masa ini selain lingkungan di dalam rumah, anak
mulai diperkenalkan pada lingkungan diluar rumah.
e. Masa anak sekolah (6-12 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan dan pertambahan berat badan mulai
melambat. Tinggi badan bertambah sedikitnya 5 cm per tahun. Anak
mulai masuk sekolah dan mempunyai teman yang lebih banyak
sehingga sosialisasinya lebih luas.
f. Masa anak usia remaja (12-18 tahun)
Pada remaja awal pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai
puncaknya. Karakteristik sekunder mulai tampak seperti perubahan
suara pada anak laki-laki dan pertumbuhan payudara pada anak
perempuan.

6. Jenis Imunisasi
a. Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)
Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, Kemerdekaan Kesehatan RI mengajurkan
pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan
b. Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B
merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu
pada bayinya.
c. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan
sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.
d. Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program
pengembangan imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan yang tinggi.
e. Campak
Dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam pada
umur 9 bulan.
C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Data subjektif :
Data objektif : Meminta informasi tentang penyakit yang
dialami
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Data subjektif : Penurunan nafsu makan, mual, muntah,
jumlah makanan dalam sehari
Data objektif : Membran mukosa kering
3. Pola Eliminasi
Data subjektif : Distensi abdomen
Data objektif : Nyeri tekan, penurunan dan tidak ada
bising usus
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Data subjektif : Keletihan, kelemahan, dan keterbatasan
dalam beraktifitas
Data objektif : Ketidakmampuan beraktivitas dan malaise
5. Pola Tidur dan Istirahat
Data subjektif : Sering terjaga pada malam hari oleh karena
nyeri abdomen
Data objektif : Gelisah
6. Pola Persepsi Kognitif
Data subjektif : Perasaan tidak berdaya
Data objektif : Perasaan sedih
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Data subjektif : Harga diri rendah
Data objektif : Pendiam
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Data subjektif : Merasa tersisih dan hambatan sosialisasi
Data objektif : Ketidakaktifan secara social
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Data subjektif : Penurunan gairah seksual
Data objektif :
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
Data subjektif : Kecemasan
Data objektif : Gelisah
11. Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan
Data subjektif : Penurunan akan kebutuhan spiritualitas
Data objektif : Ketidakmampuan beribadah

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya agens cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
Hasil yang diharapkan : Rasa nyeri dapat teratasi, dengan
kriteria hasil :
a. Laporan nyeri hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Tidak bisa beristirahat
Rencana tindakan :
a. Kaji lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri
R/ Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan
merupakan indicator secara dini untuk dapat memberik
tindakan selanjutnya.
b. Observasi keluhan nyeri setiap hari
R/ Memungkinkan perawat untuk menilai kemajuan dan
kemunduran agar dapat menetukan intervensi selanjutnya.
c. Anjurkan untuk teknik relaksi dengan menarik napas dalam
R/ Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara
adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
d. Anjurkan untuk tidak memberikan tekanan pada abdomen
R/ Adanya tekanan pada abdomen dapat memperberat
timbulnya nyeri.
e. Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami
gangguan rasa nyamannya
R/ Mengurangi nyeri
f. Kolaborasikan dengan dokter dalam hal pemberian
analgetik.
R/ Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa
nyeri.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhkan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Nutrisi adekuat
Rencana tindakan
a. Kaji pola makan pasien
R/ Perubahan pola makan seperti anoreksia, mula dan
muntah intervensi segera.
b. Timbang berat badan penting untuk mengetahui perubahan
status nutrisi
c. Beri makanan sedikit tetapi sering.
R/ Makanan dengan porsi kecil tetapi sering lebih ditoleril
oleh penderita anoreksia, mual dan muntah.
d. Hidangan makanan yang menimbulkan selera dan menari
dalam penyajian.
R/ Meningkatkan selera makan.
e. Tawarkan minum saat makan
R/ Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
f. Beri perawatan oral
R/ Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
R/ Membantu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Hasil yang diharapkan : Klien mampu merawat diri sendiri,
dengan kriteria hasil :
a. Pasien terbebas dari bau badan
b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan atau tanpa
bantuan.
Rencana tindakan
a. Kaji kemampuan pasien
R/ Memungkinkan untuk pemilihan intervensi
b. Mandirikan pasien setiap hari sampai klien mampu
melaksankan sendiri cuci rambut dan potong kuku klien
R/ Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran
darah dan meningkatkan kesehatan.
c. Mandikan pasien setiap hari sampai pasien benar-benar
mampu
R/ Agar badan segar dan meningkatkan kesehatan
d. Ganti pakaina yang kotor dengan bersih
R/ Untuk melindungi klien dari kuman dan
meningkatkan rasa nyaman.
e. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya
R/ Agar klien merasa tersanjung akan lebih kooperatif
dalam kebersihan.
f. Berikan Health Education pada klien dan keluarganya
tentang pentingnya kesehatan
R/ Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk
menjaga personal hygiene.
g. Bimbingan keluarga klien memandikan
R/ Agar keterampilan dapat diterapkan.

4. Discharge Planning
a. Anjurkan kepada pasien untuk menjaga agar luka oeprasi tetap
kering dan bersih untuk mencegah infeksi.
b. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga makanan
setelah pulang dari rumah sakit di rumah atau tempat kerja.
c. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program
pengobatan dari dokter terutama obat antibiotic supaya dihabiskan.
d. Anjurkan kepada pasien untuk control ke dokter sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk membantu aktifitas pasien di
rumah agar pasien lebih cepat sehat sehingga pasien dapat
melakukan aktifitas kembali dengan sempurna.
SKENARIO KASUS

Pasien Nn “A” umur 11 tahun datang ke Rumah Sakit pada tanggal


20 Juli 2020 dengan diagnosa medik kolik abdomen + suspek appendicitis
akut dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dirasakan sejak 2 hari yang
lalu dan didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney, Pasien
mengatakan nyeri disertai mual dan muntah 2× dirumah, adanya penurunan
nafsu makan serta kaki kanan tidak bisa diluruskan. Ibu pasien mengatakan
pasien sudah 3 hari yang lalu belum mandi dikarenakan tidak dapat berjalan
ke kamar mandi.
Pada saat pengkajian tanggal 21 Juli 2020, keluhan utama pasien
adalah nyeri perut bekas luka operasi di bagian kuadran kanan bawah
abdomen, nyeri memberat ketika bergerak atau batuk, rasanya seperti
disayat-sayat dengan durasi terus-menerus pada saat pasien diminta menilai
skala nyeri dari 1-10 pasien memberikan nilai 8, tampak pasien menangis
kesakitan, gelisah dengan terpasang kateter tetap.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran tidak koma,
dengan TTV : 100/70 mmHg, N: 104×/ menit, S : 36° C, P : 20×/ menit,
BB : 21kg, TB : 121cm. Terapi yang diberikan antara lain : Cefotaxime 50
mg/8 jam, Ketorolac : IM : 15 mg/8 jam. Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 20 Juli 2020 yaitu : Darah rutin WBC 9,8 103 mm3, RBC 4,65 103
mm3, HB 12 g/dl. Berdasarkan data di atas maka penulis mengangkat tiga
diagnose keperawatan yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
fisik, Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan asupan diet kurang ,
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

KAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Sintike NIM: C1814201149


Unit : Autoanamnese :
Kamar : 302 Alloanamnese :
Tgl masuk RS : 20 Juli 2020 Tglpengkajian : 21 Juli 2020

A. Identifikasi
1. Pasien
Nama initial : Nn “A”
Umur : 11 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SD
Agama/ suku : Protestan/ Makassar
Alamat rumah : Jl. Datu Musseng
2. Orang Tua
Nama Bapak : Tn “M” Nama Ibu : Ny “S”
Umur : 37 Tahun Umur : 35 Tahun
Alamat : Jl. Datu Musseng Alamat : Jl. Datu Musseng

B. Data Medik
1. Diagnosa medik
Saat masuk : App (Apendisitis akut)
Saat pengkajian : App (Apendisitis akut)
2. Riwayat Kehamilan Ibu Kelahiran dan Neonatal :
• Ibu mengatakan saat hamil tidak mengalami kelainan seperti
keluhan mual dan muntah. Ibu juga mengatakan rajin memeriksakan
kehamilannya kedokter kandungan selama hamil.
• Ibu mengatakan pasien lahir cukup bulan. Ibu melahirkan secara
normal dan tidak ada masalah saat ia melahirkan.
• Ibu mengatakan tidak ada kelainan pada saat dilahirkan. Berat badan
lahir 2.600 gram, sedangkan panjang badan ibu lupa.
3. BUGAR: Ibu mengatakan saat lahir pasien langsung menangis kuat.
4. Kelainan bawaan/ Trauma kelahiran : Ibu mengatakan tidak ada kelainan
atau trauma kelahiran.
5. Riwayat Tumbuh Kembang sebelum sakit:
• Personal Sosial :
Ibu mengatakan pasien mulai mengenal ibunya sekitar umur 4 bulan
dan di umur 11 tahun. Pasien sudah bisa beradaptasi dengan orang-
orang yang ada disekitar lingkungan rumahnya.
• Motorik Halus :
Ibu mengatakan pasien mulai menggenggam sekitar umur 2 bulan
dan diumur 11 tahun. Pasien mampu menggambar pemandangan.
• Bahasa :
Ibu mengatakan pasien mulai berceloteh sekitar umur 1 bulan, 2
bulan dan di umur 11 tahun. Pasien mampu berbicara dengan jelas.
• Motorik Kasar :
Ibu mengatakan pasien mulai berjalan sekitar umur 1 tahun dan di
umur 11 tahun pasien mampu mengendarai sepeda.
6. Riwayat Alergi : Ibu mengatakan pasien tidak memiliki bawaan saat lahir.
7. Catatan Vaksinasi
Jenis Vaksinasi I II III
Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan
DPT 1 bulan - 3 bulan
Hepatitis 2 bulan 3 bulan 4 bulan
BCG 1 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan - -
8. Test Diagnostik
a. Laboratorium: Tanggal 24 Maret 2020
Hasil Satuan Nilai Rujukan
• WBC 9,8 3
10 /UL 4,8-10,8
• RBC 4,65 3
10 /UL 4,7-6,1
• HgB 12 g/dl 14-18
• HCT 36,2 % 45-52
• Neutrofil 87 % 40-74
b. USG: Apendisitis, suspek periapendiculer infiltrate
c. Lain-lain: tidak ada
9. Therapi:
• RL 24 tetes/menit
• Zibac 2×1 gram/intravena
• Antrain 3×1/2 Amp/intravena
• Metrodinazole 3×250 mg/intravena
C. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan: Pasien tampak berbaring lemah, tampak pasien meringis kesakitan,
tampak terpasang infus RL 500 cc (24 tetes/menit) pada tangan sebelah kiri.
Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran :
Skala koma scale /pediatric coma scale
1) Respon motorik :6
2) Respon bicara :5
3) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15

Kesimpulan : tidak koma


MAP :80 mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
b. Suhu :370C di oral axilla rectal
c. Pernapasan: 20 x/menit
Irama : teratur kusmaul cheynes-stokes
Jenis : dada perut
d. Nadi : 80 x/menit
Irama : teratur tachicardi bradichardi
kuat lemah
f. Hal yang mencolok : tidak ada
2. Pengukuran
a. Tinggi badan : 121 cm c. Lingkar kepala : 53 cm
b. Berat badan : 21 kg d. Lingkar dada : 63 cm
Kesimpulan : Berat badan kurang
3. Genogram

Ket :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Tinggal serumah :

37 35

11
D. Pengkajian Pola Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien mandi 2× sehari, makan dan minum
sendiri, pasien juga suka mengkonsumsi mie instan biasa 2 kali dalam
sehari. Bila pasien sakit keluarga biasa beli obat di apotek.
Keadaan sesudah sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien sudah 3 hari tidak mandi karena tidak
dapat berjalan ke kamar mandi untuk mandi.
b. Riwayat penyakit saat ini :
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan bagian bawah
sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, nyeri seperti
tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6.
2) Riwayat keluhan utama :
Ibu mengatakan pasien mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan
bagian bawah sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
nyerinya secara tiba-tiba, sebelumnya pasien mengeluh sakit perut
disertai mual dan muntah, esok harinya pasien demam dan perutnya
bertambah sakit dan di diagnose Apendisitis akut. Saat dikaji masih
mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan skala 6, nyeri
menyebar sampai di kaki kanan bawah, ibu juga mengatakan cemas
dengan kondisi pasien yang sering mengeluh kesakitan dan
mual/muntah.
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Ibu mengatakan pasien biasa
mengalami sakit demam, flu dan batuk
d. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak
ada penyakit keturunan.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Kebersihan rambut : Tampak kotor
2) Kulit kepala : Adanya ketombe
3) Kebersihan kulit : Tampak kotor
4) Kebersihan rongga mulut : Tampak kotor dan bau
5) Kebersihan genetalia / anus : Tampak kotor
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien makan 3× sehari, pagi, siang, dan malam. Jenis
makanan berupa nasi, lauk pauk, dan menghabiskan 1 porsi makan
setiap makan, pasien juga mempunyai kebiasaan makan mie, dan makan
snack, minum air putih 4-5 gelas/ hari. Ibu mengatakan pasien tidak
menyukai sayuran.
Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak mau makan karena takut muntah dan tidak
nafsu makan, pasien juga malas minum ±1-2 minum susu saja.
b. Observasi :
Tampak pasien tidak mau makan dan bibir pasien tampak kering.
Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan rambut : Adanya ketombe
2) Hidrasi kulit : Ada hidrasi kulit
3) Palpebra/conjungtiva : Tidak edema/ tampak tidak anemis
4) Sclera : Tampak tidak ikterus
5) Hidung : Septum di tengah, tidak ada sekret dan tidak ada
peradangan
6) Rongga mulut : Kurang bersih Gusi : Tidak ada peradangan
7) Gigi : Utuh dan tampak banyak caries gigi
8) Kemampuan mengunyah keras : Pasien mampu mengunyah keras
9) Lidah : Tampak kurang bersih
10) Pharing : Tidak ada pembesaran
11) Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran
12) Kelenjar parotis : Tidak teraba pembesaran
13) Abdomen :
▪ Inspeksi : Bentuk
Bayangan vena : tidak tampak
Auskultasi : Peristaltik usus 14x/menit
▪ Palpasi : Nyeri seluruh abdomeb terutama kuadran kanan
bagian bawah
Benjolan tidak ada
▪ Perkusi : Ascites Positif Negatif
14) Kulit :
▪ Edema : Positif Negatif
▪ Icterik : Positif Negatif
▪ Tanda-tanda radang : Tidak ada tanda-tanda peradangan
15) Lesi : Tidak ada lesi

3. Pola Eliminasi
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak ada masalah dengan BAK dan BAB. BAK
6-7 kali/hari berwarna kuning dan bau amoniak, dan BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi padat berwarna kuning kecoklatan.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien belum BAB sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit dan BAK 3-4 kali/sehari. Ibu mengatakan pasien menggunakan
kateter tetap.
c. Observasi :
Tampak pasien belum BAB sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Palpasi Kandung Kemih : Penuh Kosong
2) Mulut Uretra : Tidak tampak peradangan
3) Anus :
▪ Peradangan : Tidak ada
▪ Hemoroid : Tidak ada
▪ Fistula : Tidak ada
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Keadaan Sebelum Sakit :
Ibu mengatakan pulang sekolah pasien hanya di rumah bermain-main
dengan adeknya, malam harinya pasien belajar, makan kemudian tidur.
b. Keadaan Sejak Sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak bisa lagi bermain dan beraktifitas semenjak
sakit, jarang melakukan sesuatu lagi dan hanya berbaring di tempat
tidur.
c. Observasi :
1) Aktivitas Harian : 0 : mandiri
▪ Makan :2 1 : bantuan dengan alat
▪ Mandi :2
▪ Pakaian : 2 2 : bantuan orang
▪ Kerapihan : 2 3 : bantuan alat dan orang
▪ Buang air besar : 2
4 : bantuan penuh
▪ Buang air kecil : 2
▪ Mobilisasi di tempat tidur : 0
▪ Kesimpulan : Aktivitas di bantu sebagian
2) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
3) Fiksasi : Tidak ada
4) Tracheostomi : Tidak ada
d. Pemeriksaan Fisik:
1) Perfusi pembuluh perifer kuku : Kembali dalam waktu 3 detik
2) Thorax dan pernapasan
▪ Inspeksi:
Bentuk thorax : Simetris kiri dan kanan
Sianosis : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
▪ Auskultasi :
Suara napas : Vesikuler
Suara ucapan : Sama kuat kiri dan kanan
Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
3) Jantung
▪ Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak tampak
▪ Palpasi :
Ictus cordis : Teraba di ICS 5 linea media clavikularis
sinistra
▪ Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Tunggal ICS 2 linea sternalis
kanan
Bunyi jantung II P : Tunggal ICS 2 linea sternalis
kiri
Bunyi jantung I T : Tunggal ICS 4 linea sternalis
kiri
Bunyi jantung I M : Tunggal ICS 5 linea
midclavikularis kiri
Bunyi jantung II irama gallop : Tidak ada
Murmur : Tidak ada
HR : 100 ×/menit
Bruit : Aorta : Tidak ada
A.Renalis : Tidak ada
A. Femoralis : Tidak ada
4) Lengan dan tungkai
▪ Atrofi otot : Positif Negatif
▪ Rentang gerak : Bebas
Kaku sendi : Tidak ada kaku sendi

▪ Uji kekuatan otot : 5 5


5 5
▪ Refleks fisiologi : Biceps, triceps, gradiceps
▪ Refleks patologi :
Babinski : Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
5) Columna vertebralis:
▪ Inspeksi : Kelainan bentuk : Tidak ada
▪ Palpasi : Nyeri tekan : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada Brudzinski : Tidak ada
Kernig sign : Tidak ada
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak ada masalah dengan pola tidurnya. Pada
malam harinya tidur jam 21.00, bangun jam 06.30 sedangkan siang
harinya tidur jam 14. 00 dan bangun jam 15.30.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien susah tidur baik malam maupun siang.
c. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif Negatif

6. Pola Persepsi Kognitif


a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien termasuk anak yang pintar karena umur 4 tahun
sudah dapat menghafal abjad, penglihatan normal, pendengaran normal,
dan pasien mampu memberi respon terhadap pembicara.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien pola pikir tidak terganggu, gangguan
penglihatan, pendengaran, penghidu tidak terganggu.
c. Observasi :
Pasien tampak melihat dan mendengar secara normal tanpa bantuan alat.
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Penglihatan
▪ Cornea : Jernih
▪ Pupil : Isokor kiri dan kanan
▪ Lensa mata : Jernih
2) Pendengaran
▪ Pina : Simetris
▪ Kanalis : Tidak tampak serumen
▪ Membran timpani : Tampak utuh dan memantulkan cahaya
politzer
▪ Test pendengaran : Pasien mendengar apa yang di bicarakan.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien adalah anak yang pintar dan tidak nakal, serta
rajin belajar.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan sangat sedih melihat kondisi pasien yang sakit dan tidak
berdaya.
c. Observasi :
1) Kontak mata : Baik
2) Rentang perhatian : Baik
3) Suara dan cara bicara : Jelas serta mampu menjawab setiap
pertanyaan.
d. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : Datar
Banyangan vena : Tidak tampak adanya bayangan vena
Benjolan massa : Tidak ada benjolan
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien akrab dengan keluarga, tetangganya, dan pasien
pintar bergaul dengan teman-temannya.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak ada masalah dalam hubungan baik
terhadap keluarga dan teman-teman yang lain.
c. Observasi :
Pasien tampak di jenguk oleh keluarganya
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien sehari-hari berpenampilan selayaknya laki-laki
dan berperilaku sebagai laki-laki.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak ada masalah mengenai alat-alat reproduksi
dan seksualnya.
c. Observasi :
Pasien tampak berpenampilan dan berperilaku seperti anak laki-laki.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan bila pasien marah dan mengamuk. Keluarga hanya bisa
memberi saran.
Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien sangat rewel dan suka menangis karena pasien
kesakitan pada perut sebelah kanan bagian bawah, ibu mengatakan
cemas melihat keadaan pasien yang sering kesulitan.

b. Observasi :
Pasien tampak kesakitan dan ibu tampak duduk disamping pasien yang
cemas dengan kondisi pasien, ekspresi wajah ibu tampak tegang.
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien menganut agama katolik seperti keluarganya dan
pasien sering ke gereja bersama keluarganya
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien hanya bisa berdoa ditempat tidur.
c. Observasi :
Pasien tampak berdoa di tempat tidur bersama keluarga.

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji

( SINTIKE )
E. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds :
• Pasien mengatakan Agens cedera Nyeri akut
nyeri perut sebelah biologis
kanan.
• Pasien mengatakan
nyeri seperti
tertusuk-tusuk.
• Ibu mengatakan
pasien mengeluh
sakit perut.
• Ibu mengatakan
pasien tidak dapat
beraktifitas seperti
biasanya.
Do :
• Keadaan umum
tampak lemah
• Pasien tampak
meringis kesakitan.
• Skala nyeri : 6
• Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
S : 37° C
P : 20×/menit
2. Ds : Asupan diet Ketidakseimbangan
• Ibu mengatakan kurang nutrisi kurang dari
pasien mual, muntah. kebutuhan tubuh
• Ibu mengatakan
pasien tidak mau
makan karena pasien
takut muntah
• Ibu mengatakan
pasien tidak ada
nafsu makan.
Do :
• Pasien tampak tidak
mau makan.
• TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
P : 20×/menit
S : 37° C
• BB : 21 kg (BB <)
• HGB : 12 g/dl
• IMT : 36 kg
3. Ds : Kelemahan Defisit perawatan
• Ibu mengatakan diri
pasien sudah 3 hari
tidak mandi.
• Ibu mengatakan
pasien tidak dapat
mandi walau dengan
bantuan.
• Pasien mengatakan
susah untuk berjalan
dan berdiri lama
untuk mandi
dikarenakan nyeri
yang dirasakan.
Do :
• Keadaan kebersihan
tubuh cukup kotor.
• Tampak rambut ada
ketombe
• Tampak ada carries
di gigi
• Kebersihan mulut
tampak kotor
F. DIAGNOSA

No. Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan adanya agens cedera biologis

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan asupan diet kurang

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


G. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Hasil yang diharapkan Meliputi : tindakan keperawatan,


tindakan observatif, penyuluhan,
kolaborasi dokter

1. Nyeri berhubungan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri


dengan adanya agens Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
cedera biologis keperawatan selama 3x24 jam komprehensif yang meliputi lokasi,
diharapkan masalah nyeri akut karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
dapat teratasi dengan kriteria kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
hasil: dan faktor pencetus.
Tingkat nyeri : 2. Berikan informasi mengenai nyeri,
• Nyeri yang dilaporkan seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
dipertahankan pada skala akan dirasakan, dan antisipasi dari
2 ditingkatkan ke skala 4 ketidaknyamanan akibat prosedur.

• Ekspresi nyeri wajah 3. Dorong pasien untuk memonitor nyeri

dipertahankan pada skala dan menangani nyerinya dengan tepat.

2 ditingkatkan ke skala 4 4. Ajarkan metode farmakologi untuk

• Tidak bisa beristirahat menurunkan nyeri.

dipertahankan pada skala 5. Kolaborasi dengan pasien, orang

2 ditingkatkan ke skala 4 terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk


memilih dan mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi sesuai kebutuhan.
6. Beri tahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau jika keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya.
2. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3×24 jam 1. Monitor kalori dan asupan makanan
diharapkan masalah 2. Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan tubuh ketidakseimbangan nutrisi dapat kebutuhan nutrisi (yaitu membahas
teratasi dengan kriteria hasil : pedoman diet dan piramida
berhubungan dengan • Asupan makanan makanan).
dipertahankan pada skala 3. Bantu pasien dalam menentukan
asupan diet kurang 3 ditingkatkan pada skala pedoman atau piramida makanan
5 yang paling cocok dalam memenuhi
• Asupan cairan kebutuhan nutrisi dan preferensi
dipertahankan pada skala (misalnya, piramida makanan
3 ditingkatkan pada skala vegetarian, piramida panduan
5 makanan).
• Asupan gizi 4. Identifikasi adanya alergi atau
dipertahankan pada skala intoleransi makanan yang dimiliki
3 ditingkatkan pada skala pasien.
5 5. Ciptakan lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi makan
(misalnya, bersih, berventilasi,
saantai, dan bebas dari bau
menyengat).
3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Bantuan Perawatan Diri
keperawatan selama 3×24 jam 1. Monitor integritas kulit
berhubungan dengan Diharapkan masalah deficit 2. Pertimbangkan usia pasien saat
perawatan diri dapat teratasi mempromosikan aktivitas perawatan
kelemahan dengan kriteria hasil : diri
• Mempertahankan 3. Berikan bantuan sampai pasien
kebersihan tubuh benar-benar mampu merawat diri
dipertahankan pada skala secara mandiri.
4 ditingkatkan ke skala 5 4. Fasilitasi pasien untuk menggosok
• Mengeramas rambut gigi dengan tepat.
dipertahankan pada skala 5. Monitor kebersihan kuku, sesuai
4 ditingkatkan ke skala 5 dengan kemampuan merawat diri
• Mempertahankan pasien.
kebersihan mulut 6. Sediakan lingkungan yang terapeutik
dipertahankan pada skala dengan memastikan kehangatan,
4 ditingkatkan ke skala 5 suasana rileks, privasi dan
pengalaman pribadi.
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Dx Jam Implementasi Nama


Perawat
21/07/2020 I, II 06.00 Observasi TTV
Hasil : Sintike
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
S : 37° C
P : 20×/menit

Melakukan personal hygine


III 07. 00 Sintike
Hasil :
Tampak keadaan pasien bersih

Sintike
Mengganti cairan infus RL 500 cc
I,II 07.30
Hasil :
Terpasang infus RL 500cc
24tetes/menit

Membantu pasien makan


II 09.00
Hasil :
Pasien makan bubur ½ porsi dan minum
Sintike
1 gelas (150 cc).

Memberikan obat antibiotic dan


I 11.30 Sintike
analgetik
Hasil :
- Cefotaxime 50 mg/kg BB (3×/hari)
- Natrium diclofenac 25 mg (2×/hari)
- Antasida sirup 5 ml (2×/hari)

Membantu pasien membuang urine yang Sintike


III 13.30
sudah penuh.
Hasil :
Urine berwarna kuning kecoklatan
dengan 500cc

Memonitor TTV :
Sintike
I, II 14.00 Hasil :
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
S : 37° C
P : 20×/menit

Sintike
Menganjurkan pasien untuk minum
II 15.00
Hasil :
Pasien minum air putih 1 gelas

Mengkaji keadaan umum pasien :


I 17.30 Sintike
Hasil :
- Ibu pasien mengatakan anaknya
merasa nyeri pada abdomen
- Ibu pasien mengatakan mengatakan
anaknya mual dan muntah

22/07/2020 I, II 06.00 Observasi TTV Sintike


Hasil :
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
S : 37° C
P : 20×/menit

III 06.30 Melakukan personal hygine Sintike


Hasil :
Tampak pasien terlihat bersih

Membantu pasien makan


II 09.00 Hasil : Sintike
Pasien menghabiskan 1 porsi bubur dan
minum 1 gelas (150 cc)

I 11.30 Memberikan obat antibiotic dan Sintike


analgetik
Hasil :
- Cefotaxime 50 mg/kg BB (3×/hari)
- Natrium diclofenac 25 mg (2×/hari)
- Antasida sirup 5 ml (2×/hari)

Mengkaji karakteristik nyeri Sintike


I 15.30
Hasil :
- Pasien mengatakan nyeri pada
abdomen mulai berkurang
- Pasien juga mengatakan nafsu makan
sudah mulai meningkat.
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah
mulai tersenyum.

Mengkaji tanda-tanda dehidrasi :


16.00 Sintike
II Hasil :
Tidak terdapat cekung
Turgor kulit normal
23/07/2020 II 05.30 Mengganti cairan infus RL 500 cc Sintike
Hasil :
Terpasang infus RL 500cc
24tetes/menit

I, II 06.00 Observasi TTV Sintike


Hasil :
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
S : 37° C
P : 20×/menit

II 09.00 Membantu pasien makan Sintike


Hasil :
Pasien menghabiskan 1 porsi bubur, dan
minum 2 gelas air (150cc)

Menjelaskan kepada orang tua agar anak Sintike


II 09. 30 minum banyak air putih
Hasil :
Orang tua pasien tampak mengerti apa
yang dijelaskan oleh perawat.

III 10.30 Membantu pasien menggosok gigi Sintike


Hasil :
Tampak pasien merasa segar

Memberikan posisi yang nyaman Sintike


I 15. 30 menurut pasien
Hasil :
Pasien tampak tidur dengan posisi semi
Fowler
I. EVALUASI

Tanggal Evaluasi Nama Perawat


21/07/2020 Dx : Nyeri akut b/d agens cedera
biologis
S:
- Pasien mengatakan nyeri pada Sintike
area bekas luka operasi dibagian
bawah kuadran abdomen.
- Pasien mengatakan nyeri
memberat ketika bergerak atau
batuk, rasanya seperti disayat-
sayat dengan durasi terus-
menerus.
O:
- Ekspresi tampak pasien
menangis kesakitan, gelisah.
- Skala nyeri 6
- Tampak pasien tidak bisa
meluruskan kaki karena nyeri
yang dirasakan
A : Nyeri masih dirasakan
P : Lanjutkan intervensi 1-6

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet
kurang
S : Ibu mengatakan pasien tidak ada
nafsu makan
O : Tampak pasien makan ¼ sendok
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Dx : Defisit perawatan diri


berhubungan dengan kelemahan
S:
- Ibu mengatakan pasien sudah tidak
mandi sejak 3 hari yang lalu
- Pasien mengatakan tidak dapat
berjalan ke kamar mandi karena
nyeri yang dirasakan.
O:
- Tampak kebersihan tubuh kotor
- Tampak kebersihan mulut kotor
- Tampak adanya ketombe
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
22/07/2020 Dx : Nyeri akut b/d agens cedera
biologis Sintike
S:
- Pasien mengatakan masih nyeri
pada abdomen tetapi sudah tidak
seperti hari pertama.
- Pasien mengatakan masih sedikit
nyeri saat bergerak atau
melakukan aktifitas.
O:
- Tampak ekspresi wajah masih
kesakitan
- Skala nyeri 4
- Kaki pasien masih sedikit di
tekuk tetapi tidaak seperti hari
pertama
A : Nyeri masih di rasakan tetapi
sudah berkurang dibandingkan
dengan hari pertama
P : Lanjutkan intervensi

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet
kurang
S : Ibu mengatakan pasien sudah ada
nafsu makan
O : Tampak pasien makan ½ sendok
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Dx : Defisit perawatan diri


berhubungan dengan kelemahan
S : Pasien telah melakukan personal
hyigne dengan bantuan perawat
O : Tampak pasien bersih
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

23/07/2020 Dx : Nyeri akut b/d agens cedera


biologis Sintike
S:
- Pasien mengatakan nyeri sudah
berkurang
- Pasien mengatakan sudah dapat
bergerak atau melakukan
aktifitas.
O:
- Tampak ekspresi wajah senang
- Skala nyeri 2
- Kaki pasien sudah dapat
diluruskan
A : Nyeri sudah berkurang
P : Hentikan intervensi

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet
kurang
S : Ibu mengatakan pasien sudah ada
nafsu makan
O : Tampak pasien menghabiskan
makanannya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Dx : Defisit perawatan diri


berhubungan dengan kelemahan
S : Pasien mengatakan sudah mampu
berjalan ke kamar mandi untuk
melakukan personal hygine
O : Tampak pasien dapat menyikat
gigi tanpa bantuan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR OBAT YANG DIBERKAN PADA PASIEN

1. Nama obat : Cefotaxime, Natrium diclofenac, Antasida sirup.


2. Klasifikasi/golongan obat : Antibiotik sefalosporin, analgetik.
3. Dosis umum : Cefotaxime (1-2 gr), Natrium diclofenac (75-150mg),
Antasida sirup (60 ml).
4. Dosis untuk pasien : Cefotaxime (50mg), Natrium diclofenac (25mg),
Antasida sirup (5 ml).
5. Cara pemberian: Cefotaxime (IV), Natrium diclofenac (oral), Antasida
sirup (oral).
6. Mekanisme kerja dan fungsi obat :
1. Cefotaxime : Cefotaxime adalah kelompok obat yang disebut
cephalosporin antibiotics. Cefotaxime bekerja dengan cara
memperlemah dan memecah dinding sel, membunuh bakteri.
Cefotaxime digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri,
termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa.
2. Natrium diclofenac : Diclofenac adalah obat untuk meredakan nyeri
dan peradangan. Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan obat
ini adalah radang sendi dan nyeri setelah operasi. Nyeri adalah salah
satu tanda dari peradangan. Dalam mengatasi peradangan, diclofenac
bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, yaitu zat yang
memicu reaksi peradangan dalam tubuh. Oleh karena itu, penggunaan
obat ini menyebabkan rasa sakit dan tanda-tanda peradangan lainnya
berkurang.
3. Antasida sirup : mengurangi nyeri lambung yang disebabkan oleh
kelebihan asam lambung dengan gejala seperti mual dan perih.
7. Alasan pemberian obat pada pasien : Cefotaxime dapat mengobati infeksi
bakteri, sedangkan natrium diclofenac untuk meredakan nyeri dan
peradangan dan antasida untuk mengobati nyeri lambung akibat
pemakaian natrium diclofenac.
8. Kontra indikasi :
1. Cefotaxime tidak dapat diberikan pada pasien yang memiliki alergi
terhadap cefotaxime atau komponennya. Pasien dengan riwayat alergi
terhadap antibiotik sefalosporin lainnya juga sebaiknya tidak diberikan
cefotaxime.
2. Natrium diklofenak dikontraindikasikan penggunaannya pada
seseorang dengan riwayat alergi, atau mengalami serangan asthma
setelah mengonsumsi obat ini, atau golongan antiinflamasi nonsteroid
lainnya. Hindari pemberian obat ini pada seseorang yang sedang
mengalami gangguan gastrointestinal, seperti terjadi ulserasi,
perdarahan lambung, atau ulkus peptikum.
3. Disfungsi ginjal berat, hipersensitif
9. Efek samping :
1. Cefotaxime : diare, pusing, ruam, demam
2. Natrium diclofenac : pusing, sakit kepala, sakit maag.
3. Antasida sirup : kembung.
J. PATWAY

ETIOLOGI

FAKTOR FAKTOR
PREDISPOSISI PRESIPITASI

LK (20-30 th) Hiperplasia jaringan limfoid,


tumor, benda asing, cacing
askaris, erosi mukosa, bakteri
Ecoli
Cenderung melakukan
pekerjaan banyak
diluar rumah Obstruksi total dalam
lumen apendiks

Makan makanan
cepat saji dan Peningkatan sekresi
rendah serat cairan dan mukus

Feses mengeras Menyebabkan pengaliran


dan sulit keluar mukus dari lumen apendiks
ke sekum menjadi terhambat

Konstipasi
Menyebabkan pengaliran
mukus dari lumen apendiks
ke sekum menjadi terhambat
Peningkatan tekanan
pada rongga usus

Bendungan mukus
di dalam lumen
Sumbatan saluran
pada appendiks

Terbentuklah pus

Pertumbuhan kuman
pada kolon
Peningkatan tekanan Mual,
intralumen muntah
Peradangan pada
Appendiks
Anoreksia
MK 1 :
Perforasi, abses NYERI AKUT MK 2 :
peritonitis KETIDAKSEIMBANGAN
NOC : KONTROL NYERI
NUTRISI KURANG DARI
NIC : MANAJEMEN KEBUTUHAN TUBUH
NYERI
Appendiktomy NOC : STATUS NUTRISI
NIC : MANAJEMEN
NUTRISI

Insisi/ Tg :
pembedahan
• Nyeri dirasakan dibagian
bawah kanan perut dan nyei
lepas pada titik Mc Burney
• Nyeri perut bekas luka Tg :
Kelemahan
operasi di bagian kuadraan • Nyeri disertai mual dan
kanan bawah abdomen muntah 2× dirumah
• Nyeri memberat ketika • Adnya penurunan nafsu
bergerak atau batuk, makan
Aktivitas rasanya seperti disayat-
terganggu sayat dengan durasi terus-
menerus

Kegiatan perawatan
diri : dibantu orang
lain

MK 3 : DEFISIT
PERAWATAN DIRI
BERHUBUNGAN DENGAN
KELEMAHAN
NOC : PERAWATAN DIRI
Tg :
NIC : BANTUAN
PERAWATAN DIRI • Pasien tidak dapat berjalan
ke kamar mandi karena
nyeri yang dirasakan.
• Pasien perlu bantuan orang
lain dalam aktivitasnya
• Keluarga pasien mengatakan
pasien belum mandi sejak 3
hari yang lalu
DAFTAR PUSTAKA

Andra & Yessi (2013).” Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Anak


Teori dan Contoh Askep”. Yogyakarta : Nuhu Medika.
Brunner dan Sudart Susane C, Smeltzer.G. Brenda (2007). “Keperawatan
Medikal Bedah”. Edisi 8 vol 2.
Depkes RI (2007) “Hubungan Perilaku Makan Dengan Kejadian Apendisitis”.
Elisabeth, J, Corwin. (2009). “Buku Saku Fatofisiologi”. EGC : Jakarta
Mubin H. “Panduan Praktis Penyakit Dalam : Diagnosa dan Terapi”. Edisi 2.
EGC
Iso Indonesia. 2013 “ISO : Informasi Spesialist Obat Indonesia Vol. 47”.
Jakarta : ISFI Penerbitan
Judith M. Wilkinson, Nancy R Ahem. 2012. “Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 9 Diagnosa NANDA, Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC”.
Jakarta : EGC
Mutaqin, Arif & Sari, Kumala. 2009. “Asuhan Keperawatan Perloperatif,
Konsep, Proses, dan Aplikasi”. Jilid 1. Salemba Medika. Jakarta
Mutaqin, Arif & Sari, Kumala.2013. “Gangguan Gastrointesnial : Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah”. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai