Apendisitis Akut - Sintike
Apendisitis Akut - Sintike
Apendisitis Akut - Sintike
APENDISITIS AKUT
3. Etiologi
a. Infeksi bakteri seperti E-coli merupakan penyebab pada umumnya
b. Obstruksi pada lumen apendiks yang terjadi karena :
1. Timbunan tinja yang keras (Fekalit).
2. Hiperplasia jaringan limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak
3. Tumor apendiks
4. Striktur
5. Benda asing dalam tubuh
6. Cacing askaris.
c. Tergantung dari bentuk apendiks
1. Apendiks yang terlalu panjang
2. Meso apendiks yang pendek
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen apendiks
4. Kelainan katub dipangkal apendiks.
4. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat telipat
atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit, tumor atau benda asing.
Proses inflasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri
abdomen atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam,
terlokalisasi di kwadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks
yang terinflamasi berisi pus.
Patologi apendiks berawal dari jaringan mukosa kemudian
menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa
apendiks menghasilkan mucus (lendir) setiap harinya. Terjadinya
obstruksi menyebabkan pengaliran mucus dari lumen apendiks ke
sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak
dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun
karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks sehingga hal tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapendesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah
epigastrium disekitar umbilikus. Jika sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan intralumen akan terus meningkat.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema
bertambah, bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang
timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini
disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu, maka
akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya
gangrene. Keadaan ini disebut degan apendisitis gangrenosa. Jika
dinding apendiks yang mengalami gangrene ini pecah maka apendisitis
berada dalam keadaan perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan
sempuran, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini
menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan disekitarnya,
perlengketan tersebut dapat menimbulkan keluhan pada perut kanan
bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali
dan dinyatakan mengalami ekserbasi.
5. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kwadran kanan bawah abdomen
2. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney
3. Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai (hasil atau intensifikasi dari
nyeri bila tekanan lepas). Spasme otot dan abdomen tegang
4. Mual dan muntah
5. Anoreksia
6. Demam
7. Peristaltik usus berkurang
8. Hipovolemia
9. Dehidrasi
6. Klasifikasi
Terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang
memberikan tanda, disertai maupun tidak disertai rangsangan
peritoneum lokal.
2. Apendisitis rekurens yaitu, jika ada riwayat nyeri berulang diperut
bagian kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama sembuh
spontan.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang
setelah apendiktomi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesa, ada 4 hal penting
1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viresal yang beberapa
waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah)
2. Muntah (rangsang viseral)
3. Panas (infeksi akut)
4. Gejala lain anoreksia, penderita tampak sakit dan menghindar
penggerakan.
b. Pemeriksaan fisik meliputi :
Status generalis, tampak kesakitan, demam (37,7° C), perbedaan
suhu rektal ½ ° C, fleksi ringan art coxae dextra. Rovsing sing (+)
pada penekanan perut bagian kontra Mc Burney karena tekanan
tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus
sehingga bergerak dan menggerakkan peritoneum sekitar apendiks
yang ditekan maka terasa sakit di titik Mc Burney (pada apendiks
retrocaecal) karena merangsang peritoneum sekitar apendiks yang
juga meradang. Obturator sign (-) fleksi dan endorotasi articulation
costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m.
Obturator interus, artinya apendiks di pelvis. Peritonitis umum
(perforasi). Nyeri diseluruh abdomen, pekak hati hilang, bising usus
hilang.
c. Laboratorium
1. Darah :
-Lekosit > 10.000 – 18.000/ MM. N : 4,800-10.800 Ul
-Netrofil meningkat 75%. N : 49,2-65,0%
2. LED meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate
3. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Kadang ditemukan sejumlah kecil leukositosis dan eritrosit.
d. Rontgen abdomen
Menunjukkan adanya gambaran seperti : adanya fluid level
disebabkan karena adanya udara dan cairan, sumbatan fekalit, dan
pembengkakan apendiks. Ultrasonografi bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendiculacalith serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran dari sekum.
8. Penatalaksanaan Medik
Pembedahan
a. Apendiktomi : operasi pengangkatan apendiks, bila diagnose telah
ditegakkan untuk menurunkan perforasi (Sjamsuhidayat, 2004)
1. Sebelum operasi :
- Observasi dalam 8-12 jam setelah timbul, keluhan tanda dan
gejala.
- Apendisitis masih belum jelas.
- Intubasi bila perlu.
- Antibiotik (anti microba spectrum luas)
2. Operasi
3. Pasca operasi perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk
mengetahui terjadinya perdarahan didalam, syok, hipertermi,
atau gangguan pernapasan.
9. Komplikasi
a. Perforasi apendiks
b. Peritonitis abses bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang
dilakukan adalah operasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba
massa dikwadran kanan bawah yang cenderung menggelembung
kea rah rectum atau vagina
c. Dehidrasi
d. Elektrolit darah tidak seimbang
e. Pneumoni
f. Sepsis
Adanya mikroorganisme yang menyebabkan apendisitis, maka
mikroorganisme tersebut akan masuk kedalam darah sehingga
terjadinya sepsis.
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri :
a. Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa.
3. Ciri-ciri Perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bersifat individual.
Namun demikian pola perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri
yang sama (Depkes, 2006) yaitu :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan petumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia berdiri dengan fungsi anak
terhambat. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan
fisik maupun perkembangan fungsi organ. Kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan setiap anak juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti.
Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain pada anak, berat badannya begitupun
kepandainnya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut hokum yang tetap, yaitu :
1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2. Perkembangan terjadi lebih dahuku di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak mampu
berjalan dahulu sebelum bisa berdiri.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yang
berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal)
(Depkes, 2006).
Faktor internal terdiri dari :
a. Ras/etnik atau bangsa, anak yang dilahirkan dari ras/bangsa
Amerika tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
b. Keluarga, ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
c. Umur, kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin, fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e. Genetik (heredokonstitusional), adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetic
yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Salah satu
contohnya adalah tubuh kerdil.
f. Kelainan kromosom, umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan dan perkembangan seperti pada sindrom down atau
sindrom turner.
Sedangkan faktor eksternal terdirid dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal,
faktor persalinan dan faktor pasca persalinan.
a. Faktor prenatal
1. Gizi, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan janin dikandungannya.
2. Mekanis, trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot, dislokasi
panggul, falsi fasialis, dan sebagainya.
3. Toksin/zat kimia, beberapa obat-obatan seperti aminopterin,
thalidomide dapat menyebabkan kelainan kogenital palatoskisi.
4. Endokrin, diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan
macrosomia kardiomegali, hyperplasia adrenal.
5. Radiasi, paparan radium dan sinar rontgen dapat menyebabkan
kelainan janin seperti mikrosefali, spina bifida, kelainan mata,
kelainan jantung.
6. Infeksi
7. Kelainan imunologi
8. Anoksia embrio
9. Psikologis ibu.
b. Faktor persalinan
c. Faktor pasca persalinan
1. Gizi
2. Penyakit kronis/kelainan congenital
3. Lingkungan fisik dan kimia
4. Psikologis
5. Endokrin
6. Sosio-ekonomi
7. Lingkungan pengasuhan
8. Obat-obatan
6. Jenis Imunisasi
a. Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)
Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, Kemerdekaan Kesehatan RI mengajurkan
pemberian BCG pada umur antara 0-12 bulan
b. Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B
merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu
pada bayinya.
c. DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan
sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu.
d. Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program
pengembangan imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan yang tinggi.
e. Campak
Dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam pada
umur 9 bulan.
C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Data subjektif :
Data objektif : Meminta informasi tentang penyakit yang
dialami
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Data subjektif : Penurunan nafsu makan, mual, muntah,
jumlah makanan dalam sehari
Data objektif : Membran mukosa kering
3. Pola Eliminasi
Data subjektif : Distensi abdomen
Data objektif : Nyeri tekan, penurunan dan tidak ada
bising usus
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Data subjektif : Keletihan, kelemahan, dan keterbatasan
dalam beraktifitas
Data objektif : Ketidakmampuan beraktivitas dan malaise
5. Pola Tidur dan Istirahat
Data subjektif : Sering terjaga pada malam hari oleh karena
nyeri abdomen
Data objektif : Gelisah
6. Pola Persepsi Kognitif
Data subjektif : Perasaan tidak berdaya
Data objektif : Perasaan sedih
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Data subjektif : Harga diri rendah
Data objektif : Pendiam
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Data subjektif : Merasa tersisih dan hambatan sosialisasi
Data objektif : Ketidakaktifan secara social
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Data subjektif : Penurunan gairah seksual
Data objektif :
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
Data subjektif : Kecemasan
Data objektif : Gelisah
11. Pola Sistem Nilai dan Kepercayaan
Data subjektif : Penurunan akan kebutuhan spiritualitas
Data objektif : Ketidakmampuan beribadah
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya agens cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
Hasil yang diharapkan : Rasa nyeri dapat teratasi, dengan
kriteria hasil :
a. Laporan nyeri hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Tidak bisa beristirahat
Rencana tindakan :
a. Kaji lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri
R/ Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan
merupakan indicator secara dini untuk dapat memberik
tindakan selanjutnya.
b. Observasi keluhan nyeri setiap hari
R/ Memungkinkan perawat untuk menilai kemajuan dan
kemunduran agar dapat menetukan intervensi selanjutnya.
c. Anjurkan untuk teknik relaksi dengan menarik napas dalam
R/ Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara
adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
d. Anjurkan untuk tidak memberikan tekanan pada abdomen
R/ Adanya tekanan pada abdomen dapat memperberat
timbulnya nyeri.
e. Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami
gangguan rasa nyamannya
R/ Mengurangi nyeri
f. Kolaborasikan dengan dokter dalam hal pemberian
analgetik.
R/ Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa
nyeri.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhkan tubuh
berhubungan dengan asupan diet kurang
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Nutrisi adekuat
Rencana tindakan
a. Kaji pola makan pasien
R/ Perubahan pola makan seperti anoreksia, mula dan
muntah intervensi segera.
b. Timbang berat badan penting untuk mengetahui perubahan
status nutrisi
c. Beri makanan sedikit tetapi sering.
R/ Makanan dengan porsi kecil tetapi sering lebih ditoleril
oleh penderita anoreksia, mual dan muntah.
d. Hidangan makanan yang menimbulkan selera dan menari
dalam penyajian.
R/ Meningkatkan selera makan.
e. Tawarkan minum saat makan
R/ Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
f. Beri perawatan oral
R/ Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
R/ Membantu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
Hasil yang diharapkan : Klien mampu merawat diri sendiri,
dengan kriteria hasil :
a. Pasien terbebas dari bau badan
b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan atau tanpa
bantuan.
Rencana tindakan
a. Kaji kemampuan pasien
R/ Memungkinkan untuk pemilihan intervensi
b. Mandirikan pasien setiap hari sampai klien mampu
melaksankan sendiri cuci rambut dan potong kuku klien
R/ Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran
darah dan meningkatkan kesehatan.
c. Mandikan pasien setiap hari sampai pasien benar-benar
mampu
R/ Agar badan segar dan meningkatkan kesehatan
d. Ganti pakaina yang kotor dengan bersih
R/ Untuk melindungi klien dari kuman dan
meningkatkan rasa nyaman.
e. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya
R/ Agar klien merasa tersanjung akan lebih kooperatif
dalam kebersihan.
f. Berikan Health Education pada klien dan keluarganya
tentang pentingnya kesehatan
R/ Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk
menjaga personal hygiene.
g. Bimbingan keluarga klien memandikan
R/ Agar keterampilan dapat diterapkan.
4. Discharge Planning
a. Anjurkan kepada pasien untuk menjaga agar luka oeprasi tetap
kering dan bersih untuk mencegah infeksi.
b. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga makanan
setelah pulang dari rumah sakit di rumah atau tempat kerja.
c. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program
pengobatan dari dokter terutama obat antibiotic supaya dihabiskan.
d. Anjurkan kepada pasien untuk control ke dokter sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
e. Anjurkan kepada keluarga untuk membantu aktifitas pasien di
rumah agar pasien lebih cepat sehat sehingga pasien dapat
melakukan aktifitas kembali dengan sempurna.
SKENARIO KASUS
A. Identifikasi
1. Pasien
Nama initial : Nn “A”
Umur : 11 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SD
Agama/ suku : Protestan/ Makassar
Alamat rumah : Jl. Datu Musseng
2. Orang Tua
Nama Bapak : Tn “M” Nama Ibu : Ny “S”
Umur : 37 Tahun Umur : 35 Tahun
Alamat : Jl. Datu Musseng Alamat : Jl. Datu Musseng
B. Data Medik
1. Diagnosa medik
Saat masuk : App (Apendisitis akut)
Saat pengkajian : App (Apendisitis akut)
2. Riwayat Kehamilan Ibu Kelahiran dan Neonatal :
• Ibu mengatakan saat hamil tidak mengalami kelainan seperti
keluhan mual dan muntah. Ibu juga mengatakan rajin memeriksakan
kehamilannya kedokter kandungan selama hamil.
• Ibu mengatakan pasien lahir cukup bulan. Ibu melahirkan secara
normal dan tidak ada masalah saat ia melahirkan.
• Ibu mengatakan tidak ada kelainan pada saat dilahirkan. Berat badan
lahir 2.600 gram, sedangkan panjang badan ibu lupa.
3. BUGAR: Ibu mengatakan saat lahir pasien langsung menangis kuat.
4. Kelainan bawaan/ Trauma kelahiran : Ibu mengatakan tidak ada kelainan
atau trauma kelahiran.
5. Riwayat Tumbuh Kembang sebelum sakit:
• Personal Sosial :
Ibu mengatakan pasien mulai mengenal ibunya sekitar umur 4 bulan
dan di umur 11 tahun. Pasien sudah bisa beradaptasi dengan orang-
orang yang ada disekitar lingkungan rumahnya.
• Motorik Halus :
Ibu mengatakan pasien mulai menggenggam sekitar umur 2 bulan
dan diumur 11 tahun. Pasien mampu menggambar pemandangan.
• Bahasa :
Ibu mengatakan pasien mulai berceloteh sekitar umur 1 bulan, 2
bulan dan di umur 11 tahun. Pasien mampu berbicara dengan jelas.
• Motorik Kasar :
Ibu mengatakan pasien mulai berjalan sekitar umur 1 tahun dan di
umur 11 tahun pasien mampu mengendarai sepeda.
6. Riwayat Alergi : Ibu mengatakan pasien tidak memiliki bawaan saat lahir.
7. Catatan Vaksinasi
Jenis Vaksinasi I II III
Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan
DPT 1 bulan - 3 bulan
Hepatitis 2 bulan 3 bulan 4 bulan
BCG 1 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan - -
8. Test Diagnostik
a. Laboratorium: Tanggal 24 Maret 2020
Hasil Satuan Nilai Rujukan
• WBC 9,8 3
10 /UL 4,8-10,8
• RBC 4,65 3
10 /UL 4,7-6,1
• HgB 12 g/dl 14-18
• HCT 36,2 % 45-52
• Neutrofil 87 % 40-74
b. USG: Apendisitis, suspek periapendiculer infiltrate
c. Lain-lain: tidak ada
9. Therapi:
• RL 24 tetes/menit
• Zibac 2×1 gram/intravena
• Antrain 3×1/2 Amp/intravena
• Metrodinazole 3×250 mg/intravena
C. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan: Pasien tampak berbaring lemah, tampak pasien meringis kesakitan,
tampak terpasang infus RL 500 cc (24 tetes/menit) pada tangan sebelah kiri.
Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran :
Skala koma scale /pediatric coma scale
1) Respon motorik :6
2) Respon bicara :5
3) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Ket :
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Tinggal serumah :
37 35
11
D. Pengkajian Pola Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien mandi 2× sehari, makan dan minum
sendiri, pasien juga suka mengkonsumsi mie instan biasa 2 kali dalam
sehari. Bila pasien sakit keluarga biasa beli obat di apotek.
Keadaan sesudah sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien sudah 3 hari tidak mandi karena tidak
dapat berjalan ke kamar mandi untuk mandi.
b. Riwayat penyakit saat ini :
1) Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan bagian bawah
sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, nyeri seperti
tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6.
2) Riwayat keluhan utama :
Ibu mengatakan pasien mengeluh nyeri pada perut sebelah kanan
bagian bawah sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
nyerinya secara tiba-tiba, sebelumnya pasien mengeluh sakit perut
disertai mual dan muntah, esok harinya pasien demam dan perutnya
bertambah sakit dan di diagnose Apendisitis akut. Saat dikaji masih
mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk dengan skala 6, nyeri
menyebar sampai di kaki kanan bawah, ibu juga mengatakan cemas
dengan kondisi pasien yang sering mengeluh kesakitan dan
mual/muntah.
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Ibu mengatakan pasien biasa
mengalami sakit demam, flu dan batuk
d. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak
ada penyakit keturunan.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Kebersihan rambut : Tampak kotor
2) Kulit kepala : Adanya ketombe
3) Kebersihan kulit : Tampak kotor
4) Kebersihan rongga mulut : Tampak kotor dan bau
5) Kebersihan genetalia / anus : Tampak kotor
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien makan 3× sehari, pagi, siang, dan malam. Jenis
makanan berupa nasi, lauk pauk, dan menghabiskan 1 porsi makan
setiap makan, pasien juga mempunyai kebiasaan makan mie, dan makan
snack, minum air putih 4-5 gelas/ hari. Ibu mengatakan pasien tidak
menyukai sayuran.
Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak mau makan karena takut muntah dan tidak
nafsu makan, pasien juga malas minum ±1-2 minum susu saja.
b. Observasi :
Tampak pasien tidak mau makan dan bibir pasien tampak kering.
Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan rambut : Adanya ketombe
2) Hidrasi kulit : Ada hidrasi kulit
3) Palpebra/conjungtiva : Tidak edema/ tampak tidak anemis
4) Sclera : Tampak tidak ikterus
5) Hidung : Septum di tengah, tidak ada sekret dan tidak ada
peradangan
6) Rongga mulut : Kurang bersih Gusi : Tidak ada peradangan
7) Gigi : Utuh dan tampak banyak caries gigi
8) Kemampuan mengunyah keras : Pasien mampu mengunyah keras
9) Lidah : Tampak kurang bersih
10) Pharing : Tidak ada pembesaran
11) Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran
12) Kelenjar parotis : Tidak teraba pembesaran
13) Abdomen :
▪ Inspeksi : Bentuk
Bayangan vena : tidak tampak
Auskultasi : Peristaltik usus 14x/menit
▪ Palpasi : Nyeri seluruh abdomeb terutama kuadran kanan
bagian bawah
Benjolan tidak ada
▪ Perkusi : Ascites Positif Negatif
14) Kulit :
▪ Edema : Positif Negatif
▪ Icterik : Positif Negatif
▪ Tanda-tanda radang : Tidak ada tanda-tanda peradangan
15) Lesi : Tidak ada lesi
3. Pola Eliminasi
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak ada masalah dengan BAK dan BAB. BAK
6-7 kali/hari berwarna kuning dan bau amoniak, dan BAB 1 kali sehari
dengan konsistensi padat berwarna kuning kecoklatan.
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien belum BAB sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit dan BAK 3-4 kali/sehari. Ibu mengatakan pasien menggunakan
kateter tetap.
c. Observasi :
Tampak pasien belum BAB sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Palpasi Kandung Kemih : Penuh Kosong
2) Mulut Uretra : Tidak tampak peradangan
3) Anus :
▪ Peradangan : Tidak ada
▪ Hemoroid : Tidak ada
▪ Fistula : Tidak ada
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Keadaan Sebelum Sakit :
Ibu mengatakan pulang sekolah pasien hanya di rumah bermain-main
dengan adeknya, malam harinya pasien belajar, makan kemudian tidur.
b. Keadaan Sejak Sakit :
Ibu mengatakan pasien tidak bisa lagi bermain dan beraktifitas semenjak
sakit, jarang melakukan sesuatu lagi dan hanya berbaring di tempat
tidur.
c. Observasi :
1) Aktivitas Harian : 0 : mandiri
▪ Makan :2 1 : bantuan dengan alat
▪ Mandi :2
▪ Pakaian : 2 2 : bantuan orang
▪ Kerapihan : 2 3 : bantuan alat dan orang
▪ Buang air besar : 2
4 : bantuan penuh
▪ Buang air kecil : 2
▪ Mobilisasi di tempat tidur : 0
▪ Kesimpulan : Aktivitas di bantu sebagian
2) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
3) Fiksasi : Tidak ada
4) Tracheostomi : Tidak ada
d. Pemeriksaan Fisik:
1) Perfusi pembuluh perifer kuku : Kembali dalam waktu 3 detik
2) Thorax dan pernapasan
▪ Inspeksi:
Bentuk thorax : Simetris kiri dan kanan
Sianosis : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
▪ Auskultasi :
Suara napas : Vesikuler
Suara ucapan : Sama kuat kiri dan kanan
Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
3) Jantung
▪ Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak tampak
▪ Palpasi :
Ictus cordis : Teraba di ICS 5 linea media clavikularis
sinistra
▪ Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Tunggal ICS 2 linea sternalis
kanan
Bunyi jantung II P : Tunggal ICS 2 linea sternalis
kiri
Bunyi jantung I T : Tunggal ICS 4 linea sternalis
kiri
Bunyi jantung I M : Tunggal ICS 5 linea
midclavikularis kiri
Bunyi jantung II irama gallop : Tidak ada
Murmur : Tidak ada
HR : 100 ×/menit
Bruit : Aorta : Tidak ada
A.Renalis : Tidak ada
A. Femoralis : Tidak ada
4) Lengan dan tungkai
▪ Atrofi otot : Positif Negatif
▪ Rentang gerak : Bebas
Kaku sendi : Tidak ada kaku sendi
b. Observasi :
Pasien tampak kesakitan dan ibu tampak duduk disamping pasien yang
cemas dengan kondisi pasien, ekspresi wajah ibu tampak tegang.
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Keadaan sebelum sakit :
Ibu mengatakan pasien menganut agama katolik seperti keluarganya dan
pasien sering ke gereja bersama keluarganya
b. Keadaan sejak sakit :
Ibu mengatakan pasien hanya bisa berdoa ditempat tidur.
c. Observasi :
Pasien tampak berdoa di tempat tidur bersama keluarga.
( SINTIKE )
E. ANALISA DATA
No. Diagnosa
Rencana keperawatan
Sintike
Mengganti cairan infus RL 500 cc
I,II 07.30
Hasil :
Terpasang infus RL 500cc
24tetes/menit
Memonitor TTV :
Sintike
I, II 14.00 Hasil :
TD : 110/70 mmHg
N : 80×/menit
S : 37° C
P : 20×/menit
Sintike
Menganjurkan pasien untuk minum
II 15.00
Hasil :
Pasien minum air putih 1 gelas
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet
kurang
S : Ibu mengatakan pasien tidak ada
nafsu makan
O : Tampak pasien makan ¼ sendok
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet
kurang
S : Ibu mengatakan pasien sudah ada
nafsu makan
O : Tampak pasien makan ½ sendok
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan diet
kurang
S : Ibu mengatakan pasien sudah ada
nafsu makan
O : Tampak pasien menghabiskan
makanannya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
ETIOLOGI
FAKTOR FAKTOR
PREDISPOSISI PRESIPITASI
Makan makanan
cepat saji dan Peningkatan sekresi
rendah serat cairan dan mukus
Konstipasi
Menyebabkan pengaliran
mukus dari lumen apendiks
ke sekum menjadi terhambat
Peningkatan tekanan
pada rongga usus
Bendungan mukus
di dalam lumen
Sumbatan saluran
pada appendiks
Terbentuklah pus
Pertumbuhan kuman
pada kolon
Peningkatan tekanan Mual,
intralumen muntah
Peradangan pada
Appendiks
Anoreksia
MK 1 :
Perforasi, abses NYERI AKUT MK 2 :
peritonitis KETIDAKSEIMBANGAN
NOC : KONTROL NYERI
NUTRISI KURANG DARI
NIC : MANAJEMEN KEBUTUHAN TUBUH
NYERI
Appendiktomy NOC : STATUS NUTRISI
NIC : MANAJEMEN
NUTRISI
Insisi/ Tg :
pembedahan
• Nyeri dirasakan dibagian
bawah kanan perut dan nyei
lepas pada titik Mc Burney
• Nyeri perut bekas luka Tg :
Kelemahan
operasi di bagian kuadraan • Nyeri disertai mual dan
kanan bawah abdomen muntah 2× dirumah
• Nyeri memberat ketika • Adnya penurunan nafsu
bergerak atau batuk, makan
Aktivitas rasanya seperti disayat-
terganggu sayat dengan durasi terus-
menerus
Kegiatan perawatan
diri : dibantu orang
lain
MK 3 : DEFISIT
PERAWATAN DIRI
BERHUBUNGAN DENGAN
KELEMAHAN
NOC : PERAWATAN DIRI
Tg :
NIC : BANTUAN
PERAWATAN DIRI • Pasien tidak dapat berjalan
ke kamar mandi karena
nyeri yang dirasakan.
• Pasien perlu bantuan orang
lain dalam aktivitasnya
• Keluarga pasien mengatakan
pasien belum mandi sejak 3
hari yang lalu
DAFTAR PUSTAKA