Tari Jonggan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

A.

ANALISIS FUNGSI TARI JONGGAN PADA SUKU DAYAK KANAYATN

ari Jonggan adalah tari tradisional khas Dayak Kanayatn yang bersifat menghibur. Ada
beberapa daerah yang dapat kita temui masih melestarikan tari Jonggan, satu di
antaranya adalah Desa Pahauman Kecamatan Sengah
Temila Kabupaten Landak. Tari Jonggan juga merupakan tari pergaulan masyarakat
Dayak Kanayatn. Tari Jonggan menggambarkan suka cita dan kebahagiaan masyarakat Dayak
Kanayatn. Jonggan dalam bahasa Kanayatn sama artinya dengan joget, Bejonggan berarti
berjoget. Tari Jonggan mulai muncul setelah Indonesia merdeka, sekitar tahun 1950. Tarian
ini mulai disahkan oleh seorang camat yang bernama Impan sebagai tarian hiburan di
masyrakat dayak Kanayatn. Sebelum Jonggan muncul, sudah pernah ada satu tarian hiburan
yang berkembang di masyarakat Dayak Kanayatn. Tarian tersebut dikenal dengan nama
Makyong. Makyong merupakan tarian hiburan pada masyarakat Melayu yang sudah ada
sebelum tahun 50an. Terinspirasi dari kesenian Melayu tersebut, maka diciptakanlah tari
Jonggan untuk hiburan khas masyarakat Dayak khususnya Dayak Kanayatn. Makyong
menjadi satu di antara faktor penyebab terciptanya tari Jonggan.
Awal mula tari Jonggan diciptakan guna untuk menghibur masyarakat yang sudah
letih bekerja kepada pemerintah daerah untuk membuat jalan setapak antara beberapa dusun
yang ada di daerah kecamatan Sengah Temilak. Pada siang hari masyarakat bekerja
mencangkul jalan antardusun, kemudian malam harinya para pekerja jalan tersebut dihibur
dengan tarian Jonggan yang disiapkan oleh bernama camat Impan. Tari Jonggan tidak hanya
menghibur pekerja jalan, tetapi juga menjadi hiburan bagi masyarakat Dayak Kanayatn yang
ada di Desa Pahuman.Tari Jonggan semakin popular dikalangan masyarakat Dayak Kanayatn,
sehingga pada acara-acara syukuran, pernikahan dan peringatan hari kemerdekaan pun tari
Jonggan sering ditampilkan. Permasalahan yang diangkat dari tari Jonggan ini adalah
tentang fungsi yang ada dalam tari Jonggan serta bentuk pertunjukan dari tari Jonggan itu
sendiri.
Alasan peneliti ingin meneliti tari Jonggan karena tarian ini merupakan satu di antara
warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Tarian Jonggan ini semakin lama semakin
ditinggalkan oleh masyarakat Kanayatn.. selain itu, peneliti memilih tari Jonggan karena
terdapat perubahan fungsi pertunjukkan dari tari Jonggan. Pada masa lampau Jonggan lebih
sering ditarikan diacara syukuran, namun pada saat ini tari Jonggan lebih sering ditarikan di
acara hiburan seperti dalam acara pernikahan sehingga yang tampak jelas hanya fungsi hiburan
semata. Peneliti juga tertarik meneliti fungsi tari dan bentuk pertunjukan tari adalah karena
tari Jonggan memiliki nilai kebersamaan. Terlihat dari pola gerak yang selalu berhadapan
serta dalam pelaksanaannya melibatkan penonton dalam menari. Tari Jonggan juga
menjadi media komunikasi yang baik dan bisa diambil pesannya dalam setiap pantun-pantun
yang terdapat dalam syair lagu Jonggan bagi kehidupan masyarakat. Selain menjadi media
komunikasi, penari juga bisa menyalurkan bakatnya dalam menari dan menyanyi. Sebagai
penari Jonggan, tidak hanya dituntut bisa menari, tetapi juga bisa menyanyi. Terdapat
juga kelompok Jonggan yang sudah menyiapkan orang yang khusus menyanyi.Menurut
Sudarsono (1982:17) tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang
indah. Sedangkan tari tradisional adalah suatu tarian yang menggabungkan semua gerakan yang
mengandung makna tertentu. Tari-tari tradisional yang bersifat magis dan sakral merupakan
ekspresi jiwa manusia yang didominir oleh kehendak (Soedarsono, 1978:3). Jonggan adalah
tarian tradisi yang sangat dikenal pada suku Dayak Kanayatn. Jonggan juga dikenal karena
mudah dipelajari karena gerak-geraknya yang mudah diingat, sehingga memungkinkan orang
banyak ikut menari bersama.
Menurut fungsinya, tari dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu tari upacara, tari
hiburan atau pergaulan, dan tari pertunjukan. Sebagai hiburan, tarian dapat membuka ruang bagi
para partisipannya (pihak yang terlibat) untuk bersuka ria, saling menghibur diri, baik dengan
menari bersama ataupun hanya dengan menyaksikannya (Dibia, 2002:233). Dalam tari
jonggan, fungsi hiburan menjadi fungsi utama dari tari ini. Tari ini memiliki tujuan hiburan
pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam menarikan serta mengakrabkan pergaulan
dalam suatu pertemuan perayaan pesta yang bersifat gembira ria. Dalam masyarakat
Indonesia baru atau modern, seni pertunjukan adalah kegiatan di luar kegiatan kerja sehari-hari
(dalam Sumardjo, 2001:1). Tari Jonggan juga telah menjadi seni pertunjukan bagi masyarakat
Dayak Kanayatn.
Menurut fungsinya, tari dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu tari upacara, tari
hiburan atau pergaulan, dan tari pertunjukan. Sebagai hiburan, tarian dapat membuka ruang bagi
para partisipannya (pihak yang terlibat) untuk bersuka ria, saling menghibur diri, baik dengan
menari bersama ataupun hanya dengan menyaksikannya (Dibia, 2002:233). Dalam tari
jonggan, fungsi hiburan menjadi fungsi utama dari tari ini.

Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan


dalam menarikan serta mengakrabkan pergaulan dalam suatu pertemuan
perayaan pesta yang bersifat gembira ria. Dalam masyarakat Indonesia baru
atau modern, seni pertunjukan adalah kegiatan di luar kegiatan kerja sehari-hari
(dalam Sumardjo, 2001:1). Tari Jonggan juga telah menjadi seni pertunjukan bagi
masyarakat Dayak Kanayatn.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari penelitian tentang analisis fungsi tari Jonggan pada suku dayak
Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak di klasifikasikan
menurut kriteria dan permasalahan yang diteliti, yaitu (1) sekilas tentang
kehidupan We Jonggan. (2) fungsi tari jonggan suku dayak kanayatn di
kecamatan Sengah Temila kabupaten Landak. (3) Bentuk pertunjukan tari
Jonggan Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temilak Kabupaten
Landak.
A. Sekilas Tentang Kehidupan Wejonggan
Wanita adalah manusia yang diciptakan sebagai pasangan hidup
seorang lelaki. Pada bagian tubuh wanita menurut tradisi Jawa terdapat
daerah-daerah yang tabu untuk publik, daerah-daerah tersebut seperti pinggul
dan dada yang termasuk dalam taboo zone. Menurut Nugraheni, taboo zone
adalah bagian tubuh yang tidak boleh disentuh. Artinya hanya kontak fisik
secara langsung, namun dimaknakan pula boleh dilihat atau bahkan diungkap
oleh khalayak umum (Nalan, 2007:388).
Citra penari perempuan dalam sebuah pertunjukan tari merupakan
sosok penebar pesona keindahan. Karena aura dan pesona keindahan
merupakan kodrat yang telah diberikan Sang pencipta kepada sosok
perempuan. Sama halnya dengan wejonggan, penampilan secara fisik dan
penampilan diatas panggung sangatlah diperhatikan bukan hanya sebagai
hiburan tetapi makna dan nilai artistik yang disajikan. Wejonggan adalah
sebuah profesi yang menuntut kemahiran seseorang dalam menari dan
biasanya juga menyanyi. Tidak terlepas dari kodrat seorang wanita, mereka
juga tetap melakukan kewajibannya sebagai wanita yang mengurus rumah
tangga apabila tidak menari.
Wanita yang menjadi Wejonggan biasanya berpenampilan
cantik,sehingga bisa dengan mudah menarik perhatian penonton. Cantik pada
jaman dahulu bukanlah cantik karena riasan juga bukan hanya karena
kesempurnaan fisik seperti memiliki hidung mancung, mata besar, atau pipi
yang tirus. Cantik dalam hal ini menurut pandangan masyarakat dahulu
adalah cantik memiliki aura dari dalam diri seorang wanita. Cantik dalam
bersikap, lemah lembut dalam berucap. Fisik yang menawan dengan
kesederhanaan dan keramahan penari menjadi daya tarik yang tersendiri.
Selain itu, Wejonggan juga dituntut harus kuat secara fisik, karena
pementasan Jonggan ini biasanya dilakukan bermalam-malam sampai para
penonton sepi. Kepiawaian menari dan berbalas pantun juga dituntut dari
seorang Wejonggan. Ada juga yang menggunakan minyak Kenyongnyong

(minyak wangi), agar dalam menari We Jonggan dapat mengeluarkan aura


yang menawan sebagai seorang biduan, sehingga memperoleh saweran yang
banyak. Penari Jonggan yang sudah menikah biasanya berhenti menjadi
Wejonggan, karena apabila sudah menikah maka ia harus mulai mengurus
anak dan suami. Namun ada juga suami yang mengijinkan untuk tetap
menjadi Wejonggan karena alasan untuk membantu perekonomian.
B. Fungsi Tari Jonggan Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah
Temila Kabupaten Landak
Tari Jonggan menurut Madarem (46 tahun) diperkirakan muncul
sesudah Indonesia merdeka, yaitu tahun 1948. Tari Jonggan kemudian di
perkenalkan secara resmi pertama kali oleh camat Pahauman yaitu camat
yang bernama Impan pada tahun 1950-an Banyak juga masyarakat kampung
Sidik ikut pindah ke Tempalak. Masyarakat di Tempalak pada saat itu sudah
mengenal Jonggan namun hanya sebatas permainan berbalas pantun, bukan
sebuah tari untuk dipentaskan. Kemudian karena kesenian Jonggan ini
banyak yang menyukai, oleh camat Limpan diresmikanlah Jonggan ini
sebagai hiburan rakyat pada saat itu.
Menurut pemaparan informan yaitu Adiran, sebelum tari Jonggan ini muncul,
masyarakat sudah mengenal adanya tari Makyong yang berasal dari suku
Melayu. Tari Makyong ini ditarikan bersama pengebengnya atau pasangannya.
Tarian ini berkembang pada jaman penjajahan Belanda di Indonesia.
Pada masa lampau Jonggan ditarikan saat pembuatan jalan antar dusun,
kemudian berkembang dan dikenal oleh masyarakat sehingga banyak
peminatnya dan sering diminta juga untuk mengisi acara-acara syukuran
panen padi dan di acara peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus.
Dari pemaparan kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Jonggan muncul pada awal masa kemerdekaan RI yang diperkenalkan dan
diresmikan secara sah oleh camat Impan sebagai camat Sengah Temila waktu
itu. Kemudian mulai berkembang dimasyarakat sebagai tarian hiburan rakyat,
dan tari Jonggan mulai sering diundang diberbagai acara kerakyatan.
Fungsi tari Jonggan yang paling tampak adalah fungsi tari sebagai
hiburan. Tari Jonggan dikenal masyarakat sebagai tari hiburan pelepas lelah
bagi para pekerja yang membuat jalan setapak serta sebagai hiburan dalam
acara-acara kerakyatan lainnya seperti acara pernikahan, acara syukuran atas
panen padi, dan acara hari kemerdekaan. Tarian sebagai sarana komunikasi
masyarakat. Ditarikan dengan tujuan menjalin kebersamaan antar individu,
baik antara pria dan wanita, wanita dengan wanita. Ungkapan kegembiraan
dapat dilihat dari gerak-gerak ringan dalam suatu tarian dan gerak-gerak yang
mudah diikuti. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber, gerakgerak dalam tari Jonggan tidak terkandung makna. Karena tujuan dari tari ini
adalah untuk ungkapan kegembiraan tanpa memikirkan makna dari gerak
yang ditarikan serta gerak-gerak dalam tari Jonggan lebih menyesuaikan
dengan lagu yang dinyanyikan.
Unsur menghibur dari tarian ini juga terlihat dalam isi-isi pantun serta
makna-makna yang tersirat dalam pantun-pantun yang dilantunkan. Pantunpantun yang dinyanyikan dulunya adalah pantun ciptaan dari para Wejonggan
dan pengebeng itu sendiri yang biasanya tercipta secara spontanitas. Namun
pada saat ini, pantun-pantun yang dinyanyikan biasanya memang pantunpantun yang sudah ada, dan yang sudah dihapalkan oleh penyanyinya. Maknamakna dari pantun tersebut memilki beberapa perbedaan, ada yang penuh akan
pesan-pesan moral, ada yang berisi tentang isi hati dan percintaan, ada juga
yang berisi gurauan yang tidak jarang membuat penonton tertawa satu
diantaranya.
Arti dari pantun di atas adalah kekecewaan atau kesedihan seorang
pria yang berniat untuk datang nanya bini (melamar), namun karena tidak ada
uang pria tersebut terpaksa menjadi kuli. Dari pantun tersebut kemudian
secara tidak langsung terjalin komunikasi. Berbicara dengan media pantun
dan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat, karena berbeda dari
komunikasi biasanya. Hal semacam ini membuat banyak masyarakat yang
tertarik ikut berdatangan dan menganggap sebagai acara penghibur.

Masyarakat yang ikut menyaksikan dan menikmati sajian Jonggan ini juga
biasanya merupakan masyarakat sekitar kampung yang mengadakan acara
tersebut. Masyarakat yang masih sangat jarang mendapatkan hiburan serupa
sehingga partisipasi mereka sangat baik. Datang beramai-ramai dengan
keluarga untuk mencari hiburan dan melepas penat dari kegiatan sehari-hari.
Tari Jonggan ini sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat dan
sangat dikenal karena menjadi satu-satunya hiburan yang ada di masyarakat
Dayak Kanayatn pada tahun 50-an. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa fungsi Jonggan dari dahulu sampai sekarang tetap
sebagai tari hiburan di masyarakat dayak Kanayatn. Sifat tari Jonggan masa
dulu dan sekarang tetap sebagai bersifat menghibur, kegembiraan, melibatkan
penonton untuk ikut menari, dengan busana yang sederhana, serta gerakan
yang mudah diikuti. Hanya saja minat dengan hiburan tradisi ini mulai
berkurang.
Pola gerak yang berulang serta berubah sesuai lagu yang dinyanyikan
memungkinkan semua orang ikut menari. Pola lantai dalam tarian Jonggan
ini biasanya berbanjar di kiri dan kanan panggung, saling berhadapan
kemudian bergerak bertukar posisi. Terkadang juga menggunakan pola lantai
melingkar. Pasangan Jonggan ini bisa saja wanita dengan pria, atau wanita
dengan wanita. Pada saat ini, karena kurangnya pengetahuan para pemusik
sanggar tari Jonggan, banyak yang menggunakan lagu-lagu yang ada di
DVD. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan pemusik tentang lagulagu asli Jonggan.
Jonggan dikenal sebagai tarian hiburan tradisi yang ada di masyarakat
Dayak Kanayatn. Hal yang berkaitan dengan tradisi tidak terlepas dari ritual
adat. Seseorang meminta Jonggan untuk pentas biasanya pasti ada maksud
dan tujuan tertentu. Ada yang tujuannya semata untuk hiburan, ada juga yang
bertujuan untuk niat (nazar). Niat ini biasanya karena panen padi yang
berlimpah sehingga petani yang mendapat panen yang berlimpah ingin
mengucap syukur dan bersukacita atas apa yang didapatkan dengan
mengundang Jonggan.
Dalam tari Jonggan, ritual adat pada awal tarian sebelum Jonggan
dipentaskan ini adalah dengan memotong ayam yang dikibas-kibaskan sambil
membaca doa. Ritual doa tersebut bertujuan untuk meminta ijin kepada binua
(alam) bahwa akan ada acara besar dengan bunyi-bunyi musik dan lagu-lagu
agar tidak mengganggu selama acara. Serta meminta berkat kepada Jubata
agar pementasan Jonggan tersebut berjalan dengan lancar. Terdapat pula
beberapa Roba (sesajen) yang di siapkan dan diletakkan dipanggung Jonggan
selama acara berlangsung, seperti beras yang di simpan di dalam talam dan
cawan, telur ayam kampung, rokok daun nipah, air putih dan daun sirih.
Fungsi roba yang diletakkan diatas panggung selama Jonggan berlangsung
juga untuk menangkal hal-hal buruk yang datang. Roba ada apabila tempat
acara dilaksanakan di alam terbuka atau lahan yang baru dan khusus dibuat
untuk Jongan.
C. Bentuk Pertunjukan Tari Jonggan Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
Sengah Temilak Kabupaten Landak
Dalam Tari Jonggan selain fungsi, bentuk pertunjukan dalam suatu
tarian juga sangat penting. Bentuk pertunjukan dalam sebuah tarian memiliki
beberapa aspek-aspek penting, seperti aspek musik, aspek waktu pelaksanaan,
aspek aspek rias dan aspek busana. Tari Jonggan memiliki ciri khas tersendiri
seperti susunan secara garis besar berikut ini.
1. Sebelum melakukan Jonggan, biasanya yang mempunyai acara atau
tuan rumah melakukan upacara adat singkat berupa doa kepada Jubata
dan kepada binua (alam) untuk kelancaran acara.
2. Pemusik dan penari siap dipanggung
3. Beberapa We jonggan keluar berbaris dan memberikan hormat pada
saat peluit pertama ditiup.
4. Lagu pertama yang dilantunkan adalah lagu We jonggan, sebagai lagu
pembukaan.
5.

Untuk lagu selanjutnya biasanya pihak tuan rumah atau panitia


penyelenggara maupun aparat desa yang menari bersama.

6.

Lagu yang dinyanyikan dalam tari Jonggan biasanya berdasarkan


permintaan dari pengebeng yang mengirimkan note atau memo kepada
ketua Jonggan atau pembawa acaranya. Note tersebut adalah media
untuk memesan lagu-lagu pada tari Jonggan.
7. Apabila ada penonton yang ingin ikut menari ke atas panggung, maka
harus mengirimkan note terlebih dahulu yang kemudian di baca oleh
pembawa acara, setelah itu baru dipanggil ke panggung untuk menari
bersama sambil mencari pasangannya.
8. Peluit akan ditiup apabila terjadi hal yang tidak diperbolehkan seperti
terlalu dekat jarak antara penari dan pengebeng (penonton) maupun
pada saat pergantian We jonggan. Namun, apabila pola lantai
Wejonggan dan para pengebeng melingkar (payung), maka tidak ada
peluit.
9. Penonton yang tidak menulis note diperbolehkan ikut menari di arena
luar panggung.
10. Tari Jonggan akan berhenti apabila penonton atau penari serta
pemusiknya sudah lelah. Biasanya apabila permintaan masih ada tetapi
penari Jonggan sudah lelah, maka permintaan akan ditutup.dan
Jonggan akan berakhir sampai lagu terakhir yang diterima oleh
pembawa acara selesai.
Dalam bejonggan penari pria dan wanita menari berpasangan sambil berbalas
pantun. Inilah yang menjadi kelebihan sebagai penari Jonggan, karena
selain bisa menari mereka juga harus bisa menanyi berbalas pantun yang
seringkali tercipta secara spontanitas. Jonggan saat ini tidak lagi mengharuskan
bisa berbalas pantun, karena biasanya memiliki anggota yang hanya khusus
menyanyi. Sehingga Wejonggan tetap menari. Ada pula pengebeng yang
ikut berbalas pantun. Tergantung pada pengebeng itu sendiri. Jonggan yang
didapat dalam proses penelitian juga sudah banyak menggunaka musik
DVD. Hal tersebut untuk memberi kesempatan pada pemusik beristirahat.
Aspek-aspek pendukung yang tidak terlepas dalam Jonggan adalah
aspek musik pengiring, aspek waktu, aspek rias dan busananya sebagai
berikut.
1). Aspek Musik Pengiring Tari Jonggan
Dalam tari Jonggan, alat musik yang digunakan sebagai
pengiringnya adalah dau (kenong), agukng (gong) dan gadobong
(gendang) serta apabila ada yang bisa memainkan biasanya juga
menggunakan duling atau suling. Dau (kenong) biasanya terdiri dari dau
anak dan induknya, terdapat delapan buah dengan tangga nada yang
terdapat di dau adalah do, re, mi, so, la, do re, mi.
Pada saat ini, pemusik Jonggan lebih sering menggunakan alat
musik Saron dibandingkan dengan dau. Bunyi saron dan dau tidak jauh
berbeda dan memiliki kegunaan yang sama, hanya saja ketajaman suara
pada pada Saron lebih kuat dibandingkan Dau. Saron terbuat dari besi
yang berbentuk lempengan persegi panjang dengan masing-masing
lempengan memiliki warna suara yang berbeda. Jumlah lempengan besi
pada Saron tersebut adalah delapan, dengan tangga nada sama seperti
Dau. Minimal pemain Saron adalah dua orang. Selain dau, terdapat juga
agukng (gong). Alat musik ini hampir sama jenisnya dengan dau, samasama musik idiofon yang dimainkan dengan cara dipukul, hanya saja
beda ukuran. Agukng memiliki ukuran diameter yang lebih besar dari
pada dau. Agukng yang digunakan dalam musik Jonggan sebanyak 3
buah dengan satu orang pemain musiknya. Selanjutnya terdapat juga
gadobong (gendang) yang merupakan kelompok alat musik pukul atau
membranofon yang dimainkan dengan cara ditabuh.
Gadobong khusus untuk musik jonggan berukuran lebih kecil
dari pada biasa. Kayu sebagai badan gadobong ini terbuat dari kayu pelaik
dan kayu nangka yang dibolongkan pada bagian tengah. Alat musik
selanjutnya yang biasa digunakan adalah duling (suling). Duling (suling)
merupakan kelompok alat musik tiup atau aerofon. Terbuat dari bambu
yang pada bagian badannya dilbuat lubang-lubang angin yang berfungsi
sebagai ruang resonansi. Nama-nama musik yang dimainkan sesuai
dengan karcis atau permintaan dari penonton yang dikumpulkan

kepada para pemusik. Permintaan lagu yang biasanya diminta seperti


We jonggan, We jambelan, Dayakng Maleen, Dara Jade, Kambang
Bapanggel, Luan Gobang, dan
Dara andin. Lagu yang wajib
dinyanyikan dan sebagai lagu pembuka adalah lagu We jonggan. Lagu
ini adalah bagian untuk pembawa acaranya memperkenalkan para We
jonggan. Lagu Wejonggan ini memiliki tempo yang lambat, sehingga
gerakannya juga lembut. Selain Wejonggan juga terdapat lagu-lagu
pembuka lainnya seperti lagu Sari manamu, dan Si Gantar Andang.
Pantun-pantun yang dinyanyikan ada yang berupa pantun nasehat, ada
pantun tentang cinta, ada juga pantun jenaka.
2). Aspek Waktu Pelaksanaan Tari Jonggan
Tari Jonggan pada awal kemunculannya setelah secara resmi
disahkan oleh camat Limpan tahun 50-an, Jonggan dilaksanakan pada
malam hari. Biasanya dimulai pada pukul 19.00 WIB atau pukul 20.00
WIB, tergantung dari banyaknya penonton yang sudah hadir dan akan
berakhir sesuai dengan kondisi ramai atau tidaknya penonton dan
pengebeng. Dapat dikatakan sudah ramai apabila penontonnya sudah
memenuhi kurang lebih tiga sampai empat baris memanjang di depan
panggung dan akan berakhir apabila sudah tersisa kurang lebih dua baris
penonton serta tidak ada lagi note yang dikirimkan penonton kepada
pembawa acara. Note berfungsi untuk pemesanan lagu yang di siapkan
oleh anggota Jonggan untuk penonton yang akan menjadi Pengebeng.
3). Aspek Rias dan Busana Tari Jonggan
Unsur pendukung yang juga
penting untuk diperhatikan dalam
sebuah tarian adalah rias dan busana. Dalam tari tradisi Jonggan,
memang tidak ada aturan wajib dalam berpakaian. Tetapi dikarenakan
tari Jonggan ini merupakan tarian hiburan, maka penari juga harus
memperhatikan tata rias dan tata busananya agar terlihat menarik. Tata
rias We jonggan menggunakan rias cantik, agar dapat banyak menarik
para tamu yang datang untuk ikut menari. Busana yang digunakan We
jonggan adalah setelan kebaya dengan selendang yang di selempangkan
di badan penari. Kebaya yang di gunakan biasanya terbuat dari brokat
dengan motif yang padat. Ada juga kebaya yang menggunakan kain
polos biasa tanpa brokat, hanya saja modelnya masih tetap seperti
kebaya. Terlihat setelah digunakan secara keseluruhan, tampilan
Wejonggan seperti ibu-ibu muda sesuai dengan arti dari Wejonggan itu
sendiri. Ibu-ibu muda yang dimaksud adalah gadis-gadis yang belum
menikah. Busana kebaya pada We jonggan ini dipengaruhi oleh
kehidupan masyarakat pada awal kemunculan yang dekat dengan orangorang Belanda yang masih tersisa di Indonesia dan juga dipengaruhi oleh
masa-masa kemerdekaan. Kebanyakan masyarakat dayak Kanayatn pada
saat itu menggunakan setelan kebaya. Selain itu juga, pengaruh dari letak
tempat tinggal masyarakat dayak Kanayatn yang dekat dengan perkotaan,
sehingga arus modernisasi dan pengaruh transmigrasi cepat masuk. Pada
saat ini terdapat juga Jonggan yang menggunakan kostum dayak
tradisi. Kostum dayak yang dimaksud adalah kostum yang
memang biasa digunakan dalam tari-tari tradisi lainnya pada suku dayak
Kanayatn. Berdasarkan informasi sumber yang didapatkan pada
penelitian keempat tanggal 7 Juni 2014, bahwa tidak ada larangan untuk
penggunaan busana yang berbeda, tergantung permintaan atau
kesepakatan sanggar. Hanya saja dari awal muncul Jonggan, yang
menjadi ciri khasnya adalah berbaju kebaya. 4). Gaya Kepenarian Tari
Wejonggan Berdasarkan Musik pengiring
Ciri khas tari hiburan terlihat jelas pada gerak tari Jonggan yang
tidak memiliki gerakan baku serta mudah diikuti sesuai dengan lagu
pengiringnya. Berdasarkan analisis peneliti, pada awal tarian Jonggan ini
wasit meniupkan peluit tanda pertunjukan akan dimulai dengan posisi
penari berbaris menghadap penonton yang diawali terlebih dahulu
dengan memberi hormat kepada penonton. Penari-penari atau
WeJonggan diperkenalkan kepada penonton agar para calon Pengebeng
tertarik untuk ikut menari.

Gerakan awal posisi kaki pada tari Jonggan diawali dengan kanan
menapak ke depan kemudian disusul dengan kaki kiri lalu kaki kanan
mundur dengan kaki kiri tetap pada posisinya dan diakhiri dengan tapak
kaki kiri diangkat dan posisi tumit kiri ke lantai. Gerak ini sering
digunakan pada saat Wejonggan menari dengan Pengebeng. Tarian
Jonggan ini biasa diawali dengan Wejonggan yang membuka tarian
dengan lagu yang berjudul Wejonggan lalu kemudian Wejonggan
mengajak Pengebeng untuk menari bersama dan diikuti oleh penonton
yang ada. Posisi tarian ini ada yang berhadapan ada pula yang melingkar
atau dengan membentuk lingkaran besar.
Gerakan kedua adalah menggerakkan tangan atau mengayunkan
kedua tangan kearah atas dan bawah, dengan posisi awal tangan kiri
didepan dada dan tangan kanan sedikit direntangkan kesamping dan
diungkel kearah kanan satu kali dan kiri satu kali dengan posisi kaki
menekuk sesuai dengan irama lagu. Gerakan tangan terus mengalir kekiri
dan kekanan sampai pada level merendah (jongkok) kemudian berdiri
kembali. Dilakukan berulang-ulang sesuai dengan lagu yang dimainkan.
Biasanya gerakan ini adalah gerakan pembuka pada tari jonggan yang
diiringi dengan lagu WeJonggan.

SIMPULAN
Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa analisis
fungsi tari Jonggan berkaitan dengan fungsi dan bentuk pertunjukkan pada
tari Jonggan adalah sebagai berikut. 1) Fungsi tari Jonggan yang paling
tampak adalah fungsi tari sebagai hiburan.Tari Jonggan di kenal
masyarakat sebagai tari hiburan pelepas lelah bagi para pekerja yang
membuat jalan setapak serta sebagai hiburan dalam acara-acara kerakyatan
lainnya seperti acara pernikahan, acara syukuran atas panen padi, dan
acara hari kemerdekaan.Tarian Jonggan juga sebagai sarana komunikasi
masyarakat. 2) Bentuk pertunjukan dalam sebuah tarian memiliki beberapa
aspek-aspek penting, seperti aspek musik, aspek waktu pelaksanaan, aspek
rias dan aspek busana. Dalam tari Jonggan, alat musik yang digunakan
sebagai pengiringnya adalah dau (kenong), agukng (gong) dan kubeh
(gendang) serta apabila ada yang bisa memainkan biasanya juga
menggunakan duling atau suling.
Aspek waktu juga diperhatikan dalam tarian Jonggan. Jonggan
biasanya dimulai pada malam hari, pada saat masyarakat sudah tidak
melakukan aktivitasnya bekerjanya. Biasa dimulai pada pukul 19.00 WIB
atau pukul 20. 00 WIB. Tergantung pada banyak penonton yang sudah
berkumpul. Lamanya pertunjukan juga akan disesuaikan dengan keadaan
penonton yang hadir.Busana yang dikenakan oleh Wejonggan adalah
setelan kebaya dengan rias cantik agar dapat menarik perhatian penonton
dan mendapatkan banyak saweran. Gerak yang terdapat dalam tari
Jonggan tidak memiliki gerakan baku, gerak yang dilakukan adalah gerak
yang menyesuaikan dengan lagu yang di nyanyikan.

PROPOSAL SENI TARI


DAERAH KALIMANTAN BARAT
TARI JONGGAN

Kelompok : 5
1. Hizna Khoiriyah
2. Laeli Lutfiana Aksaning Tyas
3. Risti Yamelina
4. Salsabela Meiliana Wati
5. Shella Feby Melarina
Kelas
: XI-IPA-6

SMA NEGERI 3 PURWOKERTO

Anda mungkin juga menyukai