PKL Kpbs
PKL Kpbs
PKL Kpbs
Oleh :
MEDINA MAULIDYA
240210130020
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2016
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :
NAMA
MEDINA MAULIDYA
NPM
240210130020
JURUSAN:
Untuk diajukan sebagai laporan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada
Jurusan Teknologi Industri Pangan Universitas Padjajaran
Pembimbing Akademis
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul Mempelajari Proses Produksi
Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (Kpbs).
Laporan ini dibuat sebagai syarat mata kuliah PKL Jurusan Teknologi Industri
Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat memharapkan kritik dan saran
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan laporan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Heni Radiani Arifin, STP., MP selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis
2. Roby Andoyo, STP., M.Sc. selaku koordinator mata kuliah Praktek Kerja
Lapang yang telah memberikan pengarahan dalam menjalankan PKL ini
3. Bapak Rahmat Asman, selaku pembimbing lapangan atas segala kebaikan
dan bimbingan beliau
4. Bapak
Agus
selaku
Manajer
Milk
Treatatment
yang
telah
Heri
selaku
Manajer
Milk
Treatatment
yang
telah
6. Orang tua dan keluarga tercinta atas segala dukungan yang diberikan
7. Keluarga mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pangan Angkatan 2013
dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat selama
penulisan laporan PKL ini
Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian khususnya dalam bidang teknologi
pangan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
ii
iii
DAFTAR TABEL....
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN... .
ix
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
10
13
16
17
18
20
3.2
22
3.3
28
3.4
34
36
38
44
IV. PENUTUP
4.1
Kesimpulan ..................................................................................
46
4.2
Saran ............................................................................................
46
48
vi
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
2.1
Penghargaan-Penghargaan KPBS
3.1
29
3.2
32
vii
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
14
3.1
Keadaan Kandang...........................................................
25
3.2
26
3.3
31
3.4
32
3.5
33
3.6
36
3.7
Plate Cooler.
37
3.8
38
3.9
40
3.10
42
3.11
Homogenizer....
43
3.12
43
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
49
49
50
52
53
ix
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Susu merupakan media cair yang mempunyai komposisi sangat lengkap,
sehingga tidak dapat bertahan dalam waktu lama bila disimpan pada suhu kamar.
Susu yang disimpan pada suhu kamar akan mudah rusak jika tidak mendapat
perlakuan seperti pasteurisasi, pendinginan/pembekuan, dan pemanasan. Susu
mudah rusak karena merupakan media yang baik bagi perkembangan mikrobia,
angka kerusakan susu segar di Indonesia menurut Direktorat Jendral Peternakan
berkisar antara 3-12,5%.
Susu umumnya di definisikan sebagai cairan bergizi yang di hasilkan oleh
kelenjar mamae ( susu ) dari mamalia betina. Menurut SNI 01-3141-1998, susu
segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau di tambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.
Sedangkan secar fisiologis, susu merupakan sekresi fisiologi kelenjar ambing
sebagai makanan dan proteksi imunologis bagi bayi mamalia.
Susu memiliki kandungan nutrisi yang beragam dan lengkap. Hal tersebut
menyebabkan susu menjadi salah satu bahan pangan yang penting dikonsumsi.
Namun, kandungan nutrisi susu tersebut merupakan salah satu penyebab susu
menjadi
mudah terkontaminasi
kerusakan.
1.2
Tujuan
Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu mata kuliah wajib di
teknologi
pangan,
khususnya
mengenai
pengolahan
susu
pasteurisasi.
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari rangkaian kegiatan proses
pengolahan susu pasteurisasi aneka rasa di KPBS (Koperasi Peternakan
Bandung Selatan).
7. Meningkatkan kerjasama antara Perguruan Tinggi yang dalam hal ini yaitu
Universitas Padjadjaran, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Jurusan
Teknologi Industri Pangan dengan industri-industri dan lembaga-lembaga
terkait guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
1.3
Agustus 2016. Tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan ini yaitu di pabrik Milk
Treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan (MT KPBS) yang beralamat di
Jalan Koperasi Nomor 1, Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Bandung. Kegiatan mencakup praktek mulai dari observasi kandang, penyuluhan,
Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), (MCP), Laboratorium, Home Industry, dan
proses produksi di Milk Treatment.
II.
2.1
yang dikelola oleh Perusahaan Belanda, yaitu: De Friesche Trep, Alamanak, Van Der
Els, dan Big Man. Perusahan-perusahan tersebut kemudian mendirikan BMC
(Bandungsche Melk Center) untuk memasarkan hasil produksinya, akan tetapi saat
zaman penjajahan Jepang perusahaan ini mengalami kemunduran dan kehancuran
sehingga usaha ini kemudian diambil alih dan dikelola oleh masyarakat sebagai usaha
keluarga.
Upaya meningkatkan populasi sapi perah di daerah Pangalengan semakin
digencarkan untuk mendapatkan pendapatannya, maka pada bulan November 1949
didirikan sebuah koperasi bernama GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi
Indonesia Pangalengan). GAPPSIP pada masa itu sangat memberikan manfaat bagi
anggotanya, akan tetapi pada tahun 1961, GAPPSIP tidak mampu bertahan karena
krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sehingga tata niaga dan aktivitasnya diambil
alih oleh tengkulak (kolektor). Kondisi ini membuat peternak mengalami kerugian
karena harga susu yang diterima sangat rendah yaitu Rp9 per liter dan bahkan tidak
sedikit jerih payah peternak tidak dibayar. Sementara itu, para kolektor menjual susu
kepada konsumen dengan harga Rp60 per liter. Dengan situasi dan kondisi tersebut,
pada tahun 1963, GAPPSIP tidak mampu lagi menjalankan kegiatannya sebagai
koperasi.
4
Pangalengan menjalin kemitraan dengan PT. Ultra Jaya untuk membangun Milk
Treatment dengan pembayaran selama 5 tahun dan angsuran berupa saham anggota
sebesar Rp25 per liter. Pembangunan Milk Treatment Koperasi Peternakan Sapi
Bandung Selatan (MT KPBS) dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1979 dan
diresmikan pada tanggal 16 Juli 1979 oleh Menteri Muda Urusan Koperasi. Tanggal
25 November 1982, dengan disaksikan oleh Menteri Koperasi dan Wakil Gubernur
Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan penandatanganan peralihan manajemen dari PT.
Ultra Jaya dan pada Juli 1983 angsuran sudah dapat dilunasi.
Pembangunan MT KPBS ini memberikan beberapa manfaat, diantaranya:
1. Produksi susu dapat diserap setiap hari walaupun Industri Pengolahan Susu (IPS)
hanya menerima pada hari kerja.
2. Kerusakan susu ditingkat koperasi maupun di peternak dapat ditekan.
3. Meningkatnya pelayanan dan usaha dalam bentuk investasi untuk mempercepat
kesejahteraan anggota.
4. Tahun 1980 - 1983 KPBS Pangalengan dapat membantu penerimaan susu dan
koperasi/KUD susu di Jawa Barat.
Sejak awal didirikannya KPBS hingga saat ini, KPBS telah menerima
berbagai penghargaan yang umumnya diberikan oleh pemerintah atas kinerja koperasi
dalam bidang peternakan maupun dalam bidang usaha dan produksi susu.
Penghargaan ini tentunya dapat menjadi pemacu KPBS dalam meningkatkan kinerja
dalam bidang tersebut. Adapun pengahargaan-penghargaan yang telah berhasil
didapatkan oleh KPBS, antara lain:
Pemberi
Menteri Peternakan
2.2
2.2.1
Visi
Menjadi koperasi yang amaliah, modern, sehat organisasi, sehat usaha dan
Misi
1. Taat
dan
patuh
terhadap
Pancasila,
UUD
1945,
Undang-Undang
Perkoperasian serta Peraturan Pelaksanaannya dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku, serta melaksanakan amanah keputusan Rapat
Anggota.
2.3
(MT) yang berlokasi di Jalan Koperasi Nomor 1 dan memiliki kantor pusat di Jalan
Raya Pangalengan Nomor 340, Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung Selatan. MT KPBS memiliki luas area seluas 3.600 m2 yang
terdiri dari luas area bangunan sekitar 680,85 m2 untuk instalasi sedangkan untuk
pabrik luasnya sekitar 340,37 m2. Bangunan pabrik meliputi ruang penerimaan susu,
ruang proses produksi, laboratorium, ruang manajer unit pengolahan susu, ruang
pengemasan, gudang, dan ruang penyimpanan susu. Selain itu juga terdapat kantor
MT, mushola, tempat parkir kendaraan, pos satpam, instalasi listrik, dan tempat
pencucian, serta pembuangan limbah.
Wilayah KPBS memiliki keadaan fisik yang potensial bagi pengembangan
usaha sapi perah karena letaknya dikelilingi oleh gunung dengan ketinggian 1.000
1.420 meter diatas permukaan laut. Suhu udara sekitar 12 - 28C dengan kelembaban
udara 60 70 % dan curah hujan sebesar 2.100 2.220 mm per tahun. Kondisi alam
tersebut selain cocok untuk perkembangan sapi perah juga cocok untuk pertumbuhan
sayur dan perkebunan.
Daerah Kerja KPBS Pangalengan yaitu meliputi tiga kecamatan, terdiri dari
kecamatan Pangalengan, Kertasari, dan Pacet. Desa yang termasuk wilayah kerja
KPBS yaitu Desa Pangalengan, Margamukti, Warnasari, Margaluyu, Sukaluyu,
Banjarsari, Sukamanah, Santosa, Raruma Jaya, Wanasuka, Cikembang, Neglawasi,
dan Cikalong. Wilayah kerja KPBS juga terbagi dalam 24 komisaris daerah dengan
189 kelompok peternak sapi perah dengan 37 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK).
10
2.4
Struktur Organisasi
Milk Treatment KPBS (MT KPBS) merupakan unit usaha yang berada di
11
umum. Manager di MT KPBS dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Manager Produksi
dan Manager Pengolahan dan Pemasaran.
3. Kepala Bagian Penyuluhan
Kepala bagian penyuluhan bertugas dalam mengatur pembagian kerja
penyuluh-penyuluh kepada anggota dalam memberikan pelatihan, informasiinformasi yang dibutuhkan oleh anggota seperti kelompok harga susu dan komposisi
nutrisi susu, serta bertugas dalam mengambil sampel susu dari peternak untuk
penetapan harga dan pemeriksaan kandungan susu.
4.
12
13
2.5
Ketenagakerjaan
Karyawan yang bekerja di KPBS Pangalengan merupakan penduduk asli
Pangalengan. Hal ini berdasarkan kebijakan dari pengurus pusat untuk meberdayakan
Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah Pangalengan. Penempatan tenaga kerja di
KPBS disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang pendidikannya, kenaikan
pangkat atau tingkatan kerja bagi karyawan umumnya dilihat berdasarkan dari masa
kerja dan penilaian prestasi kerja.
Beberapa karyawan mengalami perputaran dalam bidang pekerjaannya
(mutasi). Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keahlian karyawan dibidangnya.
Karyawan yang telah cocok dengan keahlian tidak mengalami mutasi. Sistem
penerimaan calon pegawai baru di KPBS dilakukan secara bertahap dan sesuai
dengan aturan yang berlaku.
2.5.1 Sistem Pengaturan Jam Kerja
Jam kerja yang berlaku di KPBS Pangalengan untuk karyawan administrasi
dimulai dari pukul 07.3015.00 WIB untuk hari kerja SeninJumat, sedangkan hari
Sabtu dimulai dari pukul 07.0014.00 WIB dengan waktu istirahat selama 30 menit
dan hari minggu libur.
Pengurus KPBS
(Ir. M. Nasrun)
Manager Produksi
(Agus Supriyanto)
Penyuluh
(Dian)
0)0Nuraini)
Kasi. Laboratorium
(Rahmat Asman)
Mikrobiologi
(Eva)
Kasi. Proses
(Ujang Wawan)
Fisika Kimia
(Yudi)
14
Kasi. Maintanance
Service
(Taufik Nugraha)
Kasi. Administrasi
(Hendri)
15
16
karyawan bekerja penuh selama satu bulan untuk golongan staff sedangkan untuk
karyawan harian dibayar mingguan. Setiap Hari Raya Idul Fitri, karyawan
mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR).
2.5.3 Fasilitas Kesejahteraan Karyawan dan Anggota
1. Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
KPBS Pangalengan menyediakan fasilitas-fasilitas berupa layanan
kesehatan, pengobatan dan perawatan, pemberian hak cuti, penyediaan
perlengkapan kerja, asuransi jiwa, tunjangan anak (hingga anak ke 2), tunjangan
jabatan, dan tunjangan khusus untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.
2. Fasilitas Kesejahteraan Anggota
KPBS Pangalengan menyediakan fasilitas berupa penampungan dan
pemasaran susu, pengadaan makanan ternak, jasa simpan pinjam, penyediaan bibit
sapi perah, pelayanan kesehatan sapi ternak, pelayanan inseminasi buatan,
penyediaan kebutuhan pokok bagi para peternak dan keluarganya melalui KPBS
Swalayan, serta layanan kesehatan bagi anggota keluarga peternak melalui kerja
sama antara KPBS dengan puskesmas setempat. Fasilitas ini diberikan untuk
meningkatkan produksi susu dan menaikkan kesejahteraan anggota.
2.6
17
2.7
Pemasaran
Hasil produksi susu segar dan susu pasteurisasi KPBS pangalengan
18
paling banyak yaitu dari Pasundan. Saat ini KPBS hanya menerima distributor
dari daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Pembuatan susu pasteurisasi rasa
berdasarkan pemesanan dari distributor, dengan minimum order yaitu 500 liter.
Rara-rata per hari MT KPBS dapat menghasilkan 3500 liter untuk susu
pasteurisasi prepack tanpa rasa (plain). Harga yang ditawarkan KPBS kepada
distributor untuk setiap produknya yaitu untuk susu pasteurisasi plain (500ml)
Rp5000,00 per prepack dan susu pasteurisasi rasa (coklat dan strawberry) 160ml
yaitu Rp2500,00 per cup.
2.8
19
juga proses sanitasi pada pekerja, lingkungan, bahan baku, serta penanganan
limbah harus diperhatikan.
III.
3.1
utama yaitu susu yang diperoleh dari peternak daerah Pangalengan. Definisi susu
menurut Hadiwiyoto (1983) adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui
lainnya yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang
aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambahkan
bahan-bahan lain.
Susu segar menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 3141.1:2011 adalah
cairan yang berasal dari ambing sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses
pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya (BSN/Badan Standarisasi
Nasional, 2011). Adapun menurut Dudeja (2012), syarat susu yang baik meliputi
banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik
didih, dan tingkat keasaman.
a. Warna Susu
Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak
dan pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan
hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi
cahaya dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam
20
21
susu. Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning,
sedangkan apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan
muncul.
b. Rasa Susu
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya
kandungan gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu
sendiri mudah sekali berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya
makanan ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan
wadah tempat menampung susu yang dihasilkan nantinya. Bau susu
umumnya sedap, namun juga sangat mudah berubah bila terkena faktor di
atas.
c. Berat Jenis Susu
Penetapan berat jenis susu harus dilakukan 3 jam setelah susu
diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah, dipengaruhi oleh perubahan
kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu. Viskositas susu
biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2, yang dipengaruhi oleh bahan padat
susu, lemak, serta temperatur susu.
d. Titik Beku Susu
Titik beku susu di Indonesia adalah -0,520 C, sedangkan titik
didihnya adalah 100,16 C. Titik didih dan titik beku ini akan mengalami
perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air yang
terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang berbeda.
e. pH Susu
22
3.2
merupakan
medium
yang
baik
untuk
pertumbuhan
dan
23
Milkcan
diantaranya
harus
berbahan
stainless
24
25
]
Gambar 3.1 Keadaan Kandang
(Dokumentasi pribadi, 2016)
26
hijauan saat proses pemerahan berlangsung bertujuan agar sapi tidak berbaring
saat susunya akan diambil. Hal ini dikarenakan ketika sapi telah kenyang, sapi
tersebut akan lebih banyak berbaring sehingga proses pemerahan sulit dilakukan.
Konsentrat yang diberikan kepada sapi terdiri dari dedak, polar, pelet,
onggok, garam, mineral lain, tepung jagung, dan kulit buah coklat. Konsentrat
tersebut nantinya akan dicampurkan ke dalam air untuk diminum oleh sapi.
Peternak dapat membuat konsentrat tersendiri dengan perbandingan yang sesuai
atau membeli di KPBS. Pihak KPBS menyediakan konsentrat yang dinamakan
Ransum Cirebon (RC). Selain pemberian hijauan dan konsentrat, ketersediaan air
minum untuk sapi juga harus dipenuhi setiap saat dengan cara menyimpan air
minum di tempat yang sudah di sediakan di kandang sapi.
Perubahan suhu lingkungan juga termasuk pengaruh yang dapat
mempengaruhi jumlah makan ternak. Apabila musim panas tiba, para peternak di
Pangalengan sukar mendapatkan makanan hijau. Oleh karena itu para peternak
membatasi pakan hijau pada sapi dan memberikan pakan alternatif yaitu molase.
Molase tersebut merupakan hasil fermentasi dari tanaman jagung yang
27
dicampurkan dengan kapur dan didiamkan selama 3-5 hari dengan kondisi
anaerob.
Pemerahan susu di peternakan Pangalengan dilakukan pada pagi hari dan
sore hari. Menurut Buckle et al. (1985), susu yang diperah pagi hari mungkin
mengandung 0,5 sampai 2% lebih banyak lemak daripada susu yang diperah pada
waktu sore hari. Semakin teratur jarak antara pemerahan, semakin teratur pula
kandungan lemak pada susu tersebut. Secara umum pemerahan susu yang
dilakukan peternakan di Pangalengan masih secara manual, akan tetapi sudah ada
beberapa peternak yang menggunakan mesin pemerah.
Air susu yang keluar pertama dari ambing harus dibuang, hal ini bertujuan
untuk mencegah adanya kontaminasi mikroorganisme yang masih menempel pada
ambing dengan susu yang akan diperah. Proses pemerahan tidak boleh terlalu
lama agar sapi tidak stress. Stress pada sapi ini dapat mempengaruhi jumlah
produksi susu yang dihasilkan oleh sapi, yakni akan mengalami penurunan jumlah
produksi susu oleh sapi. Setelah proses pemerahan selesai, ambing sapi tersebut
dibasuh kembali dengan air hangat, dan kemudian dicelupkan ke dalam larutan
antiseptik iodin dengan tujuan menutup lubang pada ambing sapi setelah proses
pemerahan sehingga dapat mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
ambing ketika sapi duduk. Kemudian kandang sapi harus dibersihkan dari
berbagai macam kotoran termasuk sisa-sisa dari pemerahan susu yang tercecer.
Hasil rata-rata jumlah susu yang didapatkan peternak setelah panen yaitu
sebanyak 15 liter/sapi/hari dan akan menurun kualitasnya apabila musim panas
atau sapi sakit. Susu yang diperah kemudian ditampung di Milkcan, milkcan
dirancang menggunakan stainless steel dan menyerupai botol leher yang bertujuan
28
3.3
atau bisa juga di Milk Collecting Point (MCP). TPK ini merupakan tempat
bertransaksi antara peternak dan pihak KPBS, selain tempat pengumpulan susu di
TPK dapat dilakukan pembelian pakan, pemberian penyuluhan, pembayaran struk
gaji, dan lain-lain. Dalam satu hari, petugas KPBS mengambil susu dari peternak
29
di TPK sebanyak dua kali, yakni pada pagi hari dan sore hari. Susu akan diterima
di TPK apabila:
1. Wadah susu terbuat dari stainless steel/alumunium bersih yang tertutup rapat
dengan penutup yang terbuat dari stainless steel/alumunium.
2. Tidak terdapat kotoran yang nampak, susu berbau segar, dan berwarna putihkrim.
3. Lolos uji alkohol/tidak pecah.
4. Berat jenis > 1,020 kg/L.
5. Suhu susu berkisar antara 30-34C.
Selain itu, peternak juga harus memberi tahu tester apabila susunya mengandung
antibiotik. Susu yang mengandung antibiotik akan dipisahkan namun tetap
diterima.
Berdasarkan fakta yang terdapat di lapangan, pengujian-pengujian yang
seharusnya dilakukan di TPK tersebut tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan petugas pengumpul susu di TPK yang jumlahnya
tidak sebanding dengan jumlah peternak yang datang ke TPK untuk mengantarkan
susu hasil perahannya. Peternak yang membawa susu juga tidak semuanya
menggunakan milkcan sesuai anjuran atau dengan wadah tertutup.
TPK
Gudang penyimpanan
Cipangisikan
MT KPBS Pangalengan
kebon Jambu
MT KPBS Pangalengan
Bojong Waru
MT KPBS Pangalengan
30
Wanasuka1
MT KPBS Pangalengan
Wanasuka 2
MT KPBS Pangalengan
Babakan
MT KPBS Pangalengan
Mekar Mulya
MT KPBS Pangalengan
Barusulam
Cooling Citere
Sukamenak
MT KPBS Pangalengan
10
Wates
MT KPBS Pangalengan
11
Pulosari
MT KPBS Pangalengan
12
Cisabuk
MT KPBS Pangalengan
13
Pangkalan
Cooling Citere
14
Ciawi
MT KPBS Pangalengan
15
Pangalengan
MT KPBS Pangalengan
16
Gunung Cupu
Cooling Citere
17
Cisangkuy
Cooling Citere
18
Pintu
Cooling Citere
19
Citawa
MT KPBS Pangalengan
20
Lodaya
MT KPBS Pangalengan
21
Kertasari
MT KPBS Pangalengan
22
Citere
Cooling Citere
23
Cikembang
MT Tirtasari
24
Lembangsari
MT Tirtasari
25
Goha/Pajaten
MT Tirtasari
26
Cihawuk
MT Tirtasari
31
27
Sukapura
MT Tirtasari
(Sumber: KPBS,2016)
32
Petugas KPBS yang bertugas di TPK terdapat tiga orang di masing-masing TPK
dan memiliki tugas yang berbeda yaitu sebagai tester, recorder, dan supir. Mobil
kendaraan yang digunakan adalah truk tanki susu dengan kapasitas dapat
menampung susu sebanyak 4000 liter dan diameter atas tanki sebesar 500 mm.
tanki susu tersebut terdapat dua sisi yaitu sisi depan dan sisi belakang dan disetiap
bagian atas tanki diberikan kain saring steril yang berfungsi untuk menyaring
kotoran atau bahan asing sebelum susu yang dikumpulkan masuk ke dalam tanki.
Tanki truk susu tersebut terbuat dari stainless steel 304 dengan dinding dua lapis
(double wall).
MCP
Gudang penyimpanan
MCP Cipanas
MCP Cipanas
MCP Warnasari
MCP Warnasari
(Sumber: KPBS,2016)
33
Berikut ini terdapat uraian perubahan yang dilakukan pada pengumpulan susu di
Milk Collecting Point (MCP), diantaranya:
34
Susu yang telah dikumpulkan dari TPK dan MCP kemudian langsung
diangkut oleh truk tanki susu menuju pabrik MT KPBS. Waktu tempuh untuk
mengangkut susu dari TPK dan MCP ke MT KPBS tidak boleh lebih dari dua
jam. Setibanya di MT KPBS susu dari dalam tanki truk diaduk dengan pengaduk
dan diambil sampelnya untuk kemudian dilakukan pengujian di laboratorium MT
KPBS. Pengujian yang dilakukan diantaranaya adalah uji alkohol, uji resazurin,
uji komposisi ( Fat, protein, laktosa, total solid, dan freezing point), Uji
pemalsuan susu, Uji antibiotik, Uji serta uji TPC (Total Plate Count)
3.4
35
mencegah
penularan
penyakit
dan
mencegah
kerusakan
karena
36
3.4.1
Pra-Pasteurisasi
Unit proses pada pra-pasteurisasi susu di MT KPBS meliputi penerimaan
37
3.
Plate Cooler menggunakan prinsip pindah panas yang terjadi antara susu
dengan air sebagai medium pendingin yang terdapat dalam plat pipih yang
dialirkan melalui pipa-pipa pendingin dai ice bank. Plate cooler 1 terletak di
ruangan setelah bak penampungan sementara, hal itu berfungsi untuk mengubah
suhu susu 29-30oC menjadi 2-4 oC. Kemudian susu tersebut dinyatakan sebagai
fresh milk. Fungsi plate cooler II yaitu untuk memastikan suhu akhir dari susu
setelah penyimpanan pada storage agar tetap terjaga 2 oc sebelum susu tersebut
dibawa ke IPS atau dilakukan proses pengolahan menjadi susu pasteurisasi.
4.
38
Storage tank berfungsi untuk menampung sementara susu segar yang telah
melewati plate cooler sebelum masuk ke proses pasteurisasi, serta untuk
menampung susu segar yang akan diangkut ke Industri Pengolahan Susu (IPS)
apabila truk tanki belum tiba di MT KPBS untuk mengangkut susu tersebut.
Storage tank ini dilengkapi dengan cooling jacket idan memiliki kapasitas
maksimal 50.000 liter.
3.4.2
Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku
dengan suhu di bawah titik didih, yaitu pemanasan di bawah 100 oC. Standar
pasteurisasi menggunakan suhu 62-66 oC selama 30 menit atau pada suhu 71 oC
selama 15 detik, kemudian segera didinginkan hingga 10 oC dengan penanganan
aseptis lalu disimpan pada suhu maksimum 4,4 oC.
Terdapat beberapa macam cara pasteurisasi yaitu holder method atau Low
Long Temperature (LTLT) dan High Temperature Short Time (HTST). Pada
metode HTST susu dipanaskan selama 16-15 detik menggunakan alat pemanasa
berbentuk lempengan (plate heat exchanger) pada suhu 71,7-75 oC, sedangkan
39
seminimum
mungkin
kehilangan
zat
gizi
dan
mempertahankan semaksimal mungkin rupa dan cita rasa dari susu segar
40
Susu Segar
Bak Penimbangan
Bak Penampungan Sementara
Plate Cooler
n2
Storage Tank
Mixing Tank
Balance Tank
PHE Regenaratif 1
(Suhu 60 70 C)
Homogenzier
PHE Pasteurisasi
(T = 82 C, t = 15 detik)
PHE Regeneratif 2
(Suhu 20 30 C)
PHE Pendinginan
(Suhu 2 4 C)
Tangki Susu Pasteurisasi
Mesin Prepack
Susu Pasteurisasi
Tanpa Rasa
Kemasan Prepack
41
Mixing Tank
Mixing tank berfungsi untuk menakar jumlah total susu yang akan
diproduksi dan untuk menghilangkan buih yang timbul di permukaan susu pada
proses pembuatan susu pasteurisasi tanpa rasa.
42
Balance Tank
Balance tank berfungsi sebagai pengatur keseimbangan aliran susu yang
masuk ke dalam Plate Heat Exchanger (PHE). Alat ini dilengkapi dengan
pelampung yang berfungsi untuk mengatur aliran susu. Prinsip kerja dari alat ini
yaitu susu masuk melalui pipa pemasukan yang kemudian akan mengangkat
pelampung. Apabila jumlah susu telah mencapai jumlah maksimum, maka
pelampung akan menutup pipa aliran yang masuk. Sementara itu susu yang berada
dari balance tank akan mengeluarkan melalui pipa bagian bawah kemudian akan
masuk kembali ke dalam PHE. Keluarnya susu dari balance tank akan
menyebabkan pipa terbuka lagi sehingga susu akan masuk kembali.
43
3.
Homogenizer
44
Storage Tank
Storage Tank berfungsi untuk menyimpan susu yang telah melalui proses
pasteurisasi. Terdapat tiga buah tanki yang berbeda untuk setiap jenis susu yang
berbeda pula, diantaranya tanki susu pasteurisasi tanpa rasa dengan kapasitas
8500 kilogram dan tanki susu pasteurisasi rasa cokelat serta tanki susu
pasteurisasi rasa storberi dengan kapasitas masing-masing 10.000 kilogram.
3.4.3
Pengemasan
Susu yang telah ditampung di dalam tanki penyimpanan susu pasteurisasi
45
IV.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) merupakan koperasi yang
bergerak dalam industri pengolahan susu. Susu yang diolah oleh pihak KPBS
merupakan susu yang berasal dari peternakan di wilayah sekitar KPBS.
Penanganan susu diperhatikan mulai dari kandang hingga penanganan di Milk
Treatment. KPBS memiliki Milk Treatment (MT) sebagai tempat pengolahan susu
segar yang akan dikirim ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dan pengolahan susu
pasteurisasi.
Susu pasteurisasi yang diproduksi Milk Treatment KPBS (MT KPBS)
adalah susu pasteurisasi aneka rasa. Rasa susu yang ditawarkan yaitu, tanpa rasa
(plain), susu pasteurisasi rasa strawberry dan rasa cokelat. Proses pasteurisasi di
MT KPBS menggunakan cara HTST (High Temperature Short Time) dengan suhu
82oC selama 15 detik. Proses produksi susu pasteurisasi tanpa rasa dilakukan
melalui 3 tahapan utama, yaitu pra-pasteurisasi, pasteurisasi, dan pengemasan.
Tahapan proses tersebut telah dilakukan dengan baik dan benar berdasarkan
prosedur yang telah ditentukan sehingga menghasilkan susu pasteurisasi yang
aman dan layak untuk di konsumsi.
4.2
Saran
Kualitas susu yang kurang baik bukan hanya berasal dari proses produksi
yang tidak sempurna, namun bisa berasal mulai dari penanganan di peternakan.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, masih banyak peternak yang belum
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI Susu Segar. SNI 01-3141-1998. Jakarta
Buckle, K.A., R.A. Ewards, G.H. Fleet, dan M. Wotton. 1985. Ilmu Pangan.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Herudiyanto, M.2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya Padjajaran
Murdiati, T., et al. 2004. Pengolahan Susu Pasteurisasi dan Penerapan HACCP
(Hazard Analysis Critical Control Point).
48
49
50
33
32
31
30
3
3
4
4
6
12
10
13
11
6
8
14
15
5
18
17
16
24
20
21
23
21
21
19
21
22
26
25
29
27
28
51
Keterangan:
1. Bak Timbangan (Milk Reception Scale)
2. Bak Penampungan Sementara (Milk Reception Vat)
3. Mesin Pengemasan Prepack (Prepack Machine)
4. Mesin Pengemasan Cup (Auto Cup Sealing Machine)
5. Plat Cooler
6. Storage Tank 50.000 Liter
7. Instalasi Pipa Distribusi Susu
8. Three Blender
9. Mixing Tank
10. Homogenizer
11. Unit Pasteurisasi
12. Laboratorium Mikrobiologi
13. Laboratorium Fisika-Kimia
14. Bak Air Panas
15. Storage Tank 20.000 Liter
16. Storage Tank 15.000 Liter
17. Storage Tank 10.000 Liter
18. Instalasi CIP
19. Tangki Air
20. Boiler
21. Bak Air Dingin
22. Hydropur
23. Pemanas Air (Water Heater)
24. Tempat Penyimpanan Tabung Gas
25. Tempat Pembuangan Sampah
26. Bak Penampung Air
27. Tangki Solar
28. Bengkel
29. Tempat Pembuangan Limbah
30. Ruang Penyimpanan Sementara
31. Mushola
32. Gudang
33. Ruang Administrasi
52
53