Laporan Oseano

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

FIELDTRIP OSEANOGRAFI

LAPORAN

OLEH:
ANDI DAHNIAR
D061201076

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oseanografi merupakan bagian dari cabang geologi yang membahas


mengenai tentang kondisi laut permukaan dan sekitarnya. Mata kuliah Oseonografi,
Geowisata, dan Pencemaran Pantai merupakan 3 matakuliah bagi mahasiswa
program strata satu (S1) di Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin. Mata kuliah ini bersifat kegiatan lapangan, dengan
bertujuan untuk mengenal zonasi fisiografi, urutan stratigrafi, pola struktur,
kaitannya terhadap sejarah geologi regional, potensi sumber daya geologi, dan
aspek bencana geologi.
Pada tahun ajaran 2021/2022 Fieldtrip dilaksanakan pada tanggal 1 – 3
Oktober 2021. Bagi seorang geologist, lapangan merupakan sarana pembelajaran
terbaik karena menggambarkan secara nyata kondisi yang dihadapi dalam
mengaplikasikan ilmunya.
Dalam fiedtrip kali ini pemahaman geologi daerah Makassar – takalar secara
regional, oseonografi, pencemaran pantai dan potensi geowisata di sepanjang pantai
Makassar – Takalar. Pada saat ini hampir seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
bumi seperti pembangunan fisik, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya geologi,
mitigasi bencana geologi, serta potensi geowisata membutuhkan data geologi dan
pemahaman konsep geologi yang saling terintegrasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum kali ini yaitu, mahasiswa mampu mengenali
tentang oseanografi dalam ilmu geologi. Adapun tujuan dari fieldtrip ini adalah
agar peserta mampu:
1. Memahami kondisi osean yang ada didunia dan yang mempengaruhi daerah
penelitian.
2. Memahami cara merekam atau mengabadikan moment perjalanan geologi
melalui sketsa, foto, dan video.
1.3 Letak Waktu & Kesampaian daerah

Adapun letak dan waktu praktikum yang dilakukan yaitu, Hari 1 (Jumat, 1
Oktober 2021) : Markas HMG FT-UH – Center Point of Indonesia – Pantai Batu
Jodoh - Jembatan Barombong – PPLH Puntondo, hari 2 Hari 2 (Sabtu, 2 Oktober
2021) : PPLH Puntondo – Pembagian Site Topejawa dan Site Punaga, hari 3
(Minggu, 3 Oktober 2021) : PPLH Puntondo – Markas HMG FT UH dan adapun
tujuan utama praktikum ini yaitu Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Putondo
dan sampai di tempat tujuan pada jam 13:00 WITA.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

Geologi regional daerah penelitian termasuk dalam Geologi Lembar: Ujung


Pandang, Benteng dan Sinjai skala 1:250.000. Keadaan umum daerah penelitian
sebagian besar merupakan daerah pegunungan gunungapi Lompobattang dengan
ketinggian 2876 m hingga daerah pedataran alluvial muara sungai Jeneberang.
(RAB Sukamto, 1982). Daerah penelian mencakup Kota Makassar hingga
Kabupaten Takalar. Fisiografi daerah Penetian tersusun dari Sepanjang aliran
sungai Jeneberang mulai pada daerah hulu Sungai pada Pegunungan Gunungapi
Lompobatang hingga daerah hilir endapan alluvial muara sungai Jeneberang.
Gunungapi Lompobattang yang menjulang mencapai ketinggian 2876 m di atas
muka laut. Kerucut gunungapi dari kejauhan masih memperlihatkan bentuk aslinya
dan menempati lebih kurang 1/3 daerah lembar. Pada potret udara terlihat dengan
jelas adanya beberapa kerucut parasit, yang kelihatannya lebih muda dan kerucut
induknya bersebaran di sepanjang jalur utaraselatan melewati puncak G.
Lompobatang. Kerucut gunungapi Lompobatang ini tersusun oleh batuan
gunungapi berumur Plistosen. Dua buah bentuk kerucut tererosi yang lebih sempit
sebarannya terdapat di sebelah barat dan sebelah utara G. Lompobatang. Di sebelah
barat terdapat G. Baturape, mencapai ketinggian 1124 m dan di sebelah utara
terdapat G. Cindako, mencapai ketinggian 1500 m. Kedua bentuk kerucut tererosi
ini disusun oleh bawan gunungapi berumur Pliosen. Pesisir baratdaya ditempati
oleh morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum kirar-kira baratlaut-
tenggara. Pantainya berliku - liku membentuk beberapa teluk, yang mudah
dibedakan dari pantai di daerah lain pada lembar ini. Daerah ini disusun oleh batuan
karbonat dari Formasi Tonasa.

2.1.1 Formasi Toanasa


Formasi ini tersusun atas batugamping, sebagian berlapis dan sebagian
Pejal, koral, bioklastika, dan kalkarenit dengan sisipan napal globigerina.
Batugamping bercirikan kaya foram besar, batugamping pasiran, setempat dengan
moluska kebanyakan berwarna putih dan kelabu muda sebagian kelabu tua dan
coklat. Perlapisan baik setebal antara 10 cm dan 30 cm, terlipat lemah dengan
kemiringan lapisan rata-rata kurang dari 25o ; di daerah Jeneponto banugamping
berlapis berselingan dengan napal globigerina. Fosil dari Formasi Tonasa dikenal:
oleh D. Kadar (hubungan tertulis. 1973, 1974, 1975;. dan oleh Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1974). Contoh-contoh yang dianalisa fosilnya adalah: La.8,
La.35, Lb.1, Lb.49, Lb83, Lc.44, Lc.97, Lc. 114, Td.37, Td.161, dan Td.167. Fosil
fosil yang dikenali termasuk: Discocyclina sp., Nummuliites sp. . Heterostegina sp..
Flosculineilla sp., Spirochypues sp., S. Orbitoides DOUVILLE, Lepidocyclina sp.,
L. ephippiodes JONES & CHAPMAN. L. verbeeki NEWTON & HOLLAND, L.
cf. Sumatrensis JONES & CHAPMAN, Miogypsina sp., Globigerina sp, Gn.
triprtita COCH, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Amphistegina
sp.,Cycloclypeus sp.. dan Operculina sp. Gabungan fosil tersebut menunjukkan
umur berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah (Ta - Tf). dan lingkungan
pengendapan neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna. Formasi ini
tebalnya tidak kurang dari 1750 m, tak selaras menindih batuan Gunungapi
Terpropilitkan (Tpv) dan ditindih oleh Formasi Camba (Tmc); di beberapa tempat
diterobos oleh retas, sil dan stok bersusunan basal dan diorit; berkembang baik di
sekitar Tonasa di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat,
sebelah utaranya.

2.2 Perairan Laut

Ekosistem laut dapat dilihat dari dimensi horizontal dan vertical. Secara
horizontal, laut dapat dibagi menjadi dua yaitu laut pesisir (zona neritik) yang
meliputi daerah paparan benua dan laut lepas (lautan atau zona oseanik). Zonasi
perairan laut dapat pula dilakukan atas dasar faktor-faktor fisik dan penyebaran
komunitas biotanya. Seluruh perairan laut terbuka disebut daerah
pelagis.Organisme pelagis adalah organisme yang hidup di laut terbuka dan lepas
dari dasar laut. Sedangkan zona dasar laut beserta organismenya disebut daerah dan
organisme bentik (Kordi, 2010). Air laut adalah air yang terlarut dalam berbagai
padatan dan gas. Contoh 1000 g air laut akan berisi sekitar 35 gram senyawa
terlarut, secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% dari air laut adalah
air dan 3,5% zat terlarut. Jumlah total bahan terlarut tersebut disebut salinitas.
Biologi kelautan dan oseanografer dimasa lalu biasanya menyatakan salinitas dalam
bentuk bagian per seribu, disingkat ‰, tetapi istilah baru adalah menggunakan
practice salinity unit atau psu. Jadi, jika suatu sampel air laut yang khas memiliki
35 g senyawa terlarut dalam 1000 g, maka air tersebut memiliki salinitas 35 psu (35
‰) (Nybakken, 1997). Lautan menutup kurang lebih 70% permukaan bumi kita ini,
dan di beberapa tempat kedalaman laut melebihi 10.000 m. Lautan terdiri dari 5
samudra (pasifik, atlantik, hindia, arktik, dan antarktik) dan 2 laut (laut utara, dan
laut mediterania). Adanya hanya 2 laut tersebut disesuaikan dengan pengertian
„pergeseran benua‟. Samudra dan laut itu berhubungan satu dengan yang lain dan
merupakan satu super lautan. Samudra pasifik adalah yang terbesar dan menutup
1/3 luas permukaan bumi. Dihitung dari permukaan laut, kedalaman rata-rata lautan
± 3.800 m, sedang ketinggian daratan hanya 840 m, jadi lebih dalam lautan dari
pada daratan tinggi.

2.3 Parameter

2.3.1 Arus

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam
menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta arus telah dibuat oleh para pelaut
berabad-abad yang lalu. Kita dapat mengetahui adanya arus-arus ini terutama
didasarkan atas pekerjaan seorang ahli oseanografi kebangsaan Amerika Matthew
Fontaine yang telah memulai pekerjaan tersebut sejak tahun 1840. Ia membuat
sebuah gambar dari sistem arus-arus dunia berdasarkan atas pengamatan dan
pengukuran terhadap besarnya pengaruh arus yang mempengaruhi pembelokan
arah kapal dari lintasan jalan yang seharusnya dikehendaki dari suatu pelayaran
yang panjang dan memakan waktu yang lama
2.3.2 Pasang Surut

Menurut Romimohtarto dan Juwana (2011), pasang surut merupakan salah


satu gejala laut yang besar terhadap kehidupan biota laut, khususnya wilayah pantai.
Dengan permukaan laut yang setiap hari naik turun secara berkala dan dapat dilihat
jelas .

2.3.3 Gelombang

Gelombang adalah peristiwa yang terjadi pada pantai karena disebabkan


oleh pengaruh angin
BAB III
MOTODE PENELITIAN

3.1 Metode

Metode yang akan digunakan dalam fieldtrip oseanografi kali ini yaitu,
dengan melakukan berbagai pengambilan data berupa data geomorfologi, data
arus, angin, gelombang, pasang surut dan juga data sedimen.

3.2 Tahapan
Adapun tahapan-tahapan dalam praktikum, diantaranya:

1. Tahapan Persiapan

Pada tahapan persiapan, pertama-tama praktikan berangkat mulai dari

basecamp 2020 dan melakukan perjalanan selama beberapa jam mulai dari rute

Gowa, Makassar kemudian sampai ke Takalar.

2. Tahapan Lapangan

Kegiatan lapangan dilakukan di Makassar sampai ke Takalar, dan lapangan

dimulai di daerah Makassar yang dimana diawali dengan kunjungan ke Pantai

Losari dan Anjungan Makassar, kemudian dilanjutkan Ke Batu Jodoh, lalu ke

Jemnbatan Barombong kemudian yang terakhir ke PPLH Putondo

3. Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan analisis data di lapangan yang dilakukan

di setiap pinggir pantai dengan melakukan pengambilan beberapa data yaitu, data

morfologi, arus, angin, gelombang, pasang surut dan juga data sedimen.
4. Tahapan Olah Data dan Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil di lapangan

maka akan dilakukan olah data dan lampiran jika telah selesai pengerjaan itu semua

maka akan dilakukan pembuatan laporan yang diperoleh dari olah data.

5. Pengumpulan Laporan

Laporan yang telah selesai dan telah dikerjakan kembali serta telah

diperoleh hasil yang benar kemudian dikumpulkan di tempat dan waktu yang telah

disepakati.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
2.1 Hasil
2.1.1 Site 1
Adapun site 1 itu yang berlokasi di Anjungan Panlos itu terdapat pantai
yang sudah direnovasi dan sudah banyak yang tidak alami di bagian pantai itu.

Foto 1. Anjungan Panlos

Foto 2. Sketsa
2.1.2 Site 2
Adapun site 2 itu yang berlokasi di Pantai Batu Jodoh itu terdapat
pantai yang masih indah dan belum terlalu di sentuh oleh manusia.
Foto 1 Pnatai Batu Jodoh

Foto 2 Sketsa
2.1.3 Site 3
Adapun site 3 itu yang berlokasi di Jembatan Barombong itu
terdapat pantai dengan dermaga di pantai itu.

Foto 1 Jembatan Barombong


2.1.4 Site 5
Adapun site 5 itu didapatkan beberaoa data berupa, yaitu :

Foto 1. Data Morfologi, Windi & Sedimen

Foto 2 Data Pasang Surut


Foto 3 Data Marine Sedimen

Foto 4 Data Sedimen


Foto 5 Data Sedimen

Foto 6 Penampang
2.2 Pembahasan
2.2.1 Site 1 (Anjungan Panlos)
2.2.1.1 Morfologi
Data geomorfologi yang di dapatkan ditempat ini yaitu, reliefnya berupa
dataran rendah, tata guna lahan daerah ini digunakan sebagai tempat wisata, sebelah
sebalah timur itu berada selat Makassar dan bagian barat itu laut Jawa.
4.2.1.2 Kondisi Oseanografi
Kondisi arus itu dari arah tenggara ke barat laut dengan kecepatan 0,4 kt,
arah angin ke barat laut dengan kecepatan 3 kt, dan panjang gelombang 0,1 m.
2.2.2 Site 2 (Pantai Batu Jodoh)
4.2.2.1 Morfologi
Data geomorfologi yang di dapatkan ditempat ini yaitu, reliefnya berupa
dataran rendah, tata guna lahan daerah ini digunakan sebagai tempat wisata, sebelah
sebalah timur itu berada selat Makassar dan bagian barat itu laut Jawa. Terdapat
sungai yang mengalir dari Bawakaraeng dan Lompobatang dengan membawa
bongkah eksitu.
4.2.2.2 Kondisi Oseanografi
Kondisi arus itu dari arah tenggara ke barat laut dengan kecepatan 0,6 kt,
arah angin ke barat laut dengan kecepatan 3 kt, dan panjang gelombang 0,1 m.
2.2.3 Site 3 (Jembatan Barombong)
2.2.3.1 Morfologi
Data geomorfologi yang di dapatkan ditempat ini yaitu, reliefnya berupa
dataran rendah, tata guna lahan daerah ini digunakan sebagai dermaga atau tempat
persinggahan kapal-kapal nelayan, sebelah sebalah timur itu berada selat Makassar
dan bagian barat itu laut Jawa.
2.2.3.2 Kondisi Oseanografi
Kondisi arus itu dari arah tenggara ke barat laut dengan kecepatan 0,8 kt,
arah angin ke barat laut dengan kecepatan 5 kt, dan panjang gelombang 0,1 m.
2.2.4 Site 4 (PPLH Putondo)
2.2.4.1 Morfologi
Data geomorfologi yang di dapatkan ditempat ini yaitu, reliefnya berupa
dataran rendah, tata guna lahan daerah ini digunakan sebagai wisata bagian timur
pantai ini ada pantai bunangaya dan pantai topejawa
2.2.4.2 Kondisi Oseanografi
Kondisi arus itu dari arah tenggara ke barat laut dengan kecepatan 0,2 kt,
arah angin ke barat laut dengan kecepatan 2,1 kt, dan panjang gelombang 0,3 m.
2.2.5 Site 5 (Pantai Topejawa)
4.2.5.1 Morfologi
Data geomorfologi yang di dapatkan ditempat ini yaitu, reliefnya berupa
dataran rendah, tata guna lahan daerah ini digunakan sebagai tempat budidaya
rumput laut di site ini terdapat 40 titik dan jarak setiap titik iu 50 m dan hampir
sama setiap tempat morfologi di tempat ini
4.2.5.2 Kondisi Oseanografi
Kondisi arus itu dari arah tenggara ke barat laut dengan kecepatan rata-rata
yang didaptkan itu sekitar 0,2 kt, arah angin ke barat laut dengan kecepatan 9 kt,
dan panjang gelombang 0,4m.
4.2.5.3 Marine Sedimen
Adapun marine sedimen yang didapatkan di tempat ini yaitu berupa
biogeneous dan lithogenous yang dimana biogeneous yang didapatkan ditempat ini
berupa pasir yang kandungannya berupa kerang dan koral dan adapun
lithohgenousnya yaitu didapatkan singkapan batu gamping di site 5 (19 sampai 32).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari fieldtrip oseanografi kali ini, yaitu :
1. Adapun kesimpulan yaitu, Kondisi osean yang berada didunia dan yang
mempengaruhi daerah penelitian saya yaitu, angin, arus, gelombang dan
daerah epicontinent yaitu berbagai jenis biota laut yang sudah mati dan
menjadi fosil
2. Kesimpulannya yaitu, cara merekam atau mengabdikan moment perjalan
melalui sketsa, foto dan video dengan melakukan sketsa, foto dan video
sesuai dengan yang penelitian yang kau ambil dan berikan sinopsi pada
video itu untuk sebagai penjelasan dalam video tersebut.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk fieldtrip oseanografi, yaitu :
5.2.1 Saran Untuk Fieldtrip
Adapun saran untuk Fieldtrip Oseanografi, diantaranya:

1. Melengkapi fasilitas fieldtrip oseanografi untuk memudahkan pengambilan


data
2. Tetap menaati protokol kesehatan seperti menyiapkan handsanitizer di
depan lab dan tetap menggunakan masker di dalam maupun di luar lab.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ir. Rohaya Langkoke. 2021. Fieldtrip Oseanografi, Geotourism, and Coastal
Pollution. Universitas Hasanuddin

Musrifin, G. 2021. https://repository.unri.ac.id. Pendahuluan Pengantar


Oseanografi. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2021, pada 22:00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai