Isi
Isi
Isi
PENDAHULUAN
daya
manfaat
serta
Pukul
: 07.30-09.30 WIB
Tempat
II
TINJAUAN PUSTAKA
CO2. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dapat bersifat sebagai
salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat
tidak baik (Lunggani, 2007). Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan
membinasakan bakteri saluran pencernaan yang patogen karena menghasilkan D, L
atau DL asam laktat yang terfermentasi (Lunggani, 2007).
Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai
zat pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
Bakteri asam laktat secara alami ada di tanaman shingga dapat secara otomatis
berperan pada saat fermentasi,, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase
dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif, seperti inokulum bakteri asam laktat
dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam lakat yang
sempuma (Ridwan dkk., 2005).
2.3 Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bias juga dijadikan pakan
ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping harganya
murah, kelebihan lain tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya (Widayanti dan
Widalestari, 1996).
Molases sebagai hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula sangat
palatabel bagi ternak. Penyertaan molases dalam campuran dengan bahan pakan
tambahan lain dapat meningkatkan konsumsi pakan tambahan secara keseluruhan
akibat aroma yang ditimbulkannya, maupun terbentuknya ikatan fisik diantara bahan
penyusun pakan tambahan sehingga mengurangi hilangnya pakan terutama bahan
pakan yang bersifat pendebuan. Pemberian molases sebagai bahan pakan tambahan
tunggal atau dalam bentuk campuran dengan bahan pakan lain meningkatkan laju
pertumbuhan barat badan harian pada ternak (Batubara dkk., 1993).
2.4 Starbio
Starbio merupakan serbuk berwarna coklat hasil pengembangan bioteknologi
modern terutama LHM Research Station. Berisi koloni bakteri yang diisolasi dari
alam, bersifat bersahabat dengan kehidupan (probiotik). Kandungan bakteri dalam
starbio anatara lain: Azobacter spp, Spirillum lipoferum, Trichoderma polysperum,
Cellulomonas acidula, Bacillus cellulose, Clavaria dendroidie, Streptomyces,
Pseudomonas, Fusarium, Bacillus cellulose Disolvens. Starbio bekerja secara
enzimatis (menghasilkan enzim) yang berfungsi memecah protein (proteolitik),
karbohidrat struktural (selulolitik, hemiselulolitik, lignolitik), dan lemak (lipolitik)
serta dilengkapi dengan bakteri nitrogen fiksasi non simbiose. Starbio dapat
digunakan untuk menguraikan limbah baik limbah rumah tangga, rumah potong
hewan, pabrik, tamabak yang sering menimbulkan masalah dalam pencernaan air
(LHM, 1995).
Pemeberian probiotik starbio pada pakan ternak akan meningkatkan
kecernaan ransum, kecernaan protein dan mineral (Piao et al., 1999). Hal ini terjadi
karena probiotik starbio merupakan mikroorganisme (mikroba probiolitik, selulolitik,
lignolitik, lipolitik, dan aminolitik serta nitrogen fiksasi non simbiosis) yang mampu
menguraikan bahan organik kompleks pada pakan menjadi bahan organic yang lebih
sederhana (LHM, 1995).
Penggunaan probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan daya cerna
sehingga zat-zat pakan banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun
produksi. Penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan
karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan
dapat
menghasilkan
zat
anti
bakteri
yang
dapat
menekan
pertumbuhan
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Timbangan, berfungsi untuk menimbang dedak, molases dan probiotik.
2. Wadah, berfungsi untuk menyimpan dedak, molases dan probiotik.
3. Gayung, berfungsi untuk memindahkan molases dan probiotik kedalam
mixer.
4. Mixer, berfungsi untuk menggiling atau mencampur dedak, molases dan
probiotik.
5. Toples, berfungsi sebagai wadah dedak aromatik perkelompok.
6. Drum berkapasitas 80 kg, sebagai tempat fermentasi.
3.2
Bahan
1. Dedak padi, sebagai bahan yang akan difermentasi.
2. Molases, sebagai sumber energi bagi bakteri yang ditambahkan untuk proses
fermentasi.
3. Probiotik Heryaki, sebagai stater atau bakteri yang ditambahkan untuk proses
fermentasi.
3.3
Prosedur Kerja
1. Menyediakan dedak padi, molases, dan probiotik Heryaki.
2. Menimbang masing-masing bahan dengan komposisi sebagai berikut :
a. Dedak padi 70% dari 80Kg
b. Probiotik Heryaki 20% dari 80Kg
c. Molases 10% dari 80Kg
3. Mencampurkan molases dengan probiotik Heryaki dalam wadah sampai
homogen.
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
mengamati
bahan-bahan
pembuatan
dedak
aromatic
sebelum
dicampurkan, yaitu dedak padi, molasses, dan probiotik. Setelah dicampurkan (proses
homogenisasi), kami mengamati kembali warna, bau, rasa, dan tekstur pada bahan
tersebut.
Tabel 1. Identifikasi warna, bau, rasa, dan tekstur sebelum bahan difermentasi.
Bahan
Dedak Padi
Warna
Putih kecoklatan
Bau
Rasa
Tekstur
Apek
Hambar
Halus (serbuk)
Molases
(krem)
Hitam
Seperti kecap
Manis
Cair
Probiotik
Coklat
Seperti tanah
Cair
Campuran
Coklat
Seperti kecap
Manis
Halus
4.1.2
Warna
Bau
Rasa
tekstur
Campuran
(Dedak
Aromatik)
Coklat
kekuningan
Asam
menyengat,
apek
Halus (serbuk),
Asam
4.2 Pembahasan
Pada praktikum pengolahan bahan pakan secara biologis, yaitu pembuatan
dedak aromatik menggunakan probiotik Heryaki didapat hasil dedak fermentasi yang
mempunyai aroma yang khas. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memperbaiki
palatabilitas dan meningkatkan daya manfaat pakan. Bahan yang digunakan adalah
dedak padi yang sudah tengik dan berkutu, molases, serta probiotik Heryaki
(probiotik buatan pak Hery Supratman) yang mengandung mikroba proteolitik,
amilolitik, dan selulolitik sehingga mikroba tersebut diharapkan dapat merombak
bahan menjadi produk lain yang memiliki karakteristik dan manfaat yang lebih baik.
Penggunaan dedak yang kualitasnya sudah tidak baik dimaksudkan untuk
memperbaiki manfaat dedak dengan cara difermentasi. Dedak biasanya tidak dapat
disimpan lama karena dedak akan menjadi tengik sehingga mengurangi palatabilitas
dan nilai gizi dedak. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianingrum (2009) yang
menyatakan bahwa kestidakstabilan dedak selama penyimpanan karena aktivitas
enzim. Aktivitas enzim ini dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif
pada komponen minyak yang terkandung dalam dedak. maka diperlukankan
teknologi fermentasi anaerob untuk mengatasi masalah tersebut yang dapat
memperpanjang masa simpan dedak.
Proses yang terjadi selama fermentasi anaerob pada dedak adalah
pemanfaatan bakteri asam laktat yang berasal dari probiotik yang ditambahkan.
Penambahan bakteri asam laktat ini akan mempercepat proses fermentasi dan aman
bagi ternak. Bakteri asam laktat tersebut bekerja pada pH asam, sehingga pada saat
fermentasi terjadi penurunan pH. Bakteri tersebut mendapat energi dari molases yang
ditambahkan. Kegunaan dari penambahan molases adalah sebagai sumber energi bagi
mikroba-mikroba yang terkandung dalam probiotik tersebut. Fermentasi merupakan
proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan melibatkan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang berasal dari probiotik Heryaki ini
mengandung mikroba proteolitik, amilolitik, dan selulitik dan merupakan bakteri
asam laktat, sehingga dapat memecah protein, amilum dan serat kasar yang
terkandung dalam dedak. Oleh karena itu dedak yang difermentasi meningkatkan
daya cerna bagi ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irianingrum (2009) bahwa
perlakuan fermentasi dapat meningkatkan nilai Koefisien Cerna Bahan Kering
(KCBK) dedak dari 63,06% menjadi 69,72%.
Dengan proses fermentasi, dapat menurukan kandungan asam fitat yang
terkandung dalam dedak sehingga penggunaannya dapat lebih maksimal dalam
ransum. Asam fitat merupakan zat anti nutrisi dalam dedak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lunggani (2007) bahwa asam fitat mampu berikatan dengan mineral,
protein, dan pati membentuk garam atau senyawa komplek sehingga mineral, protein
dan pati yang terkandung dalam ransum tidak dapat optimal digunakan oleh ternak.
Asam fitat dapat dirombak oleh enzim phitase yang
fermentasi, sehingga asam fitat menjadi lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Irianingrum (2009) bahwa perlakuan fermentasi dan lama penyimpanan
pada dedak dapat menurunkan kandungan asam fitat dari 6,70% menjadi 2,07%.
Probiotik adalah koloni bakteri asam laktat yang bersifat heterofermentatif,
karena mengandung beberapa jenis bakteri asam laktat dan bakteri non pathogen lain
yang sangat berguna dalam membantu proses pencernaan dan peningkatan kualitas
dedak yang difermentasi. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dari
hasil fermentasi
mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik. Oleh karena itu, kutu yang terdapat
pada dedak sebelum diolah menjadi mati, selain dari ketidaksediaan oksigen dalam
proses ini dan memperbaiki kualitas dedak. Asam laktat ini juga berperan sebagai zat
pengawet sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan
memperpanjang masa simpan dedak aromatik.
Dari hasil pengamatan sebelum difermentasi dan sesudah difermentasi, ada
beberapa perubahan yang terjadi pada dedak padi diantaranya adalah warna, bau, dan
rasa. Sebelum difermentasi dedak padi berwarna putih kecoklatan (krem), baunya
apek, rasanya hambar, dan teksturnya halus (serbuk). Molases berwarna hitam,
baunya seperti kecap, rasanya manis, dan teksturnya cair. Sedangkan probiotik
berwarna coklat, baunya seperti tanah, dan teksturnya cair. Setelah semua bahan
dicampur dan dihomogenkan serta difermentasi, ternyata warna dedak berubah
menjadi coklat kekuningan, baunya asam menyengat seperti tape dan ada bau
apeknya, rasanya asam, dan teksturnya halus (serbuk) namun dibagian atasnya ada
gumpalan-gumpalan.
Perubahan warna pada dedak disebabkan oleh warna probiotik dan molases
yang dicampurkan dengan dedak. Bau asam menyengat seperti tape terjadi akibat
adanya proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri dalam probiotik tersebut.
Biasanya bakteri yang dipakai dalam proses fermentasi adalah bakteri asam laktat
yang menghasilkan asam laktat sehingga bahan yang difermentasi memiliki bau asam
namun bau apek terbentuk dari dedak yang sudah disimpan terlalu lama. Begitu pula
rasa asam pada dedak yang difermentasi adalah akibat dari pembentukan asam laktat
oleh bakteri asam laktat. Lunggani (2007) mengatakan bahwa bakteri asam laktat
baik yang bersifat homofermentatif maupun heterofermentatif memanfaatkan substrat
yang tersedia pada lingkungannya dengan hasil akhir berupa energi dan asam-asam
lemah, seperti: asam laktat, asam asetat serta CO2. Keberadaan asam laktat sebagai
produk metabolisme dapat bersifat sebagai salah satu faktor penghambat bagi
pertumbuhan mikroorganisme lain yang bersifat tidak baik. Asam laktat yang
dihasilkan selama proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Tekstur pada dedak
padi setelah fermentasi tidak jauh berbeda dengan sebelum difermentasi, namun pada
dedak yang difermentasi terdapat gumpalan-gumpalan diatasnya hal tersebut terjadi
mungkin pada saat mencampur bahan ada dedak yang menempel pada molases dan
probiotik sehingga terbentuk gumpalan.
Dedak aromatik kelompok 2 terbilang cukup baik karena memiliki aroma yang
wangi sedangkan kelompok kami aromanya asam seperti wangi tape, padahal dengan
sampel yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena sampel yang diambil oleh
kelompok 2 telah terhomogenisasi secara rata dan juga mungkin penutupan wadahnya
cukup baik sehingga tidak ada udara yang masuk kedalam wadah ketika fermentasi.
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan dedak aromatik dilakukan dengan cara mencampurkan dedak yang
sudah tengik dan berkutu, molases, serta probiotik, pencampuran ketiga bahan
tersebut menggunakan mixer kemudian dilakukan fermentasi secara anaerob.
2. Pengolahan dedak menggunakan probiotik heryaki ini memiliki tujuan untuk
memperbaiki palatabilitas dan meningkatkan daya manfaat pakan. Dedak
aromatik yang dihasilkan memiliki warna menjadi coklat kekuningan, baunya
asam menyengat seperti tape dan ada bau apeknya, rasanya asam, dan
teksturnya halus (serbuk) namun dibagian atasnya ada gumpalan-gumpalan.
Proses yang terjadi selama fermentasi anaerob pada dedak adalah
pemanfaatan bakteri asam laktat yang berasal dari probiotik yang
ditambahkan.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya agar peralatan yang akan digunakan
oleh praktikan lebih memadai dan proses berlangsungnya praktikum lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi KPP IPB.
Baranangsiang. Bogor.
Anggorodi, H.R., 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Batubara, L. P., Sianipar, J., Elieser, S., Karo-karo, S dan Barus, P. 1992.
Pemanfaatan Aroindustri by Product/Waste sebagai Pakan Ternak. Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Sumatera Utara
Irianingrum R. 2009. Kandungan Asam Fitat dan Kualitas Dedak Padi yang
Disimpan Dalam Keadaan Anaerob. Skripsi, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian. Bogor.
Lembah Hijau Multifarm. 1995. Pakan Lebih Hemat dengan Starbio. CV Lembah
Hijau Indonesia, Solo.
Lunggani, A.T., 2007, Kemampuan Bakteri Asam Laktat dalam Menghambat
Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergillus flavus. BIOMA (online),
9(II)45-51, (Diakses, Jumat 28 Oktober 2016 pukul 18.17 WIB)
Rasyaf, M., 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.
Ridwan R., S. Ratnakomala, G. Kartina & Y. Widyastuti. 2005. Pengaruh
Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam Pembuatan
Silase Rumput Gajah. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Bogor.
Widayati, E. dan Widalestari, Y., 1996.
Agrisorana, Surabaya.
Zainuddin, D.K., Dwiyanto dan Suharto, 1994. Penggunaan Probiotik Starbio Dalam
Ramsum. Poultry Indonesia No. 173 Juli.
LAMPIRAN
Gambar 3. Mixer
Gambar 2. Molases
Gambar 4. Probiotik