Peranan Foodsecurity Dalam Peternakan Ayam Dan Sapi Perah (Kelompok 1)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

PERANAN FOOD SECURITY

DALAM PETERNAKAN AYAM DAN SAPI PERAH


MAKALAH PRAKTIKUM
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

Oleh :
Kelas: E
Kelompok: 1

Rizqy Fauzan Ridwan 200110180004


Rifa Nurul Sofa 200110180071
Nur Fitri Puspita Sari 200110180101
Nelvin 200110180159
M. Iqbal Murdiyanto 200110180202
Jundi Fauzan 200110180252
Nafila Ni’amillah S 200110180297

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………… i
I PENDAHULUAN ………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………….... 1
1.2. Identifikasi Masalah …………………………………… 2
1.3. Maksud dan Tujuan ……………………………………. 2

II TINJAUAN KEPUSTAKAAN …………………………... 3

2.1 Biosecurity ……………………………………………... 3

III PEMBAHASAN …………………………………………... 4

3.1 Definisi …………………………………………………. 4

3.2 Tujuan Biosecurity ……………………………………... 5

3.3 Penerapan ………………………………………………. 5

3.3.1. Penerapan Pada Unggas ……………………... 7

3.3.2. Penerapan Pada Ternak Sapi Perah

Tradisional …………………………………… 13

3.4 Tingkatan Biosecurity ………………………………….. 15


3.4.1. Tingkat I (Biosecurity Konseptual) …………. 15

3.4.2. Tingkat II (Biosecurity Struktural) ………….. 15

3.4.3. Tingkat III (Biosecurity Operasional) ……….. 16

IV PENUTUP …………………………………………………. 18

4.1 Kesimpulan …………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA ……………..…………………….... 20

LAMPIRAN ……………………………………………….. 22

i
1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Biosafety dan biosecurity merupakan dua hal yang saling berkaitan.

Keduanya mempunyai tujuan untuk menjamin keamanan dari bahaya biologis.

Tetapi meski tujuannya sama biosecurity dan biosafety merupakan dua hal yang

berbeda. Biosecurity adalah usaha untuk menjaga suatu daerah dari masuknya

agen penyakit, menjaga tersebarnya agen lpenyakit dari daerah tertentu, dan

menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam ldaerah tersebut.

Sedangkan biosafety adalah usaha yang dilakukan agar orang yang lbekerja

dengan bahan biologi berbahaya terlindungi dari ibahan bahaya bahan biologi

yang ditanganinya. Biosafety dan biosecurity biasanya idijalankan secara

bersamaan. Karena pada intinya biosceurity juga mendukung terlaksananya

lbiosafety, begitu juga sebaliknya.

Dalam ldunia peternakan sendiri, biosecurity lmerupakan suatu komponen

yang penting yang dibutuhkan iterutama dalam iproses produksi dan pengolahan

makanan. Pada sebuah iindustri pengolahan iproduk, perlu dijaga kebersihan dan

keamanan dalam proses upengolahan makanan itersebut. Selain gedung industri

yang harus higienis, para ppekerjapun juga harus menjaga kebersihan sebelum

mulai bekerja untuk menghindari tadanya penyakit atau patogen yang masuk dari

luar. Dalam biosecurity terdapat beberapa tlevel tingkat biosecurity suatu sistem

yang dibutuhkan sesuai dengan skala industri ttersebut.


2

1.2. Identifikasi Masalah

1. Apa itu Biosecurity dan hubungannya dengan Biosafety

2. Bagaimana penerapannya dalam sebuah industri peternakan

3. Bagaimana dengan tingkatan Biosecurity pada industri di Indonesia

1.3. Maksud dan Tujuan

1. Memahami arti dan peranan Biosecurity dalam dunia peternakan

2. Mengetahui penerapan Biosecurity dalam industri peternakan

3. Mengetahui tingkatan Biosecurity pada industri di Indonesia


3

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biosecurity

Biosecuritybdidefinisikan sebagaidpenerapanvkontrol kesehatan dan

usaha-usaha untukfmencegah masuk dan imenyebarnya agendinfeksius baru ke

dalam suatudkawanan iternak (Pinto & Urcelay, 2003). Penerapan

biosekuritispenting untuk iperlindungandternak iterhadap penyakit serta

memenuhi perlindungananasional terhadap masuknya penyakitceksotiki (Boklund

et al., 2004). Biosekuriti memilikixtiga komponen mayor ryaitu: isolasi, kontrol

lalu lintas,xdan sanitasi. Isolasi merujuk kkepada penempatan hewan di

dalamslingkungan yang yterkontrol. Kontrol lalu lintas mencakup lalu lintas

masukbke dalam peternakan ᮓ maupun di dalam peternakan. Sanitasi merujuk

kepadavdisinfeksi material, imanusia, dan peralatan yang masuk ke lingkungan

peternakancdan kebersihan personel tpeternakan (Yee et al., 2008). Konsep dari

biosecurity mencangkup tiga hal yaitu umeminimalkanakeberadaan penyebab

penyakit, meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubunganvdengan induk

semang, dan membuat tingkat kontaminasi lingkungan olehaagen penyakit

seminimal mungkin.
4

III

PEMBAHASAN

3.1. Definisi

Biosecurity berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan security

(pengamanan atau perlindungan). Secara harfiah, dapat iartikan sebagai

pengendalian atau mengamanan terhadap emakhluk hidup. Dalam bidang

peternakan, biosecurity merupakan kegiatan iyang dirancang untuk mencegah

penyakit masuk ke dalam peternakan atau lmenyebar ke luar peternakan. Kegiatan

tersebut dilakukan dengan tujuan memisahkan inang (ternak) dari bibit penyakit.

Jika kegiatan biosecurity dilaksanakan dengan baik dan benar, maka

produktivitas, efisiensi ekonomi dan produksi akan ltercapai. Semua komponen

biosecurity, sistem yang diterapkan (vaksinasi, lpengobatan kontrol hewan liar,

dan lain lain) dan sarana serta prasarana yang ada memiliki arti tinggi terhadap

keberhasilan program security.

“Biosecurity” adalah kondisi ldan upaya untuk memutuskan rantai

masuknya agen penyakit ke induk semang ldan untuk menjaga agen penyakit

yang disimpan dan diisolasi dalam suatu llaboratorium tidak mengontaminasi atau

tidak disalahgunakan (Ida, 2017). Sedangkan “biosafety” adalah kondisi dan

upaya untuk melindungi personel atau operator lserta lingkungan laboratorium

dan sekitarnya dari agen penyakit hewan dengan icara menyusun protokol khusus,

menggunakan peralatan pendukung dan menyusun idesain fasilitas pendukung.

Perkembangan terkini terkait odengan food biosecurity adalah

kecenderungan intergasi dan kerjasama ylintas sektor. Secara internasional,

kecenderungan ini ditunjukan dalam perjanjian WTO tentang Sanitary and

Phytosanitary Measures (SPS) dan Convention on Biological Diversity (CBD)


5

dan Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati. Lebih lanjut dibahas olej

Codex FAO/WHO Alimentarius, International Plant iProtection Convention

(IPPC) dan kode etik FAO untuk perikanan yang bertanggung jawab.

3.2. Tujuan Biosecurity

a. Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit

b. Meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk semang

c. Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit

seminimal mungkin

3.3. Penerapan

Prinsip biosecurity idalam peternakan, yaitu isolasi, kontrol lalu lintas,

sanitasi, dan kontrol hama. Berikut beberapa contoh pelaksanaan biosecurity yang

dapat diaplikasikan di peternakan:

1. Isolasi

 Isolasi bertujuan iuntuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu

peternakan (farm) dan imenyebar keluar dari peternakan (farm). Ruang

lingkup isolasi meliputi waktu (misalnya istirahat kandang), jarak, dan

penghalang (barrier) fisik.

 Jarak antara peternakan satu dengan peternakan lain atau kompleks

penduduk idealnya paling tidak 1 km.

 Pembuatan pagar atau dinding yang membatasi peternakan dengan

lingkungan luar.

 Penetapan akses karyawan atau pengunjung yang boleh masuk ke

area peternakan/farm

 Pemeliharaan ayam broiler idengan sistem all in all out, atau one age

farming (peternakan satu umur) pada farm ayam layer. 


6

 Penetapan area bersih (wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan

cemaran/ penularan penyakit, imisalnya area kandang di mana ternak

dipelihara di kandang tersebut idan sekitarnya) dan area kotor (wilayah

yang kemungkinan banyak cemaran bibit penyakit, misalnya daerah di

luar area kandang seperti kantor, gudang, dll).

 Pada pintu keluar biasanya juga terdapat pintu khusus untuk

mendesinfeksi orang, alat, dll yang akan keluar untuk mencegah penyakit

dari dalam peternakan keluar.

2. Kontrol lalu lintas

 Penjadwalan dan pembatasan lterhadap person (karyawan, anak

kandang, pemilik, tamu) maupun kendaraan yang masuk ke peternakan,

pengangkutan peralatan, pakan, hasil produksi (ternak, telur), dan limbah

(kotoran dan limbah lainnya seperti bangkai ayam).

 Untuk transportasi kendaraan membuat jalur kotor dan jalur bersih

untuk mengurangi kemungkinan masuknya penyakit ke peternakan

 Desain pembangunan harus dibuat agar hewan lain tidak dapat masuk

 Jalan penghubung di dalam kandang perlu dibuat untuk mengangkut

kebutuhan ternak agar petugas kandang tidak melewati sembarang

tempat.

 Untuk pengontrolan terhadap beberapa kandang sekaligus dalam sekali

waktu harus dimulai dari kandang ternak yang paling muda (misalnya

dari kandang ayam yang berumur paling muda ke kandang ayam yang

lebih tua). Hal ini untuk mencegah agar penyakit dari ternak yang lebih

tua menular ke ternak yang lebih muda mengingat kondisi ternak yang

lebih muda lebih rentan penyakit daripada yang tua.


7

3. Sanitasi

 Hal perlu diperhatikan terkait sanitasi di antaranya udara, air, pakan,

peralatan, lingkungan, termasuk pekerja kandang dan tamu.

 Tidak boleh ada penumpukan kotoran serta bahan dan peralatan yang tidak

terpakai seperti peralatan, sisa lpakan, sampah, dan sebagainya karena

dapat menjadi sumber penyakit.

 Penyemprotan desinfektan, pencelupan tangan dan kaki harus selalu

dilakukan pada setiap orang yang masuk maupun keluar lokasi kandang.

Jika mampu, sebelum masuk lokasi kandang harus mandi dan berganti

pakaian agar tidak membawa penyakit dari luar masuk ke area

peternakan.

 Semua peralatan yang keluar masuk area kandang harus dipastikan sudah

melalui proses sanitasi.

 Dilakukan istirahat kandang setelah pembersihan kandang minimal 14 hari

untuk memastikan desinfektan bekerja secara optimal.

4. Kontrol hama

 Pembersihan area di sekeliling lkandang (paling tidak 15 meter di

sekeliling kandang) termasuk pemotongan/pembersihan rumput secaral

rutin agar tidak menjadi sarang penyakit karena bisa jadi agen-agenl

pembawa penyakit hidup di tempat ini.u

 Dilakukan program pembasmian serangga dan tikus secara rutin

misalnya dengan fogging untuk membasmi serangga seperti nyamuk.

3.3.1. Penerapan Pada Unggas


8

Menurut Jeffrey (1997), penerapan biosekuriti pada peternakan

ayam petelur adalah :

 Isolasi

Isolasi mengandung pengertian penempatan atau pemeliharaan

hewan di dalam lingkungan yang terkendali. Isolasi ini diterapkan juga

dengan memisahkan ayam berdasarkan kelompok umur. Selanjutnya,

penerapan manajemen all-in/all-out pada peternakan besar mempraktekan

depopulasi secara berkesinambungan, serta memberi kesempatan

pelaksanaan pembersihan dan disinfeksi seluruh kandang dan peralatan

untuk memutus siklus penyakit (Jeffrey 1997).

 Pengendalian lalu lintas

Pengendalian lalu lintas ini diterapkan terhadap lalu lintas ke

peternakan dan lalu lintas di dalam peternakan. Pengendalian lalu lintas ini

diterapkan pada manusia, peralatan, barang, dan bahan. Pengendalian ini

data berupa penyediaan lfasilitas kolam ldipping dan spraying pada pintu

masuk untuk kendaraan , penyemprotan ldesinfektan terhadap peralatan

dan kandang, sopir, penjual, dan petugas ilainnya dengan mengganti

pakaian ganti dengan yang pakaian khusus. iPemerikasaan kesehatan

hewan yang datang serta adanya Surat Keterangan Kesehatan Hewan

(SKKH).  (Jeffrey 1997).

 Sanitasi

Sanitasi ini meliputi praktek disinfeksi bahan, manusia, dan

peralatan yang masuk ke dalam peternakan, serta kebersihan pegawai di

peternakan (Jeffrey 1997). Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi


9

secara teratur terhadap bahan – bahan dan peralatan yang masuk ke dalam

peternakan. Pengertian disinfeksi adalah upaya yang dilakukan untuk

membebaskan media pembawa dari mikroorganisme secara fisik atau

kimia, antara lain seperti pembersihan disinfektan, alkohol, NaOH, dan

lain-lain (Anonymous, 2000). Sanitasi lpeternakan meliputi kebersihan

sampah, feses dan air yang digunakan. Air yang digunakan untuk

konsumsi dan kebutuhan lainnya harus memenuhi ipersyaratan air bersih

(Depkes, 2001). Salah satu perlakuan air yang umum dilakukan adalah

dengan menambahkan klorin 2 ppm. Untuk imenjamin bahwa air tersebut

memenuhi syarat air bersih, maka perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium secara berkala, minimum 1 tahun sekali.

Pangan dapat tercemar oleh mikroorganisme pada udara selama

proses, pengemasan, penyimpanan dan penyiapan. Cara yang efektif untuk

mengurangi pencemaran mikroorganisme dari udara antara lain praktek

higiene, penyaringan udara yang masuk ke ruang proses, dan penerapan

metode pengemasan yang baik (Marriott, 1999).

Intensitas pengambilan sampah idan limbah peternakan (kotoran

ayam) dilakukan pada periode ltertentu secara teratur, karena dapat

mengundang lalat atau insekta lain serta tumpukan sampah dapat menjadi

sumber pencemaran di peternakan (Jeffrey, 1997).

Penggunaan disinfektan harus memperhatikan kandungan

disinfektan tersebut sehingga ldisinfektan tidak lsalah penggunaannya dan

sesuai dengan syarat disinfektan yang baik, yaitu aman, efektif dan efisien.

Klasifikasi disinfektan dan disinfektan yang sering digunakan di

peternakan petelur dapat dilihat pada Tabel 1.


10

Tabel 1. Klasifikasi disinfektan dan disinfektan yang sering digunakan di

peternakan Petelur

Cara Kerja
Tipe
Terhadap Penggunaan Keterangan
Disinfektan`
Mikroba

Merusak sel

vegetatif,
Aktivitas
dehidrasi,
residu yang
denaturasi Peralatan-
Alkohol buruk,mudah
membran sel peralatan kecil
terbakar dan
dan dinding sel
mahal
bakteri gram

negative

Merusak spora

bakteri, Korosif,
Sistem perairan
inaktivasi beresidu tinggi,
Halogen dan rendam
enzim dan inefektif untuk
kaki
merusak bahan organik

membran sel

Ammonium Denaturasi Peralatan Tidak korosif,

Kuartener protein bakteri inkubasi dan beresidu

sistem rendah, efektif


11

pemberian untuk bahan

pakan organik

Agak sedikit

Merusak sel Penggunaan mengiritasi,

membran dan biasa untuk residu rendah


Fenol
denaturasi perlengkapan dan efektif

protein sel bangunan untuk bahan

organik

Merusak

endospora Beresidu

Agen bakteri, tinggi, korosif,


Peralatan kecil
Pengoksidasi menyerang inefektif untuk

membran bahan organik

sitoplasma

Sangat toksik,
Antimikrobial,
sedikit
denaturasi Fumigasi
Aldehid beresidu,
protein sel dan inkubator
sporisidal dan
merusak DNA
fungisidal

Arang destilasi Antimikrobial, Penggunaan Korosif,

denaturasi biasa untuk mengiritasi,

protein enzim bangunan residu rendah,

dan sel efektif dengan


12

membrane bahan organik

 Vaksinasi

Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui

vaksinasi. Antibiotika digunakan luntuk memberantas infeksi bakteri.

Karena tidak ada obat yang dapatl melawan infeksi virus, maka vaksinasi

sebelum infeksi terjadi di dalam lflok ayam menjadi pilihan utama untuk

melindungi ayam.

 Pencatatan Riwayat Flok

Mencatat riwayat flok adalah lcara yang mudah untuk menjaga

kesehatan flok ayam. Ayam harus secara lrutin diperiksa kesehatannya ke

laboratorium, dengan mengecek titer ldarahnya terhadap penyakit tertentu,

monitoring bakteriologis dan sampling lainnya.

Biosekuriti Peti Telur

Peti telur yang berasal dari luar peternakan sangat tidak boleh

masuk ke dalam area peternakan. Hal ini lbertujuan untuk mencegah agen-

agen pathogen ataupun yang berbahaya lmengkontaminasi area dalam

peternakan. Peti telur bekas yang terbuat ldari kayu dapat membawa

mikroba dari peternakan lain sehingga omampu menulari ayam yang

berada dalam peternakan.

Peralatan

Hindarkan peralatan dengan menggunakan bahan kayu karena

bahan ini sukar untuk didisinfeksi. iBahan yang dianjurkan adalah yang

menggunakan plastik atau stainless isteel karena kedua bahan ini mudah


13

dibersihkan dan tidak cepat rusak i(Marriott 1999). Pembersihan peralatan

yang efektif mengurangi peluang lterjadinya kontaminasi selama

penyiapan, penyimpanan, dan penyajian. lPembersihan berarti

penghilangan kotoran-kotoran yang kasat mata (visible) dari permukaan

peralatan dan bahan. Saniter berarti sehat atau higienis.

Higiene Penanganan Telur

Saat pengumpulan telur di kandang, telur yang utuh dan baik

dikumpulkan dengan menggunakan baki telur lplastik (egg tray) yang

dipisahkan dengan telur yang retak/kotor. Hal ini dilakukan untuk

mencegah telur yang baik terkontaminasi agen patogen yang mungkin

terdapat pada telur kotor/retak. Perlakuan yang dapat diterapkan terhadap

telur yang kotor adalah dengan cara dilap, tanpa dicuci terlebih dahulu.

Pada gudang penyimpanan telur, telur disimpan lpada egg tray terbuat dari

plastik yang telah dibersihkan dan didisinfeksi, atau jika tidak ada, telur

dapat diletakkan di dalam peti kayu baru ldengan sekam yang telah

didisinfeksi, terpisah dengan telur yang lretak/rusak. Telur yang retak

harus segera digunakan. Baki telur diletakkan di atas palet plastik setinggi

minimum 15 cm dari permukaan lantai dan berjarak minimum 15 cm dari

dinding.

3.3.2. Penerapan pada Ternak Sapi Perah Tradisional

 Pemerah

Misalnya menetapkan kualisifikasi (syarat) untuk menjadi pemerah,

kebersihan pemerah, kesehatan pemerah, frekuensi pemerah jarak waktu

antara membersihkan ambing dan proses pemerahan dan jarak waktu

pemerahan terakhir-penyetoran .
14

 Alat dan bahan pemerahan

Bahan yang digunakan untuk milkcan terbuat dari stainsless steel agar

tidak berkarat, menjaga kebersihan milkcan, memperhatikan bahan

saringan susu, menyediakan ember khusus untuk pemerahan,

memperhatikan kebersihan llap, sebelum memerah membersihkan ambing

dengan air hangat.

 Lingkungan

Memperhatikan llingkungan disekitar merupakan salah satu hal yang

harus diperhatikan misalnya lmemperhatikan saluran pembuangan &

tempat penampungan feses, jarak antara sumber air dan kandang, jarak

antar pemukiman warga dan kandang, sirkulasi & penyinaran kandang

serta kualitas air yang digunakan.

 Kandang

Lantai kandang harus kuat ldan kokoh dan mudah dibersihkan agar

tidak menjadi sarang penyakit, sirkulasi ludara dan penyinaran yang

masuk harus tercukupi, tempat pakan berbentuk lcekung dan mudah

dibersihkan, tempat minum terbuat dari bahan yang ltidak mudah berkarat

serta terpidah dari tempat pakan, dan ukuran kandang harus sesuai dengan

kebutuhan ternak.

 Ternak

Menjaga kebersihan dan kesehatan lternak, melakukan pemeriksaan

sapi laktasi secara berkala, melakukan pencacatan produksi , kesehatan &

reproduksi

 Proses pemerahan
15

Pada saat proses pemerahan sapi sebelumnya harus dimandikan dan

membersihkan ambing serta puting menggunakan air hangat, melakukan

pemeriksaan ambing sebelum memulai lpemerahan, membuang susu awal,

tidak menggunakan vaseline, maksimal lama pemerahan 5-8 menit.

 Pasca pemerahan

Setelah melakukan pemerahan bersihkan ambing dan puting

menggunakan air hangat, sanitasi puting ldengan menggunakan rivanol,

PK dll, menyaring susu dengan kain blacu lwarna putih, tidak

menambahkan bahan lain pada milkcan, untuk pengiriman susu ke TPK

maksimal 20 menit setelah pemerahan.

3.4 Tingkatan Biosecurity

3.4.1 Tingkat I (Biosecurity Konseptual)

Menurut Smith dkk (2008) tingkatan lPertama ini merupakan dasar daril

biosecurity. Pada tataran ini meliputi aspek lpemilihan lokasi usaha ipetrenakan di

suatu daerah yang bertujuan untuk memisahkan ljenis latau umur unggas yang

sama, sehingga akan menghindari kontak hewan lyang kita piara dengan lhewan

liar/hewan lain.

Selain itu lpenempatan lokasi peternakan llyang tidak jauh dari jalan

umum dan fasilitas pelayanan lain seperti kalau ipeternakan ayam, dekat dengan

penetasan telur, pabrik pakan, dan iRPA (Rumah Potong Ayam). Lokasi

sebaiknya jauh dari danau atau isaluran air dan ijuga perlintasan migrasi burung-

burung lliar.
16

Dalam pemilihannya lkita juga harus memikirkan iimplikasi pemeliharaan

hewan yang umurnya tidak isama. Ini luntuk menghindari irolling infection dari

hewan tua ke hewan muda atau sebaliknya.

3.4.2 Tingkat II (Biosecurity Struktural)

Pada tingkatan ini berhubungan ldengan tata letak peternakan. Ini

menyangkut beberapa hal, di antaranya:

 Pemagaran kawasan lpeternakan agar tidak dilintasi oleh orang dari luar.

 Pemagaran areal kandang ldengan pintu pengaman untuk meminimalisir

masuknya hewan lain dan lberpindahnya/melintasnya operator ke

kandang lain.

 Ketersediaan air bersih dan lbebas agen patogen, dan adanya treatment

terhadap air yang akan ldikonsumsi (dengan klorin, peroksida atau

lainnya)

 Adanya fasilitas pelayanan lperusahaan yang memadai seperti kantor,

gudang (pakan, obat, dan peralatan), kamar iganti pakaian dan kamar

mandi.

 Adanya supali air dan listrik lyang cukup dan ltempat yang representatif

untuk desinfeksi kendaraan yang lkeluar masuk lokasi farm. (adanya car

dip dan sprayer di pintu gerbang lmasuk farm)

 Adanya jalan yg baik, aman dan ldipagari untuk memudahkan

pembersihan dan pencegahan penyebaran lpenyakit.

 Adanya tempat khusus untuk lpemusnahan bangkai (disposal pit)

 Lokasi yang aman untuk ytempat pakan, peralatan, litter di tempat yang

terpisah dari kandang untuk imencegah kontaminasi.

3.4.3 Tingkat III (Biosecurity Operasional)


17

Tataran ini merupakan prosedur omanajemen dan kegiatan/rutinitas untuk

mencegah kejadian dan penyebaran ppenyakit di suatu farm (termasuk di

antaranya proses pembersihan, idesinfeksi dan sanitasi kandang/farm).

Dari ketiga tingkatan level ini yang ipaling fleksibel dan bisa diubah

sewaktu-waktu disesuaikan dengan kondisi ipada saat itu. Pada tingkatan ini harus

ada petunjuk operasional yang jelas tentang:

 Prosedur rutin yang harus ydilakukan dan disertai perencanaan jika ada

hal-hal tak terduga seperti wabah rpenyakit, dan lain-lain dan disiapkan

untuk setiap jenjang lmanajemen idari manajer, supervisor, operator

dan tamu.

 Prosedur standar harus diarahkan euntuk pelaksnaan dekontaminasi,

desinfeksi setelah lkandang kosong; juga penyimpanan, pencampuran

dan aplikasi pemberian vaksin denganw berbagai cara pemberian yang

berbeda.

 Prosedur khusus yang diterapkan pada isaat memasuki dan

meninggalkan farm untuk setiap karyawan dan tamu.

 Pengawasan yang ketat diperlukan ountuk mencegah kontak dengan

hewan lain (unggas eksotik, ayam kampung) untuk farm ayam.

 Dengan menerapkan 3 tingkatan biosecurity tersebut secara baik dan

benar diharapkan akan mencegah idan meinimalisir masuknya agen

patogen dan penyebaran penyakit dari iluar lokasi usaha ke ternak kita.
18

IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Biosecurity merupakan kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit

masuk ke dalam peternakan atau menyebar ke luar peternakan. Biosafety

adalah kondisi dan upaya untuk melindungi personel atau operator serta

lingkungan laboratorium dan sekitarnya dari agen penyakit hewan dengan

cara menyusun protokol khusus, menggunakan peralatan pendukung dan

menyusun desain fasilitas pendukung.

2. Penerapan Biosecurity dalam peternakan pada ayam dan sapi perah

meliputi isolasi, kontrol lalu lintas, sanitasi, dan kontrol hama.

a. Isolasi bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam

suatu peternakan (farm) dan menyebar keluar dari peternakan (farm)

b. Kontrol lalu lintas, Penjadwalan dan pembatasan terhadap person

(karyawan, anak kandang, pemilik, tamu) maupun kendaraan yang

masuk ke peternakan, pengangkutan peralatan, pakan, hasil produksi

(ternak, telur), dan limbah (kotoran dan limbah lainnya seperti

bangkai ayam).

c. Hal terkait sanitasi diantaranya udara, air, pakan, peralatan,

lingkungan, termasuk pekerja kandang dan tamu.

d. Kontrol hama, Pembersihan area di sekeliling kandang (paling tidak

15 meter disekeliling kandang)


19

3. Tingkatan pada Biosecurity :

- Tingkat Tingkat I (Biosecurity Konseptual), tingkatan lPertama ini

merupakan dasar daril biosecurity.

- Tingkat II (Biosecurity Struktural), Pada tingkatan ini berhubungan

dengan tata letak peternakan.

- Tingkat III (Biosecurity Operasional), tataran ini merupakan prosedur

manajemen dan kegiatan/rutinitas untuk mencegah kejadian dan

penyebaran ppenyakit
20

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2000. Katalog Produk. Jakarta: Agro makmur Sentosa.

Bagus, Ida Ngurah Swacita. 2017. Bahan Ajar Kesehatan Masyarakat Veteriner:

Biosekuriti. Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan,

Universitas Udayana, Denpasar-Bali.

Biosecurity. 2009. Diakses dari http://sumberbelajar.seamolec.org/product.php?

id=NWExMjg5OTc4NjVlYWM2YjJkZDY1YjA2 pada 15 Maret 2020

Boklund, A., Alban, L., Mortensen, S., & Houe, H. (2004). Biosecurity in 116

Danish fattening swineherds: Descriptive results and factor analysis.

Preventive Veterinary Medicine.

https://doi.org/10.1016/j.prevetmed.2004.08.004

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Kumpulan Modul Kursus

Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman Jakarta:

Yayasan Pesan.

Jeffrey JS. 1997. Biosecurity for poultry flocks. Poultry fact sheet 1(26).

http://www.vmtrc.ucdavis.edu.html [14 Maret 2020].

Marriott, N. G. 1999. Principles of Food Sanitation 4th ed. Gaithersburg,

Maryland: AN Aspen Publication.

Pinto, C. J., & Urcelay, V. S. (2003). Biosecurity practices on intensive pig

production systems in Chile. Preventive Veterinary Medicine.

https://doi.org/10.1016/S0167-5877(03)00074-6

Smith, Gill, J., Segal & Segal. (2008). Stres: preventing burnout.

http://www.china-consult.com.au/2009/11/20/3240/ Diakses 15 Maret

2020.
21

Tingkatan Biosecurity. 2011. Diakses dari

https://ejournal.unisnu.ac.id/JDC/article/view/577 pada 15 Maret 2020

pada 15 Maret 2020

Yee, K. S., Carpenter, T. E., Mize, S., & Cardona, C. J. (2008). The Live Bird

Market System and Low-Pathogenic Avian Influenza Prevention in

Southern California. Avian Diseases. https://doi.org/10.1637/8138-

101207-reg.1
22

LAMPIRAN
Nama NPM Tugas
Rizqy Fauzan R 180004 Cover, Daftar Isi, Editor
Rifa Nurul Sofa 180071 Penutup
Nur Fitri Puspita Sari 180101 Pembahasan 2
Nelvin 180159 Pendahuluan
M. Iqbal Murdiyanto 180202 Tinjauan Pustaka
Jundi Fauzan 180252 Pembahasan 3
Nafila Ni’amillah S 180297 Pembahasan 1

Anda mungkin juga menyukai