Definisi Pasak Bumi
Definisi Pasak Bumi
Definisi Pasak Bumi
TINJAUAN PUSTAKA
4
malaria (Siburian dan Marlinza, 2009) dan berfungsi sebagai afrodisiak atau obat
kuat (Nainggolan dan Simanjuntak, 2005). Kulit dan batangnya dapat
dipergunakan untuk mengobati demam, sariawan, sakit tulang, cacing perut,
serta sebagai tonik setelah melahirkan. Daunnya digunakan untuk mengobati
penyakit gatal, sedangkan bunganya dipergunakan untuk mengobati sakit kepala,
sakit perut dan nyeri tulang (Ginting, 2010).
Indonesia adalah hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis di diberi julukan
negara megabiodiversity karena kekayaan keanekaragaman flora dan faunannya.
Salah satu bentuk keanekaragaman hayati tersebut adalah tumbuhan obat.
Menurut Susilawati dan Wibowo (2010) di Indonesia diperkirakan memiliki
30.000 jenis tumbuhan dan sekitar 1260 spesies diantaranya bekhasiat sebagai
obat. Pelestarian keanekaragaman hayati tersebut menjadi penting dan harus
dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak.
Hutan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung, hutan dapat
menghasilkan kayu industri, kayu bakar, dan hasil hutan non kayu, menyediakan
lahan untuk pemukiman, pertanian dan lain-lain. Sedangkan manfaat secara tidak
langsung, hutan dapat mengatur tata air alam (hidrologi), menyimpan karbon,
melestarikan keanekaragaman hayati dan habitat, pasokan oksigen dan sebagai
obyek wisata (Nelawati, 2015).
5
berwarna coklat keabu-abuan, licin. Daun, daunnya majemuk menyirip,
jumlahnya ganjil, panjang: 0,3-1 m, dengan anak daun berjumlah 20-30 pasang,
berbentuk oblong, bergelombang, warna daun hijau tua, berukuran: 5-25 cm x
1,25-3 cm, pinggirnya bergelombang, tangkai daun berwarna coklat kehitaman.
Bunga, bunga bersifat monoceus atau dioceus, tetapi biasanya dijumpai sebagai
dioceus. Berwarna merah jingga, lebar bunga 0,6 cm, berbulu halus dengan
benjolan kelenjer diujungnya, ada 2 kelompok tumbuhan yaitu tumbuhan
berbunga jantan (tidak menghasilkan buah) dan tumbuhan betina (mampu
menghasilkan buah).
6
Daun, pasak bumi dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, sariawan, dan
meningkatkan nafsu makan. Bunga dan Buah, pasak bumi digunakan untuk obat
disentri. Kayu , menurut sifat fisis, mekanis dan keawetan, kayu pasak bumi
memiliki berat jenis 0,65, kelas awet 4-5 dan kelas kuat II. Kayu golongan ini
dapat digunakan keperluan kontruksi
7
Berdasarkan wawancara dengan penduduk lokal diketahui bahwa pasak bumi
hampir tidak pernah diambil untuk keperluan obat-obatan tradisional seperti obat
malaria (Herianto dkk., 2006).
Sistem pemungutan pasak bumi yang ektensif merupakan ancaman bagi
keberadaan spesies tersebut karena sampai saat ini masyarakat belum mampu
melakukan budidaya dan proses pertumbuhan pasak bumi yang lambat
(Kartikawati dkk., 2014). Hussein et al., (2005) menyatakan bahwa selama ini
perbayakan pasak bumi hanya mengandalkan biji di alam. Padahal sebagai
tanaman yang memiliki sifat rekalsitran, persentase perkecambahanya cenderung
rendah dan memerlukan waktu yang cukup lama akibat embrio zigotik yang
belum matang saat pemencaran. Selain itu prilaku berbunga yang tidak tentu dan
pertumbuhan yang lambat mengakibatkan tanaman ini semakin jarang ditemui.
8
Pola penyebaran populasi terbagi menjadi 3 yaitu mengelompok, acak dan
seragam. Dalam menganalisa pola penyebaran pasak bumi di Hutan Larangn Adat
Kenegrian Rumbio dilakukan pengukuran indeks morisita dan diujikan dengan uji
chi kuadrat, dimana nilai indeks morisita relatif tidak bergantung oleh tingkat
kepadatan (Rani, 2003). Pola penyebaran mengelompok dapat dikatakan pola
sebaran alami mengingat pasak bumi yang ditemukan dalam plot pengamatan
berada tidak jauh dari pohon individunya. Pola sebaran spesial suatu spesies dapat
diidentifikasikan dengan menggunakan berbagai macam indeks sebaran antara
lain:
Koofisien green
Id = n
Ket: ∑x2= jumlah kuadrat untuk bilangan individu dalam satu subplot
n = jumlah suplot
Wahyudi (2010) dan Zulfahmi (2015) Jika Id = 1 maka pola penyebaran
adalah acak/Random, Id < 1 maka pola penyebaran adalah seragam/uniform, dan
jiaka Id > 1 maka pola penyebaran adalah mengelompok/agregat (contagious) .
Indeks morisita (Id) adalah indeks yang paling sering digunakan untuk
mengukur pola sebaran suatu spesies, karena hasil perhitungan dari indeks
tersebut tidak dipengaruhi oleh perbedaan nilai rataan dan ukuran unit sampling.
Indeks morisita dapat menunjukan pola sebaran suatu spesies dengan sangat baik.
Indeks ini bersifat independen terhadap tipe-tipe distribusi, jumlah sampel dan
nilai rataannya. Beberapa ukuran contohnya, indeks morisita akan memberikan
9
hasil yang relatif stabil. Standarisasi indeks morisita dengan meletakkan suatu
skala absolut antara -1 hingga 1. Suatu penelitian simulasi membuktikan bahwa
indeks ini merupakan metode terbaik untuk mengukur pola sebaran spesial suatu
individu karena tidak bergabung terhadap kepadatan populasi dan ukuran sampel
(Rani, 2003).
Kepadatan dapat diartikan sebagai bilangan individu yang menempati di
dalam satu unit luas kawasan. Kepadatan populsi meliputi fase kecambah (semai),
juvena dan dewasa diperoleh dengan menghitung bilangan individu masing-
masing dalam plot yang telah di tetapkan keluasannya. Rumus kepadatan Adam
dkk., 2004) populasi yaitu:
Di = ni/A
Dengan
10