Kasus Psikiatri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BORANG PORTOFOLIO KASUS PSIKIATRI

Topik :
Gangguan Cemas Menyeluruh
Tanggal MRS :
8 Agustus 2015
Presenter :
Tanggal Periksa :
8 Agustus 2015
Tanggal Presentasi :
Pendamping :
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Wanita, usia 18 tahun, dengan keluhan: lemas
Tujuan :
Penegakkan diagnose dan pengobatan yang tepat dan tuntas
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Nn. N, wanita, 18 tahun
No. Registrasi : 0543xx
Nama RS : RSM Ahmad Dahlan Kediri
Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien wanita usia 18 tahun merasa lemas seluruh tubuh sejak
pagi hari. Pasien pingsan sekali satu hari yang lalu. Pasien tidak mau berbicara sama sekali.
Muntah (-), nyeri ulu hari (+), pasien sering makan tidak teratur, makan minum menurun.
Pasien kooperatif dan tampak insecure
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum berobat ke dokter dan belum mengonsumsi obat apaupun
sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien tidak pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat opname (-), operasi (-)
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien
5. Riwayat Pekerjaan : Pasien adalah pelajar SMA
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien memiliki masalah dengan keluarga. Pasien
tidak boleh pergi keluar rumah, lalu pasien tidak mau berbicara sama sekali
7. Lain-lain : Daftar Pustaka :
1. Idrus F. Anxietas dan Hipertensi. [online]. 2006 Mar 1 [cited 2008 Mar 16] ; Vol.27 No.1,
Available from URL : http://www.j_med_nus.com
2. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p. 162.
3. Wibisono S. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi Mutakhir. Jakarta; 1990
4. Maramis W.F. Nerosa. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2004.
p.250-62
1

5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa / PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001. p. 74.
6. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga. Jakarta :
Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001.
Hasil Pembelajaran :
1. Gangguan Cemas Menyeluruh
2. Penegakan diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
3. Tatalaksana Gangguan Cemas Menyeluruh
4. Faktor risiko Gangguan Cemas Menyeluruh

1. LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN:

Nama pasien
Usia
Jenis Kelamin
No. RM
Alamat
Agama
Suku
Warga Negara
Bahasa
Pekerjaan
Status pernikahan

: Nn. N
: 18 tahun
: Wanita
: 0543xx
: Kec. Mojoroto, Kediri
: Islam
: Jawa
: Warga Negara Indonesia (WNI)
: Jawa, Indonesia
: Pelajarr SMA
: Belum menikah

SUBJECTIVE:

Keluhan Utama: Lemas


RPS: Pasien wanita usia 18 tahun merasa lemas seluruh tubuh sejak pagi hari.
Pasien pingsan sekali satu hari yang lalu. Pasien tidak mau berbicara sama sekali.
Menurut keterangan keluarganya, pasien mulai mengurung diri di dalam
kamarnya sejak 2 hari yang lalu. Pasien hanya keluar kamar saat sekolah. Muntah
(-), nyeri ulu hari (+), pasien sering makan tidak teratur, makan minum menurun.

Pasien kooperatif dan tampak insecure


RPD: Riwayat seperti ini sebelumnya (-), riwayat sakit maag (-), riwayat penyakit
bawaan lahir (-), demam (-), gangguan pencernaan (-)

OBJECTIVE:
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: cukup


Vital sign
o GCS 456
o Tensi: 100/60 mmHg
3

o Nadi: 92x/menit
o RR: 20x/menit
o Temp: 37 oC
Kepala leher:
o AICD -/-/-/o pembesaran KGB (-)
o JVP: R + 0 cm
Thorax:
o Pulmo:
Inspeksi : simetris
Palpasi : ekspansi dinding dada simetris, stem fremitus normal
Perkusi : son/son
Auskultasi: ves +/+, Rh -/-, Wh -/o Cor:
Inspeksi: hemithorax bulging (-), ictus cordis tak tampak
Palpasi: kuat angkat (-), thrill (-), ictus cordis tak teraba
Perkusi: ukuran jantung normal
Auskultasi: S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Palpasi: soefl, H/L ttb, Turgor normal
o Perkusi: tympani, shifting dullness (-)
Ekstrimitas : hangat kering merah, CRT < 2 detik, edema -/Pemeriksaan psikiatri : sulit untuk dievaluasi karena pasien tidak mau bicara

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Hb

13,2

11 16,5 g/dL

Leukosit

7.770

4000 10.000 sel/mm3

PCV

37,9

35 50 vol %

Trombosit

237.000

150.000 500.000 sel/mm3

MCV

81,2

80 97 fL

MCH

28,3

26,5 33,5 pg

MCHC

34,8

31,5 35 g/dL

Neutrofil

54,1

46 73 %

Limfosit

29,5

17 48 %

Monosit

10,4

4 10 %

Assesment: Gangguan Cemas Menyeluruh


Planning:

Planning therapy:
o Inf RL 14 tpm
o Inj neurobion (im) 1 amp extra
o Inj Ranitidin 2xI
o Po epysan syr 3xCI
o Po Neurodex 1x1
o Po Diazepam 1x2,5mg
Terapi dokter spesialis kedokteran jiwa

o Serlof 2/3 tab


o Zofredal 0,5 mg
Mfla pulv No. III
S001
Planning monitoring:
o Keluhan subyektif
o Tanda vital
Edukasi: mengenai kondisi terkini pasien, tatalaksana apa yang akan dilakukan,
komplikasi yang mungkin terjadi.

2. PEMBAHASAN
Gangguan Cemas Menyeluruh
Dari studi kepustakaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan
bahwa istilah cemas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Persamaan
kata kecemasan adalah anxietas. Kata dasar anxietas dalam bahasa Indo Jerman
adalah angh yang dalam bahasa latin berhubungan dengan kata angustus, ango,
angor, anxius, anxietas, angina. Kesemuanya mengandung arti sempit atau
konstriksi. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah anxiety neurosis. Kata
anxiety diambil dari kata angst yang berarti ketakutan yang tidakperlu . Pada
mulanya Freud mengartikan anxietas inu sebagai transformasi lepasnya ketegangan
seksual yang menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan saluran
pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir
yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya anxietas diartikan
sebagi suatu respon terhadap situasi yang berbahaya.
Cemas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan,
tidak menentu, menakutkan, dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya
atau ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik
tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.
Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu
keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang
kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai oleh
berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial,
pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini
merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menatap selama

beberapa minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa
depan, ketegangan motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan.

Epidemiologi
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan cemas yang paling sering
dijumpai, diklinik, diperkirakan 12 % dari seluruh gangguan cemas. Prevalensinya di
masyarakat diperkirakan 3 %, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5 %.
Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2%
-5%. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang
datang meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan
wanita.

Etiologi
Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua
faktor yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, factor biologic dan
psikologik.

Faktor

biologik

yang

berperan

pada

gangguan

ini

adalah

neurotransmitter. Ada tiga neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan


ini yaitu, norepinefrin ,serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA. Namun
menurut Iskandar neurotransmitter yang memegang peranan utama pada gangguan
cemas menyeluruh adalah serotonin, sedangkan norepinefrin terutama berperan pada
gangguan panik.
Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan
percobaan pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada
perangsangan locus sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang

meningkatkan kadar norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan,


sedangkan obat-obatan menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi.
Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan
norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya cemas, sedangkan Gamma
Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya kecemas ini.
Pengaruh dari neutronstransmitter ini pada gangguan cemas didapatkan dari peranan
benzodiazepin pada gangguan tersebut. Benzodiazepin dan GABA membentuk
GABABenzodiazepin complex yang akan menurunkan kecemasan. Penelitian pada
hewan primata yang diberikan suatu agonist inverse benzodiazepine Beta-CarbolineCarboxylic-Acid (BCCA) menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan cemas.
Mengenai peranan serotonin dalam gangguan cemas ini didapatkan dari hasil
pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap cemas seperti
buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A (5-HT
1A).Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex
sehingga ia dapat berperan sebagai anti cemas. Kemungkinan lain adalah interaksi
antara serotonin dan norepinefrin dalam mekanisme kecemas sebagai anti cemas.
Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik yang berperan dalam terjadinya
cemas ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu : teori psikoanalitik, teori
behavorial, dan teori eksistensial. Menurut teori psiko-analitik terjadinya cemas ini
adalah akibat dari konflik unconscious yang tidak terselesaikan. Teori behavior
beranggapan bahwa terjadinya cemas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak
teliti terhadap bahaya. Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang
selektif pada detil-detil negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses
informasi, dan pandangan yang negative terhadap kemampuan pengendalian dirinya.
Teori eksistensial bependapat bahwa terjadinya cemas adalah akibat tidakadanya

rangsang yang dapat diidentifikasi secara spesifik. Ketiadaan ini membuat orang
menjadi sadar akan kehampaannya di dalam kehidupan ini.
Gambaran klinik
Gejala utama dari ganguan cemas adalah rasa cemas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan berlebihan dan
mengganggu aspek lain kehidupan pasien. Gejala klinis Gangguan Cemas
Menyeluruh meliputi:

Penderita menunjukkan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir


setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating atau
mengambang)

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:


o Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dll)
o Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai, dsb)
o Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnea, jantung
berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan
gangguan lainnya)

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan


serta keluhan somatik berulang yang menonjol

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),


khususnya depresi, tidak membetalkan diagnosis utama Gangguan cemas
menyeluruh, selema hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi, gangguan cemas fobik, gangguan panik atau gangguan obsesif kompulsif.

Diagnosis
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnostik untuk gangguan campuran cemas
menyeluruh adalah sebagai berikut:
1. Penderita harus menunjukkan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjolkan pada keadaan situasi khusus tertentu saja.
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk , sulit
konsentrasi dan dsb.)
b) ketegangan motorik (gelisah,sakit,kepala,gemetaran tidak dapat santai)
c) overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan , berkeringat, jantung berdebardebar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dsb)
d) pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
e) adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi (F32.), gangguan cemas fobik (F40) gangguan panik (F41,0) atau
gangguan obsesif-kompulsif (F42).

Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan kecemasan menyeluruh adalah semua kondisi
medis yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia
darah standar, elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan

10

intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulan, putus alkohol dan putus sedatif atau
hipnotik.

Terapi
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh
adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi.
Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang terlibat.
1. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi:
a) Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka panjang dan
jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi
kognitif pasien dan pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara
langsung.
b) Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi
pasien.
c) Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah
sadar dan mengenali keuatan ego pasien.
2. Farmakoterapi
Golongan benzodiazepine sebagai drug of choice dari semua obat yang
mempunyai efek anti-cemas, disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya.
Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti-cemas, anti konvulsan, anti
insomnia, premdikasi tindakan operatif.
a. Diazepam : broadspektrum

11

b. Nitrazepam : dosis anti-cemas dan anti insomnia berdekatan lebih efektif


sebagai anti insomnia
c. Clobazam : psychomotor performance paling kurang terpengaruh, untuk
pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif
d. Lorazepam : short half life benzodiazepine , untuk pasien-pasien dengan
kelainan fungsi hati dan ginjal.
e. Alprazolam : efektif untuk cemas antisipatorik, onset of action lebih cepat dan
mempunyai komponen efek anti depresi.

Prognosis
Perlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar
diramalkan. Sebanyak 25 % dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik.
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Nama peserta

: dr. Bramantyo Aji Wicaksono

Judul/topik

: Gangguan Cemas Menyeluruh

Nama pendamping

: dr. Erika Widayanti Lestari, MMR

Nama wahana

: Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Nama Peserta Presentasi

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Tanda Tangan

12

15.
16.
17.
18.
19.
20.

15.
16.
17.
18.
19.
20.
Pendamping,

dr. Erika Widayanti Lestari, M.M.R

BORANG PORTOFOLIO

KASUS JIWA
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Dokter Internship
Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri

Pendamping:
dr. Erika Widayanti Lestari, M.M.R
Oleh:
dr. Bramantyo Aji Wicaksono

13

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN


KOTA KEDIRI
2015
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PERSETUJUAN
PENDAMPING

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan ini beserta sumber yang dikutip
maupun dirujuk, telah dinyatakan benar dan tanpa plagiarisme sesuai dengan aturan
yang berlaku. Apabila ditemukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab
dan menerima sanksi yang diberikan sepenuhnya.
Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan salah satu kegiatan praktik klinis di
rumah sakit berupa portofolio kasus jiwa. Laporan dengan judul GANGGUAN
CEMAS MENYELURUH ini telah disetujui oleh pendamping internship dari wahana
RS Muhammadiyah Ahmad Dahlan, Kota Kediri, Jawa Timur.

Kediri, 13 Februari 2016


Pendamping,

Penyusun,

dr. Erika Widayanti Lestari, MMR

dr. Bramantyo Aji Wicaksono

Direktur RSM Ahmad Dahlan Kediri

Dokter Internship
14

15

Anda mungkin juga menyukai