Evapro PKM Nosarara Iship

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MANAJEMEN Februari 2022

LAPORAN MANAJEMEN PROGRAM GIZI

DI PUSKESMAS NOSARARA

Disusun oleh :

dr. Lutfitiastuti

Pembimbing :

dr. Suharia Hafid

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

UPTD PUSKESMAS NOSARARA

PALU

2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal
serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh
kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh
tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta
terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat
dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular
terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan
kesehatan individu dan masyarakat (Kemenkes, 2014)
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi
dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama
kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia
merupakan akibat penyakit tidak menular (Kemenkes, 2014)
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010) naik
dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas 2007,
2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 lakilaki obese
19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010, 2013].

2
Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan minuman
kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam; tetapi kekurangan asupan
pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serealia utuh, serta kurang
melakukan aktivitas fisik (Kemenkes,2014).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus
(wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.
Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar
36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut-turut
18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah sampai remaja
berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28,5% (Kemenkes, 2014)
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu
sejak janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap
perkembangan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang pada
gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan berpikir serta
terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan
dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan
diabetes (Kemenkes, 2014).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kinerja program gizi di
wilayah puskesmas Nosarara
2. Sebagai pemenuhan syarat dalam menyelesaikan Makalah Dokter
Internsip

3
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Profil UPTD Puskesmas Nosarara


Puskesmas Nosarara terletak di Kecamatan Tatanga Kota Palu. Luas
wilayah Kecamatan Tatanga sebesar 14, 95 Km² dengan luas wilayah
administrasi dapat dilihat pada gambar peta dibawah ini :

Gambar 1. Wilayah Administrasi Kecamatan Tatanga

Puskemas Nosarara adalah salah satu Puskesmas dari tiga Puskesmas


yang ada di Kec. Tatanga, wilayah kerjanya seluas 6.0 km 2. Puskemas
Nosarara terbagi dalam tiga kelurahan yaitu kelurahan Palupi, kelurahan
Pengawu, dan kelurahan Tavanjuka.

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di


wilayah kerja Puskesmas Nosarara pada tahun 2020 menunjukan bahwa
16.873 jiwa penduduk yang berusia (0-44 tahun), usia (45-59 tahun) sebesar

4
4076 jiwa , usia (60-69 tahun) sebesar 956 jiwa, dan usia ( >70 tahun)
sebesar 410 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar 22.315 jiwa yang terdiri
dari 11.160 jiwa Laki-laki dan 11.155 jiwa Perempuan.

Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk

Pengawu 2,17 7.472


Palupi 1,64 9.870
Tawanjuka 2,19 4.973
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Luas Wilayah Kerja
Puskesmas Nosarara

Grafik 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok


Umur Wilayah Puskesmas Nosarara Tahun 2020

9000

8000

7000

6000

5000
Laki-laki
4000 Perempuan

3000

2000

1000

0
0-44 tahun 45-59 tahun 60-69 tahun >70 tahun

Keterangan 0-44 Tahun 45-59 Tahun 60-69 Tahun >70 Tahun

5
Laki-Laki 8.489 2.036 472 163
Perempuan 8.384 2.040 484 247

2.2 Program Gizi


Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas
hidup dan produktifitas kerja. Oleh karena salah satu program Puskesmas
Nosarara yaitu program meningkatkan status gizi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Nosarara. Upaya meningkatkan status gizi masyarakat
pada hakikatnya dimaksudkan untuk mencegah dan menangani
permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Masalah gizi adalah gangguan
kesehatan eseorang/masyarakat yang disebabkan tidak seimbangnya
pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.

Beberapa program yang sering dilakukan di Puskesmas Nosarara,


terkait masalah gizi antara lain:

a. Penimbangan Balita di Posyandu


Dalam upaya untuk meningkatkan gizi di Posyandu de menimbang
berat badan bayi dan deteksi dini gangguan pertumbuhan. Pemantauan
pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menentukan adanya
pertumbuhan hambatan pada tahap awal. Untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan anak-anak, perlu untuk menimbang anak sebulan
sekali. (6)
b. Pemantauan Status Gizi
Gizi yang baik adalah salah satu unsur penting untuk mewujudkan
manusia yang berkualitas. Pemenuhan gizi anak harus diperhatikan
terutama pada balita karena pada masa ini pertumbuhan mengalami
peningkatan yang sangat pesat (fase "Golden Age") yang dapat
berpengaruh terhadap status gizi balita. Status gizi adalah keadaan tubuh
yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk
ke dalam tubuh.(7) Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan

6
(Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain), tidak didasarkan pada Berat
Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan BB/U dilakukan untuk
memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan deteksi dini anak
yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat badan
anak dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana
pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang
Rumah Sakit), dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang
Anak dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan
antara anak laki-laki dan perempuan (7).
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan table
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥2
tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB).

7
c. Pemberian Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu gizi penting yang larut dalam
lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga
harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan,
pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka
kesakitan, karena itu vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA. Akibat lain
yang berdampak sangat serius dari kekurangan vitamin A adalah buta
senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea
dan kebutaan.
Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun kebawah mengalami
kekurangan Vitamin A, bahkan World Health Organization (WHO)
memperkirakan terdapat 250 juta anak prasekolah yang mengalami
kebutaan dan separuh anak ini kemudian meninggal dalam jangka waktu
12 bulan akibat kekurangan Vitamin A. Menurut International Vitamin A
Consltative Group merekomendasikan bahwa program supplementasi
vitamin A dosis tinggi perlu diberikan kepada balita dan juga ibu nifas. Di
Indonesia pemberian vitamin A diberikan dalam rangka mencegah
kebutaan pada anak, dengan pemberian dilakukan pada bulan Februari dan

8
Agustus, dengan rentang pemberian pada anak usia 6-59 bulan. Begitupun
dengan pelaksanaan di Puskesmas Nosarara, dimana pemberian vitamin A
ini diadakan pada usia anak 6-59 bulan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian
vitamin A yaitu salah satunya dengan cara mempromosikan melalui
penyebarluasan informasi khususnya tentang vitamin A dan program
terpadu lainnya, hal ini perlu dilakukan sebelum bulan kapsul (Februari
dan Agustus) dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan pemberian
kapsul vitamin A yang melibatkan unsur masyarakat dan keluarga.

d. Pemberian Tablet Tambah Darah


Anemia merupakan salah satu dari 6 masalah gizi yang ada di
Indonesia saat ini. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) proporsi anemia
ibu hamil sebesar 46,9% dan anemia remaja sebesar 48,9%. Berdasarkan
hal tersebut anemia lebih banyak dialami pada remaja. Anemia pada
remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi,
prestasi belajar, kebugaran remaja, khususnya pada remaja putri yang
mengalami menstruasi setiap bulan.(9,10)
Oleh karena itu Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengatasi
hal tersebut yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 yaitu pada sasaran
pokok yang pertama berupa meningkatnya status kesehatan ibu dan Anak.
Usaha yang dilakukan pemerintah indonesia yaitu melalui usaha kesehatan
sekolah dan remaja.(9,10)
Salah satu program pemerintah yaitu pemberian Tabet Tambah
Darah (TTD) pada remaja putri. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018)
bahwa Remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD)
sebesar 76,2% yang terdiri dari sebanyak 80,9% diantaranya mendapatkan
TTD di sekolah dan 19,1% menyatakan tidak didapatkan dari sekolah.
Sedangkan yang tidak mendapatkan TTD sama sekali yaitu sebesar 23,8%.
Tingkat konsumsi TTD yang < 52 butir sebesar 98,6% dan yang
mengkonsumsi = 52 butir sebesar 1,4%. TTD ini juga diberikan pada ibu

9
hamil, hal ini disebabkan karena rendahnya ibu hamil dalam
mengkonsumsi suplemen penambah darah merupakan terjadinya salah
satu angka penyebab prevalensi anemia masih tinggi.
Mengacu pada hal tersebut maka program ini juga dilakukan
Puskesmas Nosarara, sebagai bagian program Gizi, yang diberikan pada
remaja putri dan ibu hamil.

e. ASI Ekslusif
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, praktis,
murah dan bersih karena langsung diminum dari payudara ibu. ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk
memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya.
ASI memberikan beberapa manfaat bagi bayi antara lain, dapat
memberikan kehidupan yang baik dalam pertumbuhan maupun
perkembangan bayi, mengandung antibodi yang melindungi bayi dari
penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasite, mengandung
komposisi yang tepat karena kandungan ASI diciptakan sesuai dengan
kebutuhan bayi, meningkatkan kecerdasan, terhindar dari alergi yang
biasanya timbul karena konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih
sayang ibu secara langsung saat proses menyusui. Pemberian ASI
eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu diantaranya
sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum menstruasi,
menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko terkena kanker payudara
dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak. World Health
Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF)
merekomendasikan sebaiknya anak hanya di susu ibu (ASl) selama paling
sedikit enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan
dengan makanan pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam
rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.(11)
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah
malnutrisi karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi

10
dengan tepat, mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan
melindungi bayi terhadap infeksi. World Health Organization (WHO) dan
United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan sebaiknya
anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan
pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan
pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan
angka kesakitan dan kematian anak.(II)

f. Inisiasi Menyusui Dini


Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang sudah
disosialisakan di Indonesia sejak Agustus 2007 yaitu melalui Inisiasi
Menyusui Dini (IMD). Fungsi dilakukannya IMD adalah salah satunya
mencegah kematian bayi baru lahir, karena ketika dilakukan IMD dapat
menurunkan resiko terjadinya hipotermia.(12)

Selain itu IMD juga bermanfaat bagi ibu dalam mengurangi


perdarahan pasca persalinan karena proses menyusu akan merangsar
kontraksi uterus. Ketika IMD tidak dilakukan maka akan meningkatkan
terjadinya kematian bayi baru lahir yang bisa diakibatkan oleh hipotermia,
dan ketika jarangnya dilakukan IMD dan kesalahan-kesalahan pelaksanaan
kegiatan IMD menyebabkan keberhasilan menyusui tidak optimal karena
IMD dapat mengetahui apakah bayi bisa mendapatkan cukup ASI atau
tidak.(12)
Adapun indikator keberhasilan dan pencapaian program Puskesmas
Nosarara bulan Juni-Desmber 2021 adalah sebagai berikut:
No Cakupan Pelayanan Target Capaian

11
1. Persentase kasus balita gizi buruk (80%) (80%)
yang mendapat perawatan

2. Persentase balita yang ditimbang (60%) (50%)


berat badannya (D/S)

3. Persentasi bayi usia kurang dari 6 (35%) (39,5%)


bulan mendapat ASI eksklusif

4. Persentase balita 6-59 bulan (86%) (86%)


mendapat kapsul vitamin A

5. Persentase ibu hamil yang mendapat (80%) (70%)


tablet tambah darah (TTD) minimal
90 tablet selama kehamilan
6. Persentase ibu hamil Kurang Energi (80%) (80%)
Kronik yang mendapat makanan
tambahan
7. Persentase balita kurus yang (50%) (50%)
mendapat makanan tambahan

8. Persentase remaja putri mendapat (50%) (38%)


tablet tambah darah (TTD)

9. Persentase ibu nifas mendapat kapsul (70%) (70%)


vitamin A

10. Persentase bayi baru yang mendapat (54%) (54%)


IMD

11. Persentase bayi dengan berat badan (5,4%) (6,1%)


lahir rendah (berat badan <2500
gram)

12
12. Persentase balita persentase balita (65%) (65%)
mempunyai buku KIA/KMS

13. Persentase balita ditimbang yang naik (80%) (80%)


berat badannya

14. Persentase balita ditimbang yang (18%) (18)


tidak naik berat badannya (T)

15. Persentase balita ditimbang yang (<13%) (0%)


tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (2T)
16. Persentase balita dibawah garis (<5%) (0%)
merah (BGM)

17. Persentase ibu hamil Anemia (45%) (45%)

Berdasarkan indikator keberhasilan program ada beberapa program


yang belum mencapai target pencapaian yaitu:

 Program persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S)


belum mencapai target dengan peresentasi 50%. Hal ini terjadi
karena kurangnya masyarakat yang membawa anaknya untuk
melakukan pemeriksaan di Posyandu, dilihat juga letak puskesmas
yang berada di kota sehingga sulit untuk mengumpulkan balita-
balita ke posyandu dan kurangnya perhatian masyarakat, karena
biasanya orang tua membawa anaknya periksa di rumah sakit, atau
ke prakter dokter sehingga kunjungan ke puskesmas menjadi
menurun.
 Program Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah
(TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan belum mencapai target

13
dengan presentasi 70%. Hal ini terjadi karena pada situasi pandemi
ini kurangnya ibu hamil yang datang untuk memeriksakan
kehamilannya sehingga ada ibu hamil yang tidak medapatkan
tablet Fe, dan ada juga ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe
namun tidak diminum karena merasakan takut berbahaya terhadap
janinnya setelah minum tablet Fe. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan ibu hamil tentang manfaat tablet Fe.
 Program Persentase remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah
belum mencapai target dimana dengan presentasi 38%. Hal ini
dikarenakan pandemi covid-19 ini semua sekolah belum dibuka
dan ada pembagian tablet tambah darah yang dijadwalkan untuk
setiap kunjungan sekolah yang diberikan pada orang tua siswa
namun hanya sedikit orang tua dari siswa yang datang, mungkin
disebabkan kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dengan
orang tua siswa.

Adapun program gizi yang tidak dijalankan yaitu program


pemantauan konsumsi garam beriodium, hal ini disebabkan karena tidak
adanya biaya serta dukungan dari Dinas Kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN

Keberhasilan penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada masyarakat sangat


dipengaruhi oleh Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang diterapkan.

14
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penyampaian pesan Gizi Seimbang
agar berdampak pada perubahan perilaku hidup masyarakat kearah perilaku Gizi
Seimbang yaitu Perilaku makan dan hidup sehat diperlukan strategi dan
implementasi KIE yang tepat dan berbasis masyarakat (Kemenkes,2016).
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke),
diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia.
Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat penyakit tidak
menular (Permenkes, 2014)
3.1 Input
Adapun perangkat program Gizi di Puskesmas Nosarara adalah sebagai
berikut:
INPUT Puskesmas KETERANGAN
Man Secara kuantitas, jumlah Berdasarkan Permenkes RI
ketenagakerjaan berjumlah 3 Nomor 14 tahun 2019
orang yang terdiri dari 1 tentang Pelaksanaan Teknis
penanggung jawab program Surveilans Gizi harus
dan 2 orang yang membantu didukung dengan
dalam pelaksanaan program. tersedianya sumber daya
Akan tetapi, pada saat manusia yang merupakan
kegiatan semua tenaga kesehatan yang
ketenagakerjaan yang ada memiliki latar belakang
berperan sebagai tenaga pendidikan bidang gizi
pelaksana untuk turun minimal berijazah Diploma
lapangan secara bergantian III.
setiap harinya.

Money Pendanaan program ini, Pendanaan dapat bersumber


berasal dari BOK (Biaya dari Anggaran Pendapatan
Operasional Kesehatan). dan Belanja negara,

15
Pembiyayaan tersebut, telah Anggaran Pendapatan dan
mencukupi untuk biaya Belanja Daerah, dan/atau
transportasi dan akomodasi sumber lain yang sah dan
petugas, bahan habis pakai, tidak mengikat sesuai
serta perbaikan dan dengan ketentuan peraturan
pemeliharaan peralatan. perundang-undangan.
Methode Jadwal pelaksanaan minimal - Melakukan sosialisasi
3 kali per pos dalam sebulan. mengenai status gizi, ASI
Dalam kondisi pandemi Ekslusif, IMD
COVID-19, kegiatan di - Membagikan tablet
Posyandu baru mulai berjalan penambah darah kepada
seperti biasanya dalam remaja putri di sekolah-
beberapa bulan terakhir., sekolah dan pada ibu
sehingga beberapa program hamil, dan juga
yang ada belum mencapai pembagian Vit. A
target yang maksimal. - Memantau status gizi pada
bayi dan balita setiap
kunjungan ke Puskesmas
maupun Posyandu
- Pemberian makanan
tambahan pada balita
kurus dan ibu hamil yang
mengalami KEK
Material Peralatan deteksi dini dan Alat dan Bahan indikator
monitoring meliputi alat ukur masalah gizi terdiri atas:
lingkar kepala, tinggi badan 1. Persentase balita berat
centimeter,timbangan berat badan kurang
badan, buku panduan, buku (Underweight) register
pencatatan, alat tulis untuk dan timbangan berat
mencatat dan kursi serta badan
meja. Untuk tiap Posyandu 2. Persentase balita pendek

16
telah tersalurkan (Stunting ) Register, alat
peralatannya masing-masing. ukur panjang/tinggi badan
3. Persentase balita gizi
kurang (Wasting)
Register, timbangan berat
badan, alat ukur
panjang/tinggi badan
4. Persentase remaja putri
anemia alat dan bahan
berupa alat tes HB,
formulir monitoring dan
evaluasi
5. Persentase ibu hamil
anemia, alat dan bahan
yang digunakan berupa
alat tes HB, formulir
monitoring dan evaluasi
6. Persentase ibu hamil
resiko kurang Energi
Kronik (KEK) Pita LILA,
formulir
7. Persentase bayi Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR)
berupa formulir
monitoring dan Evaluasi
Machine Tempat pelaksanaan Pelaksanaan pemberian gizi
posyandu dilaksanakan di seimbang di masyarakat
Puskesmas, Posyandu balita dapat diberikan di
dan Posyandu Posyandu, sekolah, atau pos
lansia/Posbindu pada daerah pelayanan kesehatan
kerja Puskesmas Nosarara. lainnya.

17
Akses ke lapangan dapat
dijangkau dengan baik yaitu
dengan kendaraan roda dua
dan roda empat.
Tabel 3.1 Input
Tabel diatas menggambarkan input dari program Gizi yang terjadi di
Puskesmas Nosarara berdasarkan dengan wawancara dan observasi di
lapangan dan disesuaikan dengan peraturan mentri kesehatan tentang
program Gizi. Masalah yang muncul dari input program ini antara lain
sedikitnya segi sumber daya manusia (man) dimana berjumlah 3 orang yang
terdiri dari 1 (satu) penanggung jawab dan 2 pelaksana program.
3.2 Proses
a. Planing
Perencanaan program manajemen di Puskesmas Nosarara
telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan. Pada perencanaan telah dilakukan rapat setiap bulan untuk
mengevaluasi program yang telah dilakukan. Selain itu, koordinasi
dengan lintas sektor dan kader lebih ditingkatkan lagi dalam promosi
kesehatan mengenai pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu Hamil
dan wanita subur, masalah ibu hamil KEK serta pemantauan gizi bayi
dan anak.
Adapun plan of action (POA) program Gizi Puskesmas Nosarara
tahun 2021 terdiri atas :

No Kegiatan Lokasi

18
1 Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang -Rumah balita
- gibur/gikur

2 Pemantauan status gizi pada balita Posyandu

3 Pemberian TTD (tablet tambah darah) remaja -Sekolah


putri -SMA/SMK

4 Pemberian vitamin A pada balita dan ibu nifas Rumah Balita


Pemberian PMT penyuluhan

5 Penanganan kasus gizi buruk Posyandu

6 Penanganan kasus gizi kurang Rumah balitagibur

7 Penanganan kasus bumil KEK Rumah bumil


8 Pembentukan kelompok pendukung ASI KEK
9 Pelayanan konseling gizi : PMBA, ASI Posyandu
eksklusif, dan diet sesuai kasus Posyandu
10 Pemantauan penanganan kasus gizi buruk, gizi
11 kurang, dan bumil KEK Klinik gizi
12 Sweeping pemberian vitamin A. Rumah penduduk
Rumah penduduk

b. Actuating

19
Penyelenggaraan program Gizi di Puskesmas Nosarara, meliputi
kegiatan wawancara, pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan
dan tindak lanjut.
Wawancara dilakukan untuk menelusuri faktor risiko perilaku
seperti konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan
stress. Pengukuran berat badan, tinggi badan, Pemberian tablet
penambah darah pada wanita hamil merupakan satu intervensi untuk
mencegah terjadinya anemia pada ibu selama proses kehamilan.
Sebaiknya ibu hamil mulai mengonsumsi TTD sejak konsepsi sampai
akhir trimester III. Indikator ini sebagai evaluasi kinerja apakah TTD
sudah diberikan kepada seluruh sasaran. TTD adalah tablet yang
sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental
dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah maupun
diperoleh sendiri. Pelaksanaan kegiatan biasanya berkolaborasi dengan
beberapa program lainnya seperti KIA dan imunisasi, Kesling dan
Promkes untuk melakukan penyuluhan, penjaringan Bumil KEK dan
pemberian Vit A serta pemberian tablet tambah darah/tablet Fe. Selain
itu juga melibatkan kader dalam proses penyaringan keluarga yang
dalam anggota keluarganya terdapat ibu hamil yang mungkin belum
mendapatkan tablet Fe sehingga dapat diberikan tablet Fe. Selain itu
dapat juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah dalam pemberian tablet
Fe bagi remaja putri sehingga tidak ada lagi yang mengalami anemia
dan perlu adanya penyuluhan kesekolah-sekolah sehingga remaja putri
bisa mendapatkan pengetahuan kesehatan tentang manfaat tablet Fe.

c. Controlling
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke
Kementerian Kesehatan.
Hambatan untuk program Gizi menurut pemegang progam terdapat
beberapa hal yang menjadi kendala seperti kurangnya partisipasi dari

20
masyarakat itu sendiri apalagi dipengaruhi dengan kondisi pandemi
COVID-19 ini, yang mengharuskan masyarakat untuk tidak keluar rumah,
menjadi salah satu faktor besar penghambat tidak berjalannya kegiatan
program gizi di Puskesmas Nosarara. Kegiatan program gizi yakni
pemberian vitamin A pada bulan Februari sempat terhambat dikarenakan
Pandemi sudah mulai terjadi, yang mengakibatkan hanya sebagian bayi
mendapatkan pemberian Vitamin A. Sehingga menjadi terhalangnya
kegiatan program. Peran serta masyarakat itu sendiri juga masih kurang,
sedangkan Keberhasilan Program Gizi itu sangat ditentukan oleh peran
serta masyarakat baik untuk menggerakkan masyarakat dalam
melaksanakan program maupun dalam menggerakkan masyarakat untuk
memanfaatkan sarana dan pelayanan kesehatan.

3.3 Output
Output yang dicapai dari program gizi pada puskesmas Nosarara, yaitu :

1. Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan 80%,


2. Persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 50%.
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
39,5%.5.
4. Persentase balita 6 - 59 bulan mendapat kapsul Vitamin A 85%.
5. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah minimal
90 tablet selama kehamilan 70%.
6. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat
Makanan Tambahan 80%.
7. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan 50%.
8. Persentase remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah 38%.
9. Persentase ibu nifas mendapat kapsul Vitamin A 70%.
10. Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD 54%.
11. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan < 2500
gram) 6,1%.

21
12. Persentase balita mempunyai buku KIA/KMS 65%.
13. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya 80%.
14. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T) 18%.
15. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (2T) 0%.
16. Persentase balita di Bawah Garis Merah (BGM) 0%.
17. Persentase ibu hamil anemia 45%.

Sebagian besar program perbaikan gizi masyarakat di wilayah


kerja Puskesmas Nosarara telah berjalan dengan cukup baik, namun
terdapat beberapa program yang dalam pelaksanaannya masih di bawah
dari indikator pencapaian, hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang
telah dipaparkan di atas, oleh karena itu sangat diperlukan kerjasama yang
baik antara pelaksana program gizi, kader di masyarakat, program lain
seperti promkes dan posyandu, serta masyarakat itu sendiri.

BAB IV
PENUTUP

22
4.1 Kesimpulan
1. Proses manajemen program Gizi di Puskesmas Nosarara pada dasarnya
telah terlaksana dengan baik, adapun kendala yang didapatkan dilapangan
masih dapat ditangani dengan baik.
2. Permasalahan yang terdapat berbagai kendala yang dihadapi seperti:
a. Input: kurangnya tenaga kesehatan secara kuantitatif di bidang gizi,
dimana masih diperlukan tenaga tambahan karena pekerjaan di
program gizi cukup banyak, jadi untuk 2 orang masih susah untuk
mengkoordinasi semua pekerjaan.
b. Proses: pelaksanaan kegiatan program Gizi pada dasarnya baik dan
sudah sesuai SOP, namun terdapat kendala dalam masa pandemi
COVID-19 ini dimana dalam pelaksanaannya terkadang tidak sesuai
harapan dan partisipasi dari masyarakat yang masih kurang.
c. Output: dari semua program Gizi masih ada beberapa program yang
belum mencapai target yang telah ditetapkan.
4.2 Saran
Untuk meningkatkan program ini perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut
:
1. Perlu adanya tambahan tenaga kesehatan khusunya dalam hal gizi, hingga
program yang dijalankan dapat termonitoring dengan baik.
2. Melakukan inovasi pada setiap kegiatan sehingga masyarkat dapat
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

23
Arsad Rahim Ali, 2019. Pedoman : Pengelolaan Program Gizi Di Puskesmas.

Depkes RI. Pedoman Penyelenggaraan Posbindu, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta. 2016.

Ellis Endang Nikmawati, et all. 2019. GAP ANALYSIS PROGRAM GIZI DAN
KESEHATAN DI POSYANDU KABUPATEN BOGOR (Gap Analysis of
Nutrition and Health Program In Posyandu at Bogor District). Jurnal Gizi
dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 140 – 150

Kementerian Kesehatan RI. 2016. PEDOMAN PENYELENGGARAAN


PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN
KELUARGA. Jakarta: 2016.
Kementerian Kesehatan RI. PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG
PEDOMAN GIZI SEIMBANG. Jakarta : 2014.
Kementerian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:
2017.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta; Menteri Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
Puskesmas Kaleke. Profil Kesehatan Puskesmas Kaleke tahun 2019.Palu :
Puskesmas Kaleke. 2019
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016 tentang
standar pelayanan minimal bidang kesehatan.
PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM GIZI MASYARAKAT
PUSKESMAS KECAMATAN XXX

LAMPIRAN

24
25

Anda mungkin juga menyukai