Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Hal yang pertama kali kalian harus ketahui adalah pengertian hak dan kewajiban. Apa
sih pengetiannya?
Pengertian hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya
kita terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak
boleh merampasnya entah secara paksa atau tidak.Dalam hal kewarganegaraan, hak ini
berarti warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan
keamanan, perlindungan hukum dan lain sebagainya.
Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak
atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena
sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib
melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan masing-masing supaya
mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.
Perlu temen-temen ketahui bahwa hak dan kewajiban ini merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan, namun dalam pemenuhannya harus seimbang. Kalau gak seimbang bisa
terjadi pertentangan dan bisa saja menempuh jalur hukum.
2. Berhak mendapakan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (pasal 27 ayat 2).
4. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang dipercayai. (pasal
29 ayat (2))
2. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. (UUD 1945)
3. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal 28J ayat 1)
6. Tiap negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke
arah yang lebih baik. (pasal 28)
Dalam UUD 1945 pasal 27 - 34 disebutkan banyak hal mengenai hak warga negara indonesia
seperti :
3. Hak berpendapat
Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai
berikut :
3. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat
Sebenarnya masih ada banyak sekali contoh dan wujud hubungan negara dengan
warga negara yang tercantum dalam UUD 1945, temen-temen bisa baca tuh buku
undang-undangnya.
Contoh Kasus
Menaati Hukum Lalu Lintas
Judul kasus diatas bener-bener kontroversial, kita bisa bertanya kepada diri sendiri
apakah kita sudah menaati peraturan lalu lintas yang ada? Kebanyakan pelajar
memakai sepeda motor demi memudahkan perjalanan hidup (cie) mereka ke sekolah.
Memang terasa kemudahannya, namun kita telaah lagi. Apakah kita sudah punya SIM?
Membayar Pajak
Coba perhatikan apakah orang-orang sekitar kita sudah membayar pajak yang sudah
ada ketentuannya dalam UUD. Setiap orang yang tertanggung harus dan wajib
membayar pajak sesuai ketentuannya. Kalau gak bayar pajak, apa kata dunia?
Perlindungan Hukum
Sebagai salah satu warga negara Indonesia kita diberi hak akan jaminan perlindungan
hukum, mungkin beberapa dari kita sudah merasakan hak tersebut dengan baik. Namun
ada juga yang belum. Seperti penanganan beberapa kasus kriminal yang tidak cepat
tanggap.
Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai oleh seseorang
sejak ia masih dalam kandungan. Hak asasi manusia dapat berlaku secara universal.
Dasar-dasar HAM yang tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat atau
Declaration of Independence of USA serta yang tercantum dalam UUD 1945 Republik
Indonesia, seperti yang terdapat pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal
31 ayat 1, serta pasal 30 ayat 1.
Dalam teori perjanjian bernegara, terdapat Pactum Unionis serta Pactum Subjectionis.
Pactum unionis merupakan suatu perjanjian antarindividu guna membentuk negara,
sedangkan pactum subjectionis merupakan suatu perjanjian antara individu serta negara
yang dibentuk. Thomas Hobbes mengakui Pactum Subjectionis dan tidak mengakui
Pactum Unionis. John Lock mengakui keduanya yaitu Pactum Unionis dan Pactum
Subjectionis, sedangkan JJ Roessaeu hanya mengakui Pactum Unionis.
Ketiga paham ini berpendapat demikian. Namun pada dasarnya teori perjanjian tersebut
mengamanahkan adanya suatu perlindungan Hak Asasi Warga Negara yang wajib
dijamin oleh penguasa dan bentuk jaminan tersebut haruslah tertuang dalam konstitusi.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, HAM merupakan hak fundamental yang tidak
dapat dicabut karena ia adalah seorang manusia. HAM yang dirujuk sekarang
merupakan seperangkat hak yang dikembangkan PBB sejak awal berakhirnya perang
dunia II. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak dapat berkelit untuk tidak
melindungi hak asasi manusia yang bukan warga negaranya.
Alasan di atas pula yang dapat menyebabkan hak asasi manusia merupakan bagian
integral dari tiap kajian dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karena itu bukan
sesuatu yang kontroversial lagi apabila suatu komunitas internasional mempunyai
kepedulian yang serius dan bersifat nyata terhadap berbagai isu tentang hak asasi
manusida tingkat domestik.
Peran komunitas internasional sangat pokok sebagai perlindungan HAM karena sifat
serta watak HAM itu sendiri merupakan suatu mekanisme pertahanan dan perlindungan
setiap individu terhadap kekuasaan negara yang rentan untuk disalahgunakan,
sebagaimana yang sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Berikut contoh
pelanggaran HAM :
Hak asasi manusia atau HAM mempunya beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan
dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri khusus hak asasi manusia.
Macam-Macam HAM
Ada bermacam-macam hak asasi manusia dan secara garis besar, hak asasi manusia
dapat digolongkan menjadi 6 macam. Berikut macam-macam HAM.
Jika dilihat pada masa lampau sudah banyak terdapat berbagai peristiwa yang sudah
menyalahi hak asasi manusia, seperti misalnya penjajahan yang dilakukan pernah
terjadi yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang terhadap Indonesia.
Razia tersebut dikenal dengan operasi pembersihan partai komunis Indonesia (PKI).
Komnas HAM telah memperkirakan bahwa setidaknya 500.000 hingga 3 juta warga
tewas dibunuh pada saat itu. Ribuan warga lainnya diasingkan serta jutaan orang
lainnya hidup dibawah bayang-bayang cap PKI hingga bertahun-tahun.
Dalam peristiwa tersebut, Komnas HAM malah balik menuding Komando Operasi
Pemulihan Kemanan serta semua panglima militer [ada daerah yang menjabat pada
saat itu sebagai pihak yang bertanggungjawab.
Sampai saat ini, kasus tragedi 1965-1966 masih ditangani oleh Kejaksaan Agung. Akan
tetapi penanganannya lamban dan pada tahun 2013 lalu, Kejaksaan mengembalikan
berkas-berkas tersebut kepada Komnas HAM, dengan alasan data yang di dapat kurang
lengkap.
Penembakan misterius atau dapat disebut juga dengan Petrus alias operasi clurit
merupakan sebuah operasi rahasia yang digelar oleh mantan Presiden Soeharto
dengan dalih untuk mengatasi tingkat kejahatan yang tinggi pada saat itu.
Operasi tersebut meliputi operasi penangkapan dan juga pembunuhan terhadap orang
yang dianggap mengganggu ketentraman dan keamanan masyarakat, khususnya di
daerah Jakarta dan juga Jawa Tengah. Pelakunya tidak jelas, tidak pernah tertangkap,
dan tidak pernah diadili.
Hasil dari operasi clurit, sebanyak 532 orang tewas pada tahun 1983. Dari jumlah
tersebut, 367 orang tewas yang diakibatkan karena luka tembakan. Kemudian tahun
1984, tercatat sekitar 107 orang tewas dan di antaranya 15 orang tewas akibat
ditembak. Selang setahun kemudian, tercatat 74 orang tewas dan 28 di antaranya tewas
akibat ditembak.
Korban Tembakan Misterius tersebut selalu ditemukan dalam keadaan tangan dan
lehernya terikat. Sebagian besar dari korbannya juga dimasukkan ke karung dan
ditinggal di pinggir jalan, depan rumah, buang ke sungai, kebut, laut, dan hutan
Pada tanggal 13 hingga 15 Mei 1998, terjadi berbagai kerusuhan massif yang terjadi
hampir di seluruh tanah air. Puncaknya kerusuhan ini di Jakarta. Kerusuhan ini diawali
dengan kondisi krisis finansial Asia yang semakin hari semakin memburuk. Dan dipicu
oleh tewasnya 4 anggota mahasiswa Universitas Trisakti yang terkena tembakan dalam
demonstrasi pada 12 Mei tahun 1998.
Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung menyatakan, kasus tersebut dapat ditindak
lanjuti apabila ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Karena belum adanya
rekomendasi, Kejaksaan Agung mengembalikan berkas penyelidikan tragedi tersebut
kepada Komnas HAM. Namun, Kejaksaan Agung beralasan bahwa kasus ini tidak bisa
ditindak lanjuti karena DPR sudah memutuskannya, bahwa tidak ditemukan
pelanggaran hak asasi manusia berat di dalamnya.
Dalih lainnya, Kejaksaan Agung beranggapan bahwa kasus penembakan Trisakti sudah
diputus oleh Pengadilan Militer pada tahun 1999, sehingga tidak perlu diadili untuk yang
kedua kalinya.
Namun, sampai saat ini, kasus tersebut hanya mengadili seorang pilot maskapai Garuda
yang bernama Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly mendapatkan vonis hukuman
penjara selama 14 tahun lamanya karena ia terbukti berperan sebagai salah satu pelaku
yang meracuni Munir dalam penerbangan menuju Amsterdam. Namun, sampai saat ini
sudah banyak pihak yang meyakini bahwa Polly bukan otak pembunuhan tersebut.
Tercatat 42 orang meninggal dunia yang disebabkan karena kelaparan dan sebanyak 15
orang jadi korban perampasan. Komnas HAM menemukan pemaksaan penanda
tanganan surat pernyataan dan perusakan fasilitas umum. Proses hukum atas kasus ini
sampai saat ini masih buntu. Terjadi tarik ulur diantara Komnas HAM dengan Kejaksaan
Agung. Sementara tersangka terus dapat menikmati hidupnya, mendapatkan sebuah
kehormatan sebagai pahlawan, dan menerima kenaikan pangkat serta promosi jabatan
tanpa tersentuh hukum sekalipun.
Dalam perwujudannya, hak asasi manusia tidak mampu untuk dilaksanakan secara
mutlak, hal ini karena melanggar hak asasi orang lain. Dalam memperjuangkan hak
sendiri dengan mengabaikan hak-hak orang lain, merupakan suatu tindakan yang
sangatlah tidak terpuji. Kita haruslah menyadari bahwasannya hak asasi kita selalu
berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain, namun karena itulah ketaatan terhadap
peraturan menjadi sangat penting.
Berikut adalah nama lembaga-lembaga negara hasil amandemen UUD'45, fungsi, tugas
dan wewenangnya.
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat
anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah
lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada hanya lembaga negara. Dengan demikian,
sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen maka MPR termasuk lembaga
negara.
Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut :
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:
a. mengamalkan Pancasila;
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi
kehidupan masyarakat.
2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu
kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri
disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan
hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk
komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang sebelumnya
tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan
umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-
banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah
anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPD
berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat tinggal di ibu
kota Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.
Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut.
c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan undang-
undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai
kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum
adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi
setelah amandemen UUD1945 presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau
mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik,
presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden
tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Presiden dan wakil presiden menjalankan
pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.
5. Mahkamah Agung
6. Mahkamah Konstitusi
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan Keuangan yang
bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK
berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap pro vinsi.
Pembentukan Pemerintahan Indonesia
Rapat PPKI pertama dilakukan di Gedung Cuo Sangi-In, Jalan Pejambon. Sebelum
rapat dimulai, Soekarno-Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassa untuk
membahas kembali Piagam Jakarta, khususnya mengenai kalimat Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya-. Hal
tersebut disebabkan karena pemeluk agama lain di Indonesia merasa keberatan
terhadap kalimat tersebut. Akhirnya, rapat yang dipimpin oleh Bung Hatta ini
yang hanya cukup dalam waktu 15 menit saja berhasil mencapai suatu buah
kesepakatan untuk melakukan suatu perubahan terhadap kalimat tersebut
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Dalam Preambule (Piagam Jakarta), anak kalimat Atas berkat Rahmat Allah,
diganti dengan kalimat Atas Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Namun,
penggantian itu hingga sekarang dikembalikan lagi kepada bentuk semula, yaitu
Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa
b. Pasal 4 (2), dua orang wakil presiden diganti menjadi seorang wakil
presiden.
g. Pasal 25, sebelumnya berbunyi, syarat untuk menjadi hakim ditetapkan oleh
Undang-Undang. Ditambahkan sehingga berbunyi, syarat-syarat untuk
menjadi dan diberhentikan sebagai hakim ditetapkan oleh Undang-Undang.
Acara pertama dalam rapat PPKI tersebut adalah pemilihan presiden. Otto
Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dilakukan
secara aklamasi(yaitu kesepakatan yang dicapai secara spontan tanpa melalui
proses pemungutan suara). Beliau mengajukan Ir. Soekarno sebagai perseden
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul tersebut disetujui oleh hadirin
yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Rapat dilanjutkan keesokan harinya, pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10.00
pagi di Gedung Cuo Sangi-In. Rapat itu membahas hasil kerja Panitia Kecil yang
dipimpin oleh Otto Iskandardinata dan menghasilkan keputusan berikut ini.
1.) Pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi beserta para calon
gubernurnya sebagai berikut.
Acara selanjutnya adalah laporan hasil kerja Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr.
Ahmad Subardjo. Panitia itu mengusulkan dibentuknya 13 kementerian. Setelah
dilakukan pembahasan, sidang memutuskan adanya 12 kementerian dan satu
menteri negara. Kedua belas kementerian itu sebagai adalah berikut.
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Keuangan
5. Departemen Kemakmuran
6. Departemen Kesehatan
8. Departemen Sosial
9. Departemen Pertahanan
Rapat PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 memiliki agenda utama membahas
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
I. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
Inti dari anggota KNIP ialah anggota PPKI. Di samping itu, anggota KNIP juga
berasal dari tokoh-tokoh golongan muda dan tokoh-tokoh masyarakat dari
berbagai daerah sehingga jumlahnya mencapai 137 orang. Anggota KNIP secara
resmi dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru,
Jakarta. Sidang KNIP pertama kali ini berhasil memilih Kasman Singodimedjo
(Ketua) dan Sutardjo (Wakil Ketua I), Latuharhary (Wakil Ketua II), dan Adam
Malik (Wakil Ketua III). Adapun Komite Nasional Daerah saat itu gagal dibentuk
karena situasi dan kondisi keamanan yang belum menentu dan membaik.
PNI sebagai partai tunggal pada awal kemerdekaan. PNI dipimpin oleh Ir. Soekarno.
2.) PETA di Jawa dan di Bali, serta lascar rakyat di Sumatera segera dibubarkan.
4.) Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut, dibentuklah Badan Keamanan
Rakyat (BKR) sebagai pengganti Badan Penolong Korban Perang (BPKP) yang
dibentuk pada sidang PPKI tanggal 20 Agustus 1945.
Di samping itu juga diangkat sejumlah pejabat tinggi negara, yaitu sebagai
berikut.
Karena pengaruh dari golongan kiri dalam KNIP, usia kabinet itu tidak
berlangsung lama, yaitu sejak tanggal 2 September 1945 hingga 14 November
1945. Sejak tanggal 14 November 1945, system pemerintahan di Indonesia
berubah menjadi system kabinet parlementer dengan perdana menteri
pertamanya, Sultan Syahrir.
Suasana dalam sidang KNIP. KNIP yang dipimpin oleh Sutan Syahrir berhasil menyusun kekuatan
dan membentuk BP-KNIP.
Pada bulan Oktober 1945, kelompok kiri (Sosialis) dalam KNIP yang
dipimpinSultan Syahrir berhasil menyusun kekuatan dan mendorong
dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP). Langkah
berikut dari kelompok sosialis itu adalah mendorong terbentuknya kabinet
Parlementer. Sebagai langkah awal pembentukan pemerintahan parlementer
adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekadar badan penasihat menjadi
badan legislatif untuk selamanya. Untuk tujuan itu, mereka mengumpulkan
dukungan sebanyak 50 buah tanda tangan dari 150 anggotanya.
Pada tanggal 7 Oktober 1945, petisi yang dihasilkan diserahkan kepada Presiden
Ir. Soekarno. Adapun alasan yang diajukan BP-KNIP untuk memperkuat usulannya
tersebut, adalah sebagai berikut.
a. Adanya kesan politik bahwa kekuasaan presiden yang terlalu besar sehingga
dikhawatirkan akan menjadi pemerintahan yang bersifat dictator.
b. Adanya propaganda Belanda melalui NICA yang menyiarkan isu politik bahwa
pemerintahan RI adalah pemerintahan yang bersifat Fasis, yang menganut
sistem pemerintahan Jepang sebelum Perang Dunia II. Oleh karena itu, Belanda
menganjurkan kepada dunia internasional agar tidak mengakui kedaulatan RI.
Namun sebenarnya, ini adalah semacam politik Revanche Idea (Politik Balas
Dendam) dari Belanda kepada Indonesia, karena kekecewaannya telah
kehilangan tanah jajahannya, Hindia-Belanda.
Dalam kondisi politik yang belum stabil, usul BP-KNIP tersebut dengan mudah
diterima oleh pemerintah. Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Maklumat
Pemerintah No. X 16 Oktobe 1945. Maklumat tersebut ditandatangani oleh Wakil
Presiden Moh. Hatta dalam Kongres KNIP pada tanggal 16 Oktober 1945. Isi
maklumat tersebut terdiri dari dua materi pokok berikut ini.
a. Sebelum terbentuknya MPR dan DPR, KNIP diserahi kekuasaan legislative dan
ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Sehubungan dengan hal itu, pada bulan November dan Desember 1945 para
pemimpin rakyat sibuk membentuk partai-partai politik, seolah-olah negara
sedang dalam keadaan aman. Padahal di beberapa tempat, seperti di Surabaya,
pertempuran antara BKR dan pasukan Sekutu sedang bergelora.
3. PBI (Partai Buruh Indonesia) berdiri pada tanggal 8 November 1945, dipimpin
oleh Nyono.
4. PRJ (Partai Rakyat Jelata) berdiri pada tanggal 8 November 1945, dipimpin
oleh Sutan Dewanis.
5. Parkindo (Partai Kristen Indonesia) berdiri pada tanggal 10 November 1945,
dipimpin oleh Probowinoto.
10. PNI (Partai Nasional Indonesia) berdiri pada tanggal 29 Januari 1946,
dipimpin oleh Sidik Joyosukarto. PNI didirikan sebagai gabungan dari PRI(Partai
Rakyat Indonesia), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), dan Sarekat Rakyat
Indonesia yang masing-masing telah berdiri pada bulan November dan
Desember 1945.
Sejak permulaan bulan Oktober 1945, beberapa tokoh seperti Supeno, Sukarni,
Ir. Sakirman, dan Mangunsarkoro bersama anggota KNIP lainnya sudah
berencana mengubah sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem
parlementer sehingga kabinet bertanggung jawab langsung kepada KNIP sebagai
pemegang kekuasaan legislative. Untuk itu, mereka merencanakan akan
mengajukan mosi tidak percaya kepada kabinet yang ada dengan tujuan
menjatuhkan kabinet tersebut. Kemudian, mereka akan menunjuk Sutan Syahrir
menjadi perdana menteri dan formatur kabinet baru.
KNIP dalam sidang ketiga tanggal 25-27 November 1945 menyetujui pula adanya
pertanggungjawaban menteri tersebut dengan kata-kata membenarkan
kebijakan presiden perihal mendudukkan perdana menteri dan menteri-menteri
yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai suatu
langkah yang tidak dilarang oleh Undang-Undang Dasar dan perlu dalam
keadaan sekarang.
I. Pembentukan BKR
Kasman Singodimedjo. Pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) Pusat.
Di Jakarta, bekas tentara PETA membentuk BKR Pusat dengan tujuan agar BKR
daerah dapat dikoordinasikan secara terpusat. Tokoh yang terpilih sebagai
pemimpin BKR Pusat itu ialah Kasman Singodimedjo, bekas Daidanco di Kota
Jakarta. Setelah Kasman diangkat sebagai Ketua KNIP, kedudukannya sebagai
Ketua BKR digantikan oleh Kaprawi (Ketua Umum), Sutalaksana (Ketua I), Latief
Hendraningrat (Ketua II), dan dibantu oleh Arifin Abdurachman, Mahmud, dan
Zulkifli Lubis. Mereka melakukan kontak dengan para bekas perwira KNIL di
Jakarta, Bandung, dan pimpinan BKR di daerah-daerah, seperti Jawa Timur (Drg.
Moetopo), Jawa Tengah (Soedirman), dan Jawa Barat (Arudji Kartawinata).
Sebagian pemuda yang tidak puas dengan pembentukan BKR pada umumnya
telah membentuk organisasi-organisasi perjuangan pada zaman Jepang.
Organisasi-organisasi itu besar peranannya bagi tercetusnya proklamasi
kemerdekaan. Setelah usulan mereka mengenai pembentukan tentara nasional
ditolak oleh presiden dan wakil presiden, mereka menempuh jalan lain. Mereka
membentuk badan-badan perjuangan sendiri yang kemudian menyatukan diri
dalam sebuah Komite van Aksi yang bermarkas di Jalan Menteng 31.
Organisasi ini antara lain dipimpin oleh Adam Malik, Sukarni, Chairul Saleh, dan
Maruto Nitimihardjo. Badan-badan perjuangan yang tergabung dalam Komite van
Aksi, yaitu Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA),
danBarisan Buruh Indonesia (BBI).
Sejak terpilihnya Jenderal Soedirman sampai dengan bulan Januari 1946, TKR
sudah mengalami dua kali perubahan nama. Pertama berubah menjadi Tentara
Keselamatan Rakyat, kemudian berubah lagi menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI). TRI kemudian berkembang dengan mempunyai Angkatan Laut
dan Angkatan Udara.
Pelopor berdirinya Kepolisian Negara adalah angkatan muda polisi yang sebagian
besar bekas anggota polisi dan polisi istimewa pada zaman pendudukan Jepang,
yaitu Keisatsutai dan Tokubetsu Keisatsutai. Berbeda dengan PETA maupun
Heiho, persenjataan mereka tidak dilucuti oleh Jepang. Hal itu disebabkan Jepang
menganut sistem Barat yang menganggap polisi tidak ikut dalam perang,
melainkan hanya sebagai pemelihara keamanan. Walaupun demikian, pada
pemuda kepolisian itu mempergunakan senjatanya untuk turut serta dalam
perjuangan menegakkan kemerdekaan.