Pelaksanaan Bored Pile
Pelaksanaan Bored Pile
Pelaksanaan Bored Pile
Oleh:
Edward Z. Halibu
NIM. 11 012 023
Oleh:
Edward Z. Halibu
NIM. 11 012 023
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga tugas akhir dengan judul
PERENCANAAN PONDASI BORED PILE DAN METODE PELAKSANAAN
PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RSJ PROF Dr. V.L.
RATUMBUYSANG MANADO bisa diselesaikan. Tugas ini dibuat sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan kuliah di Politeknik Negeri Manado Jurusan
Teknik Sipil dengan tujuan agar mahasiswa mampu memahami lebih dalam
segala teori yang diajarkan dan mempelajari situasi dan kondisi dalam dunia
kerja
Dalam penyelesaian tugas akhir ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang sangat membantu. Untuk itu disampaikan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai Penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir.
2. Bpk. Ir. Jemmy Rangan, MT selaku Direktur Politeknik Negeri Manado.
3. Bpk. Ir. Donny Taju, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
4. Ibu Jeanely Rangkang, M.Eng.Sc selaku Ketua Panitia Tugas Akhir
5. Bpk. Sudarno ST., MT selaku dosen pembimbing I dan Bpk.Nixon S.
Mantiri, ST.,MT selaku dosen pembimbing II.
6. Bpk Ir. Ferry Sondakh ST.,MT., Ir. Ever N. Slat.,MT., terima kasih buat bantuan
dan masukannya dalam menjelaskan semua pertanyaan yang disampaikan
selama pembuatan tugas akhir ini
7. Seluruh Staf pengajar dan administrasi Jurusan Teknik Sipil.
8. Orang Tua beserta keluarga yang selalu setia memberikan dukungan baik
secara materi maupun moral.
9. Istri Olance S. Tundali dan Anak Alvaro Gavriel Kenzhin Halibu tercinta
yang selalu menjadi pendengar yang setia dalam suka dan duka, memberi
dukungan semangat dalam pembuatan dan penyelesaian tugas akhir
ii
Edward Z. Halibu
11 012 023
iii
ABSTRAK
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah menghitung
Daya dukung tanah, Diameter bored pile, Kedalaman bored pile, dan juga
Jumlah bored pile dalam satu titik, serta Metode pelaksaan pondasi bored pile
pada bangunan gedung rumah sakit yakni RSJ Prof Dr. V.L. Ratumbuysang
karena pekerjaan pondasi merupakan komponen yang penting di dalam struktur
suatu bangunan sebagai struktur bawah.
Proyek pembangunan gedung rumah sakit yakni RSJ Prof Dr. V.L.
Ratumbuysang Manado menggunakan pondasi bored pile. Berdasarkan
perencanaan dan perhitungan Beban yang didapat yaitu pada titik pondasi P18
=56,47 ton dan pada titik pondasi P401= 107,89 ton, Daya dukung tiang pada
titik P18 adalah 12,944 ton sedangkan daya dukung tiang pada titik P401
adalah 17,813 ton, Daya dukung kelompok tiang pada titik P18 adalah 56,694
ton sedangkan daya dukung tiang pada titik P401 adalah 110,619 ton, Diameter
pondasi bored pile pada titk P18 adalah 20 cm kedalaman tiang 3,00 m dan
diameter pondasi pada titik P401 adalah 30 cm, kedalaman tiang 2,60 m dengan
perbandingan pada titik P18 adalah 56,694 ton > Pu = 56,473 ton (OK) dan
pada titik P401 adalah 110,619 ton > Pu = 107,893 ton (OK) dengan masing-
masing jumlah tiang pada titik P-18 adalah 6 buah tiang bored pile dan pada
titik P-401 adalah 9 buah tiang bored pile. Maka berdasarkan perhitungan
tersebut disimpulkan daya dukung tiang mampu untuk memikul beban yang
bekerja pada kedua titik tersebut, metode pelaksanaan pondasi bored pile pada
proyek pembangunan gedung RSJ Prof Dr. V.L. Ratumbuysang adalah sebagai
berikut: Persiapan lokasi pekerjaan, Survey Lapangan dan penentuan titik
pondasi, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan patok, pembuatan drainase
dan kolam air, setting Mesin, proses Pengeboran, penulangan selanjutnya
dilanjutkan dengan proses Pengecoran.
iv
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Surat Keputusan Dosen Pembimbing
Lembar Asistensi
Bukti Selesai Konsultasi untuk Perbaikan Tugas Akhir
Kata Pengatar ........................................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................... iii
Daftar isi ................................................................................................................. iv
Daftar Gambar ....................................................................................................... vii
Daftar Tabel ............................................................................................................ x
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................. 2
1.3 Batasan Masalah.................................................................. 2
1.4 Metodologi Penulisan ......................................................... 3
1.5 SistematikanPenulisan ........................................................ 5
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 UraianUmum ............................................................................. 6
2.2Tanah Sebagai Dasar Pondasi .................................................... 6
2.2.1 Kekuatan Tanah Sebagai Dasar Pondasi ................ 7
2.2.2 Karakteristik Tanah ................................................ 8
2.2.3 Penyelidikan Tanah ................................................ 9
2.3Struktur Bawah ........................................................................ 10
2.3.1 Pemilihan Jenis Struktur Bawah (Pondasi) .......... 10
2.3.2 Pengertian Pondasi ............................................... 11
2.3.3 Macam-macam Pondasi ........................................ 10
2.3.4 Dasar-dasar Penentuan Jenis Pondasi ................... 15
2.4 Pondasi Bored Pile (Tiang Bor) ....................................... 18
2.5 Metode Pelaksanaan Pondasi Bored Pile ........................ 27
v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Data Sondir
Gambar Kerja Proyek
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.15 Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bore pile
dengan bantuan alat Theodolite .......................................................... 77
Gambar 3.16 Pengaturan alat untuk pengeboran ..................................................... 78
Gambar 3.17 Proses Pengeboran Menggunakan Mesin Bor .................................... 79
Gambar 3.15 Mata Bor yang Dipakai ....................................................................... 80
Gambar 3.16 Penyambungan Tulangan Bored Pile ................................................. 81
Gambar 3.17 Kondisi lubang pondasi yang telah siap di cor ................................... 82
Gambar 3.18 Truk readymix saat melakukan pengecoran
pondasi bord pile ............................................................................... 83
x
DAFTAR TABEL
Hal
Table 2.1 Koefisien reduksi beban hidup .................................................................. 36
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu struktur bangunan terdiri dari struktur atas dan struktur bawah. Struktur
bangunan membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh sebagai pendukung konstruksi
di atasnya. Pertama-tama yang dilaksanakan pada kegiatan pembangunan struktur di
lapangan adalah pekerjaan struktur bawah yaitu pekerjaaan pondasi.
Mengingat gedung ini adalah sebuah gedung rumah sakit yang merupakan salah
satu infrastruktur yang sangat penting bagi masyarakat. Oleh karena itu perencanaan
dan pembuatann jenis struktur bawah (pondasi) perlu diperhitungkan dengan cermat
agar terhindar dari penurunan bahkan abruknya gedung tersebut. Berdasarkan jenis
tanah, kondisi geografis, lokasi sekitar proyek, biaya konstruksi dan kemudahan
pelaksanaan di lapangan, besarnya beban statis dan dinamis yang bekerja, fungsih
bangunan dan jumlah tingkat bangunan pemilihan pondasi pada proyek
pembangunan gedung RSJ Prof Dr. V.L. Ratumbuysang Manado ini adalah jenis
pondasi dalam yakni pondasi Bored Pile, Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-
tegangan yang terjadi pada beban struktur atas ke dalam lapisan tanah yang keras
yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Untuk itu penulisan tugas akhir ini difokuskan pada Perencanaan Pondasi Bored
Pile Dan Metode Pelaksanaan Pada Proyek Pembangunan Gedung RSJ Prof Dr. V.L.
Ratumbuysang Manado. Pondasi Bored Pile merupakan salah satu jenis pondasi
yang kedalamannya kurang lebih dari 15 meter dan biasa digunakan pada konstruksi
bangunan-bangunan tinggi. Pemakaian pondasi Bored Pile adalah merupakan
alternatif lain, bilamana dalam pelaksanaan pembangunan berada pada suatu lokasi
yang sangat sulit atau beresiko tinggi apabila mempergunakan pondasi tiang pancang
(spoon pile).
Adapun Maksud dan tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini ialah:
1.2.1 Maksud: Merencanakan struktur bawah yaitu pondasi pada proyek
pembangunan gedung RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang manado yakni
pondasi dalam yaitu pondasi bored pile.
1.2.2 Tujuan:
a. Menentukan diameter serta kedalaman bored pile
b. Mencari daya dukung satu tiang pondasi bored pile
c. Menentukan jumlah bored pile dalam satu titik
d. Menghitung daya dukung kelompok tiang
3
Dalam penulisan tugas akhir dengan judul Perencanaan Pondasi Bored Pile Dan
Metode Pelaksanaan Pada Proyek Pembangunan Gedung RSJ Prof Dr. V.L.
Ratumbuysang Manado permasalahan hanya dibatasi pada :
Metode penulisan yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini menggunakan
3 metode, yakni :
a. Studi lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data-data pendukung yang ada pada
Proyek Pembangunan gedung RSJ Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.
b. Studi literatur, yaitu dengan mempelajari teori teori yang berhubungan dengan
topik bahasan melalui studi kepustakaan.
c. Konsultasi, melakukan berbagai tanya jawab dengan beberapa pihak yakni pihak
di lokasi proyek pembangunan gedung RSJ Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang
Manado, para pakar dan dosen pembimbing dan pihak-pihak lain yang juga
memahami materi topik tinjauan.
Berikut Gambar 1.1 menunjukan bagan alir penulisan tugas akhir yang dapa
dilihat dibawah ini.
4
MULAI
STUDI LAPANGAN
STUDI LITERATUR
KONSULTASI
PENARIKAN KESIMPULAN
SELESAI
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, pembatasan
masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan
Pada bab ini memuat mengenai pembahasan umum dan landasan teori
yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan penulisan Tugas Akhir.
Pada bab ini memuat metode pelaksanaan pada proyek yang ditinjau dan
perhitungan daya dukung pondasi sumuran.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian penutup dari tugas akhir ini dimana di
dalamnya memuat kesimpulan dan saran yang menjadi jawaban dari
permasalahan yang ada dan halhal yang perlu dilakukan dalam mengatasi
masalah yang terjadi pada proyek yang ditinjau.
6
BAB II
DASAR TEORI
Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi pekerjaan
konstruksi. Menurut (Nakazawa, 1983) Tanah adalah pondasi pendukung suatu
bangunan, atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau
bendungan atau kadang-kadang sebagai sumber penyebab gaya luar pada bangunan,
seperti tembok atau dinding penahan tanah. Jadi tanah itu selalu berperan pada setiap
pekerjaan teknik sipil. Tenaga-tenaga Teknik Sipil yang berkecimpung dalam
perencanaan atau pelaksanaan bangunan perlu mempunyai pengertian yang
mendalam mengenai fungsi-fungsi serta sifat tanah itu bila dilakukan pembebanan
terhadapnya.
(Hardiyatmo, 1996) menyatakan tanah pada kondisi alam, terdiri dari campuran
butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran
tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material
ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis
tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan
batuan tersebut. Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan
dalam teknik sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah
dapat terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang
terdapat pula kandungan bahan organik. Material campurannya kemudian dipakai
sebagai nama tambahan dibelakang material unsur utamanya. Sebagai contoh,
7
lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material
utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara
dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya
dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi
jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak
mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
1. Pemadatan dan penurunan tanah akibat vibrasi lalu lintas, peralatan berat
perindustrian dan sebagainya,
2. Penurunan tanah akibat perubahan hidrologis (misalnya penurunan muka air
tanah atau kadar air di dalam tanah) atau karena pengikisan pada tepi sungai dan
sebagainya,
3. Pergeseran tanah atau longsor akibat tekanan berat, terendam air akibat banjir
atau air pasang.
Hal tersebut mengakibatkan penurunan gedung yang tak terhindarkan.
Perencanaan pondasi yang baik akan menghambat terjadinya penurunan. Namun,
apabila terjadi penurunan masih dalam batas toleransi. Pondasi bangunan yang
menjamin kestabilan / keseimbangan bangunan terhadap pembebanan (berat sendiri,
beban hidup, retakan dan gerakan geologis kecil serta gaya tekan angin, gempa bumi
dan sebagainya) harus diperhitungkan sedemikian rupa. Dengan pengetahuan tentang
konsep struktur, maka pondasi merupakan bagian struktur gedung yang mempunyai
daya tahan paling lama sebagai landasan dari struktur bangunan.
Hasil penyelidikan tanah yang dilaporkan oleh soil engineer antara lain :
1. Kondisi tanah dasar yang menjelaskan jenis lapisan tanah pada beberapa lapisan
kedalaman.
2. Analisis daya dukung tanah.
3. Besar nilai SPT (Strandar Penetration Test) dari beberapa titik bor.
9
4. Besar tahanan ujung konus dan jumlah hambatan pelekat dari beberapa titik
sondir.
5. Hasil tes laboratorium tanah untuk mengetahui berat jenis tanah dan lain lain.
6. Analisis daya dukung tiang pondasi berdasarkan data data tanah (apabila
menggunakan pondasi tiang).
Selanjutnya rekomendasi dari soil engineer mengenai jenis pondasi yang bisa
digunakan berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang didapat.
tersebut diperoleh dari jumlah pukulan terhadap penetrasi konus yang dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi perlapisan tanah. Hasil SPT ini disajikan dalam
bentuk diagram pada boring log.
Struktur bawah adalah struktur yang seluruh bagiannya berada dalam tanah atau
berada di bawah permukaan tanah. Struktur bawah dari suatu bangunan terdiri atas
pile cap dan pondasi namun komponen yang lebih dikenal adalah pondasi karena
tugasnya lebih berat yaitu memikul beban bangunan di atasnya. Seluruh muatan
(beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat
pondasi sendiri, harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar
dengan sebaik-baiknya.
(Bowles, 1997) Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang
meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan
kedalam tanah atau bebatuan yang terletak dibawahnya
1. Pondasi Telapak
Pada umumnya digunakan untuk bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat
ringan, yaitu dengan memperlebar bagian bawah kolom atau dinding bawah
bangunan sehingga membentuk suatu telapak yang menyebarkan beban bangunan
menjadi tegangan yang lebih kecil dari daya dukung tanah yang diijinkan. Jadi
12
pondasi ini berfungsi untuk mendukung bangunan secara langsung pada lapisan
tanah. Pondasi telapak ini dapat dibagi dalam empat jenis :
a. Pondasi Telapak Tunggal
Digunakan untuk memikul sebuah kolom tunggal, tugu, menara, tangki air dan
cerobong asap.
b. Pondasi Telapak Menerus
Digunakan untuk menyangga suatu bangunan yang panjang, seperti dinding
penahan tanah dan dinding bangunan .
c. Pondasi Telapak Gabungan
Digunakan untuk menahan beban kolom yang besar dan daya dukung tanahnya
relatif kecil.
d. Pondasi Pelat
Merupakan sebuah pelat beton yang tebal dan menggunakan tulangan atas dan
bawah yang menerus. Pondasi ini digunakan untuk bangunan yang didirikan pada
tanah yang memiliki daya dukung rendah atau daya dukung kolom yang besar.
Pondasi cakar ayam digunakan di daerah rawa atau tepatnya pada tanah dengan
kapasitas dukung 1.5 3.5 ton / m2. Dasar pemikiran pondasi cakar ayam adalah
pemanfaatan karakteristik tanah yang tidak dimanfaatkan oleh sistem pondasi lain,
13
yaitu pemanfaatan adanya tekanan tanah pasif. Pondasi ini terdiri dari pelat beton
bertulang dengan pipa-pipa beton yang dihubungkan secara monolit. Pelat beton
tersebut akan mengapung di atas tanah rawa ataupun tanah lembek. Sedangkan
kekakuannya diperoleh dari pipa beton bertulang yang berada di bawahnya yang
dapat berdiri tegak akibat tekanan tanah pasif. Jadi fungsi pipa hanyalah sebagai
pengaku dan bukannya sebagai penopang seperti halnya pondasi sumuran.
Pondasi sarang laba-laba berfungsi untuk memikul beban terpusat / kolom dari
struktur atas seperti bangunan bertingkat tiga sampai lima, pabrik, hanggar, menara
transmisi tegangan tinggi dan menara air. Pondasi ini terdiri dari pelat beton tipis,
yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak.
1. Pondasi Sumuran
2. Pondasi Tiang
3. Pondasi Caisson
Pondasi ini digunakan sebagai pondasi dasar bangunan yang dipakai apabila cara
penggalian terbuka tidak dimungkinkan karena adanya air naik atau endapan pada
dasar pondasi. Selain itu digunakan pula bila daya dukung tidak mencukupi dengan
menggunakan pondasi tiang atau penurunan dan getaran memegang peranan dalam
pemakaiannya.
Kondisi struktur yang berada di atas pondasi juga harus diperhatikan dalam
pemilihan jenis pondasi. Kondisi struktur tersebut dipengaruhi oleh fungsi dan
kepentingan suatu bangunan, jenis bahan bangunan yang dipakai (mempengaruhi
berat bangunan yang ditanggung pondasi) dan seberapa besar penurunan yang
diijinkan terjadi pada pondasi.
3. Faktor lingkungan
4. Waktu perjalanan
Waktu pelaksanaan pekerjaan pondasi juga harus diperhatikan agar tidak menggangu
kepentingan umum. Pondasi tiang pancang yang membutuhkan banyak alat berat
mungkin harus dipertimbangkan kembali apabila dilaksanakn pada jalan raya dalam
kota yang sangat padat karena akan menimbulkan kemacetan luar biasa.
17
5. Biaya
Jenis pondasi juga harus mempertimbangan besar anggaran biaya konstruksi yang
direncanakan, tetapi harus tetap mengutamakan kekuatan dari pondasi tersebut agar
konstruksi yang didukung oleh pondasi tetap berdiri dengan aman. Analisis jenis
pondasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi tanah juga bisa menekan biaya
konstruksi. Misalnya konstruksi struktur pada lokasi dimana kondisi tanah bagus dan
cukup kuat bila menggunakan pondasi telapak saja tidak perlu direncanakan
menggunakan pondasi tiang. Penggunaan pondasi tiang pancang jenis precast yang
membutuhkan biaya yang tinggi dalam bidang pelaksanaan dan transportasi bisa
diganti dengan pondasi tiang yang dicor di tempat dengan spesifikasi pondasi yang
sama untuk menekan biaya.
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak
akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah
keras.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni :
a. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh
luar,
Daya dukung bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing
capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser yang
diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara bored pile dan tanah
disekelilingnya. Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya
dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk
menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyeledikan tanah
yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas
daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakana metode statis dan metode
dinamis. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga
memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah
mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini
ditarik keatas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan
lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan daya dukung ujung
tiang.
19
Ada beberapa jenis alat dan metode pengerjaan bor pile namun pada dasarnya
sama diantara nya
Alat bor pile ini memiliki sistem kerja yang mirip dengan bored pile mini
crane,perbedaan hanya pada desain sasis dan tiang tempat gearbox,kemudian juga
diperlukan tambang pada kanan dan kiri alat yang dikaitkan ketempat lain agar
menjaga keseimbangan alat selama pengeboran.
21
Alat strauss pile ini menggunakan tenaga manual untuk memutar mata
bornya,menggunakan metode bor pile kering (dry boring).Alat bor pile manual yang
simpel ,ringkas dan mudah dioperasikan serta tidak bising saat pengerjaan
menjadikan cara ini banyak digunakan diberbagai proyek seperti perumahan ,pabrik
,gudang,pagar dll.kekuranganya terbatasnya pilihan diameter yakni hanya 20 cm,25
cm ,30 cm dan 40 cm.tentu saja karena ini berhubungan dengan tenaga penggeraknya
yang hanya tenaga manusia.Jadi cara ini kebanyakan digunakan untuk bangunan
yang tidak begitu berat.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya pondasi bore pile dapat dibedakan menjadi 3
macam sistem, yaitu :
1. Sistem Augering
Pada sistem ini selain augernya sendiri, untuk kondisi lapangan pada tanah yang
mudah longsor diperlukan casing atau bentonite slurry sebagai penahan longsor.
Penggunaan bentonite slurry untuk kondisi lapisan tanah yang permeabilitynya besar
tidak disarankan, karena akan membuat bentonite slurry menjadi banyak dan
mengakibatkan terjadinya perembesan melalui lapangan permeable tersebut.
2. Sistem Grabbing
Pada penggunaan sistem ini diperlukan casing (continuous semirotary motion casing)
sebagai penahan kelongsoran. Casing tersebut dimasukkan ke dalam tanah dengan
cara ditekan sambil diputar. Sistem ini sebenarnya cocok untuk semua kondisi tanah,
tetapi yang paling sesuai adalah kondisi tanah yang sulit ditembus.
3. Sistem Wash Boring
Pada sistem ini diperlukan casing sebagai penahan kelongsoran dan juga pompa air
untuk sirkulasi airnya yang dipakai untuk pengeboran. Sistem ini cocok untuk
kondisi tanah pasir lepas. Untuk jenis bore pile ini perlu diberikan tambahan tulangan
praktis untuk penahan gaya lateral yang terjadi. Penulangan minimum 2% dari luas
penampang tiang.
Pada saat ini ada tiga metode dasar pengeboran (jika diperlukan perpaduan dari
ketiganya), yaitu :
1. Metode Kering
Pertama sumuran digali (dan dasarnya dibentuk lonceng jika perlu). Kemudian
sumuran diisi sebagian dengan beton dan kerangka tulangan dipasang dan setelah itu
sumuran telah selesai dikerjakan. Harap diingat bahwa kerangka tulangan tidak boleh
dimasukkan sampai mencapai dasar sumuran karena diperlukan pelindung beton
minimum, tetapi kerangka tulangan boleh diperpanjang sampai akhir mendekati
kedalaman penuh dari pada hanya mencapai kira kira setengahnya saja. Metode ini
membutuhkan tanah tempat proyek yang tak berlekuk (kohesif) dan permukaan air di
bawah dasar sumuran atau jika permeabilitasnya cukup rendah, sumuran bisa digali
(mungkin juga dipompa) dan dibeton sebelum sumuran terisi air cukup banyak
sehingga bisa mempengaruhi kekuatan beton.
23
2. Metode Acuan
Pada metode ini, acuan dipakai pada tempat-tempat proyek yang mungkin terjadi
lekukan atau deformasi lateral yang berlebihan terhadap rongga sumur (shaft cavity).
Metode ini juga dipakai sebagai sambungan-perapat (seal) lubang terhadap
masuknya air tanah tetapi hal ini membutuhkan lapisan tanah yang tak bisa ditembus
(kedap) air di bawah daerah lekukan tempat acuan bisa dipasang (disok). Perlu kita
ingat bahwa sebelum casing dimasukkan, suatu adonan spesi encer (slurry)
digunakan untuk mempertahankan lubang. Setelah acuan dipasang, adonan
dikeluarkan dan sumur diperdalam hingga pada kedalaman yang diperlukan dalam
keadaan kering. Bergantung pada kebutuhan site dan proyek, sumuran di bawah
acuan akan dikurangi paling tidak sampai ID acuan kadang-kadang 25 sampai pada
50 mm kurangnya untuk jarak ruang bor tanah (auger) yang lebih baik. Acuan bisa
saja ditinggalkan dalam sumuran atau bisa juga dikeluarkan jika dibiarkan ditempat,
maka ruangan melingkar antara OD acuan dan tanah (yang diisi dengan adonan atau
lumpur hasil pengeboran) diganti dengan adukan encer (grout) maka adonan akan
dipindahkan keatas puncak sehingga rongga tersebut diisi dengan adukan encer.
Gambar 2.12 memperlihatkan rangkaian pekerjaan dengan metode acuan.
24
3. Metode Adonan
Metode ini bisa diterapkan pada semua keadaan yang membutuhkan acuan. Hal
ini diperlukan jika tidak mungkin mendapatkan penahan air (water seal) yang sesuai
dengan acuan untuk menjaga agar air tidak masuk ke dalam rongga sumuran (shaft
cavity). Langkah-langkah metode ini diuraikan dalam Gambar 2.13
1. Bore pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap
1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran, dapat
diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai keadaan cuaca
memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup
3. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie berjarak 25-50
cm dari dasar lubang pondasi
4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang, maka air yang
mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali kedalam kolam air
26
5. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak
dilakukan, maka dipasang casing untuk mencegah kelongsoran
6. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan material
untuk pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak maka ukuran
tiang bore disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan
7. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna
karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar, maka dipasang pipa paralon pada
tulangan bore pile untuk pekerjaan base grouting.
1. Bor kering
Pengerjaannya menggunakan mata bor biasa (spiral plat) yang diputar sambil
dimasukkan ke dalam tanah dengan menggunakan alat bored pile mini crane, yang
terdiri atas mesin diesel dan mata as yang sudah diatur dan dikendalikan, lalu kaki
tripod sebagai penyangga untuk menaikkan dan menurunkan mata bor.
2. Bor basah
Sistem ini memerlukan pompa air untuk sirkulasi dan airnya yang dipakai untuk
pengeboran. Persediaan air harus cukup untuk mencapak kedalaman pengeboran
yang direncanakan.
3. Strauss pile
Strauss pile/bor mini adalah pekerjaan pembuatan pondasi dengan cara tanah
dibor secara manual atau penggerak mata bornya digerakkan oleh tenaga manusia.
Pondasi ini digunakan pada kondisi tanah lunak/buruk yang mana letak tanah
kerasnya jauh di bawah permukaan tanah. Pondasi ini biasanya digunakan pada
bangunan rumah tinggal sederhana hingga rumah tinggal 2 lantai. Kedalaman
berkisar antara 2 8 m. Ukurannya berkisar antara diameter 20-40 cm. Di atasnya
terdapat blok beton/pile cap untuk mengikat kolom dengan sloof.
27
Pelajari Lay-out pondasi dan titik-titik bore pile, membersihkan lokasi pekerjaan
dari gangguan yang ada seperti bangunan-bangunan, tanaman atau pohon-pohon,
tiang listrik atau telepon, kabel dan lain-lainnya.
Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bore pile dengan bantuan alat
Theodolite.
28
Stand pipe/casing dipasang dengan ketentuan bahwa pusat dari stand pipe harus
berada pada titik as pondasi yang telah disurvey. Pemasangan stand pipe dilakukan
dengan bantuan Excavator (Back Hoe).
Meskipun mesin bornya berbeda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing
sama: diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang
belum sampai bawah, secukupnya. Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa
tanah berguguran semua. Lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.
Kolam air berfungsi untuk tempat penampungan air bersih yang akan digunakan
untuk pekerjaan pengeboran sekaligus untuk tempat penampungan air bercampur
lumpur hasi l dari pengeboran. Ukuran kolam air 3m x 3m x 2,5m dan drainase/parit
penghubung dari kolam ke stand pipe berukuran 1,2 m, kedalaman 0,7m (tergantung
kondisi). Jarak kolam air tidak boleh terlalu dekat dengan lubang pengeboran,
sehingga lumpur dalam air hasil pengeboran mengendap dulu sebelum airnya
mengalir kembali kedalam lubang pengeboran. Lumpur hasil pengeboran yang
mengendap didalam kolam diambil (dibersihkan) dengan bantuan Excavator.
Setelah stand pipe terpasang, mata bor sesuai dengan diameter yang ditentukan
dimasukkan terlebih dahulu kedalam stand pipe, kemudian beberapa buah pelat
dipasang untuk memperkuat tanah dasar dudukan mesin RCD (Rotary Circle
Dumper), kemudian mesin RCD diposisikan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Mata bor disambung dengan stang pemutar, kemudian mata bor diperiksa apakah
sudah benar-benar berada pada pusat/as stand pipe (titik pondasi).
b. Posisi mesin RCD harus tegak lurus terhadap lubang yang akan dibor (yang
sudah terpasang stand pipe), hal ini dapat dicek dengan alat waterpass.
Gambar 2.15 Gambaran secara skematik alat- alat yang digunakan untuk mengebor.
Proses pengeboran dilakukan dengan memutar mata bor ke arah kanan, dan
sesekali diputar kearah kiri untuk memastikan bahwa lubang pengeboran benar-benar
mulus, sekaligus untuk menghancurkan tanah hasil pengeboran supaya larut dalam
air agar lebih mudah dihisap. Proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan
proses penghisapan lumpur hasil pengeboran, oleh karena itu air yang ditampung
pada kolam air harus d apat memenuhi sirkulasi air yang diperlukan untuk
pengeboran. Setiap kedalaman pengeboran 3 meter, dilakukan penyambungan
stang bor sampai kedalaman yang diinginkan tercapai. Jika kedalaman yang
diinginkan hampir tercapai ( 1 meter lagi), maka proses penghisapan dihentikan
(mesin pompa hisap tidak diaktifkan), sementara proses pengeboran terus dilakukan
sampai kedalaman yang diinginkan (dapat diperkirakan dari stang bor yang sudah
masuk), selanjutnya stang bor dinaikkan sekitar 0,5-1 meter, lalu proses penghisapan
dilakukan terus sampai air yang keluar dari selang buang kelihatan lebih bersih ( 15
menit). Kedalaman pengeboran diukur dengan meteran pengukur kedalaman, jika
kedalaman yang diinginkan belum tercapai maka proses yang tadi dilakukan
kembali. Jika kedalaman yang diinginkan sudah tercapai maka stang bor boleh
diangkat dan dibuka.
30
jaraknya lebih dari 50 cm maka pada saat pertama kali beton keluar dari tremie
akan terjadi pengenceran karena bercampur dengan air pondasi (penting untuk
perhatikan). Pada bagian ujung atas pipa tremie disambung dengan corong
pengecoran.
Pelajari lay-out pondasi dan titik-titik yang akan di bor, membersihkan lokasi
pekerjaan dari gangguan yang ada seperti bangunan-bangunan, tanaman, atau pohon-
pohon, tiang listrik, atau telepon, kabel dan lainnya.
2.7 Pembebananan
Beban beban pada struktur gedung dapat terdiri dari beban mati, beban hidup,
beban angin, beban gempa, beban air dan beban khusus lainnya seperti beban getaran
mesin, beban kejut listrik dan lain lain. Beban beban yang direncanakan akan
bekerja dalam struktur gedung tergantung dari fungsi ruangan, lokasi, bentuk,
kekakuan, massa dan ketinggian gedung itu sendiri. Jenis beban yang akan dipakai
dalam perencanaan ini adalah beban hidup (LL), beban mati (DL) dan beban gempa
(E).
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, mesin-mesin serta peralatan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan itu.
Beban mati merupakan beban yang intensitasnya tetap dan posisinya tidak
berubah selam usia penggunaan bangunan. Biasanya beban mati merupakan dari
berat sendiri bangunan itu sendiri sehingga besarnya dapat di hitung sesui bentuk,
ukuran dan berat jenis materialnya.
Beban mati tambahan adalah beban yang berasal dari finishing lantai (keramik,
plester), beban dinding dan beban tambahan lainnya. Sebagai contoh, berdasarkan
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983) :
Beban hidup merupakan beban yang dapat berpidah tempat, dapat bekerja
penuh atau tidak sama sekali. Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu bangunan, dan didalamnya termasuk beban-
beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-
mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
34
bangunan dan dapat diganti selama masa hidup dari bangunan itu, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap bangunan tersebut.
Khusus untuk atap yang dianggap beban hidup termasuk beban yang berasal dari air
hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh butiran air.Beban hidup
tidak termasuk beban angin dan beban gempa.
Beban hidup berdasarkan fungsi ruangan dari Tabel 3.1 Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983) :
Gambar 2.16 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar
dengan periode ulang 500 tahun
Pada perencanan sistem struktur penahan beban horizontal dari suatu gedung,
beban hidup pada gedung itu ikut menentukan besarnya beban gempa yang harus
dipikul oleh system struktur tersebut dan untuk menentukan beban gempa koefisien
reduksi beban hidup dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut
4. PERUMAHAN/PENGHUNIAN
Rumah tinggal,asrama,hotel,rumah sakit 0,75 0,30
PENDIDIKAN
Sekolah,ruang kuliah 0,90 0,50
PERTEMUAN UMUM
Mesjid,gereja,bioskop,restoran,ruang 0,60 0,50
dansa,ruang pagelaran
KANTOR
Kantor,bank 0,80 0,30
PERDAGANGAN
Took,toserba,pasar 0,80 0,80
PENYIMPANAN
Gudang,perpustakan,ruang arsip 1,00 0,80
INDUSTRI
Pabrik,bengkel 0,90 0,90
TEMPAT KENDARAAN
Garasi,gedung parker 0,90 0,50
GANG DAN TANGGA
Perumahan/penghunian, 0,75 0,30
pendidikan,kantor, 0,75 0,50
pertemuanumum,perdagangan,penyimpanan,
industry,tempat kendaraan. 0,90 0,50
Diantara perbedaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperan dari geoteknik. CPT atau sondir
merupakan tes yang cepat, sederhana, ekonomis, dan tes sondir dapat dipercaya
dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah dasar. CPT atau
sondir dapat juga mengklasifikasikan lapisan tanah dan dapat memperkirakan
kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang, data tanah
sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity)
tiang sebelum pembanguan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit
dari pondasi tiang.
(4)
Dimana :
(base) = perlawanan konus rata-rata 1,5 D di atas ujung tiang sampai 1,5 D di
bawah ujung tiang
Untuk kapasitas daya dukung selimut tiang (Qs), didapat dari perkalian antara:
= diameter tiang tinggi tiang (5)
= 0,012 . qs (6)
Dimana :
= Nilai rata-rata hambatan pelekat konus
Besarnya beban yang bekerja atau kapasitas ijin tiang bor dengan
memperhatikan kemanan terhadap keruntuhan maka nilai ultimit (Qu) dibagi dengan
faktor keamanan yang sesuai. Variasi faktor kemanan yang digunakan untuk pondasi
tiang bor maupu tiang pancang sangat tergantung pada jenis tanah yang ditentukan
berdasarkan data laboratoriun yaitu:
a. Untuk dasar tiang bor yang dibesarkan dengan diameter d < 2 m, maka
(7)
(8)
c. Untuk tiang bor dengan diameter lebih dari 2 meter, kapasitas tiang bor perlu
dievaluasi dengan pertimbangan terhadap penurunan tiang.
39
Dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung ultimit tiang
= Tahanan ujung sondir
Ap = Luas penampang tiang
JHL = Jumlah hambatan lekat
K11 = Keliling tiang
Adapun daya dukung ijin pondasi menggunakan metode ini dinyatakan dengan
rumus:
(10)
Qpg = Eg . n . Qu (11)
Dimana :
Qpg = daya dukung yang diijinkan untuk kelompok tiang (ton)
Eg = Efisiensi kelompok tiang
n = Jumlah tiang
Qu = Daya dukung ultimit untuk tiang tunggal (kg)
40
} (12)
Dimana:
m = Jumlah barisan tiang
n = Jumlah tiang per baris
= 1 (dalam derajat)
S = Jarak tiang pusat ke pusat (m)
(13)
Dimana:
= faktor reduksi kekuatan tekan dengan tulangan spiral 0,70
Mn = Momen nominal yang bekerja
Mu = Momen maksimum yang bekerja pada tiang
(14)
(15)
Dimana :
min = rasio tulangan minimum
b = rasio tulangan seimbang (balance)
max = rasio tulangan maksimum
3. Menghitung
(18)
(19)
Dimana :
= rasio tulangan yang digunakan
As = xbxd (20)
Dimana :
= luas tulangan yang dipakai
b = diameter pondasi
d = lebar efektif pondasi
As tul. = Luas tulangan
(22)
Dimana :
= jumlah tiang yang digunakan
42
np = (23)
Dimana:
np = jumlah tiang
P = gaya aksial yang terjadi
Pall = daya dukung ijin tiang.
SAP 2000 (Struktur Analysis and Design) yang dipakai adalah versi 16.2.2
dengan cara pengerjaannya sebagai berikut:
1. Buka program SAP 2000 v16.2.2 Pilih New Model (Ctrl+N), ganti satuan N,n,C
dan pilih Grid only.
2. Selanjutnya masukan data-data pada kolom Number of Grid dan Grid Spacing
3. Pilih Define Coordinate/Grid Systems, lalu pilih Modifity /Show System (ALT
+ D + D), lihat Gambar 2.29. Ganti Display Grid as Ordinates dengan Spacing
masukan data-data pada kolom X Grid Data dan Y Grid Data dengan nilai yang
terlihat pada gambar 2.30.
4. Mendefinisikan Material
Pilih Define Add New Material dan masukan data-data yang ada dengan teliti
mulai Material Name, Material Type untuk beton (Concret). Weight per Unit
Volume, Modulus of Elasticity (E) dan nilai fc.
6. Mendefinisikan Pelat
Pilih Define - Section Properties Area Section klik Add New Sections.
Ketikan data yang ada pada kolom yang disediakan lalu klik OK. Gambar pelat tadi
pada tampilan 2-D X-Y Plane dengan menggunakan ikon (Draw Rectangular Area
Element) untuk pelat berbentuk kotak dan gunakan ikon (Draw Poly Area) untuk
pelat berbentuk segitiga.
9. Mendefinisikan beban
Pilih Define Load Pttern dan didefinisikan beban mati (DEAD) dengan Self
Weight Multiplier = 0 dan begitu juga dengan beban hidup (LIVE).
Mulai
Studi Lapangan
Analisis Perhitungan
Penarikan Kesimpulan
Selesai
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data-data proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Prof Dr. V.L.
Ratumbuysang Manado
Gambar 3.1. Lokasi proyek pembangunan RSJ Prof Dr. V.L. Ratumbuysang Manado
55
Data ini merupakan data pondasi tiang yang terpasang di lapangan, dengan
data sebagai berikut:
1. Beton
- Kuat Desak (fc) untuk :
Plat :
Kolom pendestral : 25 MPa
Slof beton : 25 MPa
Plat beton : 25 MPa
Balok : 25 MPa
- Modulus Elastis (Ec) : 4700 fc
- Berat volume Beton : 2400 kg/m3
- poisson ratio beton (Vc) : 0,2
2. Baja Tulangan
- Tulangan longitudinal BHTP 40 (ulir) fy : 390 MPa dan fu = 500 MPa
- Tulangan transfersal/sengkang BJTP 24 (ulir) fy : 235 MPa dan fu =380
MPa
- Poison ratio baja : 0,3
3. Profil baja
- Kolom profil H BEAM
- Balok profil IWF
56
a. Beban Mati
WKHB 1 Lantai 1 = (Berat baja HB profil L400 (kg/m)) x L
= 171,68 kg/m x 4,5 m
= 772,56 kg
b. Beban hidup
WLL Lantai 1 = 250 kg/m2 x (PxL)
= 250 kg/m2 x (6m x 3m)
= 4500 kg
63
Jadi, P
PL.1 = 7110,9 kg + 4500 kg
= 11610,9 kg
PL.2 = 6857,078 kg + 4500 kg
= 11,357,078 kg
PL.3 = 6695,692 kg + 4500 kg
= 11195,692 kg
PL.4 = 6695,692 kg + 4500 kg
= 11195,692 kg
PL.5 = 6613,308 kg + 4500 kg
= 11113,308 kg
a. Beton
Fc = 25 Mpa
b.Baja
Fy = 400 Mpa
3.3.1 Beban-beban
W 2.475.773,9
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
T =.n (24)
= 0,16 x 5
= 0,8 detik
= Koefisien pengali dari jumlah tingkat sesuai dengan wilayah gempa 0,16
(tabel 8 pada SNI-1726-2002)
66
(25)
C1 =
I =1
R =
Wt = 2.475.773,9
2.475.773,9 = 147.439,62 kg
=Faktor respon Gempa adalah 0,5062 (sesuai zona dan jenis tanah)
I =Faktor Keutamaan I adalah 1(Tabel 1, hal 12 pada SNI-1726-2002)
R =Faktor Reduksi Gempa adalah 8,5 (Tabel 3, hal 16 pada SNI-1726-2002
=Berat total gedung,termasuk beban hidup yang sesuai
(26)
3.5.1 Menghitung kapasitas daya dukung bored pile dari data sondir,
Perhitungan di titik P18 (S-2) pada kedalaman bored pile 3,00 meter.
Tabel 3.4 Merupakan hambatan konus berdasarkan laporan penyelidikan pada titik
S-2
Kedalaman (meter) Perlawanan konus Jumlah hambatan perekat
kg/cm2 (kg/cm)
1,40 10 128
1,60 10 148
1,80 15 168
2,00 20 188
2,20 25 208
2,40 30 228
2,60 40 258
2,80 60 328
3,00 90 428
3,20 130 528
3,40 120 608
3,60 140 688
3,80 250 -
68
qc =
2
= 72,307 kg/
2
Ap =
2
=
= 314 cm2
KII = xD
= 3,14 x 20
= 62,8 cm
Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate tiang pada titik P18 menurut Meyerhof
adalah sebagai berikut :
2
qc = 72,307 kg/ (tahanan ujung sondir pada titik P18 S2 kedalaman 300 m)
2
Ap = 314 (luas penampang tiang)
JHL = 428 kg/cm (jumlah hambatan lekat pada sondir titik S-2)
KII =62,8 cm (keliling tiang)
Maka Qu = (qc x Ap) + (JHL x KN)
2 2 2
= (72,307 kg/ x 314 ) + (428 kg/ x 628 cm)
= 22704,398 kg + 26878,4 kg
= 49582,798 kg = 49,583 Ton
Factor aman :
Qa =
= 12943,81267 kg
= 12,944 Ton.
Eg = 1 =
q = arctg
m =2
n =3
D = 20 cm
S = 50 cm
= arc tan
= 21,80o
Eg = 1 21,80 x
Eg = 0,73
Daya dukung vertikal kelompok tiang pada titik (P-18) adalah :
= Eg x jumlah bored pile x daya dukung tiang
= 0,73 x 6 x 12,944
= 56,694 Ton > Pu = 56,473 Ton (OK) (Pada titik P-18)
Gambar 3.8 Dimensi pile cap dan jarak antar tiang bored pile pada titik P-18
70
3.5.2 Menghitung kapasitas daya dukung bored pile dari data sondir,
Perhitungan di titik P401 (S-2)
3.5.2.1 Menghitung kapasitas daya dukung bored pile dari data sondir, Perhitungan di
titik P401 (S-2) pada diameter 20 cm dan kedalaman bored pile 3,00 meter.
qc =
2
= 72,307 kg/
71
2
Ap =
2
=
= 314 cm2
KII = x D
= 3,14 x 20
= 62,8 cm
Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate tiang pada titik P401 menurut Meyerhof
adalah sebagai berikut :
2
qc = 72,307 kg/ (tahanan ujung sondir pada titik P401 S2 kedalaman 300 m)
2
Ap = 314 (luas penampang tiang)
JHL = 428 kg/cm (jumlah hambatan lekat pada sondir titik S-2)
KII =62,8 cm (keliling tiang)
Maka Qu = (qc x Ap) + (JHL x KN)
2 2 2
= (72,307 kg/ x 314 ) + (428 kg/ x 628 cm)
= 22704,398 kg + 26878,4 kg
= 49582,798 kg = 49,583 Ton
Factor aman :
Qa =
= 12943,81267 kg
= 12,944 Ton.
Eg = 1 =
q = arctg
m =4
n =4
D = 20 cm
S = 50 cm
= arc tan
= 21,80o
Eg = 1 21,80 x
Eg = 0,64
Gambar 3.10 Dimensi pile cap dan jarak antar tiang bored pile pada titik P-401
dengan 16 buah bored pile
73
3.5.2.2 Menghitung kapasitas daya dukung bored pile dari data sondir,
Perhitungan di titik P401 (S-2) pada diameter 30 cm dan kedalaman bored pile
2,60 meter.
qc =
2
= 55 kg/
2
Ap =
2
=
= 706,5 cm2
74
KII = x D
= 3,14 x 30
= 94,2 cm
Perhitungan kapasitas daya dukung ultimate tiang pada titik P401 menurut Meyerhof
adalah sebagai berikut :
2
qc = 55 kg/ (tahanan ujung sondir pada titik P401 S2 kedalaman 2,60 m)
2
Ap = 706,5 (luas penampang tiang)
JHL = 258 kg/cm (jumlah hambatan lekat pada sondir titik S-2)
KII =94,2 cm (keliling tiang)
Maka Qu = (qc x Ap) + (JHL x KN)
2 2 2
= (55 kg/ x 706,5 ) + (258 kg/ x 94,2 cm)
= 38857,5 kg + 24303,6 kg
= 63161,1 kg = 63,161 Ton
Factor aman :
Qa =
= 17813,22 kg
= 17,813 Ton.
Eg = 1 =
75
q = arctg
m =3
n =3
D = 30 cm
S = 75 cm
= arc tan
= 21,80o
Eg = 1 21,80 x
Eg = 0,69
Gambar 3.12 Dimensi pile cap dan jarak antar tiang bored pile pada titik P-401
dengan 9 buah bored pile
3.6 Daya Dukung Kelompok Tiang untuk titik P18 dan titik P401
Pada Titik P18 adalah 56,694 ton sehingga jumlah tiang yang diperlukan adalah 6
buah tiang sedangkan pada titik P401 adalah 110,619 ton sehingga jumlah tiang
yang diperlukan adalah 9 buah tiang.
76
Gambar 3.13 Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat berat bisa masuk.
77
Tim surveyor Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bored pile dengan
bantuan alat Theodolite atau waterpass.
Gambar 3.14 Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bored pile dengan
Bantuan alat Theodolite
c. Pemasangan patok
Setelah dilakukan survey lapangan maka selanjutnya dilakukan pemasangan
tanda atau patok berdasarkan titik as pondasi yang telah disurvey.
d. Pemasangan Stand Pipe/casing
Stand pipe atau casing dipasang dengan ketentuan bahwa pusat dari stand pipe
harus berada pada titik as pondasi yang telah disurvey.
e. Pembuatan drainase dan kolam air
Drainase dan kolam air dibuat sebagai tempat penampungan air besrsih untuk
pekerjaan pengecoran sekaligus untuk tempat penampungan air bercampur lumpur
hasil pengeboran.
78
f. Setting Mesin
Setelah stand pipe dipasang, mata bor sesuai dengan diameter yang ditentukan
dimasukkan terlebih dahulu kedalam stand pipe, kemudian beberapa buah pelat
dipasang untuk memperkuat tanah dasar dudukan mesin, kemudian mesin
diposisikan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Mata bor disambung dengan stang pemutar, kemudian mata bor diperiksa apakah
sudah benar-benar berada pada pusat / as stand pipe (titik pondasi)
2. Posisi mesin harus tegak lurus terhadap lubang yang akan di bor (yang sudah
terpasang stand pipe), hal ini dapat dicek dengan alat water pass.
sekaligus untuk menghancurkan tanah hasil pengeboran supaya larut dalam air
agar lebih mudah dihisap.
2. Proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan proses penghisapan
lumpur hasil pengeboran, oleh karena itu air yang ditampung pada kolam air
harus dapat memenuhi sirkulasi air yang diperlukan untuk pengeboran.
3. Setiap kedalaman pengeboran 3 meter, dilakukan penyambungan stang bor
sampai kedalaman yang diinginkan tercapai.
4. Jika kedalaman yang diinginkan hamper tercapai ( 1 meter lagi ), maka proses
penghisapan dihentikan, sementara proses pengeboran terus dilakukan sampai
kedalaman yang diinginkan, selanjutnya stang bor dinaikan sekitar 0,5-1 meter,
lalu proses penghisapan dilakukan terus sampai air yang keluar dari selang buang
kelihatan lebih bersih ( 15 menit).
5. Kedalaman pengeboran diukur dengan meteran pengukuran kedalaman, jika
kedalaman yang diinginkan belum tercapai maka proses pada langkah ke-4
dilakukan kembali. Jika kedalaman yang diinginkan sudah tercapai maka stang
bor boleh diangkat dan dibuka.
setelah tulangan terangkat dan sudah tegak lurus dengan lubang bor, kenudian
dimasukkan pelan-pelan ke dalam lubang, posisi tulangan terus dijaga supaya
tidak menyentuh dinding lubang bor dan posisinya harus benar-benar ditengah /
dipusat lubang bor.
4. Jika level yang diinginkan berada dibawah permukaan tanah, maka digunakan
besi penggantung.
5. Setelah tulangan dimasukkan, kemudian pipa tremi dimasukkan. Pipa tremi
disambung-sambung untuk memudahkan proses intalasi dan juga untuk
memudahkan proses instalasi dan juga untuk memudahkan pemotongan tremi
pada waktu pengecoran, ujung pipa tremi berjarak antara 25 cm - 50 cm dari
dasar lubang pondasi, jika jaraknya kurang dari 25 cm maka pada saat
pengecoran beton lambat keluar dari tremi, sedangkan jika jaraknya lebih 50 cm
maka pada saat pertama kali beton keluar dari tremi akan terjadi pengenceran
karena bercampur dengan air pondasi, pada bagian ujung atas pipa tremi
disambung dengan corong pengecoran.
3. Jika beton dalam corong penuh, pipa tremi dapat digerakkan naik turun dengan
syarat pipa tremi yang tertanam dalam beton minimal 1 meter pada saat pipa
tremi dinaikan. Jika pipa tremi yang tertanam dalam beton terlalu panjang, hal ini
dapat memperlambat proses pengecoran, sehingga perlu dilakukan pemotongan
pipa tremi dengan memperhatikan syarat bahwa pipa tremi yang masih tertanam
dalam beton minimal 1 meter.
4. Proses pengecoran dilakukan dengan mengandalkan gaya gravitasi bumi, posisi
pipa tremi harus berada pada pusat lubang bor, sehingga tidak merusak tulangan
atau tidak menyebabkan tulangan terangkat pada saat pipa tremi digerakkan naik
turun.
5. Pengecoran dihentikan 0,5-1 meter diatas batas beton bersih, sehingga kualitas
beton pada batas beton bersih benar-benar terjamin ( bebas dari lumpur ).
6. Setelah pengecoran selesai dilakukan, pipa tremi diangkat dan dibuka, serta
dibersihkan. Batas pengecoran diukur dengan meteran kedalaman.
Molen
Pipa Tremi
Gambar 3.20 Truk readymix saat melakukan pengecoran pondasi bore pile
84
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Diameter pondasi bored pile pada titk P18 adalah 20 cm dengan kedalaman tiang
3,00 m dan diameter pondasi pada titik P401 adalah 30 cm, dengan kedalaman
tiang 2,60 m.
2. Daya dukung tiang pada titik P18 adalah 12,944 ton sedangkan daya dukung
tiang pada titik P401 adalah 17,813 ton
3. Jumlah tiang pada titik P-18 adalah 6 buah tiang bored pile dan pada titik P-401
adalah 9 buah tiang bored pile.
4. Daya dukung kelompok tiang pada titik P18 adalah 56,694 ton sedangkan daya
dukung tiang pada titik P401 adalah 110,619 ton. Dengan perbandingan pada
titik P18 adalah 56,694 ton > Pu = 56,473 ton (OK) dan pada titik P401 adalah
110,619 ton > Pu = 107,893 ton (OK)
4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dalam tugas akhir ini, maka disarankan beberapa hal
berikut:
SUMBER
http://www.scribd.com/doc/117186816/Desain-Bored-Pile#scribd
http://arsitekdansipil.blogspot.com/2014/06/cara-pelaksanaan-pondasi-bore-
pile.html
lr c; 5l
l- -l' - -l
-t
rl
tl 'i
c;i . {
'l'
t
,,, - (t
lol
ri;
,e
'"".11 r
iti:' t '''-) {
il . i.l - -l
i-',i --
Et E
r:
fEg. i
.fl "l I "1.
rl t:
I
:'i'l - ' -l
I .
i(\l
:1.
;la'i.t.
,,'-li
l-J---8-J. I ; !
il ,
r' ,il , ri .i
1iF
ga .l-
rl
FI
rl
<t
zt
!',='-l'T
(o
ao
Htr
:-J"--i-E-f ;:J*i::r*
It-': ,ir:lt rl .
ll' i't! E -l
;rl I i'!r
l"i
_J_i_-r_*rl_r_
r.l)l
I
,t
r, -il r
r
;i I
I..' L:'I
tir- l 53'l
t;i
a -l
rr,1i
-i ri!
.:!
-il
5
t
:
,- -gi-. .l I
- rii -ii
'rO
I
!lrii
!t f-
lt -rl
-:l
1,i E
lt,i
f:.i " l, !J
I 't t I
I
, ,i"!"rl- E ;
{
l' ,-li - ti
i
'l
',
Ii.l'l "r -;li - a
I
t
IG|
t' . l' -
r't ;i -l
ir a!. !''l
!.,til
i. t
i-I , .:
I
=t-l . ",- -
r-
:i!
Jl
rl
2
Hlt
- Ei rL
=r*++:"+!i
t,, '', rii '
f :j -lr
"l-]
-.ii ":
.t_n'lii
!;
: I;':
th
2l
<t
o =l
LllI
>t
o t o
zl
@ g @ 6
6t
51
s:
a
s s -f FI
Rlt
, B
I
<i
1g f; s a
I
lc
li
TT
I
J
d
I
I
ls
ils
|t
F fl E g T
T
-t
I
i o
o
I
I s
R ri g
"n{ I
+T
i
I
F s x ls c
?
a
I
I
1fl
.L
i
T8
s
Es
t
.t
s c.
i+ l: T
f;
!
Jf
ri a
ls
t
ct
F
a ,
e s
IT ia
I ,t
is
I
I
R r5 a s
z
ct
6
ot
!-t
LEMBAR PENGESAHAII
Yang bertanda tangan di bawah ini, Dosen Pembimbing Koordinator Tugas Akhir dengan Ketua Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado.
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Edward Z. Halibu
NIM :11012023
Manado5lAgustus 2015
Dosen Pembimbing
/e66i\bing t Pembimbing 2
(
Sudarno. ST.. MT
1t (t
L.-:--T/ hru
Nixon S. Mantiri. ST.. MT
002
Nrp. 196s0116 199003 1 NIp. 19681115 200212 1 001
Disetujui
Koordinator Tugas Akhir
Mengetahui
KetuaJurusanTeknikSipil
2,4<-
Ir. Donnv Rovke Taiu. MT
|tIP. 19591003 198903 1002
l-
LEMBAR PENGESA}IAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Dosen Pembimbing, Koordinator Tugas Akhir dengan Ketua Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado.
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa :
Pembimbing 1 Peglimbing 2
Disetujui
,H
Koordinator Tugas Akhir .t -1
Mengetahui
san\gknikSipil
: 195910031 198903
a
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS AKHIR
G
Vt*r t4 k,
- d!, wvw--e "y E @
zo ly\ tr
ww G
/')
t{ 5l'l'( ?r
({la P
>t
Ga\ 6^ C4
'd1
l0 lrtr - &e$-d
t \>'Q-hLL/'^-?- ()
to
-"Wtutlhat L'"1"94 tuv--*
DOSEN PEMBIMBING
.-') ll
, -1\1 t''- '--,-
U
Sudarno ST. MT Nixon S. Mantiri. ST." MT
NIP.19650116 199003 NIP.196B1t15 26s21/ t ool
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Ernl t'|-E!4\|lL/
!i1. iiil
\!tr(ltrp!
r r!JL^u
l\{
.!rr
\r A nr\
rr rr i./V
!! rnr r^
JUI(U)Al\ I Et\l\lt\ )lrll-
PROGRAM STUDY DIPLOMA IV - KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
LEMBAR ASISTENSI
r U('AD Al\fltr\
F 1 r Er 1.r
i'i i,!tti] I r{-!r.Yr-,I{j -.,, lai,':!l+!.!
NIM :11 012023
Judul : Perencanaan Pondasi Bored Pile Dan Metode Pelaksanaan
Dolio r rVJvA rD^-l---^"-^-
r 4u4 D.n.'ot' wrrrU@tr6ulrcrl c^'{"--
Uvuurr6 DaI
I\rfJ D-^f
j. iUi n-
tii. \IV .L.
I
Ratumbuysang Manado
Tanggal Parafl)osen
Pemhimhinq
il*t*t Ol,.
8lt( iU"*;tu6^
lY,ety Ohh h ]in ?4
ii
llll II Inn'A'^r
Vnti-r,' vv
tX
CIA
A
rl; r4Lt(A
,F
^Fyt
ii
ii
s't"t(1s"ggtu
L?* vq
i 'u.u/^--{t ,Y'Mw d.'
ii I vutszt-h^
\"OU\n,--i--
'
ll I VtpJr- d L),t*o"'k-'
.
iiii p fqr14.
i;4Yr v'*\"j'
f- (lN,,.kM.
Lr'/..-P'
ll*r3 lt,, l* %nr*,'t"'I ntPa
l r- wp*t qN q!e:.
ll | tuF,/"h
iill
ll
l- u/r-:
.l--
ii
lll
-f I
.\ =t
\r
il
11
t\ / r'. ,
,il
h\/
--
Sudarno ST. MT
1:Y- J araa4. t -- r:^:^4^^ i
laJ!i'!Yntt!t !tr !Vvi-ti-t_1 ^^^
! a-iai.i
rl
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
- ..-*-:- :'.:. -:-:.'-_-'_-
*:^:y !-j-!tE -r-IyE i._iEtr-t-+y -r=; i, -ir i -._,^:
LEMBAR ASISTENSI
.!r!!_- ! Aa! a
i i': =-.4!!a:
i : E E---
= ---==,--- =----
i!_:lrJiii! ! a, 5:!!!r-!! i
NIM : ll
012 023
Jr,rdr-r! : Peiencaiiaan P+ndr,sr B+red Pile Dan l!!et+4r pelaks.:rnaan
-:- i;,-
a:--
r guo =---i_ -'
r rvJwN
_,- a,_,,
r vlrruqrrtsurrqrr vvuqr16 r\uJ l rvr ur. t .L.
Ratumbuysang Manado
Paraf Dosen
! Pe=!:!*-=!r!*+
:-
it
q4r,,-,r^-
tff*M ff n/z'"-y,aL4r4
o?u,4 "/ n.l
POLITEKNIK NEGERI MANADO
JURUSAN TEKMK SIPI
Tgl. Selesai
TandaTangan
Konsultasi
Ketua/Penguji
J.
Anggota/Penguj i/Pemb i m b in g -.
iL-
Anggota/Penguj i/Pembi mb i ng 5.--___
Manado, 2015
Ketua Panitia Penguji Tugas Akhir,
TENTANG
PENETAPAN
DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR MAHASISWA
PROGRAM STUDI D.IV KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG JURUSAN
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
TAHU N AKADEMIK 201412015
Membaca : Surat Ketua Jurusan Teknik Sipil Nomor: 368/P112.3/AK/201S tanggat 11 Mei 2015 pe
ihat
Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa prograh Studi D-tV
Konstlksi
Bangunan Geg!!g Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Potiteknik Negeri Manado Tr hun
Akademik 2014t2015.,
Menimbang : a. Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir Mahasrswa prograir
Stur i D
lV Konstruksi B-angunan Gedung Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Mlrrado T.. trul
Akademik 2014t2015 pertu ditetapkan Dosen pembimbing;
b. Bahwa mereka yang nama-namanya tercantum dalim lampiran Keputusan irrr
d,rrilai
memenuhi syarat sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa program
-Sipil Studi
-Manado L) 1V
Konstruksi Bangunan Gedung Jurusan Teknik Politeknik Negeri Tahun
Akademik 2014t2015 ,
c Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada butir (a) dan (b) diatas perlu
diterbr.kan
Keputusan Direktur ;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama Nama-nama sebagaimana yang tercantum dalam lampiran Keputusan ini
ditetapkan seb;rgai
pembimbing Tugas Akhir bagi Mahasiswa Program Studi D-lV
Konstruksi BangunanGeoing
Jurusan Teknik sipil Politeknik Negeri Manado Tahun Akademik 20141201s.
Kedua Dosen Pembimbing bertugas :
WZffirllniisfi*.,
+-" .+fft
lel:i
'--__--,-,-:7
ooo4 1 egeo3 1 oo 1
Tembusan:
'l _--
PembantuDirektur l, ll, lll, & lV
2, Ketua Jurusan Teknik Sipil
3 Kepala - Kepala Bagian
4, Yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan
s Arsip
Lampiran Keputusan Direktur politeknik Negeri Manado
Nomor 2721tPL12tAW201S
Tanggal : 04 Agustus 20'15
Tentang : Penetapan o91L
fe1olmbing Tugas Akhirlvlahasiswa Program studi D.lV Konstruksi Bangunan Gedrrng
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado Tahun AkadeirikZO1,4l2OlS
SEMESTER VIIIA
SEMESTER VIII B
Cicilia Mantiri
lr. Jeanely Rangkang, M.Eng,Sc
11012007
lr. Enteng J, Saerang, MT
Marselius L.Aloo
Daisy D.G. Pangemanan, ST.,MT, M.Sa
19 jendry l Budiman
11012043
lr. Julius E. Tenda, MT
Shirley Runtunuwu, ST., MT
20 i Claudio B. lrol 1101204s
I
f omek1gn,
JULLES RANGAN
70604 198903 1001
KEPUTUSAN
DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI MANADO
I^{OMOR : 31ffltH_.IH hKt?s1,5
Tentang
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA Menetapkan personalia di bawah inisbb :
Pengarah lr. Jemmy J. Rangan, MT
Ketua / Penguji Fery Sondakh, ST., MT
Anggota I Penguji lr. Ever N. Slat, MT
Anggota I Pembimbing : Nixon Mantiri, ST., MT
Sebagai Panifia Seminar
lJian
Tugas Akh[
frognm Studi trM Konst'uksi Rangunan Grdurrg Jurusan Teknik Sipit
Politeknik Negeri Manado Tahun Akademik 2014i2015.
KEDUA Nama-nama sebagaimana yang tersebut pada dictum pertama dalam keputusan ini bertugas
melaksanakan pengujian
atas Tugas Akhir kepada mahasiswa yang tersebut dibarah ini :
Nama : Edward Z. Halibu
NIM :11012023
SesuaiiudulTuge3r*hir : Perencanam Pon&si Borcd Pile Eer? mdode pelaltseileffi Pad* proylt
JULLES RANGA,N
Tembusan:
1. Pembantu Direktur l, ll, lll & lV
2. Ketua Jurusan Teknik Sipil
3. Kepala - Kepala Bagian
4. Yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan
5, Arsip
MULTI TEKNIK
SPECIALIST CIVIL MATERIAL TESTING & CIVIL WORKS
Perumahan Poligriya Permai Blok F no.19
Jl. Politeknik Ds. Buha Kecamatan Mapanget, Manado
Telp. 0431-3318870, HP. : 082189498882, email [email protected]
BACAAN SONDIR
Pengadaan Konst/Pembelian Ged.Rumah
Proyek : Tanggal : 24 Oktober 2014
Sakit
Dikerjakan
Lokasi : RS.Jiwa Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang Enco, dkk
:
Titik : S-1 Diperiksa : Fery
Jumlah
Hambatan Jumlah Hambatan Hambatan Friction
Kedalaman Friction Hambatan
Konus Hambatan Pelekat Setempat Ratio
Pelekat
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm2) (%)
0,00 0 0 0 0 0 0 0,00
0,20 10 15 5 10 10 0,5 5,00
0,40 17 21 4 8 18 0,4 2,35
0,60 25 31 6 12 30 0,6 2,40
0,80 20 30 10 20 50 1 5,00
1,00 10 20 10 20 70 1 10,00
1,20 10 20 10 20 90 1 10,00
1,40 15 25 10 20 110 1 6,67
1,60 15 25 10 20 130 1 6,67
1,80 20 30 10 20 150 1 5,00
2,00 20 30 10 20 170 1 5,00
2,20 20 30 10 20 190 1 5,00
2,40 35 55 20 40 230 2 5,71
2,60 55 80 25 50 280 2,5 4,55
2,80 70 105 35 70 350 3,5 5,00
3,00 65 105 40 80 430 4 6,15
3,20 70 95 25 50 480 2,5 3,57
3,40 95 140 45 90 570 4,5 4,74
3,60 140 165 25 50 620 2,5 1,79
3,80 155 180 25 50 670 2,5 1,61
4,00 250
MULTI TEKNIK
SPECIALIST CIVIL MATERIAL TESTING & CIVIL WORKS
Perumahan Poligriya Permai Blok F no.19
Jl. Politeknik Ds. Buha Kecamatan Mapanget, Manado
Telp. 0431-3318870, HP. : 082189498882, email [email protected]
BACAAN SONDIR
Pengadaan Konst/Pembelian Ged.Rumah
Proyek : Tanggal : 24 Oktober 2014
Sakit
RS.Jiwa Dikerjakan
Lokasi : Enco, dkk
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang :
Titik : S-2 Diperiksa : Fery
Jumlah
Hambatan Jumlah Hambatan Hambatan Friction
Kedalaman Friction Hambatan
Konus Hambatan Pelekat Setempat Ratio
Pelekat
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm2) (%)
0,00 0 0 0 0 0 0 0,00
0,20 10 14 4 8 8 0,4 4,00
0,40 25 35 10 20 28 1 4,00
0,60 20 30 10 20 48 1 5,00
0,80 25 35 10 20 68 1 4,00
1,00 15 25 10 20 88 1 6,67
1,20 10 20 10 20 108 1 10,00
1,40 10 20 10 20 128 1 10,00
1,60 10 20 10 20 148 1 10,00
1,80 15 25 10 20 168 1 6,67
2,00 20 30 10 20 188 1 5,00
2,20 25 35 10 20 208 1 4,00
2,40 30 40 10 20 228 1 3,33
2,60 40 55 15 30 258 1,5 3,75
2,80 60 95 35 70 328 3,5 5,83
3,00 90 140 50 100 428 5 5,56
3,20 130 180 50 100 528 5 3,85
3,40 120 160 40 80 608 4 3,33
3,60 140 180 40 80 688 4 2,86
3,80 250
MULTI TEKNIK
SPECIALIST CIVIL MATERIAL TESTING & CIVIL WORKS
Perumahan Poligriya Permai Blok F no.19
Jl. Politeknik Ds. Buha Kecamatan Mapanget, Manado
Telp. 0431-3318870, HP. : 082189498882, email [email protected]
BACAAN SONDIR
Pengadaan Konst/Pembelian Ged.Rumah
Proyek : Tanggal : 24 Oktober 2014
Sakit
RS.Jiwa Dikerjakan
Lokasi : Enco, dkk
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang :
Titik : S-3 Diperiksa : Fery
Jumlah
Hambatan Jumlah Hambatan Hambatan Friction
Kedalaman Friction Hambatan
Konus Hambatan Pelekat Setempat Ratio
Pelekat
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm2) (%)
0,00 0 0 0 0 0 0 0,00
0,20 10 14 4 8 8 0,4 4,00
0,40 10 15 5 10 18 0,5 5,00
0,60 25 40 15 30 48 1,5 6,00
0,80 15 25 10 20 68 1 6,67
1,00 15 25 10 20 88 1 6,67
1,20 15 25 10 20 108 1 6,67
1,40 10 15 5 10 118 0,5 5,00
1,60 10 15 5 10 128 0,5 5,00
1,80 10 15 5 10 138 0,5 5,00
2,00 10 15 5 10 148 0,5 5,00
2,20 10 15 5 10 158 0,5 5,00
2,40 12 15 3 6 164 0,3 2,50
2,60 20 25 5 10 174 0,5 2,50
2,80 20 25 5 10 184 0,5 2,50
3,00 30 35 5 10 194 0,5 1,67
3,20 25 40 15 30 224 1,5 6,00
3,40 30 55 25 50 274 2,5 8,33
3,60 55 80 25 50 324 2,5 4,55
3,80 65 90 25 50 374 2,5 3,85
4,00 60 80 20 40 414 2 3,33
4,20 115 150 35 70 484 3,5 3,04
4,40 150 185 35 70 554 3,5 2,33
4,60 250
MULTI TEKNIK
SPECIALIST CIVIL MATERIAL TESTING & CIVIL WORKS
Perumahan Poligriya Permai Blok F no.19
Jl. Politeknik Ds. Buha Kecamatan Mapanget, Manado
Telp. 0431-3318870, HP. : 082189498882, email [email protected]
BACAAN SONDIR
Pengadaan Konst/Pembelian Ged.Rumah
Proyek : Tanggal : 24 Oktober 2014
Sakit
RS.Jiwa Dikerjakan
Lokasi : Enco, dkk
Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang :
Titik : S-4 Diperiksa : Fery
Jumlah
Hambatan Jumlah Hambatan Hambatan Friction
Kedalaman Friction Hambatan
Konus Hambatan Pelekat Setempat Ratio
Pelekat
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (kg/cm2) (%)
0,00 0 0 0 0 0 0 0,00
0,20 5 10 5 10 10 0,5 10,00
0,40 5 10 5 10 20 0,5 10,00
0,60 10 15 5 10 30 0,5 5,00
0,80 10 15 5 10 40 0,5 5,00
1,00 10 15 5 10 50 0,5 5,00
1,20 10 15 5 10 60 0,5 5,00
1,40 15 20 5 10 70 0,5 3,33
1,60 15 20 5 10 80 0,5 3,33
1,80 20 25 5 10 90 0,5 2,50
2,00 50 60 10 20 110 1 2,00
2,20 30 55 25 50 160 2,5 8,33
2,40 35 50 15 30 190 1,5 4,29
2,60 100 140 40 80 270 4 4,00
2,80 135 175 40 80 350 4 2,96
3,00 150 190 40 80 430 4 2,67
3,20 250
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983
Sumber: SNI 1726 2002