Tugas Kelompok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Dosen Pengampu: Andi Nasrawati Hamid, S. Psi., M. A.

TEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

HANS EYSENCK (1916-1997)

KELOMPOK II :

MUH. ASRI RAHMATULLAH (

MUTMAINNAH (1571040018)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2016
Biografi Hans Eysenck

Hans Eysenck lahir di Jerman 4 maret 1916. Ayahnya Anton Eysenck


berfrofesi sebagai actor. Anton Eysenck berasal dari keluarga katolik. Han Eysenck
menggambarkan ayahnya sebagai pria yang otoriter dengan pabdangan rasis. Ibunya
Ruth Warner adalah seorang actress. Ibunya dibesarkan di keluarga protestan. Namun
ketidaksetoaan Anton Eysenck menyebab perceraian saat Han Eysenck berusia 2
tahun. Kedua orangtuanya menemukan pasangan baru ketika Han masih kecil. Stelah
perceraian orangtuanya, Hans tinggal bersama neneknya.

Pada usia 18 tahun Eysenck pindah ke London Inggris untuk melanjutkan


pendidikannya. Dia menerima gelar doktor di bidang psikologi dari University of
London tahun 1940. Setelah lulus dari Universitas London, Eysenck memperoleh
pekerjaan pertamanya selama perang dunia ke II sebagai psikolog di Mill Hill
Emergency Hospital. Setelah perang dunia ke II berakhir, dia mengajar di University
of London dan menjadi ketua bagian psikologi pada The Institute of Psychiatry di
Bethlehem Royal Hospital. Han Eysenck meninggal dunia 4 September 1997.

The Notion of Eysencks Personality

Eysenck berpendapat bahwa dasar umum sifa-sifat kepribadian berasal


dari keturunan dalam bentuk tipe dan trait. Namun Eysenck juga berpendapat
bahwa semua tingkahlaku dipelajari dari lingkungan. Menurut Eysenck,
kepribadian adalah keseluruhan pola tingkahlaku actual maupun potensional
dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola
tingkah laku tersebut dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat
sektor utama yang mengorganisir tingkah laku yaitu sector kognitif
(intelligence), sector konatif (character), sector afektif (temperament), dan
sector somatic (Constitution).
Eysencks Biologically Based Typology

Hans eysenck menyusun model multilevel dari perilaku yang berkisan antara
genetic hingga psikologi social. Hasil pekerjaan eysenck luas dan complete. Point
utama dari ide Eysenck :

1. Aktivitas sistem saraf pusat adalah sumber dari funsi personal


2. Penelitian dalam belajar, condisioning, persepsi, dan efek obat menunjukkan
bahwa seseorang dapat dibedakan kedalam introvert dan ekstrovert. Introvert
dianggap stimulus shy, karena mereka sangat sensitive terhadapa rangsangan
yang masuk seolah gairah otak mereka memiliki kronis yang tinggi.
Ekstrovert adalah stimulus hungry, karena mencari dan mudah memproses
stimulasi intens seolah gairah otak mereka memiliki kronis yang rendah atau
terhambat.
3. Introverts-dengan level arousal yang tinggi-rentan terhadap anxiety disorders.
Ekstrovert-dengan lever arousal yang rendah-lebih cenderung memiliki
dramatic, acting out disorders seperti hysterical disorders dan antisocial
personality disorders.
(Monte dan Sollod, 2003)

Early Descriptive Researches: Introvert-Ekstrovert dan Neurotisme

Salah satu area utama penelitian Eysenck, deskripsi tipe kepribadian, dimulai
dengan usahanya secara empiris untuk menilai terlebih dahulu model tipologi
kepribadian.

Introvert, banyak yang bertentangan, memberikan bobot terbesar untuk reaksi


subjektif mereka sendiri pada peristiwa eksternal; mereka mendevaluasi dan
deemphasize pentingnya dunia objektif dengan berfokus pada emosi mereka sendiri
dan reaksi pribadi. Akibatnya, orang-orang introvert yang menjadi neurotik yang
paling mungkin untuk mengalami kecemasan.
Ekstrovert, mudah dipengaruhi oleh kejadian luar, yang kemungkina besar
menyerah pada neurosis histeris. Dalam rangka untuk memisahkan diri mereka dari
rasa sakit emosional mereka cenderung untuk menekan pikiran yang tidak dapat
diterima dan mengeksternalisasi atau mengkonvensi ancaman impuls ke gejala fisik
objektifikasi. ekstrovert histeris sering medapat keuntungan dari simpati orang lain.
Simpati dan perhatian dari orang lain adalah penguatan positif bagi impulsif yang
histeris dan menuntut perhatian. (Monte dan Sollod, 2003)

Historical Antecents of Introversion-Extraversion Dimensions

Eysenck berusaha keras untuk menunjukkan bahwa konsep introvert-


ekstrovert bukan berasal dari teori jung. Ide-ide ini memiliki sejarah 2000 tahun
dalam filsafat, kedokteran dan psikologi.

Dua dokter Yunani kuno, Hippocrates dan Claudius Galen menyusun teori
temperamen kepribadian dan perilaku manusia. Gagasan sistematis Galen
sebelumnya dari tipe kepribadian menjadi tipologi yang koheren. kepribadian Galen
terkait dengan empat cairan tubuh atau cairan: darah, empedu hitam, empedu kuning,
dan lender. Dia berteori bahwa kelebihan salah satu dari empat cairan (cairan tubuh)
menentukan temperamen emosional. Sebuah temperamen optimis (hangat yang hati,
periang, optimis, mudah bergaul) terlihat disebabkan oleh kelebihan darah; cairan
empedu hitam yang berlebihan akan menghasilkan temperamen melankolis (sedih,
tertekan, cemas); empedu kuning menghasilkan temperamen mudah tersinggung
(cepat untuk bertindak, marah, tegas); dan yang terakhir, kelebihan cairan lendir akan
menghasilkan temperamen yang apatis (lambat untuk bertindak, lesu, tenang).

Karya Eysenck sendiri mengenai dimensi introvert-ekstrovert dan


neurotisisme-normalitas menghasilkan gambar yang sebanding dengan jenis karakter
manusia. Dua dimensi Eysenck sepakat dengan dimensi yang diperkenalkan oleh
teori temperamen klasik dan psikolog eksperimental, Wilhelm Wundt. Namun Wundt
hanya berdasarkan deskripsi mengenai pandangannya dan tidak memvalidiasinya
dalam penelitian apapun. Penjelasan dari berbagai jenis cairan tubuh atau cairan yang
menyebabkan jenis psikologis tidak memiliki dasar empiris. Tugas yang dihadapi
Eysenck adalah menaklukkan konsep jenis psikologis untuk tes empiris dan teori itu
telah divalidasi untuk menjelaskan hasilnya. Untuk menjawab pertanyaan mengapa
suatu ciri-ciri kepribadian tertentu dirangkaikan bersama, atau mengapa seorang
introvert berbeda dengan seorang ekstrovert akan mengharuskan mencari dibawah
aspek kepribadian yang mudah diamati pada sumber perilaku. (Monte dan Sollod,
2003)

Personality structure

Eysenck berpendapat bahwa kepribadian sebagai organisasi tingkah laku yang


dipandang memiliki empat tingkatan hirarkis berturut-turut dari hirarki yang tinggi ke
hirarki rendah.

1. Hirarki tertinggi: tipe, kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait
dalam suatu dimensi yang luas.
Eysenck menemukan 3 dimensi tipe:
a. Ekstraversi (E)
b. Neurotisme (N)
c. Psikotisme (P)
2. Hirarki kedua: trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, kumpulan respon
yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah
disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
3. Hirarki ketiga: kebiasaan tingkahlaku atau berfikir, kumpulan respon spesifik,
tingkahlaku/fikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang
mirip.
4. Hirarki terendah: respon spesifik, tingkahlaku yang secara actual yang dapat
diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.

Personality Dimensions
Eysenck menemukan tiga dimensi tipe kepribadian, yakni Ekstraversi (E),
Neurotisme (N), dan dan Psikotisme (P). Neurotisme dan psikotisme bukan merupaka
sifat patologis, walaupun individu yang mengalami gangguan akan memperoleh skor
yang ekstrem. Ketiga dimensi ini merupakan bagian normal dari struktur kepribadian.
Semuanya bersifat bipolar, ekstraversi-introversi, neurotisme-stabilita, dan
psikotosme-superego.

1. Ekstraversi (E)
Konsep Eysenck mengenai ekstraversi dan introversi lebih dekat
dengan pemakaian istilah secara popular. Ekstraversi dicirikan oleh perasaan
social, rasa humor, kegairahan hidup, kepekaan terhadap hal-hal yang lucu,
optimism, dan sifat-sifat lain yang mengindikasikan penghargaan terhadap
sesamanya. Sedangkan pribadi introvert dilukiskan sebagai ketenangan,
kepasifan, tidak berjiwa social, berhati-hati, penuh pemeliharaan, berfikir
mendalam, pesimistik, kedamaian, kelembutan dan control diri. (Feist and
Feist, 2008)
Eysenck yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstraversi
dan introversi adalah tingkat keterangsangan kotreks (CAL = Cortical
Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan.
CAL adalah gambaran bagaimana korteks mereaksi stimulus indrawi. CAL
dengan tingkat yang rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah.
Sebaliknya, CAL yang tinggi akan lebih mudah berekasi. Orang yang
ekstravers memiliki CAL yang rendah, sehingga banyak membutuhkan
banyak rangsangan indrawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sedangkan
introvers memiliki CAL yang tinggi sehingga hanya membutuhkan sedikit
rangsangan untuk mengaktifkan korteksnya. Perbedaan paling mendasar
antara ekstraversi dan introversi bukan terletak pada perilaku, melainkan
pada sifat dasar biologis dan genetiknya. (alwisol, 2009)
2. Neurotisme
Eysenck menunjukkan beberapa penelitian yang menemukan bukti
dasar genetic dari trait neurotic, seperti gangguan kecemasan, hysteria, dan
obsesif-kompulsif. Orang dengan skor neurotic yang tinggi sering
mempunyai kecenderungan reaksi emosional yang berlebihan dan sulit
kembali normal setelah emosinya meningkat.
Eyesenck membagi orang-orang yang mempunyai skor tinggi dalam
neurotisme ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok
yang tak dapat menyesuaikan diri berdasarkan pada gejala yang
berhubungan dengan skor tinggi dari kecemasan: kecenderungan obsesif,
sakit kepala, tremor, dan mudah tersinggung. Kelompok kedua adalah
individu cenderung memiliki gejala yang agak berbeda dengan karakteristik
gangguan histeris: gejala fisik tanpa dasar, energi sedikit, kepentingan
sempit, hipokondriasis, riwayat kerja yang buruk, dan kesulitan
seksual(Monte & Sollod, 2003).
3. Psikotisme
Skor P adalah factor yang bersifat bipolar, dimana psikotisme di satu
kutub dan superego berada di kutub yang lainnya. Skor P yang tinggi
seringkali membentuk egosentrisme, dingin, tidak besahabat, implusif,
kejam, agresif, penuh curiga dan antisosial. Seseorang yang memiliki skor P
yang rendah cenderung altruistic, berjiwa social, empatik, penuh perhatian,
koopertif, bersahabat, dan konvensional. (Feist and Feist, 2008)
Orang skor dimensi P yang tinggi belum tentu seorang psikotik atau
skizofrenik, meskipun seorang skizofrenik akan diharapkan memiliki skor P
yang tinggi. Psikotisme yang tinggi tidak bergantung pada taraf seseorang
mengenai introversion dan ektroversion, sebagaiman diukur oleh EPQ.
Beberapa neurotic secara kebetulan mungkin memiliki skor P yang tinggi
tetapi tidak ada korelasi antara kedua trait tersebut. (Monte dan Sollod,
2003)
Skor P seseorang harus di interpretasi dalam dimensi Eysenck yang
lainnya. Setiap P skor yang tinggi memiliki arti yang sangat berbeda bila
diwujudkan dalam tinggi dan rendah-nya kepribadian introvert, dan makna
lebih bervariasi bila dikaitkan dengan inteligensi atau tinggi rendahnya
neurotic.

PSIKOTISME

Primary factors Secondary Factors


Agresi Anti sosial
Dingin Tidak empatik
Egosentris Creatif
Impersonal Tough-minded
Implusif

EKSTOVERSI NEUROTISMEE

Faktor primer Faktor sekunder Faktor primer Faktor sekunder


Senang bergul perhatian Kecemasan Irasional
Bersemangat Dominan Depresi Pemalu
Aktif Surgent Perasaan bersalah Moody
Tegas berani Percaya diri rendah Emosional
Pencari sensasi tegang

Figure Eysencks three main personality dimensions in descriptive terms.

Arousability and Tha Ascending Reticular Activation System (ARAS)

Teori yang diajukan oleh Eysenck menunjukkan bahwa perbedaan pertahanan


diri dimediasi oleh sesuatu yang berada pada sistem saraf pusat, yaitu hubungan
spesifik antara dimensi personality dengan peningkatan sistem aktivasi reticular
(ARAS). Teori ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang telah menyusun grup
yang lebih spesifik pada struktur otak. Hubungan ini secara ringkas dirumuskan
sebagai berikut :

Introversi Ekstroversi = Perbedaan dalam dorongan ARAS

Normalitas Neurotisme = Perbedaan dalam aktivasi otak visceral

ARAS and Cortical Arousal

ARAS adalah sebuat serabut pada jaringan yang berasal dari saraf tulang
belakang ke thalamus otak pada level di bawah korteks. ARAS dan korteks bekerja
secara timbal balik untuk selanjutnya meningkatkan input pertahanan atau untuk
mencegah aktivasinya. Pada 1930an ditemukan bahwa potongan pada batang otak
bagian tengah kucing dapat berpengaruh terhadap pola tidur kucing yang disebut
electroencephalograph (EEG). Kucing dengan keadaan normal dapat dirancang
dengan cara-cara yang sederhana sedangkan kucing dengan potongan melintang pada
batang otaknya hanya dapat distimulus dalam jangka pendek.

Pada tahun 1949, peneliti melakukan stimulasi secara elektrik untuk melihat
efek ARAS terhadap dorongan kortikal. Hasil dari penelitian ini ialah ARAS dapat
membangkitkan dorongan kortikal serta terlibat dalam keadaan penuh perhatian dan
konsentrasi. Penelitian selanjutnya mengindikasikan bahwa ARAS juga bertanggung
jawab untuk efisiensi kortikal.

Fungsi lain dari ARAS adalah untuk mencegah efek pada korteks. Eysenck
menemukan bahwa penyebab psikologikal dari rangsangan dan pencegahan yang
selanjutnya menjadi dasar introversi dan ekstroversi dalam ARAS.

Visceral Brain and Emotional Activation


Eysenck berasumsi bahwa dimensi dari kenormalitasan neurotisme secara
umum terdiri dari perbedaan-perbedaan dalam aktivasi emosional sebagaimana
neurotics reaktif lebih tinggi secara emosional daripada yng normal, dimana sistem
limbic atau visceral brain (VB) sebagai mediatornya. Terdapat komplikasi faktor yang
berhubungan dengan VB dan neurotisme, di mana pada aktivasi emosional yang
ekstrem, fungsi dari masing-masing yaitu ARAS pada korteks dan VB pada sistem
saraf tak sadar menjadi rusak. Hal ini terjadi karena secara teknikal VB menyerang
ARAS dengan stimulasi sementara pada saat yang sama ARAS membangkitkan
korteks.

Personality Formation

Teori kepribadian Eysenck menekankan pada peran herediter sebagai factor


penentu dalam perolehan trait ekstraversi, neurotisisme dan psikotisisme. Sebagain
besar didasarkan pada bukti hubungan korelational antara aspek-aspel biologis,
seperti CAL (Cortical Arousal Level) dan ANS (Automatic Nervous System
Reactivity) dengan dimensi-dimensi kepribadian.
Eysenck juga berpendapat bahwa semua tingkahlaku yang tampak (hierarki
kebiasaan dan respon spesifik, termasuk tingkahlaku neurosis) dipelajari dari
lingkungan. Eysenck berpendapat inti fenomena neurosis adalah reaksu takut yang
dipelajari (terkondisikan). Hal ini terjadi ketika satu atau dua stimulus netral diikuti
dengan perasaan sakit atau nyeri fisik maupun psikilogis. Jika trauma yang dialami
cukup besar, dan seseorang dengan factor hereditas yang rentan menjadi neurosis,
maka cukup dengan satu peristiwa traumatis dapat membuat seseorang
mengembangkan reaksi kecemasan dengan kekuatan yang besar atausulit berubah
(Diatesis stress model).
Sekali konsidioning mengenai ketakutan dan kecemasan terjadi, pemicunya
akan berkembng bukan hanya terbatas pada objek atau peristiwa asli, tetapi ketakutan
atau kecemasan juga dapat dipicu oleh stimulus lain yang mirip dengan stimulus yang
asli atau berkaitam dengan stimulus yang lain.

Assesment of Personality

1. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara


keduanya
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), mengukur E dan N secara independen
3. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E,N,P
4. Eysenck Personality Questionnari-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ

Evaluating Eysenck Typology

Strategi Eysenck untuk menyusun teorinya didasarkan pada metode saintis.


Konsepnya tentang ketiga dimensi dari neurotisme, introversi-ekstroversi dan
psikotisme tumbuh dari studi empiris, dirubah sebanyak studi yang telah
dilakukan dan diubah kembali ketika penelitian menyarankan arah/petunjuk yang
baru atau mendiskonfirmasi hipotesisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UMM Press

Feist, J & Feist, G.J. (2008). Theory of personality edisi ke enam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Monte, C.F., & Sollod, R.N. 2003. Beneath the Mask An Introduction to Theories of
Personality. 7th Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai