Mengenal Filsafat Manusia
Mengenal Filsafat Manusia
Mengenal Filsafat Manusia
Filsafat berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti
mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut
lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan cinta kearifan. Dan objek yang
dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Filsafat menyoroti objek apa saja yang dapat dicari
kebenarannya. Filsafat awal berorientasi pada pencarian konsep asal mula alam semesta. Pada
abad pertengahan, pemikiran filsafat didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu
didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Dan
pada abad modern, pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia sebagai corak
pemikirannya, atau yang biasa disebut corak pemikiran antroposentris.
Kemudian muncullah antropologi filsafat yang juga dikenal dengan filsafat manusia yang secara
spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Jika dilihat dari objek materialnya, dapat
dikatakan bahwa kedudukan filsafat manusia kurang lebih sejajar dengan ilmu-ilmu tentang
manusia. Karena filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia pada dasarnya bertujuan untuk
menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi manusia. Namun
sebenarnya ada perbedaan yang mendasar dari filsafat manusia dan ilmu-ilmu tersebut.
Perbedaan itu terlihat mencolok pada metode penelitiannya. Jika filsafat manusia tidak
membatasi dirinya pada gejala empiris, maka ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan
penyelidikannya pada gejala empiris, yang bersifat objektif dan bisa diukur dan gejala itu
kemudian diselidiki dengan menggunakan metode yang bersifat observasional dan/ atau
eksperimental. Ilmu-ilmu tentang manusia terbatas pada aspek-aspek tertentu dari manusia dan
tidak dapat menjawab pertanyaan mendasar tentang Apakah esensi atau hakikat manusia itu
bersifat material atau spiritual? Sehingga disinilah peran filsafat manusia dalam membahas dan
mencari jawaban mengenai hakikat dan esensi manusia.
Filsafat manusia memberikan penjelasan intensif atau mendasar mengenai manusia. Filsafat
sendiri adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti, hakikat (esensi), akar, atau
struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. Dan hubungannya dengan filsafat manusia
dapat dikatakan bahwa filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat (esensi), akar, atau struktur
dasar, yang melandasi kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehari-hari
(prailmiah), maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah. Sehingga dapat pula
dikatakan bahwa filsafat manusia adalah gambaran menyeluruh atau sinopsis tentang realitas
manusia.
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang otonom, pribadi yang tersusun atas kesatuan harmonik
jiwa raga dan eksis sebagai individu yang memasyarakat. Ketika mendengar kata manusia, kita
mungkin tak terlalu memperhatikan siapa itu manusia. Was ist der Mensch und was ist seine
stellung im Sein? Siapakah manusia itu dan bagaimanakah kedudukannya dalam realitas atau
jagad raya ini? Demikianlah pertanyaan yang meliputi seluruh pikiran para filsuf, termasuk Max
Scheler. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang ada di alam semesta ini. banyak
para fisuf yang menyebut bahwa manusia adalah hewan yang berakal (animale rationale).
Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik dikarenakan manusia
mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol
tersebut. Karena saat membahas mengenai apa sebenarnya inti, esensi, hakikat, atau struktur
dasar manusia itu kita akan menemukan jawaban beragam dari para filsuf. Misal sistem-sistem
besar filsafat Bergson tentang daya penggerak hidup (elan vital); filsafat Schopenhauer tentang
kehendak; filsafat Hegel tentang Roh; filsafat Cassier tentang animal symbolicum; filsafat
para maerialis tentang hakikat materi dan sebagainya. Namun pada dasarnya kesemuanya itu
merujuk pada esensi dari manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA :
Abidin, Zainal. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2011.
Home
Daftar Isi
Agama
Umum
Artikel
Tentang Saya
FILSAFAT MANUSIA
muhamad salim
ARTIKEL, UMUM
Monday, February 11, 2013
Apa yang membedakan filsafat manusia dari ilmu-ilmu lain tentang manusia
Ilmu-ilmu pengetahuan tentang manusia,sedikit mirip dengan ilmu tentang alam,
berbudaya untuk menemukan hokum, perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat di pelajari
secara indrawi/bisa dijadikan objek untuk introspeksi. Adapun filsafat menyerahkan
penyelesaiannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia, karena lebih fundamental dan
lebihontologis, maka sudutnya lebih luas dan lebih mempersatukan, lebih global. Vokabulet yang
khas baginya adalah mengenai gagasan-gagasan universal dan terutama transcendental, yang
menggambarkansifat-sifat yang mepengaruhi segala realitas : kebenaran, kebaikan, keindahan,
aktivis, alteritas, dll.
Mereka terus-menerus menggunakan gambar-gambar dan lambing-lamban. Meraka
menciptakan karya-karya, tokoh-tokoh yang masing-masing mempunyai semacam kehidupan
sendiri . karya-karya dari tokoh itu banyak memperkaya pengetahuan kita tentang manusia
universal.
Akan tetapi itu selalu terjadi melalui drama perorangan dan pribadi, peristiwa-peristiwa
khusus seperti antiguna, Hamlet, Lorenzacio), sedangkan filsafat berupaya menarik secara
langsung ketentuan-ketentuan universal yang ajek dari watak-sifat manusia.
Metode Filsafat
Pada dasarnya, filsafat terutama bersifat interogatif. Ia mengajukan persoalan-persoalan
dan mempertanyakan apa yang tampak sudah jelas. Akan tetapi, yang memberi sifat khas pada
interogasi sang filusuf adalah bahwa introgasinya diarahkan kepada hal yang paling fundamental.
Karena ingin pergi sampai ke jantung hol-hol atau sampai ke akarnya maka dikatakan bahwa
filusuf bersifat meradikalisasikan.
Para pemikir abad pertengahan menyempurnakan metode itu. Bagi mereka, pertanyaan
itu merupakan ititk tolak wajib bagi setiap pemaparan. Akan tetapai sang doctor pada zaman itu,
sebelum menjawab secar pribadi pertanyaan yang diajukan, membentangkan lebih dahulu
rangkaian pendapat yang positif dan negative yang semuanya telah di ajukan sebelumnya tentang
pertanyaan itu.
Pada Hagel, dialektik menjadi cara yang mulai dengan perlawanan dua ide yang saling
bertentangan lalu mendamaikan mereka dalamunsur ketiga yang mengandung kudua ide itu
dalam bentuk sintesis baru.