Delignifikasi Pada Proses Pembuatan Pulp Kraft
Delignifikasi Pada Proses Pembuatan Pulp Kraft
Delignifikasi Pada Proses Pembuatan Pulp Kraft
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Serat
pada Semester 8 Program Studi Tenik Kimia Produksi Bersih
Oleh
Ken Putri Kinanti K.S.P NIM. 131424013
Dosen Pembimbing :
Ir. Muhktar Ghozali M.Sc
Kayu terdiri atas berbagai komponen penting seperti senyawa ekstraktif, karbohidrat
dan lignin. Lignin berasal dari bahasa latin yaitu lignum yang berarti kayu.Lignin adalah
senyawa polimer yang banyak dan penting dalam dunia tumbuhan selain selulosa dan
merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit fenil propana yang diikat dengan C-O-
C dan C-C. Polimer lignin tidak dapat dikonversi ke monomernya tanpa mengalami
perubahan pada bentuk dasarnya. Lignin bersifat tahan terhadap hidrolisa disebabkan oleh
adanya ikatan arilalkil dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan
struktur dengan membentuk asam format, metanol, asam asetat, aseton, vanilin dan lain-lain,
sedangkan bagian lainnya mengalami kondensasi (Ariani, 2007).
Lignin mengisi ruang di dinding sel antara komponen selulosa, hemiseluosa dan
pektin terutama di tracheid dan sel-sel xylem clereid, sehingga lignin berperan penting dalam
sistem penyaluran air dan nutrisi pada sebuah tanaman (Vanholme dkk, 2010). Pada batang
tumbuhan, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya sehingga
suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen yang mengikat beton).
Kirk dan Othmer (1952) dalam Ariani (2007) menyatakan secara fisik lignin berwujud
amorf (tidak berbentuk), berwarna kuning cerah dengan bobot jenis berkisar antara 1,3 - 1,4
bergantung pada sumber ligninnya. Indeks refraksi lignin sebesar 1,6. Sifatnya yang amorf
menyebabkan lignin sulit dianalisis dengan sinar-X. Lignin juga tidak larut dalam air, dalam
larutan asam dan larutan hidrokarbon. Karena lignin tidak larut dalam asam sulfat 72%, maka
sifat ini sering digunakan untuk uji kuantitatif lignin. Lignin tidak dapat mencair, tetapi akan
melunak dan kemudian menjadi hangus bila dipanaskan. Lignin yang diperdagangkan larut
dalam alkali encer dan dalam beberapa senyawa organik.
Pada industri pulp dan kertas, lignin dipisahkan dari selulosa untuk menghasilkan
pulp. Lignin memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pulp, yaitu warna maupun
sifat fisik pulp, lamanya waktu penggilingan pulp berbanding terbalik dengan jumlah lignin
yang dikandung oleh pulp. Apabila pulp mengandung kadar lignin tinggi akan sukar digiling
dan menghasilkan lembaran dengan kekuatan rendah (Heradewi, 2007).
Lignin Lignin
Gugus
Kayu Lunak Kayu Keras
Metoksil 92-97 139-158
Hidroksil Fenol 15-30 10-15
Benzil alkohol 30-40 50-50
Karbonil 10-15 -
Pulp merupakan hasil pemisahan serat kayu atau tanaman berserat yang terdiri dari
komponen kimia, yaitu: selulosa, hemiselulosa, lignin ekstraktif, dan mineral melalui
bermacam- macam proses yang di sebut pulping. Pulp memiliki kandungan serat yang berasal
dari kayu atau bahan lignocellulosic lainnya yang dipisahkan melalui aksi mekanis dan atau
kimia (Kocurek, 1983).
Berdasarkan metodologi yang digunakan, secara garis besar proses pembuatan pulp
(pulping) dibagi menjadi empat bagian :
a) Kimia
b) Semi kimia
c) Mekanis kimia
d) Mekanis
Proses kimia (kraft) memanfaatkan efek reaksi bahan kimia untuk memisahakan serat
sedangkan proses mekanis sepenuhnya menggunakan aksi fisik (mekanis). Semakin banyak
bahan kimia yang digunakan dalam proses pulping maka akan semakin rendah rendemen
yang dihasilkan dan semakin sedikit kandungan lignin dalam pulp, hal ini diakibatkan karena
banyaknya komponen kayu yang bereaksi dengan bahan kimia terutama lignin dan
hemiselulosa (Kardiyansyah, 2009).
Proses pulping secara kimia (kraft) dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan serat
menggunakan bahan kimia dengan sedikit atau tanpa aksi mekanis, prinsip utamanya adalah
dengan cara melarutkan lignin sebanyak-banyaknya, oleh karena itu proses ini disebut juga
proses delignifikasi (Casey, 1980). Pulp yang dihasilkan memiliki rendemen rendah karena
sebagian besar lignin terlarut dan ada sebagian karbohidrat yang terdegradasi. Proses ini
menggunakan alat yang dinamakan digester baik itu sistem batchmaupun kontinyu, bahan
bakunya berupa serpih kayu (chips), sedangkan bahan kimianya tergantung proses yang
digunakan.
Proses kraft ditemukan oleh C.F Dahl (Jerman) dimana ia menambahkan sodium
sulfat (salt cake) kedalam recovery furnace sebagai pengganti bahan kimia yang hilang
selama operasi proses soda. Proses kraft disebut juga proses sulfat karena pemakaian
Na2SO4 sebagai make up pada proses perolehan kembali bahan kimia pemasak yang
menggantikan Na2CO3 pada proses soda (Kocurek, 1983). Komponen aktif dalam cairan
pemasak adalah ion OH- (hidroksil) dan ion SH- (hidrosulfida) yang berasal dari NaOH dan
Na2S.
Pada proses kraft digunakan NaOH dan Na2S sebagai bahan pemasak dan temperatur
165-170 0C. Tujuan pemasakan kraft adalah pemisahan serat dari serpih kayu secara kimia
dan melarutkan lignin semaksimal mungkin yang terdapat pada dinding serat. Pemisahan
serat dicapai dengan pelarutan lignin pada lamella tengah serat yang mengikat serat satu sama
lain. Bahan kimia dalam cairan pemasak menembus dinding serat dan melarutkan lignin.