11620003

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 138

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI MADU DAN LAMA

FERMENTASI TERHADAP pH, TOTAL ASAM, GULA REDUKSI


DAN POTENSI ANTIBAKTERI KEFIR AIR LERI.

SKRIPSI

Oleh:
NURUL FAZRIYANTI
NIM. 11620003

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI MADU DAN LAMA
FERMENTASI TERHADAP pH, TOTAL ASAM, GULA REDUKSI
DAN POTENSI ANTIBAKTERI KEFIR AIR LERI.

SKRIPSI

Diajukan kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sains (S. Si)

Oleh :
NURUL FAZRIYANTI
NIM. 11620003

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015

i
PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI MADU DAN LAMA
FERMENTASI TERHADAP pH, TOTAL ASAM, GULA REDUKSI
DAN POTENSI ANTIBAKTERI KEFIR AIR LERI.

SKRIPSI

Oleh :
NURUL FAZRIYANTI
NIM. 11620003

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan


Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains (S.Si)

Tanggal, ..

Susunan dewan penguji: Tanda tangan

1. Penguji Utama : : Dr. Ulfa Utami, M.Si (.)


NIP. 19650509 199903 2 002

2. Ketua : Anik Maunatin, M.Si (.)


NIP. 2014 0201 2 412

3. Sekretaris : Ir. Lilik Harianie, M.P (.)


NIP. 19620901 199803 2 001

4. Anggota : Mujahidin Ahmad, M.Sc (.)


NIP. 2013 0902 1313

Mengetahui dan Mengesahkan


Ketua Jurusan Biologi

ii
iii
iv
Motto

Sungguh. Atas kehendak Allah semua ini terwujud,


tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
(Q.S. Al-Kahfi :39)

Ketika kamu berpikir bahwa


Kamu bisa, maka
KAMU PASTI BISA !!

Keberhasilan tidak datang

secara tiba-tiba,

tapi karena usaha dan Kerja Keras!!!

v
Lembar Persembahan

Karya ini kupersembahkan teruntuk

Ayahnda Tugimin M.Pd dan Ibunda Anita Tercinta, Terimakasih atas cinta yang luar
biasa, kasih sayang tiada tara, yang senatiasa mengiringiku dengan doa tanpa henti,
entah kapan anak mu ini dapat membalas satu peluh kecil dari ribuan cucur keringat
yang kalian curahkan, maafkan

Guru-guru dan dosen-dosenku Semoga Allah selalu melindungimu dan meninggikan


derajatmu di dunia dan di akhirat, terima kasih atas bimbingan dan arahan selama ini.
Semoga ilmu yang telah diajarkan dapat menuntunku menjadi manusia yang berharga
di dunia dan bernilai di akhirat

Teruntuk yang tersayang, Adik ku Fitrianisa Sri Wulandari


yang selalu mengalirkan keceriaan dan memotivasi juga mendoakan setiap langkah
ini

Sahabat-sahabat ku dalam masa perjuangan dikampus UIN tercinta,


Weny, Fira, Arik, Dyah, Afri, Yuyun, Sahabat-sahabat satu lab (Yudrik, Ais, Tyas, Fina,
afif, atik, dll) kalian adalah kerinduan yang ingin ku temui lagi dan lagi. Sampai
bertemu dipuncak kesuksesan, guys !!

Sahabat-sahabat Bio11 senasib, seperjuangan dan sepenanggungan, terimakasih atas


gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa kuliah
lebih berarti

Terakhir untuk calon imamku, yang entah dimana dan


siapaKerinduan dan Penantian ku telah menjelma menjadi untaian
doa doa.Semoga engkau selalu ...dalam LindunganNya, RahmatNya,
dan Kasih SayangNya.

vi
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Alhamdulillahirobbil Alamin, segala puji bagi Allah atas segala nimat


yang telah Dia anugrahkan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
dan Salam kami haturkan kepada nabi Muhammad s.a.w. junjungan kita semua,
yang telah meneteskan butir-butir keteladanan yang baik.

Selanjutnya Penulis mengucapkan terimakasih seiring doa kepada semua


pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih ini
penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. drh. Hj. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Evika Sandi Savitri, M.P selaku ketua Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi serta sebagai penguji I yang telah memberikan masukan.
4. Ir. Liliek Harianie M.P selaku dosen pembimbing, yang telah banyak
memberikan ilmu, pelajaran, saran, dan kesabaran juga dukungan selama
skripsi ini.
5. Mujahidin Ahmad M.Sc selaku dosen pembimbing agama yang telah banyak
memberikan saran dan arahan .
6. Dr. Eko Budi Minarno M.Pd selaku dosen wali yang telah memberikan banyak
nasehat.
7. Seluruh dosen, staf administrasi, laboran dan karyawan Jurusan Biologi yang
telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.
8. Ayahnda Tugimin M.Pd dan Ibunda Anita yang telah memberikan dukungan,
motivasi dan doa serta mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Lek To dan bulek Ani yang selalu memberikan saran dan semangatnya
untuk penulis menyelesaikan skripsi. Juga yang selalu menagih mbak kapan

vii
wisuda? sekarang saya buktikan !! Terimakasih telah berperan dalam
memacu semangat untuk terus maju.
10. Seluruh teman-teman di laboratorium Mikrobiologi yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu terimakasih telah membantu dan memberi masukkan
selama penulis melaksanakan penelitan
11. Seluruh teman-teman Biologi 2011 yang telah memberikan pengalaman belajar
dan kehidupan selama kuliah.
12. Saudara-saudara di KSR-PMI UIN Malang terimakasih atas keceriaan dan
pengalaman-pengalaman berharganya, saya tak pernah lupakan kebersamaan
kita.. siamo tutti fratelli
13. Seluruh teman-teman Himpunan Mahasiswa Kalimantan (HIMAKAL) yang
telah berbagi suka dan duka serta kebersamaan selama di kota perantauan
Malang.
14. Teman-teman di PP Syabilurorryad (Dini, Sofi, Arum, Khusnul) dan kamar 57
USA (mbk Bian, Esa, Choir, Jeni, Icmi, Ima, Aulia) terimakasih atas dukungan
dan semangat nya.
15. Teman-teman kost Zawiyah (mbk Atim, mbk Husna, mbk Muam, mbk Nafsi,
Fira, Rizky, Lilis) termakasih atas kenangan-kenangan indah nya selama satu
atap bersama.
16. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam menambah


pengetahuan khususnya dalam bidang Biologi. Harapan lain adalah skripsi ini
dapat menjadi inspirasi untuk penelitian selanjutnya, khususnya dalam penerapan
bidang mikrobiologi untuk pengolahan pangan.

Malang, 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMANPERSETUJUAN .........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN ORIENTALISASI PENELITIAN ..................................... iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ............................................................................................vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xiii
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
ABSTRACT ...................................................................................................xiii
....................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.4 Hipotesis ................................................................................................. 6
1.5 Manfaat .................................................................................................. 7
1.6 Batasan Masalah ..................................................................................... 7

BAB II. KAJIAN TEORI ................................................................................ 8


2.1 Kefir ....................................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Kefir .......................................................................... 8
2.1.2 Nilai Gizi dan Khasiat ................................................................ 9
2.1.3 Mikroorganisme Dalam Starter Kefir Grains ........................... 11
2.2 Proses Fermentasi Kefir ....................................................................... 13
2.3 Air Cucian Beras(Air Leri) .................................................................. 22
2.3.1 Kandungan Air Leri ................................................................. 24
2.4 Madu .................................................................................................... 26
2.4.1 Pengertian Madu ....................................................................... 26
2.4.2 Manfaat Madu .......................................................................... 29
2.4.3 Khasiat Madu Sebagai Antibakteri .......................................... 31
2.5 Susu Skim ............................................................................................ 34
2.6 Bakteri Patogen Perusak Kualitas Kefir ............................................... 38
2.6.1 Staphylococcus aureus .............................................................. 38
2.6.2 Salmonella thypi ....................................................................... 44
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 47
3.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 47
3.2 Waktu dan Tempat ............................................................................ 48

ix
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 48
3.3.1 Variabel Bebas .................................................................. 48
3.3.2 Variabel Terikat ................................................................ 48
3.3.3 Variabel Terkendali ........................................................... 49
3.4 Alat dan Bahan ................................................................................ 49
3.5 Cara Kerja ......................................................................................... 49
3.5.1 Penelitian Pendahuluan ..................................................... 49
3.5.2 Sterilisasi Alat-Bahan ........................................................ 50
3.5.3 Pembuatan Kefir Air Leri................................................... 50
3.6 Pengamatan dan Analisa ................................................................... 51
3.6.1 Pengukuran pH .................................................................. 51
3.6.2 Uji Total Keasaman ........................................................... 52
3.6.3 Uji Gula Reduksi .............................................................. 53
3.6.4 UjiAntibakteri ................................................................... 54
3.7 Analisis Data .................................................................................... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 57
4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Madu Terhadap..57
pH Kefir Air Leri
4.2 Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Madu Terhadap ............ 60
Total Asam Kefir Air Leri
4.3 Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Madu Terhadap..64
Gula Reduksi Kefir Air Leri
4.4 Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Madu Terhadap..67
Antibakteri Kefir Air Leri
4.5 Intergrasi Sains dan Al-Quran terhadap Kualitas dan Potensi............ 73
Antibakteri Kefir Air Leri

BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 79


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 79
5.2 Saran ................................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 88

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Uji Proksimat Air Cucian Beras................................................... 25
Tabel 2.2 Komposisi Susu Skim ................................................................. 37
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan ................................................................... 47
Tabel 4.1 Hasil Analisis Keragaman pH .. ............................................... 57
Tabel 4.2 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap 58
pH Kefir Air Leri
Tabel 4.3 Hasil Analisis Keragaman Total Asam .................................... ...60
Tabel 4.4 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap ...61
Total Asam Laktat Kefir Air Leri ............................................... 60
Tabel 4.5 Hasil Analisis Keragaman Gula Reduksi .................................... 64
Tabel 4.6 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap65
Gula Reduksi Kefir Air Leri
Tabel 4.7 Hasil Analisis Keragaman Uji Antibakteri Salmonella thypi68
dan Staphylococcus aureus
Tabel 4.8 Hasil uji DMRT rata-rata zona hambat antibakteri ... ..68
Salmonella thypi kefir air leri berdasarkan interaksi perbedaan
konsentrasi madu dan lama fermentasi

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kefir Grains .................................................................................. 11

Gambar 2.2. Air Cucian Beras Rumusan Masalah .......................................... 24

Gambar 2.3 Madu ............................................................................................ 26

Gambar 2.2.5 Staphylococcus aureus ............................................................... 41

Gambar 2.2.6. Salmonella typh ....................................................................... 45

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Kefir Air Leri ....................................... 51

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi


Terhadap pH Kefir Air Leri ............................................................................ 59

Gambar 4.3 Grafik Uji Gula Reduksi Kefir Air Leri dengan variasi
Lama Fermentasi dan Konsentrasi Madu ......................................................... 66

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi


Terhadap antibakteri Salmonella thypi Kefir Air Leri .................................... 70

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 89
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ............................................................... 94
Lampiran 2.1 Data pH ....................................................................... 94
Lampiran 2.2 Data Total Asam ......................................................... 94
Lampiran 2.3 Data Gula Reduksi ...................................................... 95
Lampiran 2.4 Data Uji Antibakteri .................................................... 96
Lampiran 3 SPSS ......................................................................................... 97

xiii
ABSTRAK
Fazriyanti, Nurul 2015. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Madu Dan Lama
Fermentasi Terhadap Ph, Total Asam,Gula Reduksi Dan Potensi
Antibakteri Kefir Air Leri. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang. Pembimbing (I) Ir.Liliek Harianie AR,M.P. (II)
Mujahidin Ahmad, M.Sc.
Kata Kunci : Lama Fermentasi, Konsentrasi Madu, Antibakteri, Kefir Air leri

Kefir air leri merupakan salah satu produk fermentasi yang memanfaatkan
Bakteri Asam Laktat (BAL) dan khamir dalam proses pembuatannya. Kefir
bermanfaat bagi kesehatan antaralain memperbaiki proses pencernaan dan
memproduksi senyawa antibakteri. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh
lama fermentasi dan konsentrasi madu terhadap pH, total asam, gula reduksi dan
potensi antibakteri pada kefir air leri.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktorial dengan
3 kali ulangan. Materi yang digunakan adalah air leri, starter kefir grains, susu
skim, dan madu dengan perlakuan konsentrasi madu 0%, 5%, 10 %, 15% dan
lama fermentasi 18 jam, 21 jam, 24 jam. Variable yang diukur adalah pH
menggunakan pH meter, total asam menggunakan titrasi, gula reduksi
menggunakan metode DNS, dan potensi aktivitas antibakteri menggunakan difusi
agar. Analisa data menggunakan Analisa varians (Anova) two way. Apabila ada
pengaruh perlakuan terhadap variacel yang diukur, dilanjutkan dengan uji DMRT
pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi lama fermentasi dan variasi
konsentrasi madu yang ditambahkan berpengaruh tidak nyata terhadap pH, total
asam, dan gula reduksi. Nilai pH terendah 3,27,total asam meningkat hingga
1,61% pada perlakuan M3F3, sisa gula reduksi terkecil pada M0F3 0,33 % dan
terbesar pada M3F3 12,34 %. Tetapi interaksi lama fermentasi dan variasi
konsentrasi madu berpengaruh nyata terhadap aktivitas antibakteri yaitu pada
bakteri pathogen Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus. Potensi aktivitas
antibakteri kefir air leri pada perlakuan M3F3 lebih baik dalam menghambat
bakteri pathogen Staphylococcus aureus yang menghasilkan zona hambat yaitu
11,18 mm (kuat) dibandingkan Salmonella thypi yang menghasilkan zona hambat
yaitu 9,84 mm (sedang).

xiv
ABSTRACT

Fazriyanti, Nurul. 2015. The Influence of The Honey Concentration and The
Long Term Fermentation Differences to pH, Acid Total, Reduction
Sugar and the Potency of Antibacterial of Kefir Air Leri. Minithesis.
Biology Department Science and Technology Faculty of Islamic State
University Maulana Malik Ibrahim Malang, guide: (I) Ir.Liliek
Harianie AR,M.P. and (II) Mujahidin Ahmad, M.Sc.

Key Words: The Long Term Fermentation, the Honey Concentration, Anti-
bacteria, the Kefir Air Leri

Kefir air leri is one of fermentation products using Lactate Acid Bacteria
and leavened in making process. Kefir is extremely useful in health aspect like
fixing the digestive process and producing antibacterial compound. The purpose
of this research is to know the influence of the long term fermentation and the
honey concentration to pH, Acid Total, Reduction Sugar and the Potency of
Antibacterial of Kefir Air Leri.

This research based on the factorial 2 class random plan with 3 times
examination. The materials used are air leri, starter kefir grains, skim milk, and
honey with the honey concentration treatment 0%, 5%, 10%, 15% and the long
term fermentation is 18 hours, 21 hours, and 24 hours. The variable measured is
pH using pH meter, acid total using titration, reduction sugar using DNS method,
and the antibacterial activity potential using diffusion. The data analysis based on
the variant analysis (anova) two way. If there will be the influence to the variable
measured, it will continued by DMRT test 5% standard.

The result of this research tells that the fermentation long term interaction
and the honey concentration variation added influence to the unreal aspect to pH,
acid total, and the reduction sugar. The lowest score of pH is 3,27, and the acid
total increases till 1,16% in M3F3 treatment, the smallest rest of reduction sugar
on M0F3 is 0,33% and the biggest on M3F3 is 12,34%. But the fermentation long
term fermentation and the honey concentration variation influence real aspect to
the antibacterial activity namely at Pathogen Salmonella Thypi Bacteria and
Staphylococcus Aureus. The potential activity of Kefir Air Leri antibacterial at the
treatment of M3F3 is better in obstructing Pathogen Staphylococcus Aureus
Bacteria producing blocked zone namely 9,84 mm (averade).

xv

5102 pH
" "
.

: : .

: " ".

" "
.
. pH
" ".

2
.
%05 %00 %5 %0 0120
22 . pH pH
DNS
( .)ANOVA one way DMRT .% 5


pH . pH 723
%00 M3F3 M0F3
%077 M3F3 .%0272
" "
" " . " " M3F3
" " ( mm 0001)
( mm). " " 412

xvi
ABSTRAK
Fazriyanti, Nurul 2015. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Madu Dan Lama
Fermentasi Terhadap pH, Total Asam, Gula Reduksi Dan Potensi
Antibakteri Kefir Air Leri. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang. Pembimbing (I) Ir.Liliek Harianie AR,M.P. (II) Mujahidin
Ahmad, M.Sc.
Kata Kunci : Lama Fermentasi, Konsentrasi Madu, Antibakteri, Kefir Air leri

Kefir air leri merupakan salah satu produk fermentasi yang memanfaatkan
Bakteri Asam Laktat (BAL) dan khamir dalam proses pembuatannya. Kefir
bermanfaat bagi kesehatan antara lain memperbaiki proses pencernaan dan
memproduksi senyawa antibakteri. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh
lama fermentasi dan konsentrasi madu terhadap pH, total asam, gula reduksi dan
potensi antibakteri pada kefir air leri.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktorial dengan 3
kali ulangan. Materi yang digunakan adalah air leri, starter kefir grains, susu skim,
dan madu dengan perlakuan konsentrasi madu 0%, 5%, 10 %, 15% dan lama
fermentasi 18 jam, 21 jam, 24 jam. Variable yang diukur adalah pH menggunakan pH
meter, total asam menggunakan titrasi, gula reduksi menggunakan metode DNS, dan
potensi aktivitas antibakteri menggunakan difusi agar. Analisa data menggunakan
Analisa varians (Anova) two way. Apabila ada pengaruh terhadap variabel yang
diukur, dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi lama fermentasi dan variasi
konsentrasi madu yang ditambahkan berpengaruh tidak nyata terhadap pH, total
asam, dan gula reduksi. Nilai pH terendah 3,27,total asam meningkat hingga 1,61%
pada perlakuan M3F3, sisa gula reduksi terkecil pada M0F3 0,33 % dan terbesar pada
M3F3 12,34 %. Tetapi interaksi lama fermentasi dan variasi konsentrasi madu
berpengaruh nyata terhadap aktivitas antibakteri yaitu pada bakteri pathogen
Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus. Potensi aktivitas antibakteri kefir air
leri pada perlakuan M3F3 lebih baik dalam menghambat bakteri pathogen
Staphylococcus aureus yang menghasilkan zona hambat yaitu 11,18 mm (kuat)
dibandingkan Salmonella thypi yang menghasilkan zona hambat yaitu 9,84 mm
(sedang).
ABSTRACT

Fazriyanti, Nurul. 2015. The Influence of The Honey Concentration and The Long
Term Fermentation Differences to pH, Acid Total, Reduction Sugar and
the Potency of Antibacterial of Kefir Air Leri. Minithesis. Biology
Department Science and Technology Faculty of Islamic State University
Maulana Malik Ibrahim Malang, guide: (I) Ir.Liliek Harianie AR,M.P. and
(II) Mujahidin Ahmad, M.Sc.

Key Words: The Long Term Fermentation, the Honey Concentration, Anti-bacteria,
the Kefir Air Leri

Kefir air leri is one of fermentation products using Lactate Acid Bacteria and
leavened in making process. Kefir is extremely useful in health aspect like fixing the
digestive process and producing antibacterial compound. The purpose of this research
is to know the influence of the long term fermentation and the honey concentration to
pH, Acid Total, Reduction Sugar and the Potency of Antibacterial of Kefir Air Leri.

This research based on the factorial 2 class random plan with 3 times
examination. The materials used are air leri, starter kefir grains, skim milk, and
honey with the honey concentration treatment 0%, 5%, 10%, 15% and the long term
fermentation is 18 hours, 21 hours, and 24 hours. The variable measured is pH using
pH meter, acid total using titration, reduction sugar using DNS method, and the
antibacterial activity potential using diffusion. The data analysis based on the variant
analysis (anova) two way. If there will be the influence to the variable measured, it
will continued by DMRT test 5% standard.

The result of this research tells that the fermentation long term interaction and
the honey concentration variation added influence to the unreal aspect to pH, acid
total, and the reduction sugar. The lowest score of pH is 3,27, and the acid total
increases till 1,16% in M3F3 treatment, the smallest rest of reduction sugar on M0F3
is 0,33% and the biggest on M3F3 is 12,34%. But the fermentation long term
fermentation and the honey concentration variation influence real aspect to the
antibacterial activity namely at Pathogen Salmonella Thypi Bacteria and
Staphylococcus Aureus. The potential activity of Kefir Air Leri antibacterial at the
treatment of M3F3 is better in obstructing Pathogen Staphylococcus Aureus Bacteria
producing blocked zone namely 9,84 mm (averade).

5102 pH
" "

.
: :
.

: " ".

" "
.
.
pH
" ".
2
.
%00 %5 %0
%05 01 20 22 .
pH pH
DNS ( ANOVA one
.)way DMRT .% 5

pH .
pH 723 %00 M3F3
M0F3 %077 M3F3
.%0272
" " "
" . " " M3F3
" " mm 0001
() " " ( mm 412).

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai macam pengolahan pangan dengan bermacam teknik telah banyak

dilakukan. Salah satu teknik pengolahan pangan yaitu fermentasi. Fermentasi dari

pengolahan pangan banyak bentuknya, salah satu hasil fermentasi pengolahan pangan

adalah kefir.

Kefir merupakan salah satu produk fermentasi yang memiliki rasa, warna dan

konsistensi menyerupai yoghurt serta memiliki aroma khas yeasty (seperti tape).

Kelebihan kefir jika dibandingkan dengan yoguhrt yaitu starter mikroba kefir terdiri

dari butiran (granula), dari sejumlah bakteri asam laktat diantaranya Streptococcus

sp., Lactobacilli, bakteri penghasil asam asetat dan beberapa jenis ragi/khamir

nonpatogen (Sari, 2007). Bakteri berperan menghasilkan asam laktat dan komponen

flavor. Sedangkan ragi menghasilkan gas asam arang atau karbon dioksida dan

sedikit alcohol (Usmiati, 2007). Itulah sebabnya rasa kefir di samping asam juga

terdapat rasa alkohol dan soda, yang membuat rasa kefir lebih segar. Kombinasi

karbon dioksida dan alkohol menghasilkan buih yang menciptakan karakter mendesis

pada produk.

Kefir diyakini sebagai minuman yang berkhasiat multiguna. Penelitian Sari

(2007) menyatakan Bakteri Asam Laktat (BAL) didalam kefir bermanfaat

memperbaiki proses pencernaan dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen

1
2

di dalam saluran pencernaan. Kefir memberikan daya tahan alami terhadap infeksi

dalam usus, mencegah sembelit, memproduksi vitamin B dan salah satu kandungan

vitamin B yang banyak juga terdapat pada air leri.

Leri atau yang biasa disebut dengan air leri merupakan limbah yang dihasilkan

dari pencucian beras. Pada umumnya para ibu rumah tangga mencuci beras dengan

tujuan membersihkan beras dari kotoran. Namun, pencucian tersebut dilakukan

sampai benar-benar bersih dimana pencucian dilakukan sampai air berwarna putih

susu (Susilorini, 2006).

Secara ekonomi air leri atau air cucian beras tidak bernilai bagi kebanyakan

orang. Bahkan air leri dianggap sampah dan langsung dibuang begitu saja. Hampir

tidak ada orang yang memanfaatkannya untuk dijadikan bahan baku makanan.

Padahal air leri mengandung komponen gizi seperti karbohidrat, protein, serat dan

vitamin B. selain itu air leri mudah didapatkan, tanpa memerlukan proses yang

panjang, jika dimanfaatkan dapat mendatangkan keuntungan besar (Cakragil, 2011).

Sebagaimana telah diterangkan dalam potongan ayat Al-Quran surat Ali-

Imran; 191 yang berbunyi :

..........

Artinya : "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Berdasarkan ayat yang telah dipaparkan tersebut, Allah l telah

menjelaskan didalam al-Quran bahwa, setiap yang diciptakan oleh Allah l tak ada

yang sia-sia sekalipun itu berupa limbah air cucian beras (air leri). Air leri
3

mengandung banyak zat gizi, seperti karbohidrat, protein, serat serta vitamin B1 yang

mempunyai sifat larut dalam air. Kandungan tersebut akan hilang atau berkurang

selama proses pencucian beras berulang kali dan terlalu lama. Pencucian pertama

mengandung glukosa 21,89%, pencucian pengenceran kedua mengandung glukosa

19,71%. Pada beras pecah kulit mempunyai kandungan karbohidrat mencapai 76%,

protein mencapai 8% serta Vitamin B1 (Setyabudi, 2009)

Kandungan glukosa yang terdapat pada air leri dapat dimanfaatkan oleh

mikroorganisme dalam fermentasi asam laktat untuk menghasilkan produk berupa

asam laktat dan energi. Penelitian (Sintasari, 2014) menyatakan dalam pembuatan

minuman fermentasi air beras menggunakan starter 2% (v/v) dengan lama fermentasi

12 jam menghasilkan minuman fermentasi dengan perlakuan terbaik yang dilihat dari

segi kualitas pada pembuatan minuman fermentasi sari beras merah. Selain itu agar

mikroba dapat tumbuh baik maka harus ditambahkan sumber gula lainnya. Sumber

gula yang dapat ditambahkan adalah sukrosa, laktosa, glukosa dan fruktosa. Salah

satu sumber gula yang baik digunakan adalah madu.

Madu lebih baik digunakan jika dibandingkan dengan sukrosa atau gula

biasa, sebab madu mengandung glukosa dan fruktosa saat diminum langsung akan

diserap darah, sehingga madu cepat menghasilkan tenaga. Sedangkan gula yang berisi

sukrosa baru bisa diserap beberapa jam kemudian (Kasno, 2007).

Khasiat madu sangat banyak sebagaimana yang dijelaskan didalam Al-Quran

surat An-Nahl ayat 69 yang berbunyi :


4

Artinya : dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Sebagaimana firman Allah l yang telah dijelaskan pada ayat tersebut, bahwa

madu mempunyai peran yang baik dan memiliki manfaat yang banyak bagi tubuh.

Hal ini membuktikan bahwa kandungan yang terdapat dalam madu sangat

bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini diduga karena madu

memiliki kemampuan untuk menjaga kekebalan tubuh manusia dari virus atau bakteri

yang menyebabkan penyakit pada tubuh manusia.

Pembuatan kefir juga membutuhkan laktosa dimana pada air cucian beras

tidak memiliki kandungan laktosa yang nantinya akan difermentasikan menjadi asam

laktat. Penelitian Dody Darmaja (2011) menyatakan, proses fermentasi oleh bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus tidak akan terjadi bila

tidak terdapat laktosa. Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat didalam susu

hewani dan merupakan substrat alami bakteri Lactobacillus bulgaricus (Kunaepah,

2008).

Laktosa yang digunakan dalam pembuatan kefir air leri ini adalah

penambahan susu skim. Susu skim merupakan susu rendah lemak sehingga dapat
5

dikonsumsi oleh orang yang melakukan diet rendah lemak. Laktosa pada susu skim

memegang peranan penting dalam pembentukan alkohol, rasa, dan berbusa.

Penambahan susu skim dapat memperbaiki rasa dan aroma serta tekstur selama

fermentasi ( Efendi, 2009). Konsentrasi susu skim 10 % merupakan perlakuan terbaik

berdasarkan parameter fisik,kimia, dan mikrobiologi (Sintasari, 2014).

Waktu fermentasi merupakan salah satu faktor terpenting pada proses

pembuatan kefir. Waktu fermentasi akan menyebabkan perubahan terhadap sifat fisik,

kimia, mikrobiologi dan organoleptik kefir sehingga berpengaruh terhadap kualitas

kefir. Hal ini telah dibuktikan pada penelitian Uun Kunaepah (2008) bahwa aktivitas

antibakteri kefir susu kacang merah paling besar diperoleh pada fermentasi 24 jam.

Penelitian Ridawati (2013) menyatakan lama fermentasi 18 jam dalam pembuatan

kefir sari kecambah kacang hijau mempunyai kualitas yang baik.

Mikroorganisme patogen yang biasa menginfeksi manusia diantaranya yaitu

bakteri Salmonella thypi dan Streptococcus aereus. Salmonella sp merupakan

penyebab penyakit karena kurangnya ke hygiene dan sanitasi makanan dan minuman

yang menimbulkan terjadinya diare (Salmi, 2006). Sedangkan Streptococcus aereus

menyebabkan keracunan makanan karena adanya enterotoksin yang dihasilkan oleh

Streptococcus aereus, terdapat pada makanan tercemar. Dampaknya menyebabkan

sakit kepala, mual dan muntah-muntah (Rostinawati, 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, belum diketahui berapa konsentrasi madu

dan pengaruh lama fermentasi terhadap kualitas produk yang meliputi (pH, total
6

asam, gula reduksi) dan potensi antibakteri pada kefir air leri. Dimana hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap perkembangan

mikrobiologi makanan dalam hal ini minuman kesehatan sehingga memberikan

manfaat jika dikonsumsi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi madu dan lama fermentasi

terhadap kualitas dan potensi antibakteri kefir air leri ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh perbedaan

konsentrasi madu dan lama fermentasi terhadap kualitas dan potensi antibakteri

kefir air leri

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi madu

dan lama fermentasi terhadap kualitas dan potensi antibakteri kefir air leri .

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari pnelitian ini adalah :

1.5.1 Manfaat Umum :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah tentang

pemanfaatan limbah air cucian beras (air leri) dalam pembuatan kefir,dan salah satu

alternatif pangan fungsional yang dibuat dari bahan limbah rumah tangga.
7

1.5.2 Manfaat Khusus :

Memberikan sumbangan pengetahuan melalui penelitian dengan adanya

produk baru yang memiliki sifat fungsional, dan dapat dijadikan masukan bagi

peneliti selanjutnya, untuk melihat aspek yang lain dari fermentasi kefir air cucian

beras (air leri).

1.6 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Sampel yang diuji adalah air cucian beras (air leri) yang diperoleh dari

pencucian pertama dan kedua.

2. Madu asli yang didapatkan dari peternakan lebah di Singosari, Malang

3. Starter kefir grains 2 % dan Susu skim 10 % dalam 100 ml air leri

4. Konsentrasi madu 0 %, 5 %, 10 %. 15 %

5. Lama fermentasi 18 jam, 21 jam dan 24 jam

6. Uji efektivitas antibakteri yang digunakan sebagai uji antibakteri adalah

Staphylococcus aureus dan Salmonella thypi


8

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kefir

2.1.1 Pengertian Kefir

Kefir merupakan produk susu yang difermentasikan dengan menggunakan

bakteri asam laktat seperti Lactobacillus lactis, Lactobacillus delbruecki subsp,

Bulgaricus bersama ragi dan menghasilkan asam dan alkohol. Pada tahap akhir

proses dilakukan pematangan dalam kemasan tertutup agar berbentuk karbonat

(Albaarri dan Murti, 2003).

Kefir berasal dari Kaukasian sebelah utara atau sebelah Timur Laut

Mongolia, dan telah diproduksi dalam skala rumah tangga secara tradisonal. Bahan

untuk pembuatan kefir biasanya adalah susu sapi atau susu kambing. Kefir diproduksi

dinegara-negara di Rusia dan hanya sedikit diproduksi dinegara-negara Eropa. Kefir

mengandung 0,5 -1,0 % alkohol dan 0,9 -1,1 % asam laktat ( Surono, 2004).

Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu pasteurisasi, menggunakan

starter berupa butir atau biji kefir (kefir grains/kefir granule), yaitu butiran-butiran

putih atau krem dari kumpulan bakteri, antara lain Streptococcus sp., Lactobacilli dan

beberapa jenis ragi/khamir nonpatogen. Bakteri berperan menghasilkan asam laktat

dan komponen flavor, sedangkan ragi menghasilkan gas asam arang atau karbon

8
9

dioksida dan sedikit alkohol. Itulah sebabnya rasa kefir di samping asam juga sedikit

ada rasa alkohol dan soda, yang membuat rasa kefir lebih segar. Kombinasi karbon

dioksida dan alkohol menghasilkan buih yang menciptakan karakter mendesis pada

produk (Usmiati, 2007).

Fermentasi susu menjadi kefir menghasilkan senyawa metabolit yang

bermanfaat bagi kesehatan yaitu eksopolisakarida dan peptida bioaktif. Kedua

senyawa tersebut akan menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Polisakarida yang

terbentuk pada kefir juga berperan sebagai antitumor. Senyawa lain yang terdapat

pada kefir adalah kandungan -galactosidase yang baik untuk penderita lactose

intoleran. Komponen antibakteri juga dihasilkan selama fermentasi kefir seperti asam

organik (asam laktat dan asetat), karbondioksida, hidrogen peroksida, etanol, diacetil

dan peptida (bakteriosin) yang tidak hanya berguna untuk menghambat pertumbuhan

bakteri patogen dan bakteri pembusuk selama pengolahan dan penyimpanan

makanan, tetapi dapat pula digunakan untuk pencegahan beberapa gangguan

pencernaan dan infeksi (Farnworth, 2005).

2.1.2 Nilai Gizi dan Khasiat

Kandungan zat gizi kefir hampir sama dengan susu yang digunakan sebagai

bahan kefir. Dimana susu mengandung protein bermutu tinggi ngan kadar lemak

3,0 hingga 3,8%., dan merupakan sumber kalsium dan fosfat yang baik, tinggi

kandungan vitamin A, thiamin, niacilin serta riboflavin (Ide, 2008). Namun kefir
10

memiliki berbagai kelebihan bila dibandingkan dengan susu segar. Kelebihan tersebut

yaitu adanya :

1) Asam yang terbentuk dapat memperpanjang masa simpan, mencegah

pertumbuhan mikroorganisme pembusuk sehingga mencegah pertumbuhan

mikroorganisme patogen sehingga meningkatkan keamanan produk kefir

(Fardiaz, 1997)

2) Meningkatkan ketersediaan mineral, vitamin (B2, B12, asam folat, fosfor dan

kalsium) yang baik untuk tubuh

3) Mengandung mineral dan asam amino esensial (tryptopan)yang berfungsi

sebagai unsur pembangun, pemelihara, dan memperbaiki sel yang rusak

4) Fosfor dari kefir membantu karbohidrat, lemak dan protein dalam

pembentukan sel serta untuk menghasilkan tenaga.

5) Mengandung kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), Chromium (Cr) sebagai

unsure mineral mikro esensial (Surono, 2004).

Beberapa efek kesehatan yang diperoleh dari bakteri asam laktat antara lain dapat

memperbaiki daya cerna laktosa, mengendalikan jumlah bakteri pathogen dalam usus,

menurunkan serum kolestrol, mengahambat tumor, antimutagenik dan

antikarsinogenik, meningkatkan system imun, mencegah semebelit, memproduksi

vitamin B dan bateriosin (senyawa antimikrobia) dan inaktivasi berbagai senyawa

racun dan menghasilkan metabolit-metabolit seperti H2O2 dan asam laktat (Sari,

2007).
11

2.1.3 Mikroorganisme Dalam Starter Kefir Grains

Starter atau biang dari produk kefir adalah biji kefir yang menyebabkan

fermentasi. Biji ini mengandung bahan kering sebanyak 10% yang terdiri dari

karbohidrat 56 %, protein 32 %, polisakarida 24 %, dan komponen lainnya.

(Usmiati,2007). Kefir grains atau bibit kefir tersusun atas bakteri asam

laktat(Lactobacilli. Lactococci, Leuconostoc), bakteri asam asetat dan campuran

khamir yang menggumpal bersama dengan kasein (protein susu) dan kompleks gula

serta dilapisi matrik polisakarida. Gumpalan tersebut merupakan hubungan simbiosis

(Smith, 2003).

Starter kefir tersebut berwarna putih kekuningan dan tidak dapat larut dalam

air maupun berapa pelarut lainnya. Bila biji kefir dimasukkan dalam susu maka biji

tersebut akan mengembang karena menyerap air dan warnanya berubah menjadi

putih. Biji kefir mengandung 24% polisakarida yang bersifat lengket (antara lain

mengandung amilopektin) serta mikroba simbiotik yaitu khamir (Saccharomyces

kefir dan Torula kefir), Lactobacilli (Lactobacillus causicus), Leuconostocs serta

Streptokoki laktat (Rahman,1992). Menurut Hidayat (2006), starter kefir terdiri dari

BAL dan khamir yang berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur kefir.

Gambar 2.1. Kefir Grains (Ide, 2008)


12

Menurut Kanbe (1992) beberapa mikroorganisme dalam kefir grains yang

dapat diidentifikasi yaitu 1) bakteri mesofilik asam laktat seperti Strerococcus lactis,

dan S. ceremoris, 2) bakteri aromatic asam laktat seperti Leucinastoc kefir, L

destranicum dan L.mesenteroides, 3) Lactobacillus termofilik kefir, L.bresvis,

L.bulgaricus, L.buchneri dan L.caucasium, 4) bakteri asam asetat Acetobacter aceti

dan Glukonobacter spp, 5) khamir, termasuk juga yeast yang memfermentasi laktosa

seperti Candida kefir (C.kefir, C.pseudotrupicalis var. lactose) dan Saccharomyces

lactis. Selain itu, masih banyak mikroorganisme penyusun kefir grains yang belum

teridentifikasi.

Sedangkan menurut Cousens (2003), butir kefir berkualitas tinggi

mengandung :

1. Sterptococcus lactis, yang menghasilkan asam laktat, membantu pencernaan,

menghambat mikroorganisme berbahaya, dan menghasilkan bacteriolysis.

2. Lactobacillus plantaturum, yang membantu asam laktat, perkelahian melawan

listeria monoctogenes dan membantu plantaricin yang menghambat

mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan.

3. Streptococcus cremoris, yang memiliki sifat yang mirip S.lactis.

4. Lactobacillus casei,yang menghasilkan sejumlah besar L (+) asam laktat,

berkolonisasi dengan baik disaluran pencernaan, menciptakan media yang

menggantungkan bagi bakteri lain untuk tumbuh, menghambat pembusukan,


13

meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dan menghambat bakteri pathogen dan

membantu melindungi terhadap infeksi bakteri.

5. Streptococcus diacetylactis, menghasilkan CO2 dalam kefir, membuat

diacetyl, yang memberikan kefir bau khas, dan memiliki sifat umum mirip

dengan S.lactis.

6. Saccharomyces florentinus dan Leuconastic cremoris, yang tidak

menyebabkan candida.

Kefir adalah produk susu yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri

asam laktat seperti Lactobacillus lactis, Lactobacillus delbrueckii subsp.

Bulgaricus, dengan ragi dalam proses fermentasi tersebut menghasilkan asam dan

alkohol (Albaari dan Murti,2003).

2.2 Proses Fermentasi Kefir

Menurut Hidayat et al (2006), fermentasi adalah suatu proses metabolisme untuk

merombak senyawa organic kompleks menjadi lebih sederhana. Menurut Bahar

(2008), saat proses fermentasi kefir berlangsung, bakteri asam laktat akan

menguraikan laktosa menjadi asam laktat. Asam laktat menyebabkan penurunan pH

sehingga kefir bercitarasa asam. Disamping penguraian laktosa, terjadi juga

penguraian protein susu menjadi komponen yang lebih kecil yaitu asam amino. Asam

amino juga berkonstribusi menurunkan pH. Dengan demikian, semakin lama proses

fermentasi semakin asam cita rasa kefir.

Selama proses fermentasi kefir, bakteri asam laktat berperan menghasilkan asam

laktat. Khamir menghasilkan karbon dioksida dan sedikit alcohol. Kombinasi karbon
14

dioksida dan sedikit alcohol menciptakan rasa alcohol dan soda sehingga

memunculkan karakter mendesis pada saat kefir dirasakan dalam rongga mulut

(Usmiati, 2007).

Fermentasi yang telah diinokulasikan dengan biji kefir berlangsung kira-kira 24

jam. Selama waktu berlangsungnya fermentasi, bakteri asam laktat homoformentatif

tumbuh dengan cepat ditandai dengan turunnya pH. Rendahnya pH membantu

pertumbuhan Lactobacilli, akan tetapi menyebabkan pertumbuhan bakteri

Sterprococcus yang menghasilkan aroma. Dengan kata lain pertumbuhan bakteri

asam laktat disokong oleh khamir dan bakteri asam asetat (Muchtadi, 1989).

Mekanisme fermentasi pada kefir, yaitu mikroorganisme dalam biji kefir akan

menghidrolisa laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim lactose.

Unit-unit monosakarida ini akan mengalami proses glikolisis menjadi piruvat. Piruvat

kemudian direduksi oleh bakteri asam laktat dengan enzim Lactose dehidroginase

menjadi asam laktat, sedangkan khamir akan mereduksi asam piruvat menjadi alcohol

(Ferdiaz, 1997). Mekanisme perubahan laktosa menjadi asam laktat selama

fermentasi dapat dilihat pada reaksi berikut (Winarno et al, 1980).

Laktase
C12H12O11 + H2O C12H12O6 + C12H12O6
Laktosa air glukosa glukosa

Glikolisis
2C6H12O6 4 CH3COCOOH
Glukosa asam piruvat

Enzim Lactate dehidrogenase


4CH3COCOOH 4CH3CHOCOOH + ATP
15

Asam piruvat asam laktat


Sedangkan mekanisme perubahan glukosa menjadi alcohol dan CO2 oleh

khamir pada fermentasi kefir dapat dilihat pada reaksi berikut (Scott,1996)

Khamir
C6H12O6 (aq) 2C2H5OH(aq) + 2CO2 (q)
Glukosa alcohol karbon dioksida

Proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi fermentasi adalah :

1. Substrat (Medium)

Substrat/medium fermentasi menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh mikroba

untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan biosintesa produk-

produk metabolisme.Bermacam-macam substrat dapat dipakai untuk melangsungkan

fermentasi yaitu serealia, pati, laktosa, glukosa dan sukrosa sebagai sumber karbon,

sedangkan asam amino, protein, nitrat, garam amonium, tepung kedelai dan sisa

fermentasi sebagai sumber nitrogen. Selain untuk memenuhi pertumbuhan sel dan

pembentukan produk fermentasi, medium yang digunakan akan berpengaruh terhadap

pH (Rahman, 1989).

2. Suhu

Suhu fermentasi menentukan jenis mikroba yang dominan selama fermentasi.

Contohnya Lactobacillus bulgaricus yang termasuk dalam kelompok Bakteri Asam

laktat, pada umumnya suhu pertumbuhan optimum 400C 450C, sedangkan khamir

mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 200C 300C mempunyai pertumbuhan


16

optimum fermentasi pada pembuatan sayur asin sangat sensitif terhadap perubahan

suhu. Jika konsentrasi asam yang diinginkan telah tercapai, maka suhu dapat

dinaikkan untuk menghentikan fermentasi (Rahman, 1989).

3. Asam

Makanan yang mengandung asam pada umumnya dapat bertahan lama.

Beberapa hasil fermentasi terutama asam dapat mencegah pertumbuhan mikroba

yang beracun di dalam makanan misalnya Clostridium botulinum yang pada pH di

bawah 4,6 tidak dapat tumbuh dan membentuk toksin. Tetapi jika oksigen cukup

jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka daya

awet dari asam tersebut akan hilang. Pada keadaan ini mikroba proteolitik dan

lipolitik dapat berkembang biak (Rahman, 1989).

Salah satu contohnya pada proses fermentasi susu. Susu segar pada umumnya

akan terkontaminasi dengan beberapa macam mikroba dan yang dominan yaitu

Streptococcus lactis, sehingga dapat menghasilkan asam laktat. Tetapi pada

pertumbuhan selanjutnya bakteri ini akan terhambat oleh keasaman yang

dihasilkannya sendiri. Oleh karena itu bakteri tersebut akan menjadi inaktif sehingga

kemudian akan tumbuh bakteri jenis Lactobacillus yang Iebih toleran terhadap asam

daripada Streptococcus. Lactobacillus akan menghasilkan asam lebih banyak sampai

jumlah tertentu yang dapat menghambat pertumbuhannya, karena pada keasaman

yang tinggi Lactobacillus akan mati, kemudian tumbuh khamir yang lebih toleran

terhadap asam (Uun,2008).


17

4. Oksigen

Oksigen selama proses fermentasi diatur untuk memperbanyak atau menghambat

pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba memerlukan oksigen yang jumlahnya

berbeda pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru, dan untuk fermentasi. Misalnya

ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) akan tumbuh lebih baik pada keadaan aerobik,

tetapi akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat pada keadaan

anaerobic. Candida kefir merupakan salah satu khamir yang melakukan fermentasi

secara anaerob, sedangkan Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri yang bersifat

fakultatif anaerob (Winarno et al, 1980).

5. Mikroba

Proses Fermentasi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan kultur

murni. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya

kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak

digunakan kultur murni untuk fermentasi, tetapi menggunakan starter (Winarno et al,

1980). Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi kefir antara lain bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan khamir Candida kefir.

a. Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri asam laktat (BAL) dikelompokkan sebagai bakteri gram positif, bentuk

kokus atau batang yang tidak berspora dengan asam laktat sebagai produk utama

fermentasi karbohidrat. BAL terdiri dari empat genus yaitu Lactobacillus,

Leuconostoc, Streptococcus dan Pediococcus . Lactobacillus delbrueckii ssp.

bulgaricus atau biasa disebut BAL atau Lactobacillus Bulgaricus(Kunaepah, 2008).


18

BAL merupakan bakteri yang sering digunakan sebagai starter kultur untuk susu

fermentasi, berpotensi sebagai antikolesterol yang diduga karena adanya

Eksopolisakarida/EPS (Malaka dan Laga, 2005).

Ekspolisakarida (EPS) merupakan polimer dari gula pereduksi dengan berat

molekul tinggi yang disekresikan oleh mikroorganisme kelingkungan eksternalnya.

Polemer ini merupakan salah satu polimer yang mampu disintesis oleh bakteri asam

laktat. EPS umumnya terdiri dari monosakarida dan beberapa substituent non-

karbohidrat seperti asetat, piruvat, suksinat, dan fosfat juga biomolekul seperti

protein, asam nukleat, dan lipid (Malaka dan Laga,2005)

EPS biasanya dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang merupakan ciri kontribusi

bakteri sebagai probiotik yang memiliki efek positif bagi kesehatan. Dalam industry

makanan EPS dapat berfungsi sebagai pengental, pembuat gel hingga pengemulsi

(Malik,2008)

Bakteri asam laktat menurut Supriyono(2008) dibagi menjadi dua kelompok yaitu

homofermentatif dan heterofermentatif. Jalur produksi asam laktat juga dibedakan

menjadi dua yaitu bakteri homofermentatif dengan produk utama adalah asam laktat

melalui glikolisis (jalur Embden Meyerhorf). Bakteri heterofermentatif

memproduksi asam laktat dengan sejumlah etanol, asam asetat , melalui jalur 6

phosphoglukanat/phosphoketolase.

- Fermentasi Homolaktat : Fermentasi 1 mol glukosa menjadi 2 mol asam laktat

C6H12O6 2CH3CHOHCOOH
Glukosa Asam laktat
19

- Fermentasi Heterolaktat : Fermentasi 1 mol glukosa menghasilkan asam


laktat, etanol, dan karbondioksida

C6H12O6 CH3CHOHCOOH + C2H5OH + CO2


Glukosa Asam Laktat etanol Karbondioksida
Bakteri Asam Laktat (BAL) memiliki ciri ketahana mampu untuk bersaing

dengan bakteri lain dalam proses fermentasi alami karena memiliki ketahanan

terhadap pH yang tinggi sampai rendah. Bakteri Lactobacillus bulgaricus juga

dinyatakan sebagai bakteri asidurik atau asidofilik, karena memerlukan pH yang

relatif rendah (sekitar 5,4 - 4.6) supaya tumbuh dengan baik, Lactobacillus bulgaricus

memproduksi asetaldehida yang membentuk aroma pada yoghurt (Ballows et

al,1991).

Fermentasi asam laktat yang baik diperlukan jumlah bakteri asam laktat lebih dari

106 cfu/ml (Battocock dan Azam-Ali,1998). Menurut Fuller (1992) bahwa jumlah

bakteri asam laktat yang baik untuk dikonsumsi dan untuk kesehatan adalah berkisar

antara 107-109. L.bulgaricus memerlukan asam pantotenat, niasin, riboflavin dan

vitamin B12. jika jumlah vitamin dalam susu tidak memadai maka perlu

direkombinasikan dengan khamir (yeast) (Surono,2004).

Bakteri Asam Laktat dapat meningkatkan nutrisi, berpotensi memberikan dampak

positif bagi kesehatan manusia dan dapat melindungi dari pencemaran bakteri

patogen dengan memproduksi protein yang disebut bakteriosin. Salah satu bakteriosin

yang dikenal luas adalah nisin, diproduksi oleh Lactobacillus lactis spp. Lactis. Nisin

dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri, yaitu Bacillus, Clostridium,


20

Staphylococcus dan Listeria. Senyawa bakteriosin yang diproduksi BAL dapat

bermanfaat karena menghambat bakteri patogen yang dapat merusak makanan

ataupun membahayakan kesehatan manusia (Winarno,2003)

b. Khamir

Khamir adalah organisme uniseluler yang berreproduksi secara aseksual

dengan spora. Khamir mempunyai peran penting dalam industri pangan, dengan

memproduksi enzim membantu terjadinya reaksi kimia seperti pembentukan alkohol

sebagai metabolit primer, maupun senyawa antibakteri sebagai metabolit sekunder.

Khamir juga mempunyai peran penting pada fermentasi produk dari susu, karena

menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba lain seperti asam amino, vitamin,

dan mengkondisikan pH (Ferdiaz,1997).

Sebagian besar khamir memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Selain

oksigen, substrat yang utama dari khamir adalah gula. Khamir menghasilkan etil

alkohol dan karbondioksida dari gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa.

Khamir pada umumnya toleran terhadap asam dan dapat tumbuh pada pH 4,0 4,5,

selain itu rentang suhu pertumbuhan khamir sangat luas yaitu dari 0 C 50 C,

dengan suhu optimum 20 C 30 C (Rahman, 1992) .

Beberapa khamir adalah chromogenic yang menghasilkan berbagai pigmen

hijau, kuning dan hitam. Selain itu juga mampu mensintesa vitamin B. Hanya

sedikit khamir yang berperan dalam fermentasi makanan. Dianatara khamir yang

digunakan dalam fermentasi makanan adalah khamir dari family Ascomycetous,

khamir dari genus Candida dan genus Saccharomyces cerevisiae. Sebagian besar
21

khamir memerlukan oksigen utuk pertumbuhannya, dengan mengontrol oksegen

pertumbuhan khamir dapat dikendalikan. Selain oksigen, substrat utama dari khamir

adalah gula. Khamir menghasilkan etil alcohol dan karbondioksida dari gula

sederhana seperti glukosa dan fruktosa. Khamir biasanya sangat toleran terhadap

asam dan dapat tumbuh pada pH 4-4,5. Rentang suhu pertumbuhan khamir sangat

luas yaitu dari 0-50 C, dengan suhu optimum 20 C - 30 C. Reaksi perubahan

gluksa menjadi alhokol dan karbondioksida adalah sebagai berikut :

Fermentasi 1 mol glukosa menghasilkan 2 mol etil alcohol dan 2 mol

karbondioksida

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO


Glukosa khamir Etil alcohol karbondioksida

Khamir pada kefir belum banyak dipelajari dibanding dengan bakteri pada kefir.

Khamir yang terdapat pada kefir antara lain Candida kefir. Candida kefir dalam

bentuk aseksual adalah Kluyveromyces marxianus yang digunakan untuk

memproduksi enzim laktase, termasuk jenis khamir yang dapat memfermentasi

laktosa (Farnworth, 2005).

2.3 Air Cucian Beras (Air Leri )

Salah satu perintah Allah yang merupakan Pemilik alam raya ini, kepada

manusia adalah perintah untuk berfikir. Karena, sesungguhnya dalam setiap

penciptaan alam semesta terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang


22

yang mampu mensinegrikan dzikir dan fikirnya secara seimbang. Hal tersebut telah

dijelaskan didalam al-Quran surat Ali-Imron ayat 191 yang berbunyi :

Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Berdasarkan ayat yang telah dipaparkan tersebut, maka Allah telah

menjelaskan didalam al-Quran bahwa Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

menciptakan ini dengan sia-sia; ..... penciptaan makhluk itu merupakan dalil atas

kekuasaan qadar dan hikmah. Tidak ada cipataan Tuhan yang sia-sia (batilan) (Al-

Qurtuby, 2008). Semua yang diciptakan di bumi pasti ada manfaatnya sekalipun itu

berupa limbah air cucian beras (air leri). Hal ini menunjukkan bahwa segala apa yang

tercipta ada manfaatnya dan semua merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah .

Sebagiamana pada ayat-ayat Allah Q.S Adz-Dzariyaat ayat 20-21 :


Artinya : dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu
tidak memperhatikan?
Ayat diatas Allah telah memperintahkan untuk memperhatikan apa yang telah

diciptakan dibumi ini salah satunya air leri. Leri atau yang biasa disebut dengan air
23

leri merupakan limbah yang dihasilkan dari pencucian beras. Air leri merupakan air

bekas cucian beras yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut

disebabkan karena masyarakat belum mengetahui manfaat dari air leri. Sehingga air

leri belum termanfaatkan secara optimal, meski masih mengandung banyak vitamin,

mineral dan unsur lainnya. Air leri masih banyak mengandung gizi seperti vitamin B1

(tiamin) dan B 12 (Fatimah, 2011).

Umumnya para ibu rumah tangga mencuci beras dengan tujuan membersihkan

beras dari kotoran seperti sisa gabah, serangga kecil pemakan beras, butiran kerikil

atau kotoran lainya. Akibatnya pencucian tersebut dilakukan sampai benar-benar

bersih dimana pencucian dilakukan sampai air berwarna putih susu dan membawa

partikel halus yang menempel dibutiran beras (Triwidodo, 2008)

Gambar 2.2. Air Cucian Beras (Air Leri) (Danu, 2012)

Secara ekonomi air leri atau air cucian beras tidak bernilai bagi kebanyakan

orang. Bahkan air leri dianggap sampah dan langsung dibuang begitu saja. Hampir
24

tidak ada orang yang memanfaatkannya untuk dijadikan bahan baku makanan.

Padahal air leri mudah didapatkan, tanpa memerlukan proses yang panjang, jika

dimanfaatkan dapat mendatangkan keuntungan besar (Cakragil, 2011). Air leri juga

mudah didapatkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan beras

(nasi) sebagai makanan pokok.

2.3.1 Kandungan Air Leri

Air leri mengandung banyak zat gizi, seperti karbohidrat, protein, serat serta

vitamin B1 atau Thiamin. Sedangkan vitamin B1 atau Thiamin mempunyai sifat larut

dalam air dan akan hilang atau berkurang selama proses pencucian beras berulang

kali dan terlalu lama. Pencucian pengenceran pertama mengandung glukosa 21,89%,

pencucian pengenceran kedua mengandung glukosa 19,71%. Secara tidak langsung

air leri mengandung banyak zat gizi seperti kandungan yang terdapat pada beras

pecah kulit (Agus Triwidodo, 2008). Penelitian (Hariroh, 2013) menyatakan air leri

dapat digunakan sebagai pengganti susu, yang didalamnya mengandung karbohidrat

76 %, protein 8% serta vitamin B1 atau Thiamin.


25

Tabel 2.1 Berdasarkan uji proksimat air cucian beras dalam 100 g beras dan
200 ml air

No Komponen Sampel 1 Sampel 2


1 protein (%) 41,34 41,09
2 lemak (%) 0,43 0,46
3 Serat (%) 2,57 1,84
4 abu (%) 2,14 1,84
5 Glukosa (%) 53,52 54,77
Total (%) 100 100

Keterangan :

Sampel 1 : Air cucian beras giling

Sampel 2 : Air cucian beras kemasan

Air cucian beras sebenarnya sangat bermanfaat. Komponen yang terkandung

dalam air cucian beras berupa karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral lainnya. Dari

kandungan karbohidrat dalam air cucian beras, maka dapat dihidrolisa untuk

menghasilkan glukosa, Glukosa kemudian difermentasi secara anaerob (Oktavia,

2012).

Air cucian beras memiliki kandungan nutrisi yang berlimpah, yang dapat

berfungsi sebagai pengendali organisme pengganggu. Kandungan nutrisi yang ada

pada air cucian beras di antaranya adalah karbohidrat berupa pati (85-90 persen),

protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin yang tinggi (Vinosa. 2008)
26

2.4 Madu

2.4.1 Pengertian Madu

Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda

sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis

mellifera. Konstituen dari madu adalan campuran dekstrosa dan fruktosa dengan

jumlah yang sama dan dikenal sebagai invert 50-90 % dari gula yang tidak terinversi

dan air. Madu biasa dipalsukan dengan gula buatan, sukrosa, dan glukosa cair

perdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara pemberian suatu asupan pada

lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan berasal dari nectar (Siregar, 2006).

Gambar 2.3 Madu (Yusuf,2010)

Rasa manis madu alami sesungguhnya memang melebihi manisnya gula

karena kadar atau tingkat kemanisannya itu sedikitnya bisa mencapai 1 1/2 kali dari

rasa gula putih/pasir. Namun, walaupun begitu rasa manis madu alami tersebut tidak

memeliki efek-efek buruk seperti halnya yang terkandung didalam gula putih, karena

kandungan senyawa utamanya seperti karbohidrat (79,8%) dan air (17%) (Kristanti,

2004).
27

Madu alami juga banyak mengandung enzim, yaitu molekul protein yang

sangat komplek yang dihasilkan oleh sel hidup dan berfungsi sebagai katalisator,

yakni : zat pengubah kecepatan reaksi dalam proses kimia yang terjadi di dalam tubuh

setiap makhluk hidup (Purbaya, 2002).

Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar sewaktu musim

tumbuhan berbunga. Sewaktu nektar dikumpulkan oleh pekerja dari bunga, bahan

tersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga sukrosa tinggi. Setelah lebah

mengubah nectar menjadi madu, kandungan air jadi rendah dan sukrosa diubah

menjadi fruktosa dan glukosa (Sihombing, 1997).

Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta

sejumlah mineral seperti Magnesium, Kalium, Potasium, Sodium, Klorin, Sulfur,

Besi, dan Fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang

komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang

dikonsumsi lebah. Disamping itu, didalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan

seng dalam jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon (Suranto, 2004).

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa lebah memilih bunga penghasil

madu, pertama dari warna dan kedua dari bau bunga. Madu dibuat oleh lebah dari

nektar bunga. Lebah mengisapnya dari bunga dan membawanya ke sarangnya. Setiap

lebah pekerja menumpuk nektar yang dikumpulkannya dalam suatu kantong khusus

didalam tubuh yang disebut perut madu. Setelah lebah mendepositkan nektar dalam
28

sarang, dibiarkan sebagian besar airnya menguap sehingga cairan semakin kental

(nektar dapat mengandung sekitar 70 % air sewaktu dipungut, lebah pekerja

mengipasnya dengan sayap sehingga dapat menurunkan kadar air hingga 17%)

(Sihombing, 1997).

Madu merupakan salah satu sumber gula yang juga dapat dijadikan sebagai

sumber nutrisi bagi bakteri asam laktat. Madu mengandung berbagai jenis gula,

diantaranya fruktosa 41 %, glukosa 35 %, dan sukrosa 1,9 %. Madu mengandung

vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6 C, D, E, K, beta karoeten, flavonoid , asam fenolik

dan asam nikotinat. Di dalam madu juga terdapat kandungan mineral dan garam atau

zat lain seperti besi, sulfur, magnesium, kalsium, kalium, natrium, fosfor, dan sodium

serta antibiotika dan enzim pencernaan (Sihombing, 2007).

2.4.2 Manfaat Madu

Madu mempunyai khasiat sebagai obat, Berdasarkan firman Allah didalam

Al-Quran surat An Nahl 68-69 yang berbunyi :


Artinya : dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia". kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut
lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
29

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda


(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Hamka (1984) menafsirkan ayat Padanya ada obat bagi manusia dengan

kalimat Banyaklah penyakit yang disembuhkan dengan madu lebah itu dan diakui

khasiatnya baik dari tabib obat-obatan timur atau dokter yang mendapatkan

pendidikan ilmu obat-obatan secara modern.

Al Maraghi (1988) menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut Madu berguna

bagi pengobatan banyak penyakit dan sering dimasukkan dalam komposisi ramuan

dan obat-obatan. Prosetanse glukosa yang terdapat di dalam madu lebih banyak

daripada yang terdapat dalam makanan lain. Madu merupakan senjata dokter dalam

kebanyakkan penyakit. Penggunaannya semakin bertambah seiring dengan kemajuan

kedokteran.

Hadits Nabi yang mengatakan bahwasanya :







Dari Abu Hurairah berkata telah bersabda Rasulullah : Barang siapa
meminum (madu dengan air zam-zam) tiga kali dalam setiap bulan, maka ia tidak
terkena penyakit yang berat. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Kitab Zad Al-Maad, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan hadis tersebut

dengan berkomentar. Madu adalah makanan bergizi sebagaimana makanan bergizi

lainnya, obat diantara obat-obatan yang lainnya, minuman di antara berbagai

minuman yang ada, tiada sesuatu pun yang diciptakan untuk kita yang sepadan dan
30

melampaui dari kandungan berkhasiat yang terdapat pada madu, bahkan tiada pula

yang setara atau mendekatinya dan tiada yang lebih dipercayai oleh orang-orang

terdahulu daripada minuman itu.

Dari kutipan diatas diketahui bahwa madu memiliki manfaat bagi kesehatan

manusia, berikut beberapa manfaat dari madu yaitu :

1. Madu mudah dicerna, karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi

gula lain (misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut

yang paling sensitif sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi.

Madu membantu ginjal dan usus untuk berfungsi lebih baik.

2. Madu bersifat rendah kalori, dimana diketahui kualitas madu lain adalah jika

dibandingkan dengan jumlah gula yang sama, kandungan kalori madu 40%

lebih rendah. Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat

badan.

3. Madu dapat membantu pembentukan darah, dimana madu menyediakan banyak

energi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia

membantu pembersihan darah. Madu berpengaruh positif dalam mengatur dan

membantu peredaran darah. Madu juga berfungsi sebagai pelindung terhadap

masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis.

4. Madu dapat mengobati luka bakar, dimana madu telah dimanfaatkan untuk

manahan luka-luka bakar yang terjadi pada kulit. Jika diusapkan pada daerah

yang terbakar, madu akan mengurangi rasa sakit yang menyengat dan

mencegah pembentukan lepuhan (Jarvis, 2002)


31

5. Madu dapat menguatkan otot jantung (cardiotonic), dimana dalam kitab dan

ensiklopedia medis, Ibnu Sina menyebutkan bahwa madu dan buah Delima

dapat memberikan energi dan vitalis untuk menguatkan otot jantung. Unsur

glucose pada madu dapat meluaskan pembuluh arteri yang berfungsi

mentransfer makanan otot jantung, yang merupakan pendorong dan penolong

otot jantung dalam menjalankan fungsinya

2.4.3 Khasiat Madu Sebagai Antibakteri

Madu merupakan larutan gula dengan saturasi tinggi, serta mengandung

enzim katalase, kandungan gula dan enzim tersebut membuat madu memiliki efek

antibakteri, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet tambahan pada

beberapa jenis makanan (Puspitasari, 2007).

Salah satu standar madu ditentukan dengan kandungan kadar gula pereduksi

(glukosa dan fruktosa) yang dikandung, minimal memiliki kadar gula pereduksi

sebanyak 60 %. Jenis gula pereduksi yang terdapat pada madu tidak hanya glukosa

dan fruktosa, tetapi juga terdapat maltose dan dekstrin. Proses produksi madu oleh

lebah merupakan proses yang kompleks, sehingga menimbilkan perbedaan kada dan

komposisi gula pereduksi dari bermacam jenis madu. Komposisi gula pereduksi tiap-

tiap madu dapat mempengaruhi khasiat madu (Purbaya,2002).

Madu telah diteliti oleh beberapa ahli dalam mengobati infeksi yang

disebabkan oleh bakteri maupun jamur. Kemampuan madu sebagai antibakteri

disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

1. Madu mempunyai daya osmolaritas yang tinggi


32

Menurut Molan PC (2001) dalam artikelnya yang berjudul Honey as a

tropical antibacterial agent for treatmen of infected wounds menguraikan

kandungan madu, antara lain osmotic effect yaitu memiliki osmolaritas yang

cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian dari Departement of

Biochemistry, Faculty of Medicine, unversiry of Malaya di Malaysia,

Kamaruddin (2000) juga menyebutkan bahwa didalam madu terkandung zat

antibakteri, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

Kandungan antibacterial madu pertama kali dikenalkan oleh Van Ketel tahun

1982. Hal ini diasumsikan karena efek osmotic yang dihasilkan oleh kandungan

gula yang tinggi didalam madu sehingga memiliki osmolaritas yang cukup untuk

menghambat bakteri (Puspita, 2007). Osmosis adalah perpindahan zat atau

senyawa kimia dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi. Melalui

osmosis, madu membuat kadar air didalam koloni bakteri menjadi berkurang dan

terbatas.

Jika terjadi luka dan madu bdiberikan pada daerah yang terkena luka, maka

madu akan menarik air dari luka tersebut karena adanya kemamouan osmoliritas

yang tinggi dari madu. Dengan tertariknya air dari luka tersebut, maka luka akan

mudah kering sehingga dapat menurunkan angka pertumbuhan bakteri pada luka

dan luka lebih cepat sembuh (Molan,1996).

2. pH yang rendah

Madu memiliki pH asam yang berkisar antara 3,6-4,5. Tingkat keasaman

yang tinggi merupakan penghambat yang efektif terhadap pertumbuhan bakteri,


33

baik dikulit maupun disaluran lain dalam tubuh, pH asam dalam madu akan

menciptakan lingkungan yang kondusf bagi aktifitas makrofag, suatu komponen

sel imunitas yang berperan untuk menangkap, memfagosit serta menghancurkan

bakteri patogen. Asam glukonat yang terdapat pada madu ini, merupakan hasil

dari proses oksidasi glukosa yang diubah menjadi asam glukonat dengan bantuan

enzyme glukosa oksidase(Molan, 1996).

3. Aktivitas air yang rendah

Aktivitas air pada madu berkisar antara 0,562-0,62 secara umum bakteri tidak

akan tumbuh pada media yang memiliki aktivitas air yang rendah. Penelitian

yang dilakukan oleh molan menemukan bahwa pada kosentrasi tertentu, madu

dapat menekan pertumbuhan bakteri. Selain adanya aktivitas air yang rendah,

kemungkinan besar adanya kandungan senyawa lain dalam madu ikut berperan

dalam kemampuan madu sebagai anti bakteri (Molan,1996).

4. Kandungan hydrogen peroksida

Hydreogen peroksida dikenal sebagai sumber utama kemampuan antibakteri

dari madu. Hydreogen peroksida dihasilkan dari reaksi enzim glukosa oksidase

(glukosidase) dalam madu. Gula yang terdapat dalam madu khususnya glukosa,

dengan adanya enzim tersebut maka glukosa akan diubah menjadi asam glukonat

dan hydreogen peroksida dengan rumus kimia :

Glukosa + H2O + O2 Asam Glukonat + H2O2

Hygrogen peroksida yang dihasilkan dari hasil reaksi glukosa dalam madu

dengan air akan sangat rendah sekitar 1 mmol/liter madu sehingga tidak
34

dikhawatirkan merusak jaringan dalam tubuh akibat terlepasnya hydrogen

peroksida dari madu tersebut (Molan, 2001).

2.5 Susu Skim

Susu merupakan bahan pangan yang hampir sempurna dan merupakan bahan

pangan alamiah bagi hewan menyusui (termasuk manusia) yang baru lahir, dimana

susu merupakan satu-satunya sumber zat-zat gizi untuk kehidupan segera setelah

dilahirkan (Muchtadi, 2009). Allah berfirman dalam al-Quran surat An-Nahl 66

yang berbunyi :


Artinya : dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang
berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah,
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya

Berdasarkan ayat yang telah dipaparkan tersebut, maka Allah telah

menyampaikan betapa agung kekuasaan-Nya dengan keluarnya susu yang bersih dari

darah. Diantara makanan yang dikonsumsi ada yang mengatakan bahwa diantaranya

ada yang menjadi kotoran didalam lambung dan diantaranya ada yang menjadi darah,

kemudian keluarlah susu dari darah, maka Allah memberitahukan bahwa susu ini

keluar dari darah dalam urat (Al-Qurtuby, 2008).


35

Hal ini sesuai dengan fakta ilmiah bahwa susu diproses dari sari makanan dalam

saluran pencernaan, yang diserap darah kemudian dibawa menuju kelenjar susu

(ambing). Abdus (2003) menyatakan didalam ilmu fisiologi juga menjelaskan bahwa

melalui system pencernaannya memproses makanan dan menyerap sari-sarinya untuk

memenuhi kebutuhan hidup didalam tubuhnya. Kemudian sari-sari tersebut berubah

menjadi darah dan mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah dalam tubuhnya

untuk didistribusikan kepada sel-sel tubuh termasuk kelenjar susu.

Kelenjar yang terdapat didalam kantong susu mengambil unsur-unsur yang

diperlukan sebagai bahan dasar susu. Sehingga pada akhirnya dikelauarkanlah susu

murni dengan warna dan cita rasa yang khas. Dengan demikian, ilmu penegtahuan

modern menunjukkan dan membuktikan bahwa susu yang lezat ternyata keluar dari

kotoran dan darah.

Ibnu Katsir (2007) menambahkan dalam tafsirnya bahwa maksud dari susu

bersih adalah warna putihnya, juga rasanya, dan manisnya benar-benar bersih yang

berada diantara kotoran (tahi) dan darah dalam perut binatang, yang masing-masing

berjalan pada alirannya jika makanan telah matang dan selesai dicerna didalam

pencernaan, kemudian darinya, darah mengalir keseluruh urat, dan susu menuju

kepayudara, sedangkan urine ke kantung kemih dan kotoran ke rectum. Masing-

masing dari semuanya itu ada yang saling mengkontaminasi satu dengan yang

lainnya, tidak juga bercampur setelah terpisahnya, serta tidak berubah.


36

Susu banyak manfaatnya biasa diolah kembali agar lebih tahan lama. Salah

satunya yaitu diolah menjadi susu skim. Susu skim (inggris: Skim milk) adalah susu

tanpa lemak yang bubuk susunya dibuat dengan menghilangkan sebagian besar air

dan lemak yang terdapat dalam susu. Susu skim merupakan bagian dari susu yang

krimnya diambil sebagian atau seluruhnya. Kandungan lemak pada susu skim kurang

lebih 1%. Susu skim mengandung semua kandungan yang dimiliki susu pada

umumnya kecuali lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.Susu skim dapat

dimanfaatkan sebagai bahan dasar susu atau keju tanpa lemak sehingga dapat berguna

untuk menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh (Gemilang, 2009).

Susu skim adalah susu yang kadar lemaknya telah dikurangi hingga berada

dibawah batas minimal yang telah ditetapkan. Susu skim merupakan bagian susu

yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim

mengandung zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin vitamin yang

larut dalam lemak. Berikut adalah komposisi yang terkandung dalam susu skim :

Tabel 2.2. Komposisi susu skim (Muchtadi, 2009)

No. Komponen Jumlah


1 Protein (%) 3,7
2 Lemak (%) 0,1
3 Laktosa (%) 5,0
4 Abu (%) 0,8
5 Air (%) 90,4

Susu skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan kalori rendah dalam

makanannya, Karena susu skim hanya mengandung 55 % dari seluruh energi susu
37

dan susu juga digunakan dalam pembuatan keju dan yoghurt dengan kadar lemak

rendah ( Buckle, et al.1987)

Susu skim mengandung laktosa 5%, protein susu 3,5%, dan mineral antara lain

potasium, kalsium, fosfor, klorida, dan sodium (Adnan, 1984). Penambahan susu

skim berfungsi sebagai sumber laktosa dan nutrisi bagi bakteri asam laklat.

Disamping itu penambahan susu skim juga berperan dalam meningkatkan kekentalan

dan keasaman (Mulyani, 2010).

Susu skim mengandung lemak yang lebih rendah dibandingkan susu full cream

sehingga dapat dikonsumsi oleh orang yang melakukan diet rendah lemak

(Meriridiyanto,2005). Konsentrasi susu skim 9% merupakan perlakuan terbaik

berdasarkan parameter fisik,kimia, dan mikrobiologi (Rinelda, 2014).

2.6 Bakteri Patogen Perusak Kualitas Kefir

Kefir dapat memperbaiki proses pencernaan dengan menyediakan

mikroorganisme yang diperlukan dalam proses pencernaan. Kefir memberikan

nutrisi yang berkualitas tinggi dan seimbang yang diperlukan sebagai bahan untuk

memperbaiki sel yang rusak, maupun untuk menjalankan fungsi tubuh secara

seimbang sehingga organ tubuh dapat kembali berfungsi dengan normal. Kefir

memiliki antibiotika alami yang dihasilkan mikroba (human friendly/beneficial

microflora) serta derajat keasaman tinggi yang akan menekan pertumbuhan bakteri

patogen (Salmenlina, 2002)


38

Jenis pengolahan pangan yang sering terkontaminasi bakteri penyebab infeksi

adalah pangan dari kelompok yang memiliki asam rendah seperti susu dan produk

olahannya. Beberapa bakteri patogen yang umum mencemari adalah Staphylococcus

aureus dan Salmonella typhi

2.6.1 Staphylococcus aureus

Staphylococcus berasal dari kata Yunani yaitu staphyle yang berarti

sekelompok anggur. Bakteri ini umumnya hidup pada kulit dan membran mukosa

manusia. Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang paling penting dalam

menyebabkan infeksi pada manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa

tipe infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya, dari infeksi kulit ringan,

keracunan makanan, sampai infeksi berat (Stanway, 2007)

A. Klasifikasi

Staphylococus aureus memiliki klasifikasi sebagai berikut (Todar, 2005):

Kingdom : Prokariota
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
39

Terdapat 23 spesies Staphylococcus dan dua belas diantaranya merupakan

flora normal bagi manusia dan yang terpenting secara klinis ada tiga spesies yaitu

Staphylococcus aureus, Staphylococcus pidermidis, Staphylococcus saprophyticus.

Ciri utama yang paling mudah dan penting untuk membedakan antara Staphylococcus

aureus dengan spesies Staphylococcus lainnya yaitu produksi enzim koagulase,

enzim yang dapat menggumpalkan plasma. Sekitar 97% Staphylococcus aureus yang

diisolasi menghasilkan enzim ini (Jawetz et al., 1996).

B. Karakteristik

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk bola

dengan garis tengah sekitar 1 m, tidak bergerak, tidak membentuk spora, tersusun

dalam kelompok tidak beraturan, dan menghasilkan katalase positif. Bakteri ini tahan

pada suhu 500 C, dan pada lingkungan dengan konsentrasi garam yang tinggi,

mudah membentuk pigmen pada suhu kamar (20-25 C). Koloni Staphylococcus

aureus pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus menonjol, dan berwarna abu-

abu sampai kuning emas tua (Tolan, 2008).

Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang

mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase,

hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung

lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah (Schlegel, 1994).
40

Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35 37C

dengan suhu minimum 6,7 C dan suhu maksimum 45,4 C. Bakteri ini dapat tumbuh

pada pH 4,0 9,8 dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati

9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk

pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan

distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri

ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam

amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin,

prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang

tidak mengandung asam amino atau protein (Supardi dan Sukamto, 1999).

Gambaran Staphylococcus aureus secara mikroskopik dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Gambar 2.2.5 Staphylococcus aureus (Todar,2005)


41

C. Patogenesis

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi

mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik.

Infeksi kulit yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus yaitu impetigo,

selulitis, folikulitis, abses. Staphylococcus aureus menyebabkan keracunan makanan

karena adanya enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang

terdapat pada makanan yang tercemar. Gejala yang muncul akibat keracunan

makanan ini yaitu sakit kepala, mual, muntah, disertai diare yang muncul setelah

empat sampai lima jam mengkonsumsi makanan tersebut (Salmenlina, 2002).

Enterotoksin lain yaitu Toksin Syok Sindroma Toksik (TSST-1) yang

dihasilkan Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan penyakit Toxic Shock

Syndrom (TSS). Enterotoksin ini dapat tumbuh di tampon sehingga dapat memasuki

aliran darah dan menyebabkan gejala TSS. Gejala yang muncul antara lain demam

tinggi, muka memerah, pengelupasan kulit, dan hipotensi. TSS merupakan penyakit

yang serius yang dapat menyebabkan pembusukan jaringan (Salyers & Dixie, 1994;

Salmenlina, 2002).

Infeksi sistemik dapat terjadi karena bakteri masuk ke dalam darah, dan

berkembang menjadi bakterimia. Di dalam sirkulasi darah, bakteri dapat meluas ke

berbagai bagian tubuh dan menyebabkan infeksi. Infeksi yang dapat terjadi yaitu

endokarditis, osteomielitis, sindrom kulit melepuh, pneumonia (Tolan, 2008).


42

Osteomielitis merupakan infeksi yang terjadi pada tulang yang sedang tumbuh,

biasanya terjadi pada anak-anak. Infeksi ini disebabkan karena adanya infeksi pada

saat pembedahan tulang sehingga bakteri dapat berpenetrasi melalui luka yang

terbentuk dan secara langsung menginfeksi tulang yang terluka. Berbeda dengan

osteomielitis, endokarditis disebabkan karena bakteri masuk melalui penggunaan obat

secara intravena atau penggunaan cateter yang kemudian masuk ke dalam aliran

darah dan menginfeksi sel endotel (Salmenlina, 2002; Juuti, 2004). Bakteri dapat

menempel dan merusak daerah endotelium, atau secara langsung masuk ke sel

endotel melalui fagositosis sehingga menyebabkan pelepasan respon inflamasi yang

ditandai dengan demam yang tinggi (Todar, 2005).

Infeksi lainnya yaitu sindrom kulit melepuh yang disebabkan oleh toksin

eksfoliatif. Toksin ini menyebabkan lapisan kulit luar mengelupas. Biasanya risiko

terjadinya meningkat pada anak-anak karena memiliki antibodi pelindung yang lemah

terhadap eksotoksin dan enterotoksin yang merespon terjadinya sindrom klinik

tersebut. Pneumonia jarang terjadi namun jika terjadi akan menyebabkan kerusakan

sel paru-paru yang dapat berakibat kematian (Juuti, 2004).

Berbagai infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dimediasi oleh

faktor virulen dan respon imun sel inang. Secara umum bakteri menempel ke jaringan

sel inang kemudian berkoloni dan menginfeksi. Selanjutnya bertahan, tumbuh, dan

mengembangkan infeksi berdasarkan kemampuan bakteri untuk melawan pertahanan

tubuh sel inang. Respons sel inang dimediasi oleh leukosit yang diperoleh dari
43

ekspresi molekul adhesi pada sel endotel. Komponen dinding sel dari S. aureus yaitu

peptidoglikan dan asam teikoat, memacu pelepasan sitokin. Leukosit dan faktor sel

inang lainnya dapat dirusak secara lokal oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri

tersebut. Selain itu adanya protein yang terdapat pada bakteri mengakibatkan respon

anti inflamasi. Protein ini juga menghambat sekresi leukosit sel inang dengan cara

berinteraksi langsung dengan protein sel inang, dan fibrinogen. Apabila tubuh tidak

cukup berhasil mengatasi infeksi tersebut maka akan terjadi inflamasi lokal (Todar,

2005).

2.6.2 Salmonella typhi

Salmonella merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena habitat aslinya

yang berada di dalam usus manusia maupun binatang, bakteri ini dikelompokkan ke

dalam enterobacteriaceae (Brooks et al, 2008).

Isolasi dari mikroorganisme Salmonella pertama sekali dilaporkan pada

tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies Bacterium thyposum. Kemudian, pada

tahun 1886 perkembangan nomenklatur semakin kompleks karena peranan Salmon

dan Smith serta sempat menjadi bahan pembicaraan yang rumit. Bahkan dalam

perkembangannya, Salmonella menjadi bakteri yang paling kompleks dibandingkan

enterobacteriacea lain, oleh karena bakteri ini memiliki lebih dari 2400 serotipe dari

antigen bakteri ini (Winn, 2006).

A. Klasifikasi

Salmonella typhi memiliki klasifikasi sebagai berikut (Todar, 2005):


44

Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella Salmonella typhi
Spesies : Salmonella typhi
B. Morfologi

Salmonella typhi merupakan bakteri batang gram negatif dan tidak

membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan

sering disebut sebagai facultative intra-cellular parasites. Dinding selnya terdiri atas

murein, lipoprotein, fosolipid,protein dan lipopolisakarida (LPS) dan tersusun sebagai

lapisan-lapisan (Winn,2006).

Gambar 2.2.6. S. typhi dibawah mikroskop (Todar,2005)

Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous flagella

sehingga bersifat motil S, typi membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannose.
45

Organisme ini juga menghasilkan gas H2S, namun hanya sedikit (Winn,2006).

Bakteri ini tahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu lama (Brooks et

al,2008).

R.Kieth (2008) menyatakan Salmonella typhi adalah suatu genus bakteri

enterobakteria gram negative, keluarga enterobacteriaceae, berbentuk tongkat yang

menyebabkan tifoid, paratifoid, dan penyakit foodborne. Species-species Salmonella dapat

bergerak bebas, fakultatif anaerob, menghasilkan hydrogen sulfide, dan rentan terhadap

berbagai antibiotik.

C. Patogenesis

Sumber kontaminasi Salmonella pada makanan dan hewan yaitu dari saluran

pencernaannya. Salmonella pada makanan dapat berasal dari kalkun, ayam, anjing,

kucing, katak, tikus. Jenis makanan yang sering dikaitkan dengan infeksi yang

ditimbulkan, oleh Salmonella adalah daging, telur, serta susu dan produk olahannya

(Karsinah, 1994)

Ada dua jenis penyakit yang dapat ditimbulkan oleh Salmonella yaitu

salmonellosis dan demam enteric. Waktu inkubasi salmonellosis adalah antara 5-72

jam bianyanya 12-24 jam, dengan gejala sakit perut, diare, demam, muntah, sakit

kepala dan lemas (Brooks et al,2008)

Salmonella adalah bakteri yang tidak tahan panas, dengan demikian infeksi

Samonella dapat dicegah dengan memanaskan makanan. Pemanasan yang disarankan

untuk mencegah salmonellosis adalah pada suhu 600C, selama paling sedikit 20 menit

(Brooks et al, 2008)


46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri

dari 2 pola Faktorial , yaitu faktor 1 adalah konsentrasi madu (M) dengan 4 variasi,

yaitu M0 (0%); M1 (5%); M2 (10%); M3 (15%) dan faktor 2 adalah lama

fermentasi (F) dengan 3 variasi, yaitu F1(18 jam); F2 (21 jam); F3 (24 jam).

Penelitian dilakukan dengan 3 kali ulangan. Adapun kombinasi perlakuan dalam

penelitian ini dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan

Konsentrasi Lama Fermentasi


Madu F.1 F.2 F.3
M.0 M0F1 M0F2 M0F3
M.1 M1F1 M1F2 M1F3
M.2 M2F1 M2F2 M2F3
M.3 M3F1 M3F2 M3F3

Keterangan :

M0F1 : konsentrasi madu 0 % dan lama fermentasi 18 jam

M0F2 : konsentrasi madu 0 % dan lama fermentasi 21 jam

M0F3 : Konsentrasi madu 0 % dan lama fermentasi 24 jam

M1F1 : konsentrasi madu 5 % dan lama fermentasi 18 jam

M1F2 : konsentrasi madu 5 % dan lama fermentasi 21 jam

46
47

M1F3 : Konsentrasi madu 5 % dan lama fermentasi 24 jam

M2F1 : konsentrasi madu 10 % dan lama fermentasi 18 jam

M2F2 : konsentrasi madu 10 % dan lama fermentasi 21 jam

M2F3 : Konsentrasi madu 10 % dan lama fermentasi 24 jam

M3F1 : konsentrasi madu 15 % dan lama fermentasi 18 jam

M3F2 : konsentrasi madu 15 % dan lama fermentasi 21 jam

M3F3 : Konsentrasi madu 15 % dan lama fermentasi 24 jam

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitan Tentang Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Madu Dan Lama

Fermentasi Terhadap Kualitas dan Potensi Antibakteri Kefir Air Leri dilaksanakan

pada bulan Juli-September 2015 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan

Biokimia jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi madu (0

%, 5 %, 10 %, 15 % ) dan lama fermentasi (18 jam, 21 jam dan 24 jam).

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH, kadar asam

laktat, gula reduksi , dan efektifitas antibakteri


48

3.3.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali yang digunakan dalam penelitian ini adalah air leri

pencucian 1 dan 2, Starter Kefir grains 2 % , suhu penyimpanan 28 C dan susu skim

10 %

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu botol kaca, panci, PH meter elektronik,

sendok, pengaduk, timbangan analitik, wadah, tempat saringan, termometer, beaker

glass, ,autoclove, kompor, cawan petri, buret, bunsen, pipet pump, mikropipet, alat

gelas dan micrometer sekrup.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah air cucian beras (leri), susu skim, starter kefir

grais, madu, bakteri Salmonella thypi, Stapylococcus aeureus, larutan buffer, NaOH

0,1 N, indicator phenopthalein (PP) 1 %, NaCL, larutan glukosa standar, larutan

Dinitrosalicylic acid (DNS), media Nutrien agar (NA), dan kertas cakram.

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Penelitian Pendahuluan (Uji Prokstimat)

Penelitian pendahulan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui standarisasi

dalam pembuatan kefir dari air cucian beras (air leri). Penelitian pendahuluan ini
49

dilakukan dengan uji proksimat pada air cucian beras (air leri) untuk mengetahui

(kadar protein, lemak, serat, abu, dan karbohidrat).

3.5.2 Sterilisasi Alat dan Bahan

Semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan kefir air

leri dan analisa pengujian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu

121C selama 15 menit.

3.5.3 Pembuatan Kefir Air Leri

1. Disiapkan air leri yang baik sebanyak 100 ml dari pencucian pertama dan

kedua yang masih berwarna putih

2. Disaring untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa dari air leri

3. Air leri dan susu skim di pasteurisasi pada suhu antara 70 C 80 C selama

15 menit

4. Didiamkan hingga suhu turun 45 C

5. Ditambahkan madu konsentrasi (0 %, 5 %, 10%, 15 %), dan starter kefir

grains 2%

6. Diaduk-aduk pelan

7. Hasil campuran ditutup rapat ke dalam toples dan difermentasi dalam suhu

ruang 28 C selama 18 jam, 21 jam, dan 24 jam.

8. Kefir yang sudah difermentasi disaring dengan saringan untuk memisahkan

kefir grains dengan kefir.

9. Langkah tersebut dilakukan kembali untuk ulangan 2 dan 3.


50

Proses pembuatan kefir air leri dapat disajikan sebagai berikut :

Air Leri dan Susu Skim

Pasteurisasi (15 menit


sampai suhu 70-80 C)

Didiamkan hingga suhu turun


mencapai 45 C

Dimasukan madu(0 %, 5 %,
10%, 15 %) dan starter kefir
grains (2 %)

Diinkubasi pada suhu ruang selama


18 jam, 21 jam, dan 24 jam

Kefir air leri

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Kefir Air Leri

3.6 Pengamatan dan Analisa

3.6.1 Pengukuran pH (Wahyu, 2006)

Pengujian pH dilakukan dengan pH meter elektronik.

1. Sebelum pH meter elektronik digunakan, ujung katoda indikator dicuci

dengan aquades

2. dikeringkan dengan tissue

3. pH meter elektronik dikalibrasi dengan ujung katoda


51

4. Dicelupkan ke dalam larutan buffer 4 dan 7

5. ujung katoda dicelupkan dalam sampel

6. Ditunggu 2-3 menit sampai angka digital stabil

7. Hasil pengukuran dibaca pada pH meter

3.6.2 Uji total keasaman (Hadiwiyoto,1983)

Adapun analisa asam laktat yang dilakukan sebagai berikut :

1. Dilakukan dengan mengisi buret dengan NaOH 0,1 N perlahan-perlahan

sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya.

2. Dimasukkan sampel (kefir air leri) sebanyak 10 ml ke dalam labu ukur 100

ml

3. Ditambahkan aquades sampai tanda batas lalu dihomogenkan dan disaring

4. Filtrate diambil 10 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer

5. Ditambahkan 2 tetes phenolphthalein 1 % sebagai indikator

6. Dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N sambil dikocok sampai terbentuk

warna merah muda yang stabil.

7. Setelah itu pemakaian titer dicatat dan asiditas kefir dihitung dengan rumus

( ) X 100 %

Keterangan :

N NaOH = 0,0981 N

FP = Faktor Pengenceran
52

3.6.3 Uji Gula Pereduksi Metode DNS (Miller, 1959)

Metode ini digunakan untuk menetapkan total gula pereduksi dalam bahan

pangan. Dalam suasana alkali, gula pereduksi akan mereduksi asam 3,5

dinitrosalisilat (DNS) membentuk senyawa yang dapat diukur absorbansinya pada

panjang gelombang 540 nm. Apabila sampel berada dalam suasana asam maka harus

dinetralkan terlebih dahulu.

a. Pembuatan Kurva Standar

1. Dilarutkan larutan glukosa standart dengan konsentrasi 0, 200, 400, 600,

800, 1000 ppm didalam 6 tabung reaksi.

2. Diambil 1 ml dari masing-masing konsentrasi dan dimasukkan kedalam

tabung reaksi.

3. Ditambahkan kedalam tabung reaksi 1 ml reagen DNS dan

dihomogenkan.

4. Ditutup mulut tabung dengan allumunium foil dan dipanaskan dalam air

mendidik selama 5-15 menit sampai larutan berwarna merah-coklat.

5. Ditambahkan 1 ml larutan KNa-tartrat 40 %

6. Tabung reaksi didinginkan dan ditambahkan dengan aquades hingga

volume menjadi 10 ml, dihomogenkan.

7. Diukur absorbansinya dengan spectrometer 540 nm

b. Penentuan kadar gula reduksi sampel

1. Dipipet 1 ml sampel dan dimasukkan dalam tabung reaksi

2. ditambahkan 1 ml reagen DNS dan dihomogenkan


53

3. ditutup mulut tabung dengan alumunium foil dan dipanaskan dalam air

mendidih selama 5-15 menit sampai larutan berwarna merah-coklat.

4. Ditambahkan 1 ml larutan KNa tratrat 40 %

5. Tabung reaksi didinginkan dan ditambahkan dengan aquades hingga

volume 10 ml, dihomogenkan.

6. Diukur absorbansinya 540 nm

7. Kadar gula reduksi dihitung dengan rumus :

3.6.4 Pengujian Antibakteri (Fardiaz, 1987)

3.6.4.1 Pembuatan Media

a. Media Agar Miring

Nutrient Agar (NA) sebanyak 0,46 gram dilarutkan dalam 20 ml aquades (23

g/1000 ml) menggunakan erlenmeyer. Setelah itu dihomogenkan dengan stirer

diatas penangas air sampai mendidih. Sebanyak 5 ml dituangkan masing-masing

pada 3 tabung reaksi steril dan ditutup dengan aluminium foil. Media tersebut

disterilkan dalam outoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit, kemudian

dibiarkan pada suhu ruangan selama 30 menit sampai media memadat pada

kemiringan 30 C Media Agar miring digunakan untuk inokulasi bakteri (Lay,

1994).
54

b. Media Dasar dan Media Pembenihan

Media dasar dibuat dengan cara ditimbang Nutrient Agar (NA) sebanyak 2,3

gram, lalu dilarutkan dalam 100 ml aquades (23 g/1000 ml) menggunakan

erlenmeyer. Setlah itu media dihomogenkan dengan stirer diatas penangas air

sampai mendidih. Media yang sudah homogen ini disterilkan dalam outoklaf pada

suhu 121 C selama 15 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 45-50 C.

Media digunakan dalam pembuatan media pengujian.

3.6.4.2 Inokulasi Bakteri pada Media Agar Miring

Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada media agar

miring dengan cara menggores. Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada

suhu 37 C selama 24 jam. Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap jenis

bakteri uji (Siregar, 2009).

3.6.4.2 Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (Larutan Mc. Farland)

Larutan H2SO4 0,36 N sebanyak 99,5 ml dicampurkan dengan larutan

BaCl2.2H2O 1,175 % sebanyak 0,5 ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok

sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar

kekeruhan suspensi bakteri uji (Victor, 1980).

3.6.4.3. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan kawat ose steril lalu

disuspensikan kedalam tabung yang berisi 2 ml larutan NaCl 0,9% hingga di

peroleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan larutan Mc. Farland.

Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap jenis bakteri uji.


55

3.6.4.4 Uji Daya Hambat

Media padat yang telah dipanaskan hingga mencair, didinginkan sampai suhu

40 C, dan dituang dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan 0,1 mL

larutan biakan aktif bakteri dan dihomogenkan kemudian dibiarkan hingga

memadat. Kertas cakram (diameter 5 mm) diresapkan dalam kefir. Kertas cakram

tersebut kemudian diletakkan di atas permukaan media bakteri menggunakan

pinset dan ditekan sedikit. Media bakteri yang sudah dipasangi bahan antibakteri

diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.

3.7 Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu konsentrasi starter dan lama

fermentasi dengan penambahan susu skim dan madu terhadap Efektivitas Antibakteri

Dan Sifat Kimia (pH, total asam, gula reduksi) dianalisis kan dengan Rancangan

Acak kelompok dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) two way.

Kemudian jika terdapat perbedaan yang nyata akan dilakukan uji lanjut dengan BNT

dan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikasi 5% untuk

mengetahui perlakuan yang berbeda (Yitnosumarto, 1993).


56

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap pH Kefir Air

Leri.

Analisis pH dilakukan setelah fermentasi bertujuan untuk mengetahui

perubahan pH pada kefir air leri setelah terjadi fermentasi. Pengamatan nilai pH kefir

air leri diukur menggunakan pH meter. Berdasarkan hasil analisis statistik tentang

nilai pH terhadap lama fermentasi dan konsentrasi madu diketahui bahwa F hitung <.

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap interaksi

lama fermentasi dan konsentrasi madu . Sebagaimana yang tercantum pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Hasil Analisis Keragaman pH

Variabel F P.sig
1. Lama Fermentasi 15,824 0,000
2. Konsentrasi Madu 4,185 0,017
3. Lama Fermentasi*Konsentrasi Madu .345 0,905

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa lama fermentasi berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap nilai pH. Begitu juga pada konsentrasi madu berpengaruh nyata (P

< 0,05) terhadap nilai pH kefir air leri. Tetapi interaksi antara lama fermentasi dan

konsentrasi madu tidak berpengaruh nyata (p > 0,05), sehingga tidak dilanjutkan uji

duncan. Tidak ada interaksi ini diduga karena saat penambahan madu dan sebelum

fermentasi berlangsung, pH berkisar antara 4,98-5,76. Selain itu kandungan asam

56
57

yang terdapat pada madu menyebabkan sejak awal inkubasi nilai pH kefir air leri

rendah. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi


Terhadap pH Kefir Air Leri..

Perlakuan Nilai pH
M0F1 3,69
M0F2 3,44
M0F3 3,38
M1F1 3,51
M1F2 3,36
M1F3 3,31
M2F1 3,47
M2F2 3,34
M2F3 3,29
M3F1 3,46
M3F2 3,32
M3F3 3,27

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa hasil pH kefir air leri pada semua

perlakuan mengalami penurunan setelah dilakukan fermentasi selama 24 jam. Nilai

pH berkisar antara 3,69 3.27 dengan nilai tertinggi pada perlakuan tanpa

penambahan madu atau 0% dengan lama fermentasi 18 jam yaitu 3,69 dan nilai

terendah pada perlakuan madu 15 % dengan lama fermentasi 24 jam yaitu 3,27.

Semakin tinggi konsentrasi madu yang diberikan maka semakin rendah nilai pH yang

dihasilkan hal ini dikarenakan madu memiliki pH yang asam. Hal ini sesuai pendapat

kumala (2011) yang menyatakan bahwa perbedaan madu yang semakin tinggi akan

menghasilkan nilai pH menjadi rendah karena didalam madu terdapat fruktosa yang
58

digunakan oleh BAL sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan maupun sumber

energy sehingga menghasilkan asam l aktat sebagai hasil akhir.

Murti (2007) menyatakan madu secara alami mengandung beberapa asam

seperti glukonat, asetat, butirat, laktat, sitrat dan formiat. Proses fermentasi yang

semakin lama akan menyebabkan penurunan nilai pH. Hal ini dapat dilihat pada

gambar grafik 4.1 tentang pengaruh konsentrasi madu dan lama fermentasi terhadap

pH kefir air leri

Nilai pH Kefir Air Leri


3.8
3.7
3.6
3.5
Nilai pH

3.4
3.3
3.2
3.1
3

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama


.Fermentasi Terhadap pH Kefir Air Leri

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa perlakuan F1 berbeda jauh terhadap pelakuan

F2 dan F3. Hal ini disebabkan karena lama fermentasi perlakuan F1 lebih singkat dari

perlakuan F2 dan F3, sehingga nilai pH lebih tinggi. Fermentasi yang semakin lama

mengakibatkan nilai pH untuk semua perlakuan semakin rendah. Hal ini dapat
59

disebabkan karena semakin lama fermentasi maka semakin banyak mikroorganisme

yang aktif berkembang biak, sehingga menghasilkan asam laktat yang lebih banyak.

Hal ini sesuai dengan penelitian Agustina (2013) yaitu starter kefir mengandung jenis

mikroorganisme yaitu Lactobacillus, Streptococcus, Lactococcus, Acetobacter, dan

khamir. Bakteri tersebut akan bersimbiosis, sehingga dapat mempercepat fermentasi

dan akan menghasilkan pH yang lebih rendah serta kadar asam yang tinggi daripada

kultur tunggal. Dengan meningkatnya jumlah asam dalam substrat, maka keasaman

kefir meningkat. Peningkatan akumulasi asam dalam kefir diketahui dengan

terjadinya penurunan pH.

4.2 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap Total Asam

Kefir Air Leri.

Uji total asam dilakukan setelah fermentasi bertujuan untuk mengetahui

perubahan total asam pada kefir air leri setelah terjadi fermentasi. Asam-asam

organic yang dihasilkan oleh kefir air bermacam-macam antara lain asam laktat, asam

asetat, asam butirat dan sebagainya. Namun yang banyak terlihat adalah kadar asam

laktatnya. Berdasarkan hasil analisis statistik tentang nilai total asam terhadap lama

fermentasi dan konsentrasi madu dapat dilihat pada tabel 4,3


Tabel 4.3. Hasil Analisis Keragaman Total Asam
No Variabel F P.sig
1. Lama Fermentasi 7,670 0,003
2. Konsentrasi Madu 3,462 0,034
3. Lama Fermentasi*Konsentrasi Madu .210 0,970
60

Berdasarkan hasil uji analisis statistic yang telah dilakukan bahwa

penambahan madu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total asam kefir air leri,

begitu pula pada lama fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total asam

kefir air leri. Namun interaksi penambahan madu dan lama fermentasi berpengaruh

tidak nyata (P>0,05) terhadap total asam kefir air leri sehingga tidak dilakukan uji

lanjut. Hal ini mungkin disebabkan karena madu mengandung fruktosa yang cukup

tinggi. Fruktosa yang terdapat dalam madu dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan

energi oleh BAL dalam menghasilkan asam laktat. Hasil uji pengukuran total asam

laktat dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap


. Total Asam Laktat Kefir Air Leri
Perlakuan Total Asam Laktat(%)
M0F1 0,76
M0F2 0,93
M0F3 1,11
M1F1 0,82
M1F2 1,02
M1F3 1,32
M2F1 0,91
M2F2 1,23
M2F3 1,52
M3F1 1,04
M3F2 1,52
M3F3 1,61
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata total asam laktat berkisar 0,76-

1,61%. Hal ini sesuai standart kualitas (SNI) yoguhrt yaitu 0,5-2,0 %. Asam laktat

terendah diperoleh dari perlakuan tanpa madu atau (M 0%) yaitu 0,76 % dengan lama

fermentasi 18 jam. Perlakuan tersebut mengalami keasamaan yang rendah,


61

dikarenakan pada perlakuan tersebut tidak menggunakan madu sebagai sumber nutrisi

pertumbuhan bakteri hanya berasal dari air leri dan susu skim. Sedangkan asam

laktat tertinggi diperoleh dari perlakuan madu 15% dengan lama fermentasi 24 jam

yaitu 1,61 %. Hal ini disebabkan semakin lama fermentasi dan jumlah madu yang

diberikan. Maka asam laktat yang dihasilkan BAL semakin banyak, sehingga

kemampuan menghasilkan asam laktat semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan

penelitian Mijayani (2008) yang menyatakan total asam meningkat seiring dengan

lama fermentasi. Hal ini diakibatkan semakin lama fermentasi, mikroba akan

mempunyai kesempatan lebih lama melakukan fermentasi, dan mempunyai

kesempatam lebih lama untuk mengubah substrat menjadi asam. Hal ini dapat dilihat

pada gambar grafik 4.2 tentang pengaruh konsentrasi madu dan lama fermentasi

terhadap total asam kefir air leri

Total Asam Laktat Kefir Air Leri


2
Asam Laktat (%)

1.5

0.5

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap
.Total Asam laktat Kefir Air Leri.
62

Berdasarkan gambar 4.2, total asam laktat pada kefir air leri mengalami

peningkatan setelah dilakukam fermentasi. Hal ini disebabkan semakin lama

fermentasi, banyaknya asam laktat yang dihasilkan BAL selama proses fermentasi

juga semakin besar. Selain itu total asam kefir yang tinggi ini dikarenakan tingginya

persentase asam sitrat dan adanya zat asam yang terdapat dalam madu. Proses

fermentasi yang semakin lama menyebabkan terjadinya peningkatan kadar total asam

akibat adanya asam organik yang dihasilkan oleh metabolisme mikroba, diantaranya

asam laktat. Menurut Widowati dan Misgiyarta (2003), asam laktat yang dihasilkan

oleh BAL akan tersekresikan keluar sel dan akan terakumulasi dalam substrat

sehingga meningkatkan keasaman. Dengan meningkatnya jumlah asam yang

disekresikan oleh BAL karena proses akumulasi asam dalam substrat, maka akan

meningkatkan keasaman substrat.

Berdasarkan gambar 4.2 juga diketahui Perlakuan F1 berbeda jauh terhadap

perlakuan F2 dan F3. Hal ini berarti lama fermentasi berpengaruh terhadap total

asam, karena semakin lama fermentasi BAL yang digunakan dalam proses fermentasi

kefir air leri semakin aktif berkembangbiak dengan ketersedian substrat yang masih

dimanfaatkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Galuh (2014) dalam pembuatan

minuman fermentasi sari buah kurma yang menyatakan bahwa lama waktu fermentasi

mengakibatkan jumlah BAL semakin meningkat. Semakin lama fermentasi semakin

banyak asam yang dihasilkan dari pemecahan gula pada madu.


63

4.3 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap Gula Reduksi

Kefir Air Leri.

Uji gula reduksi dilakukan bertujuan untuk mengetahui sisa gula yang

terpakai selama proses fermentasi. Pengamatan uji gula reduksi kefir air leri ini

dilakukan menggunakan metode DNS, hasil uji analisis statistic yang telah dilakukan

terhadap pengaruh konsentrasi madu dan lama fermentasi terhadap gula reduksi kefir

air leri dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Hasil Analisis Keragaman Gula Reduksi


No Variabel F P.sig
1. Lama Fermentasi 14,342 0,000
2. Konsentrasi Madu 56,313 0,000
3. Lama Fermentasi*Konsentrasi Madu 1,462 0,204

Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa penambahan madu

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gula reduksi kefir air leri begitu pula pada lama

fermentasi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gula reduksi kefir air leri..

Lama fermentasi berpengaruh dalam penurunan gula reduksi karena semakin lama

fermentasi maka semakin banyak gula reduksi yang dipergunakan untuk pertumbuhan

mikroba selama fermentasi. Begitu pula dalam penambahan madu, semakin banyak

konsentrasi yang ditambahkan maka gula reduksi yang dihasilkan semakin banyak

pula. Sedangkan interaksi penambahan madu dan lama fermentasi berpengaruh tidak

nyata (P > 0,05) terhadap gula reduksi kefir air leri sehingga tidak dilanjutkan dengan

uji Duncan. Tidak adanya interaksi antara lama fermentasi dan variasi konsentrasi
64

madu diduga karena penambahan madu dan lama fermentasi dalam perombakan BAL

dari gula menjadi asam laktat tidak jauh berbeda. Hasil pengukuran sisa gula yang

terpakai pada uji gula reduksi dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap


Gula Reduksi Kefir Air Leri

Perlakuan Gula reduksi (%)


M0F1 3,10
M0F2 7,50
M0F3 0,33
M1F1 4,47
M1F2 8,53
M1F3 3,07
M2F1 8,72
M2F2 10,10
M2F3 6,36
M3F1 12,56
M3F2 14,22
M3F3 12,34

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui gula yang dipakai pada saat fermentasi 12,56

0,33 %. Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada fermentasi terakhir yaitu fermentasi

24 jam gula reduksi yang tersisa paling sedikit terdapat pada konsentrasi tanpa

penambahan madu yaitu yang berasal dari air leri dan susu skim yang terdiri dari

glukosa dan laktosa adalah 0,33 % sedangkan gula reduksi tersisa paling banyak

terdapat pada konsentrasi madu 15 % yaitu 12,34 %.

Penurunan kadar gula reduksi diakhir fermentasi mengindikasi terbentuknya

metabolit sekunder. Hal ini ditunjukkan oleh perbedaan pH selama fermentasi. Jenis

gula yang umumnya digunakan untuk pertumbuhan BAL adalah laktosa dan glukosa.

Soeparno (1992) mengatakan BAL akan mengkonsumsi gula reduksi sebagai sumber
65

karbon untuk aktivitas metabolisme. Satria (2009) mengungkapkan gula reduksi

merupakan hasil metabolisme karbohidrat yang digunakan untuk aktivitas

pertumbuhan dan pembentukan metabolit oleh mikroba. Penurunan kadar gula

reduksi di akhir fermentasi mengindikasikan terbentuknya metabolit sekunder. Hal ini

dapat dilihat pada gambar grafik 4.3 tentang pengaruh konsentrasi madu dan lama

fermentasi terhadap gula reduksi kefir air leri.

Hasil Uji Gula Reduksi Kefir Air Leri


16
14
Sisa Gula Terpakai (%)

12
10
8
6
4
2
0
M0F1M0F2M0F3 M1F1M1F2M1F3 M2F1M2F2M2F3 M3F1M3F2M3F3

Gambar 4.3 Grafik Uji Gula Reduksi Kefir Air Leri dengan variasi
Lama Fermentasi dan Konsentrasi Madu

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa setelah terjadi fermentasi, sisa gula reduksi

terpakai ada yang meningkat dan menurun. Pada fermentasi 21 jam (F2) pemakaian

gula meningkat. Namun pada fermentasi 24 jam (F3) terjadi penurunan. Penurunan

ini disebabkan semakin lama waktu fermentasi nutrisi dalam substrat akan habis dan

khamir tidak dapat memfermentasikan makanan. Selain itu penurunan juga bisa

disebabkan adanya pemanfataan sumber nutrisi dari madu dan susu skim sebagai
66

sumber energy. (Kumala, 2011) menyatakan bahwa semakin banyak sel bakteri asam

laktat yang terbentuk, maka sumber gula akan semakin banyak digunakan untuk

metabolisme. Namun selama proses fermentasi bakteri mempunyai batasan optimal

untuk dapat menggunakan gula sebagai sumber energy dan karbon sehingga tidak

semua gula yang ditambahkan diubah menjadi asam laktat.

Waktu fermentasi 24 jam (F3), gula terus digunakan namun tidak sampai

habis. Hal tersebut terjadi pada semua variabel. Hal ini salah satunya disebabkan

karena fermentasi dijalankana secara kontinyu dimana substrat dengan kandungan

gula madu sesuai dengan kandungan gula pada awal fermentasi.

4.4 Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi Terhadap Antibakteri

Kefir Air Leri

Uji antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi agar dengan cara

sumuran dan hasil pengukuran zona hambat terhadap bakteri pathogen yaitu

Salmonella thypi dan Staphylococus aureus karena bakteri ini merupakan bakteri

pathogen yang berkaitan erat dengan makanan terutama dapat menyebabkan

gangguan masalah pencernan. Berdasarkan hasil uji analisis statistic keragaman dapat

dilihat pada tabel Hasil pengukuran aktivitas antibakteri disajikan pada tabel 4.7

sebagai berikut:
67

Tabel 4.7 Hasil Analisis Keragaman Uji Antibakteri Salmonella thypi dan
Staphylococcus aureus

No Variabel F P.sig
S.thypi S.aureus S.thypi S.aureus
1. Lama Fermentasi 80,962 112,086 0,000 0,000
2. Konsentrasi Madu 55,144 137,160 0,000 0,000
3. Lama Fermentasi*Konsentrasi 3,382 3,030 0,016 0,024
Madu
Berdasarkan hasil analisis keragaman uji antibakteri pada Salmonella thypi

dan Staphylococcus aureus menggunakan uji Anova, menunjukkan lama fermentasi

dan konsentrasi madu berpengaruh nyata (p<0,05), serta interaksi antara lama

fermentasi dan konsentrasi madu menunjukkan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap

aktivitas antibakteri. Sehingga dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT pada taraf

signifikan 5 % yang dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut :


Tabel 4.8. Hasil uji DMRT rata-rata zona hambat antibakteri Salmonella thypi
kefir air leri berdasarkan interaksi perbedaan konsentrasi madu dan
lama fermentasi

Perlakuan Rata-rata (mm) Notasi DMRT


S.thypi S.aureus S.thypi S.aureus
M0F1 0,5 2,23 a A
M0F2 1,88 2,95 ab A
M0F3 2,54 5,59 b B
M1F1 2,06 3,37 b A
M1F2 3,98 5,33 cd B
M1F3 6,44 6,53 e C
M2F1 3,09 4,83 bc B
M2F2 4,84 6,50 de C
M2F3 8,65 8,57 f E
M1F1 4,04 6,41 cd C
M2F2 5,83 8,02 e E
M3F2 9.84 11,18 f D

Keterangan : Notasi berbeda dalam kolom sama menunjukkan beda secara nyata
68

Berdasarkan hasil uji Duncan pada tabel 4.8 diketahui bahwa notasi yang

dihasilkan ada yang berbeda nyata dan tidak berbeda nyata. Hal ini dapat diketahui

pada notasi yang tidak semua berbeda dalam perlakuan. Pada konsentrasi tanpa madu

dan penambahan madu 5% dengan lama fermentasi 18 dan 21 tidak berbeda nyata,

hal ini mungkin dikarenakan asam laktat yang dihasilkan sebagai metabolit primer

masih terbatas. Dan penambahan madu 10%, 15% dengan lama fermentasi 24 jam

tidak berbeda nyata dalam menghasilkan zona hambat antibakteri hal ini mungkin

dikarenakan konsentrasi yang tidak jauh berbeda menyebabkan tidak berbeda nyata

teraktifitas antibakteri. Semakin lama fermentasi akan mempengaruhi terhadap

antibakteri karena bakteri semakin aktif yang artinya berkembang biak, semakin

banyak jumlahnya sehingga mempunyai kemampuan untuk memecah substrat

semakin besar.

Interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi madu menunjukkan

berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap aktivitas antibakteri. Hal tersebut mempunyai

arti lama fermentasi dan konsentrasi madu secara bersama-sama mempengaruhi

aktivitas antibakteri. Konsentrasi madu berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri,

karena madu mempunyai osmolaritas yang tinggi yang mampu menarik air, dan

madu memiliki pH yang rendah yaitu madu memiliki pH asam yakni berkisar 3,2-

4,5. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena pada umumnya bakteri

tidak mampu tumbuh pada tingkat keasaman yang asam. . Hal ini dapat dilihat pada
69

gambar grafik 4.4 tentang pengaruh konsentrasi madu dan lama fermentasi terhadap

antibakteri kefir air leri.

Hasil Uji Antibakteri


12

10
Aktivitas Antibakteri

S.aureus
8
S. Thypi
6

Perlakuan Interaksi

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Madu dan Lama Fermentasi


Terhadap antibakteri Salmonella thypi Kefir Air Leri

Berdasarkan gambar 4.4 hasil uji antibakteri yang telah dilakukan diketahui

terjadi peningkatan aktivitas antibakteri setelah dilakukan fermentasi pada semua

konsentrasi perlakuan. Pada Staphylococcus aureus peningkatan berkisar antara 2,23

- 11,18 mm dan Salmonella thypi berkisar antara 0,5 - 9,84 mm. Pada data tersebut

juga diketahui kefir tanpa penambahan madu memiliki aktivitas antibakteri yang

menandakan bahwa kefir mempunyai potensi untuk menghambat antibakteri. Hal ini

disebabkan karena asam yang dibentuk didalam kefir memperpanjang masa simpan
70

dan mencegah bakteri pembusuk. Menurut Maheswari dan Setiawan (2009),

antimikrobia yang dijumpai pada kefir adalah asam laktat, asam asetat. Asam format.

Hydrogen peroksida, diasetil, asetaldehid, karbondioksida, alcohol dan bakteriosin

yang tidak hanya berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan

bakteri pembusuk selama pengolahan dan penyimpanan makanan, tetapi dapat pula

digunakan untuk pencegahan beberapa gangguan pencernaan dan infeksi.

Ardiyansyah (2007) menambahkan efek antibakteri yang dihasilkan oleh

bakteri asam laktat seperti asam laktat, CO2, diasetil, asetaldehida danhirogen

peroksida dan bakteriosin suatu senyawa protein yang menunjukkan aktivitasbakteri

terhadap bakteri sejenis. Kefir memiliki antibiotika yang dihasilkan mikroba (human

friend/benefical microflora) serta derajat keasaman tinggi yang akan menekan

pertumbuhan bakteri pathogen. Dan bakteri didalam kefir seperti Lactobacillus casei

membentuk koloni disaluran cerna dan menempel pada mukosa usus, akan

menciptakan lingkungan yang sesuai bagi keseimbangan microbial, membatasi

pembusukan diusus sehingga dapat mengontrol produksi racun sehingga menghambat

bakteri pathogen.

Gambar 4.4 menunjukkan daya hambat Salmonella thypi lebih kecil

dibandingkan dengan Staphylococcus aureus pada semua perbedaan konsentrasi

madu dan lama fermentasi. Hal ini dipengaruhi oleh struktur dinding sel yang

dimiliki oleh masing-masing bakteri berbeda. Bakteri Staphylococcus aureus

merupakan bakteri gram positif yang memiliki struktur dinding sel yang relatif
71

sederhana dibandingankan dengan bakteri gram negatif (Bibiana,1992). Salmonella

thypi adalah bakteri gram negatif yang memiliki struktur dinding sel yang lebih

kompleks dan berlapis tiga, yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah

yang berupa peptidoglikan yang tebal dan lapisan dalam lipopolisakarida (Pelczar,

2006). Bibiana (1992) menambahkan struktur dinding sel bakteri gram positif yang

lebih sederhana tersebut memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk kedalam sel

dan menemukan sasaran untuk bekerja, sedangkan dinding sel yang kompleks

menghambat senyawa aktif untuk menembus membran sel bakteri. Seperti senyawa

bioaktif yang terkandung dalam madu yang menjadikan Salmonella thypi kurang

peka terhadap senyawa bioaktif tersebut.

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa zona hambat yang

dihasilkan pada kefir air leri dengan perlakuan tanpa madu diketahui lebih kecil.

Menurut Ardiansyah (2005) ketentuan kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut :

daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10 - 20 mm

(kuat), 5 -10 mm (sedang), dan daerah hambatan 5 mm atau kurang (lemah). Hasil

penelitian ini jika dibandingkan dengan standar tersebut masuk kategori aktivitas

antibakteri sedang dan kuat.

Menurut Mundo et. al (2004), ada beberapa faktor yang menyebabkan madu

memiliki aktivitas antibakteri, antara lain keasaman, tekanan osmotik, dan hidrogen

peroksida. Komponen tambahan pada madu seperti asam aromatik dan komponen

fenol juga berperan dalam aktivitas antibakteri. Taormina et. al (2001) juga
72

menjelaskan faktor nonperoksida juga berperan dalam aktivitas antibakteri madu.

Komponen seperti lisozim, asam fenolik dan flavonoid juga terdapat dalam madu.

Komponen fenolik lainnya pada nektar juga memiliki aktivitas antioksidan.

Antioksidan fenolik diketahui dapat untuk menghambat bakteri Gram positif dan

Gram negative. Selanjutnya Naidu (2000) menambahkan pH asam dalam madu akan

menciptkan lingkungan yang kondusif bagi aktivitas makrofag, suatu komponen sel

imunitas yang berperan untuk menangkap, memfagosit serta menghancurkan bakteri

pathogen.

4.5 Integrasi Sains dan Al-Quran Terhadap Kualitas Dan Potensi Antibakteri
Kefir Air Leri.

Minuman hasil fermentasi seperti kefir air leri, mempunyai manfaat yang lebih

banyak dari minuman tanpa fermentasi seperti susu murni. Hal ini diketahui bahwa

kandungan gizi dalam kefir lebih tinggi daripada gizi yang terkandung dalam susu

murni. Menurut Hidayat (2006), minuman fermentasi mempunyai beberapa kelebihan

daripada susu bahan baku. Kelebihannya yaitu asam yang terbentuk dapat

memperpanjang masa simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk

dan mencegah mikroorganisme patogen sehingga meningkatkan keamanan produk.

Pentingnya memperhatikan makananan dan minuman adalah ajaran Islam,

sebagaimana dalam Al-Quran surat Abasa ayat 24, Allah telah berfirman :



73

Artinya : Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makananny (QS


Abasa:24).
Sayyid Qutub (2008) menjelaskan didalam tafsirnya, kata dapat

diartikan untuk melihat dengan mata dan merenungkan / berpikir dengan mata hati

bahwa makanan adalah sesuatu yang paling lekat dan selalu ada pada manusia.

Hendaklah ia memperhatika urusan yang dimudahkan bagi mereka tetapi sangat vital,

didepan mata dan yang tejadi berulang-ulang. Supaya mereka memperhatikan cerita

yang menakjubkan dan dengan makanan itu membuat lebih bertakwa kepada Allah

Diantara cara memperhatikan apa yang kita makan adalah dengan

memanfaatkan sumber bahan makanan atau minuman alternatif seperti kefir air leri.

Apalagi dalam studi ini terbukti bahwa kefir air leri dengan penambahan madu dan

lama fermentasi mempunyai manfaat untuk pengobatan penyakit yang terkontaminasi

bakteri pathogen. Dimana dalam penelitian ini zona hambat antibakteri dari kefir air

leri dapat menghambat bakteri Salmonella thypi dengan zona hambat 2,06 - 9,48 mm,

sedangkan pada Staphylococcus aureus dengan zona hambat 3,37 11,18 mm. Oleh

Karena itu, hendaknya manusia mengetahui kandungan dalam makanan dan minuman

yang dikonsumsi dengan menggunakan bahan-bahan alami untuk menyembuhkan

penyakit. Allah telah menciptakan mahluk-mahluk yang dapat menghasilkan

bahan yang mempunyai gizi yang baik dan dapat menyembuhkan penyakit salah

satunya adalah binatang ternak seperti lebah yang menghasilkan madu.


74

Tafsir Shihab (2000) menjelaskan bahwa didalam perut lebah keluar sejenis

minuman yang sangat lezat yaitu madu, yakni pada madu terdapat obat penyembuh

bagi manusia walaupun kembang yang dimakannya ada yang bermanfaat dan ada

yang berbahaya bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berpikir.

Lebah dijadikan sebagai nama surat didalam Al-Quran, yaitu surat ke-16 (An-

Nahl). Penggunaan nama tersebut menunjukkan bahwa lebah mempunyai banyak

keajaiban, hikmah, manfaat dan rahasia dalam penciptaannya. Selain menghasilkan

madu, lebah juga menghasilkan royal jelli, polen, propolis, lilin (wax), sengat(venom)

dan membantu penyerbukan tanaman (pollinator).

Allah telah menciptakan segala sesuatu yang ada pada alam semesta tidak

lain dengan banyak hikmah dan manfaatnya. Terutama kita sebagai salah satu mahluk

yang diberikan akal dan pikiran, supaya manusia benar-benar dapat memanfaatkan

dan mengambil hikmah dari ciptaanNya. Kesembuhan penyakit yang dialami

manusia tergantung dari doa dan proses penyembuhannya. Rasulullah bersabda,

sebaik-baik obat adalah Al-Quran, karena tergantung manusia bagaimana

mendekatkan diri pada Allah melalui Al-Quran disertai dengan usaha dalam

memperoleh obat tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl:69


75

Artinya : kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah


jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke
luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan.(QS. An-Nahl:69)

Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa sesungguhnya Allah

telah menciptakan di alam ini segala hal yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup

manusia dan mahluk hidup lainnya. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah

tidak mengacuhkan manusia sebagai mahluk yang sempurna dibumi. Allah

menciptakan suatu penyakit dan Allah juga telah memberikan obatnya dalam

sabda Rasulullah Allah tidak menurunkan penyakit melainkan dia

menurunkan pula obatnya.

Sebagaimana hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang memaparkan

sebagai berikut :

) : (






Diriwayatkan dari Jabir dari rasulullah ., beliau bersabda : setiap
penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat suatu penyakit, maka sembuhlah si
penderita dengan seizin Allah (Hadis riwayat muslim).
76

Dalam hadits berikutnya dari Abu-Hurairaih , bahwa ,bersabda :

) :(



Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula
obatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits yang telah dipaparkan tersebut, Allah telah
menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya tersebut agar manusia berfikir,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al Jaatsiyah :13 yaitu :

Artinya : dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berfikir. (Q.S Al Jaatsiyah :13)

Menurut Al-Mahali dalam tafsir Jalalain (2001), (Dan Dia menundukkan


untuk kalian apa yang ada di langit) berupa matahari bulan bintang-bintang, air hujan
dan lain-lainnya (dan apa yang ada di bumi) berupa binatang-binatang, pohon-
pohonan, tumbuh-tumbuhan, sungai-sungai dan lain-lainnya. Maksudnya, Dia
menciptakan kesemuanya itu untuk dimanfaatkan oleh kalian (semuanya) lafal
Jamii'an ini berkedudukan menjadi Taukid, atau mengukuhkan makna lafal
sebelumnya (dari-Nya) lafal Minhu ini menjadi Hal atau kata keterangan keadaan,
maksudnya semuanya itu ditundukkan oleh-Nya. (Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah bagi kaum yang
berpikir) mengenainya, karena itu lalu mereka beriman.
77

Berdasarkan ayat tersebut Allah telah menunjukkan kemurahanNya untuk


menundukan langit dan bumi beserta isinya termasuk mikroorganisme dan bahan-
bahan alam untuk dimanfaatkan oleh kalian(manusia) dan sebagai bentuk syukurnya
dengan memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang telah Allah ciptakan salah
satunya memanfaatakan air leri dengan peran mikroorganisme untuk pembuatan
minuman fermentasi yang mempunyai nilai guna bagi manusia.
56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan

bahwa interaksi lama fermentasi dan variasi konsentrasi madu yang ditambahkan

berpengaruh tidak nyata terhadap pH, total asam, dan gula reduksi. Nilai pH terendah

3,27,total asam meningkat hingga 1,61% pada perlakuan M3F3, sisa gula reduksi

terkecil pada M0F3 0,33 % dan terbesar pada M3F3 12,34 %. Tetapi Interaksi lama

fermentasi dan variasi konsentrasi madu berpengaruh nyata terhadap aktivitas

antibakteri yaitu pada bakteri pathogen Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus.

Potensi aktivitas antibakteri kefir air leri pada perlakuan M3F3 lebih baik dalam

menghambat bakteri pathogen Staphylococcus aureus yang menghasilkan zona

hambat yaitu 11,18 mm (kuat) dibandingkan Salmonella thypi yang menghasilkan

zona hambat yaitu 9,84 mm (sedang).

5.2 Saran

Kefir merupakan minuman fermentasi yang menciptakan karakter mendesis

karena adanya khamir yang menghasilkan karbondoksida dan sedikit alcohol. Maka

perlu dilakuan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar alcohol dan total

mikroba yang terkandung didalam kefir air leri.

78
80

DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar, E. Dyah, Haw Lengkey dan D. S. Soetardjo. 2000. Kajian tentang Dosis
Starter dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Kefir. Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner.Bogor : Balai Penelitian Ternak.
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset.
Agustina, L. 2013. Penggunaan Starter Biji Kefir Dengan Konsentrasi Yang Berbeda
Pada Susu Sapi Terhadap pH dan Kadar Asam Laktat. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1(1). Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman.
Ahmad Mustofa al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz XI, (Semarang, CV
Toha Putra, 1988), 192
Al Mahali, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As Suyuthi,2001, Terjemahan
Tafsir Jalalain Berikut Azbabun Nuzul Jilid 4 (terj oleh Bahrun Abu Bakar,
Lc), Bandung, Sinar Algesindo.
Al Qurtuby, Syaikh Imam.2009. Tafsir Al-Qurtuby ;penj. Muhyiddin Mas Rida,
Muhammad Rana Mengalah. Jakarta : Pustaka Azzam.
Albaarri, AN dan Murti, W. 2003. Analisa pH, Keasaman dan Kadar Laktosa pada
Yakult, Yoghurt, Kefir dalam Proceeding Simposium Nasional Hasil-hasil
Penelitian. Semarang : Unika Soegijapranata.
Ardiansyah. 2007. Antimikroba Dari Tumbuhan. Artikel IPTEK.
http://www.beritaiptek.com. Diakses Oktober 2015.
Astawan, M.T.,2008. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna, Jakarta :
Penerbit Akademika Pressindo.
Atherton H. V. dan J.A. Newlander,1981. Chemistry and Testing Dairy Products.
The Avi Publishing Company Inc. Connecticut.
Bahar, B. 2008. Kefir Minuman Susu Fermentasi dengan Segudang Khasiat Untuk
Kesehatan. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Ballows, A., H.G. Truper, M. Dworkin, W. Harder and K.H. Schleifer.1991. The
Prokaryotes. 2nd Edition, A handbook on the Biology of Bacteria, Chapter
70.
Bibiana W. Lay Sugyo Hastowo,1992. Mikrobiologi. Bogor : IPB

80
81

Brooks, G.F, Butel J.S & Morse S.A.2008. Jawetz, Melnick & Adelbergs Medical
Micobiology 24th edition. New York : The McGraw-Hill companies, Inc.
Buckle, K.A,.1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh H.Purnomo dan Adiono.
Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta.
Cakragil, 2011. Air Leri Juga Bisa Jadi Yoghurt. http : / / cakragil . wordpress . com
/2011 /02 /24 /yoghrut-dari-leri/. Diakses 13 April 2015.
Cousens, G. 2003. Rainbow Life Food Cuisine. North Atlantic Books, California
Daniel, W. 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia
Publishing.
Darmaja, A.Doddy.2011. Pengaruh Konsentrasi Starter dan Konsentrasi Karagenan
Terhaap Mutu Yoguhrt Nabati Kacang Hijau. Skripsi tidak diterbitkan
Sains, Teknologi dan Kesehatan Universitas Islam Bandung
Efendi, M.H., Sorini, H dan A.M. Lusiastuti. 2009. Peningkatan Kualitas Yoghurt
Dari Susu Kambing Dengan Penambahan Bubuk Susu Skim Dan
Pengaturan Suhu Pemeraman. J. Penelitan. Med. Eksakta, Vol. 8, No. 3,
Des 2009: 185-192
Fardiaz, S. 1987. Penuntun Praktek: Mikrobiologi Pangan. Lembaga Sumberdaya
Informasi. IPB
Farnworth, E.R. 2005. Kefir a complex probiotic. Food Research and Development
Centre, Agriculture and Agri-food Canada, St. Hyacinthe, Quebec, Canada
J2S 8E3. Food Science and Technologi Bulletin: Functional Foods 2 (1) 1-
17.
Galuh E. Kusnadi,J. 2014. Aktivitas Antioksidan Minuman Probiotik Sari Kurma
(Phoenix dacrilyfera L.) dengan ISOLAT L.Plantarum dan L.casei.Jurnal
Pangan dan Agroindustri vol 2 no 3 p.98-109. Malang: Universitas
Brawijaya.
Gemilang, S. 2009. Susu Bubuk Skim Rendah Lemak. Gajah Mada Universitas Press :
Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1983. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Oalahannya. Liberty: Yogyakarta
Hamka, Tafsir al-azhar, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1984), 263.
82

Hariroh, Dina. 2013, Penetapan kadar pati pada yoghurt leri, dibawah bimbingan ibu
Dra. Endang TM, M.Pd, dan ibu Dra. Yusrin, M.Pd.Jurnal
Pangan.Semarang : UNIMUS
Harris, RS, dan Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan.
Bandung: ITB.
Helferich, W. dan D. Westhoff.1988. All About Yogurht. Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey.
Herawati, D. A. dan A. A. wibawa. 2011. Pengaruh Konsentrasi Susu Skim Dan
Waktu Fermentasi Terhadap Hasil Pembuatan Soyghurt. Jurnal ilmiah
teknik lingkungan, Vol. 1, No. 2
Hidayat, N.S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Ide, P. 2008. Health Secret of Kefir. PT Elex Media Koputindo. Jakarta.
Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel and L. N. Orston.
1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan oleh E. Nugroho
& R.F. Maulany. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. hal. 211-215.
Juuti, K. 2004. Surface protein Pls of methicillin-resistant Staphylococcus aureus
role in adhesion, invasion and pathogenesis, and evolutionary aspects.
[Disertation]. Helinski: Department of Biological and Environmental
Sciences Faculty of Biosciences. p. 61-63.
Kanbe. M.,1992. Traditional fermented milk of the world. Di dalam : Nakazawa Y,
Hosono ADN, editor. Functions of Fermented Milk Challenges for the
Health Science. London and New York : Elsevier Science
Karsinah, H.M. 1994. Batang Negatif Gram Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta : Binarupa Aksara
Kasno, R. 2007. Menaksir Kualitas Madu. Artikel Republika.Gizi Darah.
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid996735284,65139,
Kristanti, A.Y. 2004. Pengaruh Penambahan Madu dan Lama penyimpanan
terhadap total bakteri dan Daya terima susu pateurisasi. [skripsi].
Semarang: Universitas Diponegoro.
Kumala, T.N. 2011. Pengaruh Konsentrasi susu skim dan madu terhadap kualitas
hasil yoguhrt kedelai (Glicine mas(L.)Merr.)dengan Inokulum
Lactobacillus casei.Bio SMART volume 6 nomor 1, april 2011 jurusan
Biologi FMIPA UNS Surakarta
83

Kunaepah, U.2008. Pengaruh Lama Fermentasi dan Konsentrasi Glukosa Terhadap


Aktivitas Antibkteri, Polifenol Total dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang
Merah.Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro,
Lasmayanti. 2007. Potensi anti bakteri propolis lebah madu Trigona spp terhadap
bakteri kariogenik (Streptococcus mutans). [skripsi]. Bogor : Program
Studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Lowy, F. 2003. Antimicrobial resistance: the example of Staphylococcus aureus.
Jurnal Clinic Invest. 111(9): 1265-1273.
Maheswari, R. R. A. dan Setiawan, J. 2009. Mengapa Harus Kefir. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Malaka R. dan Laga A. 2005. Isolasi dan Identifikasi Lactobacillus Bulgaricus
Strain Ropy dari Yoghurt Komersial. Sains & Teknologi, April 2005, Vol.
5 No. 1: 50 58.
Mijayani, P.C. 2008. Pembuatan Kefir Susu Kacang Hijau (Phaseolus radiate L.)
Kajian Pengaruh Konsentrasi Susu Skim Dan Lama Fermentasi Terhadap
Parameter Fisik,Kimia Dan Organoleptik. Skripsi. Malang: Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya.
Molan, P.C. 2001. Honey as a Tropial Antibacterial Agency For Treatmant of
Infected Wound. Departement of Biological Sciences, University of
waikota New Zealand
Muchtadi, T. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Depdikbud. PAU IPB.
Bogor.
Mulyani , T. 2010. Kajian Peran Susu Skim Dan Bakteri Asam Laktat Pada Minuman
Sinbiotik Umbi Bengkuang (pachyrrhizus erosus).Jurnal pangan Surabaya.
Mundo, M.A., Olga I. Padilla-Zakour, and R.W. Worobo, 2004. Growth Inhibition of
Food Pathogens and Food Spoilage Organisms by Selected Raw Honeys.
International Journal of Microbiology 97 : 1-8
Muridiana, H.E. 2014. Uji Efek Antibakteri Kefir Susu Kambing Dengan
Penambahan Madu Terhadap Bakteri Salmonella thypi. Artikel Penelitian
Politeknik Permata Indonesia, Biomedika vol, 7, No.1
Murti, T.W. 2007. Kajian Cita Rasa dan Ragam Asam Organik Fermentasi Susu
Kambing Menggunakan bakteri Lactbacillus casei. J. Indon Trop. Anim
Agric
84

Naidu, A. S. dan R. A. Clemens. 2000. Natural Food AntimicrobialSystems. CRC


Press, LCC.
Nofrianti, R, Azima. F. 2013. Pengaruh Penambahan Madu Terhadap Mutu Yoghurt
Jagung. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2 N0 2.Padang: Food
Technologist Community
Nur, F.S. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Leri Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Hias Bromelia (Neoregelia carolinae) pada Media yang Berbeda. [Skripsi]
http://etd.eprints.ums.ac.id/2035/1/A4 20030153.pdf (diakses tanggal 10
April 2015)
Nuril, H.Y. Rudiana, A. 2014. Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Konsentrasi Bibit Kefir
Terhadap Mutu Kefir Susu Sapi. UNESA Journal of Chemistry Vol.3, No.2, May 2014
Pelczar MJ. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta :UI
Purbaya,J.R,.2002. Mengenal dan memanfaatkan khasiat madu alami. Bandung :
Pionir Jaya.
Puspita, I. 2007 . Rahasia Sehat Madu. Jogjakarta: B-First(PT. Bentang Pustaka)
Rahman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Bogor : IPB.
Rahman, A., S. Fardiaz, W.P. Rahaju, Suliantari dan C.C. Nurwitri. 1992. Bahan
Pengajaran Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Institut Pertanian Bogor
Ranggana, S. 1987. Manual Analysis of Fruit and Vegetable Product. Mc Graw
Publishing Company Limited. New Delhi.
Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typi dan
Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar.Thesis, Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran : Bandung.
Safitri. M.F. 2010. Kualitas Kefir Berdasarkan Konsentrasi Kefir Grains. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan.vol 2 no 2
Sakri, Faisal M. 2012. Madu Dan Khasiatnya: Buku Pegangan Ilmu Pengetahhuan
Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia
Salmenlina, S. 2002. Molecular epidemiology of methicillin-resistant Staphylococcus
aureus in Finland. [Disertation]. Helsinki: The National Public Health
Institute. p. 88-92
85

Salmi, 2006. Pemeriksaan Salmonella Sp. Pada Minuman The Telur Yang Dljual Di
Warung Minuman Pasar Kurai Taji Kecamatan Pariaman Selatan Kota
Pariaman Proplnsi Sumatera Barat Tahun 2006. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyrakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Sari, N.K. 2007. Tren dan Potensi Susu Sapi. Food Review . Maret 2007;32-36. PT.
Media Pangan Indonesia,
Sayyid Qutub. 2007. Tafsir Fi Zhilali Al-Quran, jil XI, Cet V. Diponegoro: Gema
Insani
Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press
Scott, R. 1996. Cheesemaking Practise. 2nd Ed. Elsevier Applied Science, London
dan New York.
Setyabudi, R. 2009. Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras (Lerry) Menjadi Nata De
Lerry Sebagai Wahana Usaha Baru. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
Shihab,Quraish.M. 2000. Tafsir Al-Mishbah. Depok : Lentera Hati
Sihombing, D. T. H. 2007. Ilmu Ternak Lebah Madu: Cetakan ke 2. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sintasari, R. A. 2014. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Susu Skim Dan Sukrosa
Terhadap Karakterisik Minuman Probiotik Sari Beras Merah.Jounal
Karakteristik Minuman Probiotik Sari Beras Merah Sintasari, dkk Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.3 p.65-75
Siregar, H. C. H. 2006. Pengantar pengenalan madu. Paper. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Pertenakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Smith, F. 2003..Exopolysaccharides prodeced by Lactic acid bacteria of Kefir
Grains. Z Naturforsh. 57c:805-810.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Pangan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Stanway, A. 2007. Staphylococcal skin infections. Available at: http://dermnetnz.org/
bacterial/ staphylococci.html (Diakses 12 April 2015).
Sudarmadji, S., S.B. Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
Sugiyono, 2003, Statistika Untuk Penelitian, Bandung : CV.Alfabet.
86

Supardi, dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan


Produk Pangan. Bandung : Penerbit Alumni.
Supriyono, T. 2008. Kandungan Beta Karoten, Polifenol Total dan Aktivitas
Merantas Radikal Bebas Kefir Susu Kacang Hijau (Vigna Radiata) oleh
Pengaruh Jumlah Starter (Lactobacillus Bulgaricus dan Candida Kefir)
dan Konsentrasi Glukosa.Thesis Gizi Masyarakat. Universitas Diponegoro
Semarang.
Suranto, A. 2004. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, Tanggerang : Agromedia
Pustaka.
Surono, I. S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. Yayasan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (YAPMMI). Jakarta : TRICK.
Susilorini, T.E., Manik, E.S. 2006. Produk Olahan Susu. Jakarta: Penebar Swadaya
Taormina, P.J., B.A. Niemira, Larry R. Beuchat, 2001. Inhibitory Activity of Honey
Against Foodborne Pathogens as Influenced by The Presence of Hydrogen
Peroxide and Level of Antioxidant Power.International Journal of Food
Microbiology 69 (2001) 217-225.
Todar, K. 2005. Staphylococcus. Available at: http://www.textbookofbacteriology
net/staph.html (Diakses tanggal 13 April 2015).
Tolan, R.W.2008. Staphylococcus aureus infection. Available at
http://www.emedicine. com /ped/topic2704.html (Diakses 13 April 2015).
Triyono, A. 2010. Mempelajari Pengaruh Maltodekstrin dan Susu Skim Terhadap
Karakteristik Yoghurt Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.). Balai Besar
Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI. Subang. Jawa Barat.
Usmiati, S. 2007. Kefir, Susu Fermentasi dengan Rasa Menyegarkan. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Vol. 29, No.2, 2007.
Bogor.
Vinosa. 2008. Cucian Beras Untuk Tanaman. http : // vinosa .wordpress . com /2008
/01/14/air-cucian-beras-untuk-pupuk-tanaman/. (Diakses tanggal 13 April
2015).
Waili, N.S Dalam The Journal of Medical Food tahun 2004, Waili NS melaporkan
penelitian tentang efek madu terhadap glukosa plasma, C-reactive protein
(CRP), dan lipid darahpada orang yang sehat, pasien diabetes, dan orang
yang kelebihan lipid
87

Widowati,S dan Misgiyarta. 2003. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) Dalam
Pembentukan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati. Jurnal
Bioteknologi Dan Sumberdaya Pertanian Jakarta
Wijianingsih, W. 2008. Aktivitas Antibakteri In Vitro dan Sifat Kimia Kefir Susu
Kacang Hijau (Vigna Radiata) Oleh Pengaruh Jumlah Starter dan Lama
Fermentasi. Tesis Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang.
Winarno, F.G., S. Fardiaz, D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Winn, W.C.. Konemans Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology.
Edisi VI. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2006. h. 67110
Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan, Perancangan, Analisis dan Interpretasinya.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yuliana. Fadilah. 2010. Khasiat Madu. Diakses 21/10/2015astawan
Yusmarini., R. Indrati., T. Utami.,2010. Aktivitas Proteolitik Bakteri Asam Laktat
dalam Fermentasi Susu Kedelai. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan,
vol XXI No.2 Th 2010
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Kefir Air Leri sesudah fermentasi Kefir air leri sebelum fermentasi

Starter Kefir Pengukuran pH kefir air leri

88
89

Peremajaan kefir Pasterurisasi susu skim dan air leri

Uji total asam Uji Gula reduksi


90

Kefir tanpa penambahan madu Pemanasan untuk uji gula reduksi

Kefir penambahan madu 5% Kefir penambahan madu 10%


91

Kefir penambahan madu 15 % Antibakteri S. aureus M3F3

Antibakteri S. aureus M0F3 Antibakteri S. aureus M2F3


92

Antibakteri Salmonella thypi M0F3 Antibakteri control M0F1

Antibakteri Salmonella thypi M2F3 Antibakteri Salmonella thypi M3F3


93

Lampiran 2.2 Data Hasil Penelitian

2.2.1 Data pH

perlakuan ulangan ulangan ulangan rata-rata


1 2 3
M0F1 3.83 3.6 3.64 3.69
M1F1 3.47 3.72 3.35 3.513333
M2F1 3.38 3.7 3.35 3.476667
M3F1 3.35 3.69 3.35 3.463333
M0F2 3.48 3.47 3.37 3.44
M1F2 3.36 3.4 3.32 3.36
M2F2 3.34 3.39 3.33 3.353333
M3F2 3.29 3.33 3.34 3.32
M0F3 3.42 3.4 3.34 3.386667
M1F3 3.27 3.37 3.3 3.313333
M2F3 3.20 3.36 3.35 3.296667
M3F3 3.18 3.32 3.33 3.276667

2.2.2 Data Total Asam

Sebelum perhitungan Setelah perhitungan

perlakuan ulangan ulangan ulangan3 perlakuan ulangan ulangan ulangan rata-


1 2 1 2 3 rata
M0F1 0.8 0.9 0.9 M0F1 0.7 0.79 0.79 0.76
M1F1 0.9 1 0.9 M1F1 0.79 0.88 0.79 0.82
M2F1 0.7 1.6 0.7 M2F1 0.66 1.41 0.66 0.91
M3F1 0.7 1.6 1.2 M3F1 0.66 1.41 1.05 1.04
M0F2 0.5 1.3 1.4 M0F2 0.44 1.14 1.23 0.936667
M1F2 1.5 1 1 M1F2 1.32 0.88 0.88 1.026667
M2F2 1.4 1.4 1.4 M2F2 1.23 1.23 1.23 1.23
M3F2 1.6 2 1.6 M3F2 1.41 1.76 1.41 1.526667
M0F3 1 1.4 1.4 M0F3 0.88 1.23 1.23 1.113333
M1F3 2.2 1.3 1 M1F3 1.94 1.14 0.88 1.32
M2F3 1.6 2 1.6 M2F3 1.41 1.76 1.41 1.526667
M3F3 2.2 1.3 2 M3F3 1.94 1.14 1.76 1.613333
94

2.2.3 Data Gula Reduksi

Kurva standart

konsentrasi absorbansi
absorbansi
0 ppm 0.172 0.8
200 ppm 0.282 0.7 y = 0.0005x + 0.1822
400 ppm 0.414 0.6 R = 0.9954
600 ppm 0.485 0.5 absorbansi
800 ppm 0.598 0.4
1000 ppm 0.691 0.3 Linear
0.2 (absorbansi)
0.1
0
0 500 1000 1500

Sebelum Perhitungan Sesudah Perhitungan

Perlakuan ulangan ulangan ulangan Perlakuan Ulangan ulangan ulangan rata-rata


1 2 3 1 2 3
M0F0 0.008 0.055 0.272 M0F0 19 23.7 45.4 29.36
M1F0 0.332 0.34 0.294 M1F0 51.4 52.2 47.6 50.4
M2F0 0.45 0.434 0.544 M2F0 63.2 61.6 72.6 65.8
M3F0 0.576 0.574 0.58 M3F0 75.8 75.6 76.2 75.86
M0F1 0.55 0.2 0.2 M0F1 23.7 23.7 23.7 23.7
M1F1 0.22 0.26 0.294 M1F1 47.6 42.9 47.6 46.03
M2F1 0.522 0.53 0.113 M2F1 70.4 71.2 29.5 57.03
M3F1 0.446 0.443 0.444 M3F1 62.8 62.5 62.6 62.63
M0F2 0.007 0.004 0.006 M0F2 18.9 18.6 18.8 18.76
M1F2 0.224 0.224 0.224 M1F2 42.4 42.4 42.4 42.4
M2F2 0.231 0.231 0.231 M2F2 49.81 49.81 49.81 49.81
M3F2 0.332 0.379 0.339 M3F2 51.4 56.1 52.1 53.2
M0F3 0.055 0.055 0.055 M0F3 23.37 23.37 23.37 23.37
M1F3 0.221 0.221 0.159 M1F3 39.33 39.33 39.33 39.33
M2F3 0.245 0.245 0.245 M2F3 43.45 43.45 43.45 43.45
M3F3 0.229 0.226 0.225 M3F3 43.86 43.86 43.86 43.86
95

2.2.4 Uji Antibakteri

Salmonella thypi

perlakuan Ulanagan ulangan ulangan rata-rata


1 2 3
M0F1 0.25 0.23 1.03 0.503333
M1F1 2.03 2.14 2.03 2.066667
M2F1 2.47 3.54 3.26 3.09
M3F1 3.38 3.98 4.76 4.04
M0F2 1.67 1.84 2.14 1.883333
M1F2 4.16 4.36 3.44 3.986667
M2F2 4.72 6.36 3.44 4.84
M3F2 5.31 6.59 5.59 5.83
M0F3 2.03 2.35 3.26 2.546667
M1F3 5.73 6.65 5.24 5.30
M2F3 7.37 7.84 8.74 7.11
M3F3 11.23 8.36 8.86 9.483333

Staphylococcus aureus

perlakuan ulangan ulangan ulangan rata-rata


1 2 3
M0F1 1.72 2.49 2.49 2.233333
M1F1 3.27 3.59 3.27 3.376667
M2F1 5.03 4.3 5.17 4.833333
M3F1 6.36 6.09 6.8 6.416667
M0F2 3.59 2.63 2.63 2.95
M1F2 5.42 5.42 5.17 5.336667
M2F2 6.36 6.36 6.8 6.506667
M3F2 7.99 7.53 8.56 8.026667
M0F3 3.59 5.03 5.17 5.596667
M1F3 6.93 6.36 6.32 6.536667
M2F3 7.53 8.84 9.34 8.57
M3F3 12.13 10.15 11.26 11.18
96

LAMPIRAN 3. SPSS
3.1 SPSS UJI NILAI pH
Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N
lama fermentasi 1 18 jam 12
2 21 jam 12
3 24 jam 12
konsentrasi madu 1 0% 9
2 5% 9
3 10 % 9
4 15 % 9
ulangan 1 1 12
2 2 12
3 3 12

a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable:nilai pH
F df1 df2 Sig.
. 35 0 .
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + lama_fermentasi +
Konsentrasi_madu + Ulangan + lama_fermentasi *
Konsentrasi_madu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:nilai pH

Source Type III Sum df Mean F Sig.


of Squares Square
Corrected Model .543a 13 .042 4.293 .001
Intercept 418.134 1 418.134 4.298E4 .000
lama_fermentasi .308 2 .154 15.824 .000
Konsentrasi_madu .122 3 .041 4.185 .017
Ulangan .093 2 .046 4.763 .019
lama_fermentasi * .020 6 .003 .345 .905
Konsentrasi_madu
Error .214 22 .010
Total 418.891 36
Corrected Total .757 35
97

Estimated Marginal Means


1. Grand Mean
Dependent Variable:nilai pH
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
3.408 .016 3.374 3.442

2. lama fermentasi
Dependent Variable:nilai pH
95% Confidence Interval
lama
fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
18 jam 3.536 .028 3.477 3.595
21 jam 3.368 .028 3.309 3.427
24 jam 3.320 .028 3.261 3.379

3. konsentrasi madu
Dependent Variable:nilai pH
95% Confidence Interval
konsentr
asi madu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
0% 3.506 .033 3.437 3.574
5% 3.396 .033 3.327 3.464
10 % 3.378 .033 3.310 3.446
15 % 3.353 .033 3.285 3.422

4. ulangan
Dependent Variable:nilai pH
95% Confidence Interval
ulangan Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1 3.381 .028 3.322 3.440
2 3.479 .028 3.420 3.538
3 3.364 .028 3.305 3.423
98

5. konsentrasi madu * lama fermentasi


Dependent Variable:nilai pH
95% Confidence Interval
konsentr lama
asi madu fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
0% 18 jam 3.690 .057 3.572 3.808
21 jam 3.440 .057 3.322 3.558
24 jam 3.387 .057 3.269 3.505
5% 18 jam 3.513 .057 3.395 3.631
21 jam 3.360 .057 3.242 3.478
24 jam 3.313 .057 3.195 3.431
10 % 18 jam 3.477 .057 3.359 3.595
21 jam 3.353 .057 3.235 3.471
24 jam 3.303 .057 3.185 3.421
15 % 18 jam 3.463 .057 3.345 3.581
21 jam 3.320 .057 3.202 3.438
24 jam 3.277 .057 3.159 3.395

Post Hoc Tests

lama fermentasi

Homogeneous Subsets

nilai pH
Duncan
Subset
lama
fermentasi N 1 2
24 jam 12 3.3200
21 jam 12 3.3683
18 jam 12 3.5358
Sig. .243 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .010.
99

konsentrasi madu

Homogeneous Subsets

nilai pH
Duncan
Subset
konsentr
asi madu N 1 2
15 % 9 3.3533
10 % 9 3.3778
5% 9 3.3956
0% 9 3.5056
Sig. .401 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .010.

LAMPIRAN 3.2 UJI TOTAL ASAM.

Between-Subjects Factors

Value Label N
lama fermentasi 1 18 jam 12
2 21 jam 12
3 24 jam 12
konsentrasi madu 1 0% 9
2 5% 9
3 10 % 9
4 15 % 9
ulangan 1 1 12
2 2 12
3 3 12

a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable:Total asam
F df1 df2 Sig.
. 35 0 .
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
100

a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable:Total asam
F df1 df2 Sig.
. 35 0 .
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + lama_fermentasi +
Konsentrasi_madu + Ulangan + lama_fermentasi *
Konsentrasi_madu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Total asam

Type III Sum


Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2.892
a
13 .222 2.160 .054
Intercept 47.771 1 47.771 463.833 .000
lama_fermentasi 1.580 2 .790 7.670 .003
Konsentrasi_madu 1.070 3 .357 3.462 .034
Ulangan .112 2 .056 .545 .588
lama_fermentasi *
Konsentrasi_madu .130 6 .022 .210 .970

Error 2.266 22 .103


Total 52.928 36
Corrected Total 5.157 35
a. R Squared = .561 (Adjusted R Squared = .301)

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean
Dependent Variable:Total asam
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1.152 .053 1.041 1.263
101

2. lama fermentasi
Dependent Variable:Total asam
95% Confidence Interval
lama
fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
18 jam .883 .093 .690 1.075
21 jam 1.180 .093 .988 1.372
24 jam 1.393 .093 1.201 1.585

3. konsentrasi madu
Dependent Variable:Total asam
95% Confidence Interval
konsentr
asi madu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
0% .937 .107 .715 1.159
5% 1.056 .107 .834 1.277
10 % 1.222 .107 1.000 1.444
15 % 1.393 .107 1.171 1.615

5. konsentrasi madu * lama fermentasi


Dependent Variable:Total asam
95% Confidence Interval
konsentr lama
asi madu fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
0% 18 jam .760 .185 .376 1.144
21 jam .937 .185 .552 1.321
24 jam 1.113 .185 .729 1.498
5% 18 jam .820 .185 .436 1.204
21 jam 1.027 .185 .642 1.411
24 jam 1.320 .185 .936 1.704
10 % 18 jam .910 .185 .526 1.294
21 jam 1.230 .185 .846 1.614
24 jam 1.527 .185 1.142 1.911
15 % 18 jam 1.040 .185 .656 1.424
21 jam 1.527 .185 1.142 1.911
24 jam 1.613 .185 1.229 1.998
102

lama fermentasi

Homogeneous Subsets

Total asam
Duncan
Subset
lama
fermentasi N 1 2
18 jam 12 .8825
21 jam 12 1.1800
24 jam 12 1.3933
Sig. 1.000 .118
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .103.

konsentrasi madu

Homogeneous Subsets

Total asam
Duncan
Subset
konsentr
asi madu N 1 2
0% 9 .9367
5% 9 1.0556
10 % 9 1.2222 1.2222
15 % 9 1.3933
Sig. .087 .270
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .103.
103

LAMPIRAN 3.3 SPSS UJI GULA REDUKSI

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors
Value Label N
lama fermentasi 1 0 jam 12
2 18 jam 12
3 21 jam 12
4 24 jam 12
konsentrasi madu 1 madu 0 % 12
2 madu 5% 12
3 madu 10 % 12
4 madu 15% 12

a
Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable:gula reduksi

F df1 df2 Sig.

12.629 15 32 .000

Tests the null hypothesis that the error variance of the


dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + lama_fermentasi +


Konsentrasi_Madu + lama_fermentasi *
Konsentrasi_Madu

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:gula reduksi

Source Type III Sum of df Mean F Sig.


Squares Square
a
Corrected Model 11570.707 15 771.380 15.008 .000
Intercept 98560.125 1 98560.125 1.918E3 .000
lama_fermentasi 2211.419 3 737.140 14.342 .000
Konsentrasi_Madu 8682.893 3 2894.298 56.313 .000
lama_fermentasi * 676.395 9 75.155 1.462 .204
Konsentrasi_Madu
Error 1644.680 32 51.396
Total 111775.512 48
104

2. lama fermentasi

Dependent Variable:gula reduksi

95% Confidence Interval


lama
fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

0 jam 55.358 2.070 51.143 59.574

18 jam 47.350 2.070 43.134 51.566

21 jam 41.044 2.070 36.829 45.260

24 jam 37.502 2.070 33.287 41.718

3. konsentrasi madu

Dependent Variable:gula reduksi

95% Confidence Interval


konsentrasi
madu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

madu 0 % 23.801 2.070 19.585 28.016

madu 5% 44.541 2.070 40.325 48.756

madu 10 % 54.023 2.070 49.808 58.239

madu 15% 58.890 2.070 54.674 63.106

Post Hoc Tests


lama fermentasi
Homogeneous Subsets
105

gula reduksi

Duncan lama fermentasi

Subset
lama
fermentasi N 1 2 3

24 jam 12 37.5025

21 jam 12 41.0442

18 jam 12 47.3500

0 jam 12 55.3583

Sig. .235 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 51.396.

konsentrasi madu

Homogeneous Subsets
gula reduksi

Duncan

Subset
konsentrasi
madu N 1 2 3

madu 0 % 12 23.8008

madu 5% 12 44.5408

madu 10 % 12 54.0233

madu 15% 12 58.8900

Sig. 1.000 1.000 .106


106

gula reduksi
LAMPIRAN 3.4.2. Staphylococcus aureus
Duncan
Univariate Analysis of Variance
Subset
Between-Subjects Factors
konsentrasi
madu N 1 2 3
Value Label N
madu 0 % 12 23.8008
lama fermentasi 1 18 jam 12
madu 5% 12 44.5408
2 21 jam 12
madu 10 % 12 54.0233
3 24 jam 12
madu 15% 12 58.8900
konsentrasi madu 1 0% 9

Sig. 2 1.000 5 % 1.000 9 .106

3 10 % 9

4 15 % 9

a
Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

F df1 df2 Sig.

2.101 11 24 .062

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across
groups.

a. Design: Intercept + lama_fermentasi + Konsentrasi_madu + lama_fermentasi *


Konsentrasi_madu

Source Type III Sum of df Mean F Sig.


Squares Square
a
Corrected Model 216.701 11 19.700 59.439 .000
Intercept 1244.796 1 1244.796 3.756E3 .000
lama_fermentasi 74.298 2 37.149 112.086 .000
Konsentrasi_madu 136.378 3 45.459 137.160 .000
lama_fermentasi * 6.024 6 1.004 3.030 .024
Konsentrasi_madu
Error 7.954 24 .331
Total 1469.451 36
107

1. Grand Mean

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

95% Confidence Interval

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

5.880 .096 5.682 6.078

2. lama fermentasi

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

95% Confidence Interval


lama
fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

18 jam 4.215 .166 3.872 4.558

21 jam 5.705 .166 5.362 6.048

24 jam 7.721 .166 7.378 8.064

3. konsentrasi madu

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

95% Confidence Interval


konsentr
asi madu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

0% 3.260 .192 2.864 3.656

5% 5.083 .192 4.687 5.479

10 % 6.637 .192 6.241 7.033

15 % 8.541 .192 8.145 8.937


108

4. konsentrasi madu * lama fermentasi

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

95% Confidence Interval


konsentr lama
asi madu fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

0% 18 jam 2.233 .332 1.547 2.919

21 jam 2.950 .332 2.264 3.636

24 jam 4.597 .332 3.911 5.283

5% 18 jam 3.377 .332 2.691 4.063

21 jam 5.337 .332 4.651 6.023

24 jam 6.537 .332 5.851 7.223

10 % 18 jam 4.833 .332 4.147 5.519

21 jam 6.507 .332 5.821 7.193

24 jam 8.570 .332 7.884 9.256

15 % 18 jam 6.417 .332 5.731 7.103

21 jam 8.027 .332 7.341 8.713

Staphylococcus aureus

Duncan

Subset
lama
fermentasi N 1 2 3

18 jam 12 4.2150

21 jam 12 5.7050

24 jam 12 7.7208

Sig. 1.000 1.000 1.000


109

4. konsentrasi madu * lama fermentasi

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

95% Confidence Interval


konsentr lama
asi madu fermentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

0% 18 jam 2.233 .332 1.547 2.919

21 jam 2.950 .332 2.264 3.636

24 jam 4.597 .332 3.911 5.283

5% 18 jam 3.377 .332 2.691 4.063

21 jam 5.337 .332 4.651 6.023

24 jam 6.537 .332 5.851 7.223

10 % 18 jam 4.833 .332 4.147 5.519

21 jam 6.507 .332 5.821 7.193

24 jam 8.570 .332 7.884 9.256

15 % 18 jam 6.417 .332 5.731 7.103

21 jam 8.027 .332 7.341 8.713

Staphylococcus aureus

Duncan

Subset
lama
fermentasi N 1 2 3

18 jam 12 4.2150

21 jam 12 5.7050

24 jam 12 7.7208

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .331.


110

konsentrasi madu

Homogeneous Subsets
Staphylococcus aureus

Duncan

Subset
konsentr
asi madu N 1 2 3 4

0% 9 3.2600

5% 9 5.0833

10 % 9 6.6367

15 % 9 8.5411

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

interaksi
interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6
M0F1 3 2.2333
M0F2 3 2.9500 2.9500
M1F1 3 3.3767
M0F3 3 4.5967
M3F1 3 4.8333
M1F2 3 5.3367
M3F1 3 6.4167
M2F2 3 6.5067
M1F3 3 6.5367
M3F2 3 8.0267
M2F3 3 8.5700
M3F3 3 11.1800
Sig. .140 .373 .149 .812 .259 1.000
111

LAMPIRAN 3.4 UJI ANTIBAKTERI

3.4.1. Staphylococcus aureus

Between-Subjects Factors

Value Label N

lama fermentasi 1 18 jam 12

2 21 jam 12

3 24 jam 12

konsentrasi madu 1 0% 9

2 5% 9

3 10 % 9

4 15 % 9

ulangan 1 1 12

2 2 12

3 3 12

a
Levene's Test of Equality of Error Variances
112

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 216.701 11 19.700 59.439 .000

Intercept 1244.796 1 1244.796 3.756E3 .000

lama_fermentasi 74.298 2 37.149 112.086 .000

Konsentrasi_madu 136.378 3 45.459 137.160 .000

lama_fermentasi *
6.024 6 1.004 3.030 .024
Konsentrasi_madu

Error 7.954 24 .331

Total 1469.451 36

Corrected Total 224.655 35

a. R Squared = .965 (Adjusted R Squared = .948)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Staphylococcus aureus

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 216.701 11 19.700 59.439 .000

Intercept 1244.796 1 1244.796 3.756E3 .000

Interaksi 216.701 11 19.700 59.439 .000

Error 7.954 24 .331

Total 1469.451 36

Corrected Total 224.655 35

a. R Squared = .965 (Adjusted R Squared = .948)


113

Staphylococcus aureus

Duncan

Subset

interaksi N 1 2 3 4 5 6

M0F1 3 2.2333

M0F2 3 2.9500 2.9500

M1F1 3 3.3767

M0F3 3 4.5967

M3F1 3 4.8333

M1F2 3 5.3367

M3F1 3 6.4167

M2F2 3 6.5067

M1F3 3 6.5367

M3F2 3 8.0267

M2F3 3 8.5700

M3F3 3 11.1800

Sig. .140 .373 .149 .812 .259 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .331.
114

2.4.2 Salmonella thypi

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Salmonella thypi

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 249.518 13 19.194 26.898 .000

Intercept 711.822 1 711.822 997.548 .000

lama_fermentasi 115.545 2 57.772 80.962 .000

Konsentrasi_madu 118.047 3 39.349 55.144 .000

Ulangan 1.448 2 .724 1.014 .379

lama_fermentasi *
14.479 6 2.413 3.382 .016
Konsentrasi_madu

Error 15.699 22 .714

Total 977.039 36

Corrected Total 265.217 35

a. R Squared = .941 (Adjusted R Squared = .906)

lama fermentasi
Homogeneous Subsets
Salmonella thypi

Duncan

Subset
lama
fermentasi N 1 2 3

18 jam 12 2.4250

21 jam 12 4.1350

24 jam 12 6.7800

Sig. 1.000 1.000 1.000


115

Salmonella thypi

Duncan

Subset
lama
fermentasi N 1 2 3

18 jam 12 2.4250

21 jam 12 4.1350

24 jam 12 6.7800

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .714.

konsentrasi madu

Homogeneous Subsets
Salmonella thypi

Duncan

Subset
konsentr
asi madu N 1 2 3 4

0% 9 1.6444

5% 9 4.1644

10 % 9 5.5267

15 % 9 6.4511

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000


116

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .714.

Post Hoc Tests


interaksi
Homogeneous Subsets
Salmonella thypi
Duncan

intera Subset
ksi N 1 2 3 4 5 6 7
M0F1 3 .5033
M0F2 3 1.8833 1.8833
M1F1 3 2.0667
M0F3 3 2.5467 2.5467
M3F1 3 3.0900 3.0900
M1F2 3 3.9867 3.9867
M3F1 3 4.0400 4.0400
M2F2 3 4.8400 4.8400
M3F2 3 5.8300 5.8300
M1F3 3 6.4400
M2F3 3 8.6500
M3F3 3 9.4833
Sig. .057 .121 .057 .254 .164 .386 .239
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .714.
117
118

Anda mungkin juga menyukai