Pengertian Dan 4 Perspektif Balanced Scorecard
Pengertian Dan 4 Perspektif Balanced Scorecard
Pengertian Dan 4 Perspektif Balanced Scorecard
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang
menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis yang
selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Sebelum
munculnya konsep balanced scorecard, yang umum dipergunakan dalam
perusahaan selama ini adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya
menitikberatkan pada sektor keuangan saja.
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yakni kartu skor (scorecard) dan
berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari
dua aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka
panjang, intern dan ekstern. Dari definisi tersebut Mulyadi (2001:1)
berpendapat bahwa secara sederhana pengertian Balanced Scorecard
adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan
memperhatikan keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka
panjang dan jangka pendek, intern dan ekstern.
Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur dalam
balanced scorecard, yaitu:
Perspektif keuangan
Perspektif pelanggan atau konsumen
Perspektif proses internal bisnis
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
4 Perspektif Balanced Scorecard tersebut masing-masing dapat dijelaskan
berikut ini.
1. Growth (bertumbuh)
2. Sustain (bertahan)
3. Harvest (Menuai)
Oleh Kaplan dan Norton (2001) perspektif pelanggan dibagi menjadi dua
kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer
value prepositions. Customer Core Measurement memiliki beberapa
komponen pengukuran, yaitu:
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. Pelanggan
memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada
yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah.
Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan
atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan
berdasarkan hal tersebut.
2. Konsumen relationship
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam tiga
tahapan, yaitu:
1. Proses inovasi
2. Proses Operasi
Proses ini merupakan jasa pelaya nan pada pelanggan setelah penjualan
produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini,
misalnya penanganan garansi dan perbai kan penanganan atas barang
rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan.
Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelaya nan purna
jual ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak
ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan
dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat
menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima
hingga keluhan tersebut diselesaikan.
1. Kapabilitas pekerja