Bab III Pabrik Amoniak
Bab III Pabrik Amoniak
Bab III Pabrik Amoniak
BAB III
PABRIK AMONIAK
3.1 Amoniak
Amoniak merupakan salah satu produk utama yang dihasilkan di
Departemen Produksi I. Amoniak yang dihasilkan ini dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk urea, ZA, NPK, Phonska, dan DAP.
Komponen % Mol
CH4 98,742
C2H6 0,432
C3H8 0,174
i-C4H10 0,033
n-C4H10 0,013
i-C5H12 0,014
n-C5H12 0,008
C6+ 0,012
CO2 0,207
N2 0,353
25
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
26
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
c. Antifoaming Agent
Selama proses absorbsi gas CO2 dengan larutan benfield terjadi
pembentukan busa-busa dari gas. Antifoaming agent berfungsi untuk
mencegah pembentukan busa selama proses absorbsi tersebut. Jenis
antifoaming agent yang digunakan di PT. Petrokimia Gresik adalah UCON 50
HB-5100 yang dibeli dari Union Carbide.
d. Katalis
Katalis digunakan untuk membantu mengarahkan reaksi dan
mempercepat proses reaksi. Pada proses pembuatan amoniak, ada berbagai
jenis katalis yang digunakan, diantaranya adalah :
Katalis Desulfurizer
27
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Desulfurizer merupakan fixed bed yang terdiri dari 2 bed katalis. Katalis
pada masing-masing bed itu memiliki spesifikasi yang berbeda. Untuk bed
1 menggunakan jenis katalis Co-Mo, sedangkan untuk bed 2 menggunakan
jenis katalis ZnO.
Katalis Primary Reformer
Pada primary reformer berisi katalis yang berbeda ukuran. Jenis katalis
yang digunakan adalah nickel reforming.
3.1.3 Produk
Plant amoniak menghasilkan 2 produk. Produk utama yaitu amoniak
dan produk samping yaitu CO2. Kedua produk ini utamanya digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk urea.
1. Amoniak
28
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
29
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
30
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
31
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
dalam gas preheater coil hingga mencapai 399 0C. Kemampuan ZnO dalam
menyerap sulfur sangat bergantung pada temperatur. Pada temperatur 450 0C,
tetapan kesetimbangan K naik menjadi 2 kali lipat dibanding pada temperatur
380 0C. Namun, kenaikan temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
cracking komponen dalam gas umpan. Sehingga selama prosesnya, temperatur
dijaga sekitar 350-400 0C.
Dalam desulfurizer vessel, terbagi atas dua bagian. Bagian atas berisi
katalis Co-Mo dan bagian bawah berisi katalis ZnO. Gas umpan dimasukkan
melalui bagian atas vessel bersama dengan gas hydrogen (H2) yang berasal
dari syn gas compressor (103 J) yaitu aliran recycle syn gas. Gas hidrogen
ditambahkan untuk meghidrogenasi senyawa sulfur sehingga terbentuk H2S
yang mudah ditangkap oleh katalis ZnO. Reaksi yang terjadi pada katalis Co-
Mo adalah sebagai berikut:
Selanjutnya gas umpan bereaksi lanjut ke vessel bagian bawah yang berisi
katalis ZnO. Katalis ZnO lebih mudah mengikat sulfur dalam bentuk H2S.
Reaksi yang terjadi pada katalis ZnO :
Setelah melalui katalis ZnO, diharapkan senyawa sulfur yang terikat semakin
banyak sehingga keluaran dari unit desulfurisasi ini kandungan sulfurnya dapat
berkurang hingga dibawah 0,1 ppm.
b. Primary Reformer
32
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Gas umpan yang telah bebas dari sulfur selanjutnya dialirkan ke primary
reformer. Dalam unit ini, terjadi proses steam reformingyaitu pembentukan syn
gas dari bahan baku gas alam dan steam.m Primary reformer terbagi menjadi 5
kompartemen. Di dalamnya tersusun atas 224 tube berisi katalis nikel dan 110
burner. Sebelum masuk ke primary reformer, gas alam dicampur dengan MPS
(Middle Pressure Steam) yang disuplai dari unit utilitas dengan perbandingan
mol antara gas dengan MPS sebesar 1 : 3,4. Rasio S/G (steam/gas) ini dijaga
sekitar 3,4-3,5. Bila S/G melebihi 3,5 artinya steam yang dimasukkan lebih
banyak. Hal ini menyebabkan boros pada pemakaian steam. Tetapi bila S/G
kecil, artinya gas yang dimasukkan lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya carbon deposit (karbon menutupi sisi aktif katalis).
Campuran ini kemudian dipanaskan di BCX dengan memanfaatkan panas
keluaran dari primary reformer hingga temperaturnya menjadi 621 0C dan
tekanan 40,6 kg/cm2. Selanjutnya gas dan steam dimasukkan ke dalam primary
reformer. Katalis yang digunakan adalah Nikel-alumina berbentuk packing
raschig ring dengan volume 23,16 m3. Gas alam dan steam masuk melalui
tube-tube berisi katalis dan bereaksi menghasilkan syn gas dengan kandungan
methana (CH4) sekitar 10-12%. Berikut reaksi di dalam primary reformer :
Reaksi pada persamaan (4) bersifat endotermis, sedangkan reaksi pada persamaan (5)
bersifat eksotermis. Secara keseluruhan reaksinya bersifat endotermis atau memerlukan
panas. Panas dipasok dari pembakaran gas alam dalam tungku. Pembakaran gas alam
0
menghasilkan temperatur radiasi sebesar 950-1000 C. Temperatur tersebut digunakan
dalam primary reformer hingga terbentuk syn gas dengan temperatur keluaran 800 0C. Syn
gas yang dihasilkan memiliki komposisi CH 4 = 12,17%, N2 = 0,58%, H2 = 65,76%, CO2 =
11,26%, CO = 10,23%, dan Argon = 0%.
33
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
c. Secondary Reformer
Keluar dari primary reformer, syn gas direaksikan lebih lanjut di
secondary reformer (103D). Secondary reformer berupa bejana tekan yang
dilapisi dengan batu tahan api. Secondary reformer ini terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian atas dan bawah. Pada bagian atas, terjadi reaksi tanpa katalis.
Umpan berupa syn gas dari primary reformer bertemperatur 7300C direaksikan
dengan udara dari kompresor 101J. Sebelumnya udara dipanaskan terlebih
dahulu di BCA hingga temperaturnya 610 0C. Rasio antara udara dan gas
(A/G) dijaga sekitar 2,3.
Reaksi pembakaran gas dengan udara ini merupakan reaksi autotermal
yang menghasilkan temperatur tinggi dan membentuk steam. Berikut reaksi
yang terjadi di dalam secondary reforming bagian atas (reaksi tanpa katalis) :
Steam yang terbentuk pada persamaan (6) digunakan untuk proses steam
reforming lebih lanjut di bagian bawah secondary reformer (reaksi dengan
katalis) :
Pada bagian bawah secondary reformer, katalis yang digunakan adalah nikel
dengan volume 34,8 m3 yang disokong dengan unggun alumina berdiameter 25
mm. Temperatur reaksi pada secondary reformer mencapai 990 1000 0C dan
tekanan 34,2 kg/cm2. Panas tinggi yang dihasilkan, dimanfaatkan untuk
membentuk steam pada waste heat boiler. Komposisi gas keluaran secondary
reformer yaitu N2 23,31%, H2 54,31%, CH4 0,33%, Ar 0,33%, CO2 7,93%, CO
13,83%. Selanjutnya, gas out secondary reformer diturunkan temperaturnya
hingga 371 0C untuk diproses lebih lanjut di shift conversion (HTS dan LTS).
34
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
d. CO Shift Conversion
Karbon yang dihasilkan pada tahap reforming terdapat dalam 3 bentuk
yaitu CO, CO2, dan CH4. Karbon monoksida merupakan bentuk karbon yang
tidak diinginkan pada proses pembuatan amoniak karena sifatnya yang
beracun bagi katalis ammonia converter. Oleh karena itu, hampir semua
karbon monoksida dirubah menjadi CO2 sambil menghasilkan H2. Proses
merubah karbon dioksida menjadi karbon dioksida dilakukan dalam dua
tahap. Tahap pertama adalah HTS (High Temperature Shift) dengan reaksi
sebagai berikut:
35
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
1. HTS : mereaksikan sebagian besar CO dan steam menjadi CO2 pada suhu
tinggi (425 C) dengan menggunakan katalis besi oksida (Fe2O3) pada
tekanan 34,8 kg/cm2g
Unit CO shift converter ini berupa sebuah vessel yang terbagi menjadi
2 bagian. Bagian atas yaitu HTS dan bagian bawah LTS. Berikut adalah
blok diagram pada HTS dan LTS :
36
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
a. CO2 removal
37
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Absorber yang digunakan berupa kolom dengan 3 bed yang berisi metalic
packing. Packing digunakan untuk menaikkan kontak antara raw synthesis
gas dengan larutan absorben. Penggunaan tekanan tinggi dan temperatur
rendah dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan parsial gas CO 2 sehingga
kelarutannya akan meningkat serta dapat memperbesar laju perpindahan gas
CO2 ke fase cair.
38
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
- Semi-lean solution
Semi-lean solution adalah larutan yang sudah teregenerasi sebagian dan
masih mengandung sedikit KHCO3. Larutan ini merupakan side stream
yang diperoleh dari CO2 stripper yang kemudian diumpankan kembali ke
bagian tengah absorber untuk penyerapan sebagian besar CO2.
- Rich solution
Rich solution merupakan keluaran absorber yang kaya akan kandungan
CO2. Larutan ini selanjutnya diumpankan ke stripper untuk diregenerasi.
39
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
b. Methanasi
Setelah melewati shift converter dan CO2 removal, syn gas masih
mengandung sejumlah kecil CO dan CO2. Gas-gas tersebut harus dihilangkan
sebelum masuk ke tahap sintesa amoniak karena dapat mengoksidasi katalis
sehingga menjadi tidak aktif. Oleh karena itu, CO dan CO 2 dikonversikan
kembali menjadi CH4 yang bersifat inert bagi katalis dalam sintesis amoniak.
Methanasi dilakukan dengan mereaksikan CO dan CO2 bersama H2 dalam
methanator (106 D). Berikut reaksi methanasi:
40
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
CO2 0% dan CO 0%. Alur proses methanasi dapat dilihat pada gambar diagram
di bawah ini :
41
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
yang keluar dari bagian bawah kolom dialirkan ke unit PGRU sedangkan syn
gas dengan tekanan 31,5 kg/cm2 dialirkan ke syn gas compressor (103J).
3. Sintesa Amoniak
Pembuatan amoniak dari H2 dan N2 dengan katalis Fe2O5 sudah
digunakan secara komersial sejak lebih dari 60 tahun. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut :
N2 + 3 H2 2 NH3 H = -92,4 kJ/mol
Reaksi berlangsung pada suhu 500 510 0C dan tekanan 182 kg/cm2.
Sebelum masuk syn loop, gas sintesa didinginkan sampai dengan suhu 37 0C
sambil mengembunkan sebagian kecil uap air. Gas dengan suhu 37 0C ditekan
di syn gas compressor tingkat I sampai tekanan 57, 6 kg/cm 2, kemudian
dinaikkan menjadi 102 kg/cm2. Selama pendinginan di tingkat I, sebagian
besar H2O mengembun dan sisanya dilewatkan di Molecular Sieve Dryer
yang sekaligus bisa menyerap CO2 sehingga keluar dari tingkat I, jumlah
H2O dan CO2 kurang dari 1 ppm volume. Kemudian, gas ditekan di tingkat
II sehingga mencapai tekanan 179 kg/cm2 dan bercampur dengan aliran
recycle dan masuk ke dalam converter (horizontal type). Gas keluar dari
converter pada suhu 459 0C setelah mengalami pendinginan dengan BFW,
feed gas masuk ke dalaam cooling water dan akhirnya didinginkan dan
diembunkan lebih lanjut di NH3 Unitized Chiller.
Sejumlah kecil dari gas yang direcycle ditarik ke purge gas recovery untuk
mencegah akumulasi inert di loop dan merecover sisa NH3 di purge gas.
Secara ringkas, proses yang terjadi pada tahap sintesa amoniak adalah:
42
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Tout = 232,10C
P = 183 kg/cm2
T = 510 0C
Katalis : Fe = 77 m3
Lifetime : 5 - 10 tahun
4. Refrigerasi
Pada tahap refrigerasi terdapat empat tingkat sistem refrigerasi NH3 yang
menyediakan refrigerasi untuk mengkondensasi NH3 di syn loop, secondary
NH3 dari vent gas dan purge gas akan mendinginkan MUG untuk menurunkan
sejumlah H2O dari gas sintesa. Sistem ini beroperasi pada 4 macam level suhu
yang berbeda, yaitu 13 0C, - 1 0C, - 12 0C, dan 33 0C serta terdiri dari
kompressor, refrigerant condenser, evaporator dan flash drum.
Terdapat beberapa pengendalian proses yang mempengaruhi kerja sistem
refrigerasi, diantaranya adalah:
tekanan sistem terlalu tinggi yang disebabkan oleh beban kompressor yang
rendah, dikendalikan dengan menaikkan bebannya.
tekanan sistem terlalu tinggi yang disebabkan oleh akumulasi gas inert,
dikendalikan dengan menambah pembuangan gas inert pada 109-F.
tekanan sistem terlalu tinggi yang disebabkan oleh kurangnya pendinginan
di kondenser amoniak, dikendalikan dengan mengatur flow dan temperatur
inlet pendingin.
Kondensasi amoniak kurang sempurna yang disebabkan oleh sistem
pendingin yang kurang sempurna atau terjadinya akumulasi gas inert.
43
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
44
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Larutan aqua ammonia yang keluar dari bawah kolom 103E dan 104E
selanjutnya dimasukkan ke ammonia stripper (105E) melalui bagian atas kolom.
Medium pressure steam (MPS) sebagai media stripping diumpankan dari bagian
bawah kolom. Uap NH3 yang dihasilkan selanjutnya dikirim ke refrigerant
condensor (127C) untuk diembunkan dan di-recovery sebagai produk. Sedangkan
45
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
cairan yang keluar dari dasar kolom 105E didinginkan di 141C untuk diumpankan
kembali ke dalam scrubber 103E dan 104E.
Gas yang keluar dari puncak kolom 103E dikirim ke 101B untuk digunakan
sebagai bahan bakar (fuel gas) primary reformer. Sedangkan gas yang keluar dari
puncak kolom 104E dikirim ke hydrogen recovery unit (103L) dimana sebagian
besar H2 di-recovery dan digunakan kembali sebagai make up gas ke syn-loop.
Hydrogen recovery unit (103L) terdiri dari feed gas heater yang
menggunakan LPS sebagai pemanas, empat buah prisma separator pada tingkat
satu dan tujuh prisma separator pada tingkat dua. Prisma separator berbentuk
seperti shell and tube heat exchanger dengan serat membran berjumlah kira-kira
100.000 buah. Serat ini berupa silinder berlubang yang terbuat dari polimer
polysulfone. Gas dengan permeabilitas tinggi (H2) akan mendifusi ke dalam serat
dan masuk ke sisi dalam (pore) lalu mengalir berlawanan arah dengan gas dari sisi
luar (shell). Unit pemisah diletakkan vertikal sehingga gas non permeabel akan
mengalir ke atas sedangkan gas yang kaya H2 dengan tekanan rendah akan
mengalir ke bawah.
Gas H2 ini selanjutnya dikirim ke syn-loop sebagai make up gas dan
offgas HRU digabung bersama out gas 103E dikirim ke 101B untuk digunakan
sebagai fuel gas di primary reformer.
46
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Gambar 3.7 Diagram Alir Purge Gas Recovery Unit dan Hydrogen Recovery
Unit
47
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
48
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
49
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
6. Methanator (106-D)
Tipe : Vessel
Fungsi : Tempat untuk mengubah CO dan CO2
menjadi CH4
50
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Posisi : Vertikal
Ukuran :
Panjang : 3100 mm
Diameter : 3500 mm
Temperatur Operasi : 315-454oC
Tekanan Operasi : 30 kg/cm2g
Katalis : 35-41 % NiO (26,7 m3)
Bulk density : 1,25 g/cm3
Jumlah : 1 buah
51
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
52
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
4. Desulfurizer (108-D)
Tipe : Vessel
Fungsi : Tempat untuk menghilangkan kandungan sulfur
dalam gas alam umpan dan mengubah senyawa
sulfur organik menjadi H2S, terdiri dari dua bed
katalis
Posisi : Vertikal
Ukuran :
Panjang : 8000 mm
Diameter : 2600 mm
53
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
54
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
o
Out : 734 C
Jumlah : 1 buah
55
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Panjang : 3300 mm
Diameter dalam : 3500 mm
Tekanan : 1.8 kg/cm2
Temperatur : - 11.7 oC
56
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
Jumlah : 1 buah
57
Laporan Praktek Kerja
Dept. Produksi I, Unit Utilitas
PT Petrokimia Gresik, Jawa Timur
Bab III Pabrik
Amoniak
58