CO2 Analyzer
CO2 Analyzer
CO2 Analyzer
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai upaya untuk mendukung tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah diprogramkan oleh pihak sekolah saya mendapat kesempatan untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) di lingkungan PT. Badak NGL. PT. Badak NGL merupakan salah satu perusahaan migas terbesar di dunia yang bersetatus BUMN, secara langsung perusahaan ini dapat mensejahterakan masyarakat sekitarnya dan juga berdampak pada perekonomian Indonesia. Dengan pemanfaatan Gas alam yang dihasilkan di PT. Badak NGL ini terutama dilakukan dalam operasional pabrik dan proses produksi. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan dari berbagai macam mesin yang ada dikawasan PT. Badak NGL. Sealin itu pemilihan Praktek Kerja Lapangan diharapkan dapat menimbulkan rasa kepedulihan terhadap apa yang terjadi disekitar peserta Praktek Kerja Lapangan. Dengan mengikuti pembelajaran dan mendapatkan pengetahuan praktek ini diharapkan nantinya kami (para siswa) dapat membuka usaha dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang kami dapatkan selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan.
Makalah ini dibatasi pada prinsip kerja Field Unit CO2 Analyzer secara fisis, tidak menyangkut elemen-elemen logika dan elektronis dari elemen kontroler. Pada Controler Unit, yang dipelajari adalah pengoperasian menyangkut tentang pembacaan dan kalibrasi serta perawatannya.
Instrument Section
Maksud dan tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) ini adalah :
Memperkenalkan dunia kerja yang sebenarnya. Untuk mendidik peseta berdisiplin dan mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ). Mendorong untuk terampil guna menghadapi perkembangan teknologi. Memperoleh pengalaman serta permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja. Juga sebagai latihan para peserta pelatihan untuk memperdalam teori dan praktek dengan harapan dapat diimplementasikan di sekolah atau dunia kerja nantinya.
1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) ini adalah dibidang CO 2 Analyzer. Metode analisa CO2 dengan alat CO2 Analyzer merupakan salah satu metode yang di gunakan untuk mengetahui penyerapan kandungan CO 2 dalam Feed Gas. Sistem pengolahan gas alam cair (LNG), kadar atau kandungan CO2 merupakan salah satu komponen yang di monitor dan di kontrol. Setelah keluar dari sistem absorber (1C-2) diharapkan kadar CO2 pada Feed Gas menjadi rendah. CO2 itu di kontrol menggunakan CO2 Analyzer dengan Range 0100 ppm dan seting batasannya maksimum 50 ppm.
Instrument Section
BAB 2
PT.BADAK Natural Gas Liquefaction
2.1 Sejarah PT. Badak Natural Gas Liquefaction PT Badak Natural Gas Liquefaction lebih dikenal dengan PT Badak NGL adalah perusahaan penghasil LNG (Liquid Natural Gas) terbesar di Indonesia dan di dunia. Berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur, perusahaan ini memiliki 8 process train (A H) yang mampu menghasilkan 22,5 Mtpa LNG (juta metrik ton LNG per tahun). PT Badak NGL merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Kota Bontang maupun Indonesia. Perjalanan PT BADAK NGL bermula dari ditemukannya cadangan gas alam dalam jumlah yang sangat besar di dua area terpisah. Area pertama terletak di Lapangan Gas Arun, Aceh Utara, yang ditemukan oleh Mobil Oil Indonesia di akhir tahun 1971. Area kedua adalah Lapangan Gas Badak, Kalimantan Timur yang ditemukan oleh Huffco Inc. di awal tahun 1972. Kedua perusahaan ini bekerja di bawah Production Sharing Contracts dengan Perusahaan Tambang Minyak Negara Indonesia, Pertamina. Saat itu bisnis LNG belum banyak dikenal dan hanya ada empat kilang LNG di seluruh dunia dengan pengalaman 3-4 tahun pengoperasian.
Instrument Section
Walau tanpa pengalaman sebelumnya di bidang LNG, Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco Inc., bersepakat untuk mengembangkan proyek LNG yang dapat mengekspor gas alam berbentuk cair dalam jumlah besar. Sejarah mencatat bahwa proyek ini memang didasari oleh optimisme dan ambisi kuat dengan keyakinan atas kuatnya permintaan pasar. Bulan-bulan penuh kerja keras pun dijalani oleh Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco Inc.untuk menjual proyek kepada dua konsumen LNG potensial, penyandang dana potensial, dan mitra potensial di seluruh dunia. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan disepakatinya kontrak penjualan LNG terhadap lima perusahaan Jepang: Chubu Electric Co., Kansai Electric Power Co., Kyushu Electric Power Co., Nippon Steel Corp dan Osaka Gas Co. Ltd, pada tanggal 5 Desember 1973. Kontrak yang kemudian dikenal sebagai The 1973 Contract itu berisi komitmen dari para pembeli untuk mengimpor LNG Indonesia selama 20 tahun, yang saat itu kilang LNG belum selesai didirikan. Sementara itu, di pertengahan 1977 Pertamina telah menyepakati untuk mensuplai LNG dari kedua kilang LNG yang akan dibangun dalam waktu 42 bulan. Dengan didirikannya kilang-kilang LNG, maka pembuatan kapal tanker untuk armada transportasi dan pembangunan beberapa terminal penerima, termasuk jadwal pengatur pembiayaan atas proyek-proyek itupun harus dilaksanakan juga secara simultan.
Instrument Section
Berkat kerjasama berbagai pihak, proyek besar inipun telaksana. Hal ini tentu tak lepas dari adanya dukungan perusahan-perusahaan asing, bank, lembaga-lembaga keuangan serta kerjasama dari tiga Negara: Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat. Berbekal optimisme, ambisi dan kerja keras bersama, tinta sejarah pun telah digoreskan LNG Badak tercatat sebagai tombak dari sejarah industri LNG Indonesia. PT Badak NGL selama lebih dari 33 tahun telah memberikan kontribusi yang cukup besar di perindustrian gas internasional sehingga PT Badak NGL dikenal sebagai perusahaan Operating Organization profesional yang terpercaya dan dapat diandalkan. 2.2 Pendirian dan perkembangan perusahaan 26 November 1974, didirikan perusahaan PT Badak NGL dengan pemegang sahamnya adalah Pertamina, VICO dan JILCO. Perusahaan ini dipercayakan untuk mengoperasikan pabrik LNG Badak. Nama perusahaan ini diambil dari nama daerah tempat ditemukannya cadangan gas alam raksasa tersebut. Konstruksi kilang dimulai pada tanggal 26 November 1974 dan selesai 36 bulan kemudian tanggal 5 Juli 1977 dengan berhasil dibangunnya train LNG pertama (train A). Kilang pertama ini diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1977 dan pengapalan LNG pertama dilakukan pada 9 Agustus 1977 ke Senboku, Jepang melalui kapal LNG Aquarius. PT Badak juga mempunyai 4 jalur pipa paralel berukuran 36" dan 42" yang berfungsi mengirimkan gas alam dari ladang-ladang gas untuk bahan baku LNG dan LPG dari sebelumnya yang hanya punya satu jalur pipa berukuran 36" pada masa awal perusahaan berdiri.
Instrument Section
Selain itu, di jalur yang sama ada satu pipa berukuran 42" dimiliki oleh Pupuk Kalimantan Timur.Selama 25 tahun, pabrik LNG Badak yang pada mulanya hanya memiliki 2 train, tapi sekarang sudah mempunyai 8 train dan ditambah dengan fasilitas penghasil LPG, seiring dengan ditemukannya cadangan gas alam yang tak kalah besar di sekitar Muara Badak. Jika beroperasi pada kapasitas penuh, kilang LNG Badak dapat memproduksi rata-rata 140.000 ton m3 gas alam per harinya. Total produksi gas alam setahunnya berhasil ditingkatkan dari 3,3 juta ton LNG per tahun di tahun 1977 menjadi lebih dari 22 juta ton LNG dan 1,2 juta ton LPG per tahun. Produksi LNG di Badak NGL merupakan yang terbesar di seluruh dunia. 2.3 Maintenance Dapartement Maintenance Departement merupakan salah satu Departement yang berada di bawah Manufacturing Devision. Departement ini bertanggung jawab atas perbaikan dan pemeliharaan semua asset perusahaan yang berada di dalam plant sehingga plant dapat beroperasi dengan Aman, lancar, dan Handal. Selain tugas tersebut Departement juga mengontrol biaya pemakaian dan perwatan yang beradaa di plant. Pekerjaan maintenance meliputi : 1. Pemeriksaan yang bersifat rutin harian, bulanan, 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, maupun setahun. Bisa juga pemeriksaan dilakukan berdasarkan permintaan dari kostadian. 2. Pembersihan alat dari kotoran, untuk mencegah akibat buruk yang ditimbulkan oleh kotoran tersebut. 3. Mengkalibrasi alat-alat. 4. Perbaikan alat-alat. 5. Penggantian alat-alat yang rusak, atau memperbaiki alat yang rusak sehingga dapat dipakai kembali.
Instrument Section
Departement ini bekerja berdasrkan WO (Work Order). Maintenance Departement dipimpin oleh seorang manager yang bertanggung jawab pada manufacturing manager.
Dalam Maintenance Departement terdapat enam section yang dikepalai Sction Head. Keenam section tersebut adalah : 1. Maintenance Planing & TA Section. 2. Stationer Equipment Section. 3. Rotating Equipment And Shop Section. 4. Electrical Section. 5. Instrument Section. 6. Shop Instrument Section.
Instrument Section
BAB 3
Instrument
Instrument adalah suatu media atau alat sebagai penghubung antara operator dan output untuk melakukan sesuatu. Instrument dalam proses industri mempunyai beberapa fungsi yang dapat di klarifikasikan kedalam empat golongan yaitu : 1. Pengukuran ( measurement ) 2. Pengendalian / pengontrol ( control sistem ) 3. Pengaman ( safety ) 4. Penganalisa ( analyzer ) 3.1 Pengukuran ( measurement ) Pengukuran merupakan bagian dari instrumentasi. Untuk mengetahui pengukuran kita memerluhkan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui/memonitor jalannya suatu kondisi operasi melalui pengukuran besaran dari variable proses yang sedang diukur. Pengukuran yang banyak dilakukan adalah berupa pengukuran : tekanan (preassure), suhu (temperature), aliran (flow), dan tinggi atau rendahnya permukaan cairan (level). 3.2 Pengendali ( control ) Pengendali yaitu sebagai alat control yang berfungsi untuk mengendalikan jalannya operasi agar variable proses yang diukur atau dikendalikan sesui harga yang diinginkan.
Instrument Section
3.3 Pengaman ( safety ) Pengamanan yaitu berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan atau mesin, mencegah terjadinya bahaya kecelakaan pada pekerja, serta mencegah kerusakan lingkungan. Sistem pengamanan ini mempunyai tahap-tahap, yaitu memberi peringatan berupa alarm dan melakukan shutdown terhadap proses yang ada. 3.4 Analisa ( analyzer ) Analisa berfungsi untuk menganalisis kualitas kandungan dari suatu produk yang dikelola. Kemudian dapat juga dipergunakan sebagai alat analisa untuk pencegahan polusi dari suatu buangan industri agar tidak membahayakan dan mencemari lingkungan. Dalam laporan kali ini saya akan membahas tentang Analisa ( analyzer ) yaitu CO2 Analyzer.
Instrument Section
Bab 4
CO2 ANALYZER
Proses penghilangan CO2 dilakukan di Plant-1 atau biasa disebut dengan CO2 Absorption. Di dalam Plant ini senyawa CO2 dipisahkan dari feed gas dengan memakai bahan Absorbent larutan aMDEA (Methyl Diethanol Amine). Jadi, Plant-1 (Gas Purification) adalah unit pemurnian gas yang berfungsi untuk menghilangkan atau menyerap CO2 yang terdapat dalam feed gas sampai batasan maksimum yang diijinkan 50 ppm. Proses Purification feed gas merupakan salah satu unit yang memegang peranan penting dan tidak terpisahkan dari unit-unit lainnya. Feed gas yang bertekanan kurang lebih 47 Kg/Cm2 dengan temperature sekitar 31C masuk ke column 1C-2 (CO2 Absorber) lewat dibawah tray-1. Tekanan feed gas di control oleh control valve 1PV-33. Di dalam column 1C-2 terdapat 31 ballast valve tray (tray 1 sampai tray 31) untuk memberikan kontak yang baik antara feed gas dengan cairan aMDEA, juga terdapat 2 buble cup tray (tray-32 dan tray-33) ditempat masuknya wash condensate yang berfungsi sebagai pencuci feed gas yang akan keluar lewat puncak column 1C-2. Sebelumnya melalui demister pad yang terdapat dibagian atas di dalam column 1C-2. Dalam perjalanan feed gas menuju puncak column, feed gas berkontak langsung dengan cairan aMDEA yang masuk diatas tray-31 dan turun ke dasar column melalui down comer. Selama terjadi kontak antara feed gas dangan larutan aMDEA maka CO 2 yang terikut dalam feed gas akan terserap oleh aMDEA. Gas yang telah terbebas dari CO2 setelah melalui demister pad akan keluar melalui puncak 1C-2 dengan temperature sekitar 45C kemudian dialirkan ke 1E-2 (CO2 Absorber Over Head Cooler) untuk didinginkan sekaligus mengkondensasikan butiranbutiran aMDEA yang lolos dari demister pad. Sebagai media pendingin di 1E-2 digunakan cooling water yang dialirkan dibagian tube dan feed gas dibagian shell 1E-2 sebelum masuk ke drum 1C-3. Cairan-cairan yang terikut kemudian dipisahkan didalam
Instrument Section
10
1C-3. Gas dari 1C-3 akan melewati sebuah demister pad yang ada di dalamnya dan selanjutnya gas akan menuju dehydration section Plant-2 untuk proses selanjutnya. Larutan aMDEA yang banyak mengandung CO2(Rich aMDEA) akan keluar dari dasar 1C-2 dengan temperature sekitar 62C dan tekanan sekitar 47 Kg/Cm2 dan dialirkan menuju 1C-4 melalui control valve 1LV-1 yang berfungsi mengontrol level di 1C-2 dan valve 1UV-4 yang berfungsi sebagai protect bejana 1C-4. Di dalam 1C-2 terdapat hydrocarbon yang mengembang diatas permukaan aMDEA yang kemudian dialirkan melalui skimmer line menuju bejana 1C-4. Cairan aMDEA yang masuk ke bejana 1C-4 diflashkan oleh coalyster pad (untuk menguapkan hydrocarbon yang terkondensasi). Untuk cairan aMDEA sendiri selanjutnya dialirkan ke seksi regenerasi.
3. 1
Pengertian dan Fungsi dari CO2 Analyzer. 3.1.1 Pengertian CO2 Analyzer. CO2 Analyzer (Carbondioxida Analyzer) yaitu suatu alat instrumentasi penganalisa kandungan karbon dioksida dalam suatu sampel gas. Sample gas tersebut secara kontinyu di ukur dengan menggunakan 2 cell. Sample Cell dan Reference Cell, Reference cell sebagai gas pembanding. Gas yang melalui Reference Cell sebelumnya sudah melalui scrubber untuk diserap kandungan CO2nya. Karena kandungan CO2 tidak boleh lebih dari 50 ppm, CO2 jika gas CO2 tinggi maka akan menyebabkan kebuntuan pada tubes pendingin di Main Heat Exchanger (5E-1). Kebuntuan itu disebabkan karena pada proses pencairan di Main Heat Exchanger (5E-1) berlangsung pada kondisi tekanan dan temperature yang dapat menyebabkan CO2 berada dalam fasa padat. Pada temperature rendah mencapai -150 s/d -160 kelarutan CO2 pada CH4 cair adalah sebesar 200 ppm (0.02). Apabila konsentrasi tesebut terlampaui maka kelebihan CO2 itu akan membentuk padatan yang tentu saja padatan itu dapat menyebabkan kebuntuan pada tubes pendingin di Main Heat Exchanger (5E-1).
Instrument Section
11
Oleh karena itu kandungan CO2 dalam gas perlu dibersihkan hingga di bawah 200 ppm. Tetapi berdasarkan pertimbangan factor keamanan dan kehandalan operasi dalam pengopersian kilang LNG Bontang pembersihan CO 2 tersebut dibatasi 50 ppm. Walaupun kenyataannya dilapangan CO2 yang keluar dari proses purification berkisar hanya 1-5 ppm yang ditunjukkan oleh CO2 Analyzer 2AI-3. Adapun beberapa komponen-komponen yang berada dalam unit CO2 analyzer antara lain: 1. Power Supplay Power input yang digunakan pada CO2 analyzer adalah 100 240 VAC; input Current -15%, +10%, Max 2.2 Ampere; Line Frequency Range 50 60 Hz 3 Hz; Output Voltage 24 VDC 5%. 2. Sample Handling System. Suatu sistim yang berfungsi untuk mengatur sample gas masuk dan keluar dari alat CO2 analyzer baik berupa flow ataupun tekanan dengan harapan sample hendling ini (sample yang masuk ke unit CO2) aliran dan tekanannya sudah di atur serendah mungkin, ini untuk menjaga kestabilan pengukuran, safety terhadap alat maupun lingkungan. Sisa gas yang di alirkan ke blow down di sesuaikan dengan alat tersebut dan hasil analisa akan lebih akurat. Dalam panel ini juga di siapkan fasilitas untuk melakukan kalibrasi dengan menggunakan standard gas ataupun test zero, sesuai yang di inginkan pengguna alat tersebut. Pada Sample Handling System terjadi proses penyerapan kandungan CO2 dengan menggunakan Ascarite. Ascarite berfungsi untuk menyerap kandungan CO2.
Instrument Section
12
Instrument Section
13
3. Analyzer Module : a. Filter b. Flow Sensor/Detector. c. Coper. d. Measuring cell. e. Refference Cell. f. Sample gas inlet g. Sample gas outlet 4. Analog I/O Board Connection Diagram 5. Display and Control Unit Bagian CO2 analyzer yang berfungsi sebagai monitor sekaligus input data dan masuk kedalam menu alat. Diantara lain bagiannya adalah Lampu LED untuk Power (Hijau), Maint (Kuning) dan Error (Merah), Numeric Keypad, Softkey Line, Cancel Keys, Menu Line dan Information Field. 3.1.2 Fungsi CO2 Analyzer Fungsi CO2 Analyzer pada umumnya adalah untuk mengetahui kadar gas CO2 yang terkandung dalam feed gas. Dalam proses produksi LNG di kilang PT Badak. CO2 ini dipasang untuk memonitor hasil proses penyerapan CO2 di 1C-2 dengan menggunakan reagent kimia aMDEA yang dapat mengikat CO2 tersebut sehingga kandungan gas CO2 berada dibawah 50 ppm. Konsentrasi larutan aMDEA yang dipakai CO2 dari feed gas didalam CO2 Absorber adalah 40% wt. Proses ini didasarkan pada suatu pembuktian bahwa aMDEA mempunyai kesanggupan untuk menyerap CO2 dan H2S pada kondisi temperature Atmosfir dan tekanan relative tinggi dan pelepasan Acid (CO2 dan H2S) dari dalam larutan aMDEA tadi dengan cara memanaskannya pada suhu yang relative tinggi dan tekanan rendah.
Instrument Section
14
3.2
Prinsip Kerja CO2 Analyzer Prinsip kerja CO2 analyzer yaitu dengan menggunakan radiasi infrared yang berasal dari sumber yang seimbang. Radiasi infrared tersebut dipancarkan kemudian dipotong-potong oleh choper dengan frekuensi 10 hz. CO2 yang telebih dahulu melalui filter dan heater, setelah disinar menggunakan radiasi infrared, kemudian dibaca oleh detector lalu di kirim ke recorder untuk di jadikan signal digital kedalam display serta merubahnya kebentuk analoq output 4-20 mA ke DCS. Dalam Analyzer ini, ada dua energy yang simbang yang di lewatkan melalui dua optical-cell yang didalam keduanya mengalir referece cell dan semple cell. Rangkaian rangkaian elektronik secara terus-menerus mengukur perbedaan energy infrared yang terserap didalam dua cell tersebut. Dan kemudian masuk ke dalam detector. Detektor terdiri atas dua ruangan yang dipisahkan oleh selembar diafragma logam yang tipis. Kedua ruangan diisi oleh gas yang menyerap pancaran infra merah sehingga jika berkas memasuki detektor, gas menjadi panas dan mengembang. Perbedaan gas yang melalui reference cell dan sample cell, akan mengakibatkan perbedaan radiasi-infrared yang masuk kedalam detector, yang akan mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan di dalam detektor Perbedaan ini di akibatkan oleh berbedanya komposisi CO2 dalam kedua cell yang menyebabkan absorbansi gas sample yang tidak sama dengan absorbansi gas reference. Akibatnya, diafragma yang semula datar akan melengkung kekanan atau kekiri. Jika diafragma melengkung, jaraknya terhadap pelat berubah sehingga harga kapasitansinya berubah. Untuk menghilangkan interfensi dari penyerapan infrared oleh komponen lain di dalam gas sample yang akan diukur, maka digunakan optical-filter yang sesuai kebutuhan pengukuran. Untuk pengukuran CO2 digunakan filter sekitar 4.6m.
Instrument Section
15
1
2
Instrument Section
16
Instrument Section
17
Instrument Section
18
3.5 Kalibrasi 1. Persiapan Kalibrasi a. Pastikan bahwa ijin kerja telah ditandatangani oleh petugas Operasi ( area operator ) dan petugas Safety dilapangan jika diperluhkan, sebagai bukti bahwa pekerjaan dapat dimulai. b. Pastikan bahwa suku cadang ( spare parts ) untuk perbaikan tersedia jika dibutuhkan. c. Pastikan bahwa kualitas suku cadang memenuhi syarat spesifikasi. Jika perlu minta bantuan Inspection atau FE untuk memastikannya. d. Koordinasi dengan pihak Operation harus dilakukan sebelum pelaksanaan kalibrasi CO2 Analyzer. e. Pekerjaan dilengkapi dengan ijin kerja yang dikeluarkan oleh custodian. f. Sebelum melakukan kalibrasi CO2 Analyzer harus diyakinkan bahwa tidak ada lagi hal-hal yang akan mempengaruhi kestabilan process system. g. Dan jangan lupa menyiapkan peralatan kerja yang sesuai dengan proses kalibrasi. 2. Tindakan Kalibrasi Perhatikan Gambar Front Panel. Dibawah LCD ada 6 Blank Keypad. Fungsi masing-masing key berubah-ubah tergantung kepada apa yang di-displaykan pada LCD bagian bawah.
Instrument Section
19
b. Dengan menekan Arrow ( ), pilih Calibrate kemudian tekan ENTER, Display akan menampilkan :
Instrument Section
20
d. Pilih CO2 0 - 100 ppm kemudian ENTER, maka Display akan menampilkan :
ZERO SPAN
GAS GAS
A.
Perhatikan Gambar Front Panel dan Sample Conditioner a. Pilih ZERO GAS kemudian ENTER, Display akan menampilkan : Test Gas Concenctration : 0.00 ppm. b. Jika Display sudah menunjukkan 0.00 ppm tekan ENTER. Jika tidak, tekan CLEAR dan tulis 0.00 dengan menekan Numeric Keypad kemudian tekan ENTER. c. Buka Cylinder GAS ( CAL 1 ) dan pindahkan Selector Valve dari Sample Proses ke posisi Cal 1 ( terletak pada Sample Conditioner di luar Analyzer House ). d. Pindahkan Sample dari posisi Normal ke posisi ZERO dengan cara membuka Valve B dan menutup Valve A ( terletak dibawah kanan Analyzer ). e. Indikasi harus menunjukkan 0.00 karena semua gas melalui ASCARITE (CO2 Scubber ). Tunggu sampai indikasi stabil pada 0.00 kemudian tekan ENTER. f. Display akan menampilkan selama beberapa detik :
Instrument Section
21
g. Kemudian, Display akan menampilkan indikasi Zero ( 0.00 ). Jika penunjukan Zero sudah bagus, tekan ENTER dan Display akan menampilkan :
h. Setelah selesai saving, pengkalibrasian ZERO sudah bagus, tekan ENTER dan Display akan kembali tampilkan :
i.
Jika indikasi Zero belum berhasil, tekan REPEAT dan Display akan kembali menampilkan Test Gas Concentration : 0.00 ppm.
j.
Instrument Section
22
B. KALIBRASI MENGGUNAKAN SPAN GAS a. Untuk kalibrasi SPAN, posisikan kursor pada CO2 Range 0 100 ppm kemudian ENTER, display akan menampilkan :
ZERO SPAN
GAS GAS
b. Posisikan ke SPAN GAS kemudian ENTER. Pindahkan Sample dari posisi ZERO ke Normal dengan cara buka Valve A dan tutup Valve B. Tekan ENTER, maka display akan menampilkan : Test Gas Concentration : ##.# ppm c. Masukkan data Span Gas Concentration sesuai dengan nilai yang tertera pada Sertifikat Standard Span Gas CO2 ( misalnya 88.9 ppm ), kemudian tekan ENTER d. Display akan menampilkan indikasi SPAN ( sebelum kalibrasi ) dan tunggu sampai indikasi stabil kemudian tekan ENTER, Display akan menampilkan :
e. Setelah itu, indikasi harus menunjukkan nilai SPAN sesuai dengan Sertifikat pada Stadard Gas CO2 kemudian tekan ENTER jika kalibrasi sedah bagus dan tekan REPEAT jika ingin mengulangi kalibrasi.
Instrument Section
23
h. Jika ditekan REPEAT, maka display akan menampilkan Test Gas Concentration : ##.# ppm. Lanjutkan kembali kalibrasi menggunakan SPAN GAS ( paragraph B. step c ). i. Jika kalibrasi SPAN selesai, tekan MEAS dan Display akan kembali keposisi normal. j. Kembalikan Selector Valve dari Cal 1 ke Sample Proses dan tutup Valve dari Standard Gas CO2. k. Aktivitas kalibrasi selesai.
Instrument Section
24
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. CO2 Analyzer di gunakan di Plant 1 untuk menganalisa kandungan CO2 dalam feed gas agar CO2nya dapat dimonitor. 2. Kandungan CO2 dipisahkan dari feed gas didalam column 1C-2 menggunakan aMDEA dengan system pembilasan atau pengikatan kandungan CO 2 kemudian kandungan CO2 tersebut dihilangkan. Bila kandungan CO2 tidak di hilangkan maka gas CO2 tersebut akan membeku dan menyebabkan penyumbatan pada tube-tube 5E-1. 3. CO2 yang digunkan saat ini di PT badak yaitu tipe ABB. Tipe ini lebih memudahkan dalam proses penyerapan CO2 dibandingkan dengan tipe yang lama yaitu tipe Rosmount. 4. Proses kalibrasi CO2 juga lebih mudah menggunakan tipe ABB dibandingkan Rosmount .Kalibrasi yang dilakukan dapat berupa kalibrasi manual atau otomatis. Dan saat ini PT. Badak masih menggunakan kalibrasi manual.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan uji coba atau pengujian untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan kalibrasi otomatis. Dan juga perlu pengujian kehandalan kalibrasi otomatis. 2. Perawatan terhadap CO2 Analyzer harus selau diperhatikan, karena CO2 Analyzer sangat penting dalam proses pengolahan LNG.
Instrument Section
25
3. Dalam melaksanakan PKL hendaknya selalu menggunakan safety, dan mematuhi seluruh peraturan di tempat kerja. Agar kita selalu aman dan dapat terhindar dari kecelakaan kerja. 4. Sebaiknya pada ruangan Analyzer House lebih diperhatikan untuk system pendingin ruangan. Jika ruangannya panas akan mempercepat kerusakan/kesalahan pada peralatan Instrument.
Instrument Section
26
.DAFTAR
PUSTAKA
Yadi. 2009. Feed Gas Purification. Operation Dept, Bontang Yadi. 2008. Proses Train. Operation Dept,Bontang Instrument Manual Book. 2005. CO2 Analyzer ABB Hadi Wardhana,S. 2003. Rosemount Analytical. Inhouse Training, Bontang Miharja Budi. 2011. Usulan pemasangan CO2 Analyzer Modul Online.www.abb.com Modul Online. www Wikipedia.com
Instrument Section
27