Kartu Identitas Kontaminan Parakuat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

1

KARTU IDENTITAS KONTAMINAN/POLUTAN

Nama Kontaminan/Polutan : (Paraquat) Pestisida


Alamat/jenis : Polutan Tanah

1. Karakter (sifat-sifat Fisik)


Sifat-sifat fisik paraquat, antara lain :
a. Berupa padatan, tetapi biasanya dalam bentuk konsentrat 20-24%.
b. pH 6,5-7,5
c. titik didih pada 760 mmHg sekitar 175C-180C.
d. bewarna kuning keputihan dan berbau seperti ammonia.
e. sangat larut di dalam air, kurang larut dalam alkohol dan tidak larut dalam
senyawa hidrokarbon.
f. stabil dalam larutan asam atau netral dan tidak stabil dalam senyawa alkali.
g. Aktif akibat paparan sinar ultraviolet
Daftar Pustaka Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo.,
1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT
Gramedia, Jakarta.

2. Sumber (Asal kontaminan/polutan)


Paraquat ini digunakan dalam bentuk obat semprot cair, pemakaian paraquat
dengan cara disemprotkan pada tanaman, rumput liar maka ada kemungkinan ada
paraquat yang tersisa, paraquat yang tersisa ini dapat ditemukan pada tanaman,
dalam tanah, di udara dan di dalam air dan pada akhirnya setelah melalui proses
distribusi maka bisa di dapat pada manusia.
Pestisida yang diaplikasikan di lahan pertanian dan perkebunan hampir dapat
dipastikan akan berinteraksi dengan tanah. Beberapa pestisida tidak mudah
mengalami proses degradasi ketika telah berinteraksi dengan tanah
Daftar Pustaka Johnson, W. S. 1999. Pesticide Adsorption and Half Life in
Soil.
Dalamhttp://www.ag.unr.edu/wsj/facctsheets/fspthal
f.pdf. (Dikunjungi 1 Maret 2017).

Keith L. Smith. 2002. International Programme on


Chemical Safety International Chemistry.
USA : Ohio State University.

3. Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)


Paraquat merupakan herbisida golongan bipyridilium atau ada yang
menyebutnya termasuk golongan piridin. Hal ini karena paraquat disintesis dari
2

senyawa piridin melalui mekanisme reaksi kopling. Dua molekul piridin dikopling
menggunakan natrium amida yang diikuti reaksi oksidasi menghasilkan senyawa
4,4-bipiridin.
4,4-bipiridin ini selanjutnya bereaksi melalui mekanisme reaksi metilasi
dengan klorometana menghasilkan senyawa paraquat. Reaksi metilasi merupakan
reaksi penggantian suatu atom atau molekul dengan gugus metil. Di mana dalam
reaksi ini sumber elektrofil metil yang digunakan berasal dari klorometana. Berikut
reaksi dalam sintesis paraquat :

Penggunaan herbisida paraquat untuk pengendalian gulma diharapkan


dapat menekan pertumbuhan gulma lebih efektif dan efisien. Herbisida paraquat
termasuk herbisida kontak non selektif. Molekul herbisida ini setelah mengalami
penetrasi ke dalam daun dan bagian lain yang hijau, bila terkena sinar matahari
akan bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat merusak membran sel
dan seluruh organ tanaman. Oleh karena itu tanaman kelihatan terbakar, namun
herbisida ini tidak mematikan organ perbanyakan gulma yang ada di dalam tanah.
Herbisida ini berspektrum luas dapat mengendalikan beberapa jenis gulma rumput
dan daun lebar dan hanya mematikan bagian tanaman yang berwarna hijau
(Tjitrosoedirdjo et al., 1984)
Karakteristik dari paraquat adalah tidakdapat diserap oleh bagian
tanaman yang tidak hijau seperti batang dan akar serta tidak aktif ditanah.
Ketidakaktifan tersebut disebabkan adanya reaksi antara dua muatan ion positif
pada paraquat dan ion negatif mineral tanah sehingga molekul positif paraquat
terabsorbsi kuat dengan lapisan tanah dan tidak aktif lagi. Penetrasi paraquat
terjadi melalui daun. Aplikasi paraquat akan lebih efektif apabila ada sinar
matahari karena reaksi keduanya akan menghasilkan hidrogen
peroksida yang merusak membran sel.
Cara kerja paraquat yaitu menghambat proses dalam fotosistem I, yaitu
mengikat elektron bebas hasil fotosistem dan mengubahnya menjadi elektron
radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan diikat oleh oksigen
membentuk superoksida yang bersifat sangat aktif. Superoksida tersebut
mudah bereaksi dengan komponen asam lemak tak jenuh dari
3

membran sel, sehingga akan menyebabkan rusaknya membran sel dan jaringan
tanaman (Pusat Informasi Paraquat, 2006).
Pada lingkungan Herbisida Paraquat bila terdisosiasi akan membentuk
kation dalam larutan tanah dan akan difiksasi oleh pertukaran kation pada muatan
negatif permukaan koloid tanah. Sebagai herbisida kationik, paraquat akan
terionisasi sempurna dalam larutan tanah membentuk kation divalen dengan
muatan positif terdistribusi di sekeliling molekul, dan paraquat akan segera
teradsorpsi dan menjadi tidak aktif ketika kontak dengan koloid tanah. Koloid
mineral dan organik tanah adalah komponen aktif tanah yang mempunyai peranan
sangat penting dalam proses adsorpsi dan desorpsi herbisida di dalam tanah dan
lingkungan. Ikatan Paraquat yang terdisosiasi dengan koloid berbentuk ikatan
kovalen sehingga fiksasi residu herbisida ini sangat kuat, sehingga menjadi tidak
aktif di dalam tanah. Paraquat dapat masuk dalam ikatan antar lapisan kristal liat
sehingga sangat kuat difiksasi secara kovalen. Afinitas mineral tanah terhadap
paraquat sangat tinggi pada konsentrasi paraquat rendah, tetapi dengan semakin
tinggi konsentrasinya di dalam tanah dimana kapasitas adsorpsinya telah terjenuhi
maka paraquat akan terkonsentrasi pada larutan tanah.
Daftar Pustaka Pusat Informasi Paraquat. 2006. The paraquat information
center on behalf of syngenta crop protection ag. Tersedia
dari: http://www.paraquat.com. Diakses tanggal 1 Maret
2017.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo.,
1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia,
Jakarta

4. Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)

Kation paraquat dapat direduksi oleh sodium ditionit ketika dilarutkan dalam

bentuk dikation dalam suasana basa membentuk radikal berwarna biru/ungu yang

menyerap panjang gelombang maksimal lebih kurang 600 nm (Comstock Hall,

1984: 4). Struktur Dikation Paraquat adalah sebagai berikut :


4

Struktur Dikation Paraquat (Markwell, 2001: 55).

Paraquat sangat larut dalam air, digolongkan dalam kelompok

herbisida bipiridilium yang pada kenyataannya ditemukan dalam

bentuk kation pestisida melalui perubahan kation dalam tanah.

Daftar Pustaka Comstock Hall. 1984. Farm Chemicals Handbook. New


York : Cornell University.
Markwell, J. 2001. Redoks A Source of Biological Energy.
Dalamhttp://www.class.unl.edu/bichem/redox. (Diakses
1 Maret 2017).

5. Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air, udara, atau tanah)

Tingginya konsentrasi paraquat dalam larutan tanah, apabila datang hujan,


paraquat akan terbawah oleh aliran perkolasi ke dalam tubuh tanah dan masuk ke
dalam sistem drainase sehingga dapat mencemari lingkungan. Adsorpsi herbisida
oleh partikel tanah akan menyebabkan herbisida tersebut tidak efektif dalam
mengendalikan gulma dan bila akumulasinya di dalam tanah tinggi, maka hal ini
merupakan suatu residu yang dapat mencemari lingkungan.
75% aplikasi dengan disemprotkan, bercampur dengan udara terbang bersama
5

angin dan bisa mencemari di udara, jika semakin kecil butiran maka semakin jauh
terbawa angin, Lalu saat pestisida di semprotkan ke tanaman maka residu dari
pestisida tersebut dapat tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah kemudian
residu masuk air sungai kemudian mengalir ke parit-parit sawah,masuk saluran
tersier ke saluran sekunder dan terbuang ke sungai lalu sungai mengalir ke kota
menuju ke hilir dan sebagian rakyat menggunakan air dihilir untuk mandi dan
cucui. Bisa saja langsung larut dalam air dan mengganggu organisme tanah dan
bisa saja terkontaminasi ke dalam air minum dan makanan, saat dikonsumsi oleh
manusia maka akan membahayakan manusia tersebut contohnya keracunan dan
bisa terakumulasi didalam tubuh dan menyebabkan beberapa penyakit.
Daftar Pustaka Anonim 2015. Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan Oleh
Pestisida Universitas Andalas.
http://repository.unand.ac.id/18455/ diakses pada
tanggal 1 Maret 2017.

6. Efek Toksikologi
Residu Pestisida adalah sisa Pestisida, termasuk hasil perubahannya yang
terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau
tanah. Asupan harian yang dapat diterima (Acceptable Daily Intake) yang
selanjutnya disingkat ADI adalah angka penduga asupan harian bahan kimia yang
dapat diterima dalam makanan sepanjang hidup manusia tanpa menimbulkan risiko
kesehatan

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia


No.39/Permentan/SR.330/7/2015 tentang Pendaftaran Pestisida Batas Maksimum
Residu yang selanjutnya disingkat BMR adalah merupakan batas dugaan
maksimum residu Pestisida yang diperbolehkan yang terdapat dalam berbagai hasil
pertanian. Apabila nilai ADI untuk manusia 0,015 mg/kg/hari (sama dengan
tingkat residu yang diperkirakan aman 1 ppm).

1. Risiko bagi manusia

a. Gejala dan tanda klinis keracunan paraquat tergantung dari dosis paraquat
yang tertelan. Pada dosis ringan yakni <20 mg ion paraquat/kgBB. Gejala
yang ditimbulkan adalah asimptomatik atau mual-mual dan diare.

b. Dosis sedang yakni 20-40 mg/kgBB beberapa pasien dapat bertahan hidup,
6

namun sebagian besar pasien akan meninggal dalam 2-3 minggu karena
gagal paru. Gejala-gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah muntah,
diare, nyeri perut, ulserasi mulut dan ulserasi tenggorokan yang timbul
setelah beberapa jam tertelannya paraquat, selain juga dapat ditemukan
gagal ginjal , kerusakan hati, hipotensi dan takikardi pada keracunan
paraquat yang telah terjadi selama satu sampai empat hari dan satu atau dua
minggu kemudian akan timbul batuk, hemoptisis, efusi pleura, fibrosis paru
dengan penurunan fungsi paru.

c. Dosis fulminan yakni >40 mg/kg berat badan dapat menimbulkan kematian
karena kegagalan multi organ dapat terjadi dalam waktu 1-4 hari. Gejala
gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah muntah, diare, nyeri perut,
gagal ginjal dan hati,ulserasi mulut dan tenggorokan, ulserasi esofagus,
pankreatitis, miokarditis, koma dan kejang.

2. Risiko bagi lingkungan

Perubahan herbisida bergantung pada kemampuan dari kation induk untuk


membentuk elektron tunggal, dan juga bentuk radikal bebas yang mana
bereaksi dengan molekul oksigen membentuk kembali kation dan pada saat
bersamaan menghasilkan anion superoksida. Radikal oksigen mungkin secara
langsung atau tidak langsung menyebabkan sel mati (Keith L. Smith, 2002:
11). Variasi batas pada penentuan paraquat pada tanah , air, dan tanaman dan
juga material binatang adalah berhubungan dengan ukuran dari sampel yang
diperoleh adalah murni dari ekstraksi ion paraquat dari sampel (Keith L.
Smith, 2002: 11).

Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. Pengenalan Pestisida. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan, 2000.\
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1120025049-3-BAB%20II.pdf
Eka Widayana. I gede.,2014. The Exposure Effects Of
Paraquat On Human Pulmonary Fibrosisi vol.3 no
7. Fakultas Kesehatan . Universitas Lampung.
Keith L. Smith. 2002. International Programme on
Chemical Safety International Chemistry. USA : Ohio
State University.
7

7. Identifikasi (Kualitatif / prinsip)


Adsorpsi
Penentuan pengaruh konsentrasi awal paraquat dan berat adsorben silica gel
terhadap efektifitas adsorpsi silica gel

paraquat

Diencerkan hingga konsentrasi 7 ppm, 10 ppm, dan 13 pppm ppm

Masing-masing konsentrasi diambil 45 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 50 ml

Masing-masing konsentrasi dimasukkan 0,2 gr ; 0,3 gr ; dan 0,4 gr silica gel

Di diamkan pada water bath diatur pada suhu kamar

Diambil filtratnya + sodium dithionite dan dianalisis dengan spektrofotometer Uv-Vis.

Dianalisis pada panjang gelombang 600 nm

Desorpsi dengan agen pendesorpsi aquades dan NaOH 0,1 N

Silica yang telah dipakai sebagai adsorben

Dimasukkan dalam 45 ml aquades / NaOH 0,1 N

Di aduk selama 30 menit dengan magnetim stirer

Disaring dan residu + sodium dithinite dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis dan filtrate dikeringkan d
8

Penentuan gugus fungsi dari filtrate

Daftar Pustaka Miftakhul Huda, Muhammad. 2012. Adsorpsi-desorpsi


senyawa parauat diklorida dengan silica gel dari limbah
ampas tebu (Saccaharum officinarum).skripsi.UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

8. Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan kerja


instrumen/alat)
Penentuan residu dilakukan dengan cara:
Kromatografi gas
Digunakan untuk mengetahui kadar residu bahan aktif (mutu formulasi pestisida)
yang beredar di lapangan. Mengetahui kadar residu pestisida dalam hasil pertanian,
peternakan, perikanan, tanah, air limbah, makanan, minuman, muntahan dan cairan
lambung.Kromatografi Gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan
dalam kimia organic untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk
menguji kemurnian dari dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen
dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam
mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Dalam kromatografi gas, fase yang
bergerak (atau mobile phase) adalah sebuah operator gas, yang biasanya gas murni
seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen. Stationary atau fasa
diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau polimer yang mendukung gas
murni , didalam bagian dari system pipa-pipa kaca atau logam yang disebut kolom
Persiapan sebelum analisis
a. Ekstraksi
Bertujuan untuk mendapatkan sampel yang homogen. Dilakukan dengan cara
diblender, pemilihan pelarut untuk ekstraksi bergantung pada karakteristik
bahan herbisida itu sendiri.
b. Pembersihan(Cleanup)
Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu
9

proses analisis. Polaritas menjadi faktor yang paling penting dalam proses ini,
adsorben disini berfugsi untuk menghilangkan, membawa ataupun
memecahkan molekul lain supaya menjauh dari zat ekstraksi.
c. Derivatization
Biasa dikenal dengan penurunan senyawa. Dibutuhkan untuk menambahkan
kestabilan dari analit atau menambah kepekaan dari detector . bila memakai
GC derivasi ini dilakukan untuk menambah volalitas dari analit dan
menambah kestabilan termalnya.
Analisis sampel herbisida
Untuk studi awal, 10 ml air diinjeksikan dengan jenis herbisida telah diketahui,
biasanya terdapata 1 atau 2 kemudian diekstraksi dengan 5 ml diklorometana
dalam 25 ml lalu disentrifuge. Separasi dari lapisan-lapisan, fasa organic
dipindahkan ketabung terpisah, dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan 1 ml dari
ekstrak kering tersebut dipipetkan ke kolom silika gel.
Untuk penentuan dari konsentrasi herbisida yang sangat rendah, ekstraksi
dengan diklorometana dilanjutkan dengan ekstraksi dengan heksana sebanyak 5
ml lalu dievaporasikan pada 0,5-1 ml volume dibawah aliran nitrogen dan
dikeringkan ,setelah iru ekstrak total dialirkan ke kolom silika gel.
Contoh :
Analisis Dinitroanilin pada sayuran dengan GC
Sampel sebanyak 20 gram sayuran diekstraksi dengan 2x 200 ml etanol, lalu
ekstraksi tersebut kemudian dipanaskan sampai mongering , lalu cleanup
dilakukan oleh Gel Permeation Chromatography (GPC) pada S-X3 bio beads
column . kemudian zat tersebut di detreminasi oleh detector NPD. Recoveries
range dari 72-126% limit deteksinya 0,022 ppm.

Analisis dengan HPLC


HPLC digunakan untuk mengetahui kadar bahan aktif (mutu formulasi pestisida)
yang beredar dilapangan. Mengetahui kadar residu pestisida dalam hasil pertanian,
tanah dan air limbah.
600 L air minum diinjeksikan dengan 100 L pada ilusi 1:1000 herbisida dan
300 L acetonitril . acetonitril ditambahkan untuk menghindari adhesi
(menempelnya) sisa-sisa herbisida pada permukaan kolom.
Daftar Pustaka Kristianingrum,Susila.2009.Kajian Berbagai Metode Anlisis
Residu Pestisida dalam Bahan Pangan.Jurusan
Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

9. Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan yang diberlakukan


1. Secara umum Undang-undang No. 12/ 1992 tentang Sistem Budidaya
10

Tanaman menyebutkan bahwa barang siapa dengan sengaja mengedarkan


pestisida yang tidak terdaftar, tidak sesuai dengan label, atau tidak
memusnahkan pestisida yang dilarang peredarannya, tidak memenuhi standar
mutu, rusak atau tidak terdaftar dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
tahun dan denda paling banyak 250 juta. Sedangkan bagi yang kelalai
dikenakan pidana kurungan paling lama 12 bulan dan denda paling banyak 50
juta.
2. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Tahun 2011 antara lain :
Pasal 6
(1) Berdasarkan lingkup penggunaan, pestisida dapat diklasifikasikan ke dalam:
a. pestisida terbatas; dan
b. pestisida untuk penggunaan umum.
(2) Kriteria pestisida terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
sebagai berikut:
a. formulasi pestisida korosif pada mata (menyebabkan kerusakan tak Kumpulan
Peraturan Pestisida 11 terkembalikan pada jaringan okular), mengakibatkan
pengerutan kornea atau iritasi sampai 7 (tujuh) hari atau lebih;
b. formulasi pestisida korosif terhadap kulit (menyebabkan kerusakan jaringan
dalam dermis dan atau luka bekas) atau mengakibatkan iritasi berat sampai 72
(tujuh puluh dua) jam atau lebih;
c. bila digunakan seperti tertera pada label, atau menurut praktek yang biasa
dilakukan, pestisida tersebut masih menyebabkan keracunan yang nyata secara
subkronik, kronik atau tertunda bagi manusia sebagai akibat pemaparan secara
tunggal dan majemuk terhadap pestisida tersebut atau residunya;
d. mempunyai LC50 inhalasi bahan aktif lebih kecil dari 0,05 mg/I selama 4 jam
periode pemaparan; atau
e. termasuk dalam golongan bahan perusak lapisan ozon.
Daftar Pustaka Anonim. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2009.
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2009/19-
09.pdf. diakses 1 maret 2017
Peraturan Menteri Pertanian No.24/Permentan/SR
140/4/2011
11

10. Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)


1. Aplikasi preventif
Eksternal: penataan tata ruang kawasan pemukiman, pertambangan, industri dan
lain-lain di sekitar area pertanian menggunakan instrument hukum dan nonhukum.
Penegakan dan pengetatan implementasi undang-undang, peraturan dan keputusan
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah tentang pengelolaan lingkungan hidup,
termasuk optimalisasi fungsi pengawasan dan pengendalian oleh Badan Pengendali
Dampak Lingkungan perlu dilakukan.
Internal : Usaha mengurangi residu di lapangan dapat dilakuan dengan beberapa
cara,diantaranya:
1.Pemilihan jenis herbisida yang efektif terhadap gulma, aman bagi manusia dan
lngkungan, serta memilki persistensi yang rendah, sehingga meninggalkan residu
yang serendah mungkin.
2.Penggunaan dan pengembangan jenis-jenis herbisida yang baru, yang lebih
spesifik dan aman seperti NUQUAT 276 SL.
3.Penggunaan dosis dan cara aplikasi yang tepat sesuai dengan rekomendasi.
4.Frekuensi penyemprotan pestisida dikurangi, hanya apabila perlu, yaitu sewaktu
saat gulma tumbuh subur.

2. Aplikasi kuratif
Mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk
pemberantasan gulma. Seperti pestisida diganti dengan penggunaan
pupuk kompos.
Bioremidiasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air)
Daftar Pustaka Tim Sintesis Kebijakan. Pengembangan Inovasi Pertanian:
Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan
Pertanian dan Kerusakan Lingkungan.
http://www.pustaka-
deptan.go.id/publikasi/ip012083.pdf. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2017.
12

Anda mungkin juga menyukai