Kartu Identitas Kontaminan Parakuat
Kartu Identitas Kontaminan Parakuat
Kartu Identitas Kontaminan Parakuat
senyawa piridin melalui mekanisme reaksi kopling. Dua molekul piridin dikopling
menggunakan natrium amida yang diikuti reaksi oksidasi menghasilkan senyawa
4,4-bipiridin.
4,4-bipiridin ini selanjutnya bereaksi melalui mekanisme reaksi metilasi
dengan klorometana menghasilkan senyawa paraquat. Reaksi metilasi merupakan
reaksi penggantian suatu atom atau molekul dengan gugus metil. Di mana dalam
reaksi ini sumber elektrofil metil yang digunakan berasal dari klorometana. Berikut
reaksi dalam sintesis paraquat :
membran sel, sehingga akan menyebabkan rusaknya membran sel dan jaringan
tanaman (Pusat Informasi Paraquat, 2006).
Pada lingkungan Herbisida Paraquat bila terdisosiasi akan membentuk
kation dalam larutan tanah dan akan difiksasi oleh pertukaran kation pada muatan
negatif permukaan koloid tanah. Sebagai herbisida kationik, paraquat akan
terionisasi sempurna dalam larutan tanah membentuk kation divalen dengan
muatan positif terdistribusi di sekeliling molekul, dan paraquat akan segera
teradsorpsi dan menjadi tidak aktif ketika kontak dengan koloid tanah. Koloid
mineral dan organik tanah adalah komponen aktif tanah yang mempunyai peranan
sangat penting dalam proses adsorpsi dan desorpsi herbisida di dalam tanah dan
lingkungan. Ikatan Paraquat yang terdisosiasi dengan koloid berbentuk ikatan
kovalen sehingga fiksasi residu herbisida ini sangat kuat, sehingga menjadi tidak
aktif di dalam tanah. Paraquat dapat masuk dalam ikatan antar lapisan kristal liat
sehingga sangat kuat difiksasi secara kovalen. Afinitas mineral tanah terhadap
paraquat sangat tinggi pada konsentrasi paraquat rendah, tetapi dengan semakin
tinggi konsentrasinya di dalam tanah dimana kapasitas adsorpsinya telah terjenuhi
maka paraquat akan terkonsentrasi pada larutan tanah.
Daftar Pustaka Pusat Informasi Paraquat. 2006. The paraquat information
center on behalf of syngenta crop protection ag. Tersedia
dari: http://www.paraquat.com. Diakses tanggal 1 Maret
2017.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo.,
1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia,
Jakarta
Kation paraquat dapat direduksi oleh sodium ditionit ketika dilarutkan dalam
bentuk dikation dalam suasana basa membentuk radikal berwarna biru/ungu yang
angin dan bisa mencemari di udara, jika semakin kecil butiran maka semakin jauh
terbawa angin, Lalu saat pestisida di semprotkan ke tanaman maka residu dari
pestisida tersebut dapat tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah kemudian
residu masuk air sungai kemudian mengalir ke parit-parit sawah,masuk saluran
tersier ke saluran sekunder dan terbuang ke sungai lalu sungai mengalir ke kota
menuju ke hilir dan sebagian rakyat menggunakan air dihilir untuk mandi dan
cucui. Bisa saja langsung larut dalam air dan mengganggu organisme tanah dan
bisa saja terkontaminasi ke dalam air minum dan makanan, saat dikonsumsi oleh
manusia maka akan membahayakan manusia tersebut contohnya keracunan dan
bisa terakumulasi didalam tubuh dan menyebabkan beberapa penyakit.
Daftar Pustaka Anonim 2015. Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan Oleh
Pestisida Universitas Andalas.
http://repository.unand.ac.id/18455/ diakses pada
tanggal 1 Maret 2017.
6. Efek Toksikologi
Residu Pestisida adalah sisa Pestisida, termasuk hasil perubahannya yang
terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau
tanah. Asupan harian yang dapat diterima (Acceptable Daily Intake) yang
selanjutnya disingkat ADI adalah angka penduga asupan harian bahan kimia yang
dapat diterima dalam makanan sepanjang hidup manusia tanpa menimbulkan risiko
kesehatan
a. Gejala dan tanda klinis keracunan paraquat tergantung dari dosis paraquat
yang tertelan. Pada dosis ringan yakni <20 mg ion paraquat/kgBB. Gejala
yang ditimbulkan adalah asimptomatik atau mual-mual dan diare.
b. Dosis sedang yakni 20-40 mg/kgBB beberapa pasien dapat bertahan hidup,
6
namun sebagian besar pasien akan meninggal dalam 2-3 minggu karena
gagal paru. Gejala-gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah muntah,
diare, nyeri perut, ulserasi mulut dan ulserasi tenggorokan yang timbul
setelah beberapa jam tertelannya paraquat, selain juga dapat ditemukan
gagal ginjal , kerusakan hati, hipotensi dan takikardi pada keracunan
paraquat yang telah terjadi selama satu sampai empat hari dan satu atau dua
minggu kemudian akan timbul batuk, hemoptisis, efusi pleura, fibrosis paru
dengan penurunan fungsi paru.
c. Dosis fulminan yakni >40 mg/kg berat badan dapat menimbulkan kematian
karena kegagalan multi organ dapat terjadi dalam waktu 1-4 hari. Gejala
gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah muntah, diare, nyeri perut,
gagal ginjal dan hati,ulserasi mulut dan tenggorokan, ulserasi esofagus,
pankreatitis, miokarditis, koma dan kejang.
paraquat
Disaring dan residu + sodium dithinite dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis dan filtrate dikeringkan d
8
proses analisis. Polaritas menjadi faktor yang paling penting dalam proses ini,
adsorben disini berfugsi untuk menghilangkan, membawa ataupun
memecahkan molekul lain supaya menjauh dari zat ekstraksi.
c. Derivatization
Biasa dikenal dengan penurunan senyawa. Dibutuhkan untuk menambahkan
kestabilan dari analit atau menambah kepekaan dari detector . bila memakai
GC derivasi ini dilakukan untuk menambah volalitas dari analit dan
menambah kestabilan termalnya.
Analisis sampel herbisida
Untuk studi awal, 10 ml air diinjeksikan dengan jenis herbisida telah diketahui,
biasanya terdapata 1 atau 2 kemudian diekstraksi dengan 5 ml diklorometana
dalam 25 ml lalu disentrifuge. Separasi dari lapisan-lapisan, fasa organic
dipindahkan ketabung terpisah, dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan 1 ml dari
ekstrak kering tersebut dipipetkan ke kolom silika gel.
Untuk penentuan dari konsentrasi herbisida yang sangat rendah, ekstraksi
dengan diklorometana dilanjutkan dengan ekstraksi dengan heksana sebanyak 5
ml lalu dievaporasikan pada 0,5-1 ml volume dibawah aliran nitrogen dan
dikeringkan ,setelah iru ekstrak total dialirkan ke kolom silika gel.
Contoh :
Analisis Dinitroanilin pada sayuran dengan GC
Sampel sebanyak 20 gram sayuran diekstraksi dengan 2x 200 ml etanol, lalu
ekstraksi tersebut kemudian dipanaskan sampai mongering , lalu cleanup
dilakukan oleh Gel Permeation Chromatography (GPC) pada S-X3 bio beads
column . kemudian zat tersebut di detreminasi oleh detector NPD. Recoveries
range dari 72-126% limit deteksinya 0,022 ppm.
2. Aplikasi kuratif
Mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk
pemberantasan gulma. Seperti pestisida diganti dengan penggunaan
pupuk kompos.
Bioremidiasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air)
Daftar Pustaka Tim Sintesis Kebijakan. Pengembangan Inovasi Pertanian:
Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan
Pertanian dan Kerusakan Lingkungan.
http://www.pustaka-
deptan.go.id/publikasi/ip012083.pdf. Diakses pada
tanggal 1 Maret 2017.
12