Tugas PPT Anorg Bu Sriyatun

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

Pelarut Non Air

yang Terionisasi
Mandiri dan
Tidak Terionisasi,
Ammonia Cair
KELOMPOK 3 :

 Rakhma Fitrianan Fajrin 24030116120019


 Rahma Wahyu Widyastuti 24030116120020
 Ainiatur Rofi’a Rosyadah 24030116120021
 Norma Gupita Anjani 24030116120022
 Annisa Syifaurrahma 24030116120023
 Diah Ayuningtyas 24030116120024
Pelarut Non Air

Self Ionizing dan


non ionizing

Amonia Cair
AIR & INTERAKSINYA

Air merupakan pelarut yang baik dan bersifat


universal. Air juga dikatakan sebagai pelarut
amfoter karena memiliki sifat asam dan basa.
Meskipun dikatakan universal tetap saja air
memiliki keterbatasan dalam melarutkan
suatu senyawa
Titrasi dengan pelarut non-aqueous biasanya
dipakai pada asam dan basa lemah yang tidak
dapat terdisosiasi di dalam air. Pelarut non air
melibatkan interaksi asam, basa dan juga
reaksi redoks.
Contohnya pada H2SO4 (Asam Sulfat) merupakan
asam kuat dan dapat dipakai untuk
mendeteksi sifat dari asam lemah
Asam kuat mungkin pada beberapa pelarut
menjadi kation pada molekul pelarutnya.
Sedangkan basa kuat menjadi anion pada
molekul pelarutnya. Tiap asam dan basa
kuat akan bereaksi membentuk larutan
asam dan basa lemah sesuai dengan
penjelasan dari konsep Bronsted
Pelarut Non Air
Pelarut non-aqueous adalah pelarut bukan
air yang dapat melarutkan senyawa organik
yang tidak dapat disosiasi oleh pelarut air.
Kategori pelarut non air
a. Pelarut protik
Pelarut protik adalah pelarut yang dapat
melepaskan ion H+ dalam air. Contohnya H2SO4
b. Pelarut aprotik
Pelarut aprotik adalah pelarut yang dalam air
tidak dapat melepaskan ion H+.
Contohnya BrF3 dan N2O4
BrF3 (Bromin Tetrafluorida)

Pelarut ini memiliki nilai relative


permitivity yang cukup baik yaitu
107 dan memiliki nilai konstanta self ionisasi
yang tidak cukup baik. Ionisasi yang terjadi
sesuai persamaan reaksi berikut :
2BrF3 → BrF2+ + BrF4
N2O4 (Dinitrogen Tetraoksida)
Tetroksida dinitrogen adalah oksidator kuat
yang sangat beracun dan korosif. Memiliki
nilai relative permitivity yang kecil yaitu 2,42.
Tetroksida dinitrogen tidak berwarna tetapi dapat
muncul sebagai cairan kuning kecoklatan karena
adanya NO2. Menurut kesetimbangan berikut:
N2O4 ⇌ 2NO2
Ionisasi yang terjadi sesuai persamaan reaksi
berikut:
N2O4 ⇌ NO+ (nitrosonium) + NO3- (nitrat)
Contohnya: 4N2O4 + Zn → [Zn(NO3)4]2- + 2NO+ + 2NO
H2SO4 (Asam Sulfat)

Lebih tingginya konstanta dielektrik asam sulfat


seharusnya menyebabkan asam sulfat lebih baik dari pada
air untuk melarutkan solute ionik, tapi tingginya viskositas
menyebabkan kelarutan dan kristalisasi solute mengalami
proses yang lambat. Demikian juga adanya kesulitan untuk
memindahkan pelarut yang menempel pada kristal. Hanya
karakter asam basa dari solute dalam medium ini yang
kelihatannya menjadi penting karena terionisasi menjadi:
2H2SO4 ⇌ H3SO4+ + HSO4-
Semua spesies yang bersifat basa dalam air juga akan
bersifat basa dalam asam sulfat:
OH- + H2SO4 ⇌ 2HSO4 + H3O+
NH3 + H2SO4 ⇌ HSO4- + NH4
HF (Asam Fluorida)
Tingginya konstanta dielektrik kuatnya ikatan
hidrogen dan sifat – sifat fisik yang lain dari asam fluorida
membuat pelarut ini mirip dengan air. HF mempunyai
kekuatan solvasi yang rendah dan hanya melarutkan sedikit
garam yang tidak bereaksi sebab reaktivitas kiranya yang
ekstrem, membatasi keguaannya sebagai pelarut dibanding
air atau ammonia.
Solute larut dalam HF:
- Disosiasi ionik: KF + HF ⇌ K+ + HF2-
- Reaksi kimia: KCN + 2HF ⇌ K+ + HF2- + HCN
Hanya fluorida, fluoroborat dan perklorat larut
dalam HF tapi tidak bereaksi. Kebanyakan halida tidak larut
dan tidak terpengaruh atau bereaksi dengan pelepasan
hidrogen dalam pelarut ini.
CH3COOH (Asam Asetat)
Meskipun asam asetat tidak seperti air, stabilitas dan
sifat alamiah yang non-toksik menyebabkan asam asetat
menjadi pelarut yang baik. Meskipun berasosiasi, momen
dipol asam asetat adalah nol sebab terjadinya dimerisasi
dalam keadaan cair. Karena konstanta dielektriknya rendah
(7,14) asam asetat diramalkan merupakan agen yang kurang
mensolvasi, dan beberapa garam larut dalam medium inti:
- Nitrat dari Li+, Ca2+, NH4+
- Asetat dari Li+, K+, NH4+, Pb2+, Cd2+
- Klorida dari Ca2+, Zn2+, Sb3+, Fe3+;
- BaI2, ZnI2, NH4CNS dan KCNS sangat larut.
- AgNO3, AlCl3, HgCl2, HgI2, CoCl2 ;Halida dari Na+, K+, NH4+,
KNO3, NaNO3, BaCl2, KClO3, (NH4)2SO4 hanya sedikit larut
- Perak halida, timbal halida, CdI2, fosfat dan CaCo3 tidak
larut dalam asam asetat.
HCN (Asam Sianida)

HCN mempunyai titik didih rendah (299 K),


dengan berat molekul rendah, konstanta dielektrik
tinggi dan momen dipol tinggi, dan ikatan
hidrogen yang luas, seharusnya menjadikannya
sebagai agen pensolvasi seperti air. Tetapi ternyata
HCN sangat kurang baik untuk melarutkan
senyawa ionik, tetapi dapat melarutkan sebagian
besar senyawa kovalen. Hanya sedikit garam
logam alkali (NaCl, KCl, NH4Cl, K2SO4, KI) dan
klorida kovalen (POCl3, SOCl2, BiCl3, SbCl3, HCl)
larut dan terionisasi dalam HCN. Senyawa kovalen
(SnCl4, SnBr4, SnI4, I2, benzena, anilin, metanol,
urea etanol) dapat terionisasi dalam medium ini.
H2S (Asam Sulfida)

Ranah cairan dari asam sulfida beracun


(188-212 K) merupakan keterbatasan untuk
mempelajari sifat-sifat pelarutnya secara nyata.
Rendahnya momen dipol dan konstanta
dielektrik menyebabkan rendahnya kelarutan
garam ionik. Solute dapat larut dalam asam
sulfida karena solvasi sederhana (HCl, HBr,
AlCl3, As2S3), protonasi, solvolisis atau reaksi
kimia.
SO2 (Sulfur Dioksida)
Sulfur dioksida murni mempunyai konduktor
elektrisitas lemah, meskipun dianggap mengalami autoionisasi
sebagai berikut:
2SO2 ⇌ So2+ + SO32-
Tidak terjadi asosiasi karena ketiadaan atom hidrogen
yang bertanggungjawab pada asosiasi cairan. Ditionil halida
asetat dapat bercampur dengan sulfur dioksida dalam semua
perbandingan, sedangkan garam lain mempunyai kelarutan
sekitar 0.2 – 2.0 %, yaitu garam – garam yang mempunyai sifat
solvasi lemah untuk substansi ionik. Kelarutan halida meningkat
dari fluorida sampai iodida. Logam alkali dan alkali tanah halida
mempunyai kelarutan sedang. Beberapa garam ammonium,
merkuri, dan talium larut. Logam alkali sulfat, sianida dan
tiosianat juga larut dalam sulfur dioksida. Sulfur dioksida
merupakan medium yang paling baik untuk senyawa kovalen
seperti hidrokarbon yang digunakan untuk pemurnian produk
minyak atau petroleum tertentu.
SeOCl2 (Selenium Oksiklorida)
Selenium oksiklorida (SeOCl2) mempunyai ranah cairan yang
baik (281-446 K), konduktivitas rendah tetapi konstanta dielektrik
tinggi. Terautoionisasi sebagai berikut.
2SeOCl2 ⇌ [SeOCl.SeOCl2]+ + Cl-
Mirip dengan autoionisasi SOCl2. Elektrolisis SeOCl2 murni
atau larutan KCl dalam SeOCl2 menghasilkan gas klor pada anoda, dan
campuran SeO2 dan Se2Cl2 pada katoda. Pelarut ini melarutkan
berbagai klorida kovalen dan ionik (K+, Na+, NH4+, Ba2+, Hg2+, Fe3+)
menghasilkan larutan terkonduksi.
FeCl3 + 2SeOCl2 ⇌ [SeOCl.SeOCl2]+ + FeCl (asam)
Berbagai logam seperti logam alkali, alkali tanah dan tembaga larut
karena reaksi dengan pelarut:
3Cu + 6[SeOCl.SeOCl2]+ ⇌ 3Cu2+ + Se2Cl2 + 2SeO3 + 8SeOCl2
Logam alkali klorida, piridin dan quinolin, klorida dari logam
alkali tanah membentuk larutan basa dalam selenium oksiklorida,
tetapi klorida dari timah (IV), silikon (V), arsen (III), Fe (II), dan SO3
menghasilkan larutan asam.
COCl2 (Karbonil Klorida)
Karbonil klorida (COCl2) mempunyai ranah
cairan yang baik (155-281 K), konstanta dielektrik
rendah dan tidak terasosiasi. Karbonil klorida bukan
agen pensolvasi yang baik dan mempuyai konduktor
elektrisitas yang tidak bagus, tetapi klorida kovalen
tertentu menghasilkan larutan terkondensasi degan
endapan CO pada katoda dan membebaskan klor
pada anoda.
AlCl3 + COCl2 ⇌ COCl+ + [AlCl4]-
Dari larutan AlCl3 dalam klorida karbonil, logam aktif
seperti Mg, Ca, K dan Zn membebaskan CO:
Ca + COCl+ → Ca2+ + CO + Cl-
Halida lain yang larut dalam pelarut ini adalah SbCl3,
SbCl5, S2Cl2, ICl, dan I2.
POCl3 (Fosfor Oksoklorida)
Fosfor oksoklorida (POCl3) juga disebut fosforil
klorida adalah suatu pelarut aprotik dengan
autoionisasi sebagai berikut:
POCl3 ⇌ POCl2+ + Cl- K = 5 x 10-14
Atau dianggap sebagai solvasi ion:
(m + n) POCl3 ⇌ [POCl2(POCl3)n-1]+ + [Cl(POCl3)m]-
Metode konduktometri, potensiometri atau
fotometri dapat digunakan untuk mempelajari titrasi
asam-basa ini dalam medium POCl3. Dengan halida
logam transisi, pelarut dapat juga membentuk ikatan
koordinasi kuat, menghasilkan pembentukan
senyawa koordinasi seperti Cl3PO: ZrCl4: Cl3PO: AlCl3,
dan lain – lain yang mirip senyawa hidrat.
Sifat Asam-Basa dalam
pelarut non air

Kelemahan konsep asam basa pada Arrhenius


yaitu tidak dapat menjelaskan sifat asam-basa
dalam pelarut bukan air (non-aqueous)
Kekuatan nyata pada asam dan basa ditentukan
berdasarkan tingkat reaksinya dengan pelarut.
Pelarut Non aqueous berguna untuk titrasi asam
sangat lemah atau basa yang tidak dapat dititrasi
dalam air.
Sifat asam dan basa dalam pelarut bukan air
tergantung pada pelarutnya, maksudnya
adalah efek dari pelarut pada disosiasi asam atau
basa tergantung pada sifatbasa atau asam dari
pelarutnya masing-masing.
Pelarut Basa
Pelarut basa digunakan untuk mengidentifikasi sifat keasaman pada suatu zat.
Pelarut N2O4 dan BrF3 merupakan pelarut basa yang jarang digunakan. Teori BrØnsted
pada asam basa tidak dapat diterapkan pada pelarut yang tidak mengandung H terikat.
Namun, ditemukan pada pelarut lain seperti BrF3 cair, SO2 cair dan N2O4 cair.
AgF + BrF3 → Ag+ + BrF4-
Jadi, substansi ion BrF2+ dalam pelarut BrF3 berperilaku asam dan ion BrF4- bertindak
sebagai basa.
4N2O4 + Zn → [Zn(NO3)4]2- + 2NO+ + 2NO
Pada persamaan reaksi diatas, substansi ion NO+ dalam pelarut N2O4 berperilaku asam
dan ion [Zn(NO3)4]2- bertindak sebagai basa, dan juga dari reaksi pembebasan NO.
Pelarut basa yang telah diteliti secara rinci adalah cairan ammonia, yang memiliki
ion produk sangat rendah [NH4+] [NH2-] = 10 -33. Pelarut ini memiliki efek disosiasi yang
ditandai pada asam. Misalnya asetat, benzoat, nitrat, dan asam klorida semua memberi
solusi dengan asam identik properti, karena ion NH4+ meskipun dalam air berperilaku
sangat berbeda.
Pelarut Asam

Pelarut asam kuat yang paling umum adalah asam sulfat, yang mampu
memprotonasi berbagai senyawa yang mengandung oksigen atau
nitrogen. Pelarut ini juga harus memiliki beberapa sifat dasar, karena produk
ionik tinggi ([H3SO4+] [HSO4-] = 1,7 × 10 -4), tetapi kebasaan dari pelarut
biasanya dikaburkan oleh keasaman yang sangat tinggi. Sebagai contoh,
asam karboksilat berperilaku sebagai basa kuat dalam asam sulfat, bereaksi
hampir sepenuhnya. Contoh lain dari pelarut asam yaitu asam asetat. Asam
asetat adalah pelarut untuk menetralkan basa lemah. Amina misalnya benar-
benar terionisasi dalam asam asetat dan diratakan dengan kekuatan yang
sama dari ion asetat (dasar terkuat yang ada dalam asam asetat) .
RNH2 + HOAc RNH « 3 + + OAc–
Asam asetat glasial yang digunakan untuk titrasi amina.
Self Ionizing dan Self Non-
Ionizing
- Self-ionizing adalah zat
yang dapat menghasilkan kation dan anion
sendiri. Pelarut Self Ionizing memiliki polaritas
dan konstanta dielektrik yang tinggi.
- Self Non-ionizing adalah zat yang tidak dapat
menghasilkan kation dan anion sendiri sehingga
butuh senyawa lain untuk mengionkan kation
dan anionnya. Pelarut yang non pengion (self
Non-Ionizing) mempunyai momen dipol dan
konstanta dielektrik yang rendah. Contohnya
yaitu cairan SO2 : pelarut yang sangat inert (tidak
mau bereaksi baik dengan senyawa organik
maupun senyawa anorganik)
Ammonia Cair

Ammonia menunjukkan kemiripan sifat terhadap


air. Asosiasiya melibatkan ikatan hidrogen (lebih rendah
dibandingkan air, mempunyai titik didih, titik lebur dan
konstanta dielektrik yang lebih rendah). Sebagai contoh
kelarutan garam dalam ammonia lebih rendah dibanding
dalam air, tetapi ada beberapa garam yang dapat dilarutkan
dalam ammonia. Kebanyakan nitrat, nitrit sianida dan
tiosianat larut dalam ammonia, tetapi dengan muatan ion
yang tinggi atau ion dengan rapat muatan tinggi seperti
fluorida, hidroksida, oksida, sulfat, sulfit, sulfida dan
karbonat tidak larut. Kelarutan halida dalam ammonia
berkurang dari iodida ke klorida. Jika sebagian kecil logam
alkali atau alkali tanah diteteskan dalam cairan ammonia,
logam tersebut akan larut dan menunjukkan warna biru
tua. Jika penambahan alkali dilanjutkan, maka warna akan
menjadi lebih tua
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai