LPJ Gizi Balita

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORA PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN

KESEHATAN TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA


DI DUSUN GUMUKARI DESA NOGOSARI
KECAMATAN RAMBIPUJI
KABUPATEN JEMBER

disusun guna menyelesaikan tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Komunitas

oleh:

KELOMPOK 7

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIERSITAS JEMBER
2017
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN


KESEHATAN TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA DI
DUSUN GUMUKARI DESA NOGOSARI
KECAMATAN RAMBIPUJI
KABUPATEN JEMBER

disusun guna menyelesaikan tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Komunitas

oleh:

KELOMPOK 7

Bima Satriya D. NIM 112311101030


Ikbar Nurkholisah I NIM 122311101004
Eka Yuliana NIM 122311101013
Desi Rahmawati NIM 122311101021
Zulfa Makhatul I. NIM 122311101024
Alifia Rizqy P.D NIM 122311101025
Umamul Faqih N. Y NIM 122311101044
Agustin Dian R. NIM 122311101063

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIERSITAS JEMBER
2017
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks baikpersoalan
kekurangan gizi maupunkelebihan gizi. Balitadan anak sekolah yang
menderitagizi kurang akan mengalami gangguanpertumbuhan fisik dan
perkembanganmental, dimana balita mempunyai IQlebih rendah dan mudah
terseranginfeksi (Departemen Kesehatan(Depkes), 2007). Balita-balitausia 2-
5tahun merupakan kelompok yangrentan karena terdapat pertumbuhanyang cepat
sehingga membutuhkan zatgizi yang lebih banyak (Wardlaw andHampl, 2007).
Balitausia 2-5 tahunmerupakan periode keemasan (goldenage) dalam proses
perkembangan, yangartinya pada usia tersebut aspekkognitif, fisik, motorik, dan
psikososialseorang balita berkembangan secara pesat (Zaviera & Ferdinand,
2008).Balitausia 2-5 tahun apabilakekurangan zat gizi maka akan terjadigangguan
gizi atau kesehatannya(Notoatmodjo, 2007).
Di Indonesia, tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900 ribu balita
mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80%
kematian balita (Kemenkes RI, 2012). Hasil Riskesdas 2013 dibandingkan tahun
2010, pravelensi gizi kurang meningkat dari 17,9 % menjadi 19,6 % dan gizi
buruk meningkat dari 4,9% menjadi 5,7% , stunting (balita pendek) juga
meningkat dari 36,8% menjadi 37,2 (Kemenkes RI, 2015).
Melalui makanan manusia mendapat zat makanan atau zat gizi yang
merupakan kebutuhan dasar hidup manusia untuk tumbuh dan berkembang. Ada
beberapa zat gizi yang amat mempengaruhi kondisi kesehatan balitadan anak
sekolah. Besar pengaruh ini jelas bila konsumsi zat gizi tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh balita dalam hal kualitas maupun kuantitasnya (Soegeng, 2004).
Sebagian penduduk Indonesia mengalami penyakit gizi kurang pada berbagai
golongan masyarakat terutama golongan balita yang berada pada masa peka akan
kecukupan zat gizi bagi tumbuh kembangnya, cara seseorang berfikir atau
berpengetahuan dan berpandangan tentang makanan yang akan dibuktikan dalam
bentuk tindakan pemilihan makanan (Soegeng, 2004).
Masalah gizi pada balitadan anak sekolah hakekatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah
gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan dan penanggulangannya harus
dari berbagai faktor. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan orang tua, motivasi,
dan partisipasi. Kurangnya pendidikan pada orang tuaakan mempengaruhi
pengetahuan orang tua sehingga orang tua kurang mengerti masalah gizi. Motivasi
yang dimaksud disini adalah besarnya dorongan orang tua untuk mengetahui
besarnya peranan gizi bagi kesehatan balitadan anak sekolah. Partisipasi disini
adalah keikut sertaan para orang tua untuk berperan penting menjaga kesehatan
balitadan anak sekolah agar terpenuhinya gizi yang seimbang (Christon,
2010).Kekurangan gizi disebabkankemiskinan, kurangnya persediaanpangan,
kurangnya pengetahuan ibutentang gizi seimbang (Almatsier,2010).Kurangnya
pengetahuan orang tua, khususnya ibu merupakan salahsatu penyebab terjadinya
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

kekurangangizi pada balita dan anak sekolah (Frost & Michelle,


2005).Pengetahuan dan sikap ibu akanmempengaruhi asupan makanan yangada di
dalam keluarga terutama balita (Rakhmawati, 2014). Ibu yang berpendidikan
dapat menerima berbagai informasi dari luar dan meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan termasuk tentang pola asuh balita dan anak sekolah ( Sartika, 2010).
Hasil penelitian Astuti ( 2013 )menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi balita. Tidak adanya hubungan pendidikan
dengan status gizi dapat dikarenakan perkembangan teknologi yang ada saat
ini.Ibu dengan tingkat pendidikan rendah dengan adanya perkembangan
teknologi saat ini dapat dengan mudah mengakses informasi dari berbagai media,
sehingga mereka dapat meningkatkan pengetahuannya.
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan di wilayah Dusun Gumuksari Desa
Nogosari terdapat 3 Balita yang status gizinya berada di garis kuning. Kurannya
pengetahuan ibu terkait pentingnya gizi serta pengelolaan makanan tambahan
untuk anak menjadikan kelompok 7 tertarik utuk mengadakan kegiatan
pendidikan kesehatan serta demonstrasi cara memasak langsung pemberian
makanan tambahan (PMT) bagi balita.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana cara meningkatkan gizi pada balita di desa Nogosari
mengingat terdapat sejumlah bayi dengan gizi kurang?
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari perencanaan terkait gizi balitadalah meningkatkan
upaya pemeliharaan kesehatanyang lebih lanjut.

2.1.2 Tujuan Khusus


a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang balita
b. Mengajarkan kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada
balita
c. Mengajarkan kepada masyarakat cara untuk mengatasi atau menurunkan
kejadian gizi buruk pada balita
d. Mengajarkan kepada masyarakat cara memenuhi kebutuhan gizi seimbang
balita

2.2 Manfaat
Diharapkan dengan adanya upaya peningkatan pemeliharaan kesehatan
memberikan manfaat:
a. Masyarakat dapat memahami tentang gizi seimbang pada balita
b. Masyarakat dapat mengetahui macam-macam gizi seimbang balita
c. Masyarakat dapat hidup sehat dan memelihara kesehatannya
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi
(Proverawati , 2009). Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun termasuk
bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.
Balita dan anak sekolah mengalami perkembangan sehingga jenis makanan
dan cara pemberiannya harus disesuaikan dengan keadaannya (Proverawati A,
2009). Masalah gizi pada balitadan anak sekolah di Indonesia akhir-akhir ini
cenderung menunjukkanmaslah gizi ganda yang berarti, di samping masih
berkutat dalam menghadapi gizikurang (malnutrisi), di lain pihak pada golongan
masyarakat tertentu di kota besar,kita mulai menghadapi masalah gizi lebih atau
obesitas.Karena gizi lebih atau obesitas pada balita mempunyai konsekuensi
medis yang seriusterutama untuk masa depan yang bersangkutan maupun terhadap
ketersediaankualitas manusia Indonesia selanjutnya ( Subardja, 2004 ).
Pada dasarnya asupan gizi yang diterima pada balita-balitadan anak sekolah
dasar masih menunjukkan kurang menerima asupan gizi yang baik untuk
perkembangan tubuh dan intelektualitas yang tinggi, oleh karena itu sudah
selayaknya pemerintah, masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan
asupan gizi yang cukup untuk pekembangan dan pertumbuhan balitadan anak
sekolah. Oleh karena itu, dengan pemberian informasi terkait gizi seimbang untuk
balitadan anak sekolah sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
balita.

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Pemberian penyuluhan kesehatan terkait gizi seimbang bagi balita di Desa
Nogosari.
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Kegiatan penyuluhan terkait gizi seimbang balita dilakukan di Desa
Nogosari

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang balita
adalah ibu yang memiliki balitadi Desa Nogosari

4.3 Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan
tentang gizi seimbang balita dengan metode ceramah dan diskusi secara
sederhana. Ceramah dilakukan dengan cara penyampaian materi pada ibu balita
kemudian ada tanya jawab.
1. Jenis model pembelajaran : ceramah dan demonstrasi
2. Landasan teori : diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran

: Sasaran

: Pemateri

BAB V. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya


5.1.1 Evaluasi Struktur
1. Materi dan media (leaflet) telah dipersiapkan dengan baik
2. Ibu-ibu posyandu 66 Desa Nogosari menerima dengan baik dan
kooperatif dengan kedatangan mahasiswa profesi pada saat pendidikan
kesehatan berlangsung

5.1.2 Evaluasi Proses


1. ibu posyandu 66 yang memiliki balita BGM menyambut baik
mahasiswa profesi yang akan melakukan pendidikan kesehatan dari
awal hingga akhir sehingga mempermudah mahasiswa profesi dalam
melakukan implementasi
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

2. Ibu-ibu yang mengikuti pendidikan kesehatan antusias menyimak


penyampaian materi oleh mahasiwa Profesi PSIK Unej
3. Ibu-ibu posyandu beserta Ibu dengan bayi BGM dapat melaksanakan
acara masak bersama utuk variasi menu PMT
5.1.3 Evaluasi Hasil
1. Ibu-ibu dilibatkan dalam diskusi terkait gizi balita
2. Ibu-ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan mahasiswa dengan
benar serta mengahsilkan makanan PMT yang sesuai dengan yang
didemonstrasikan bersama mahasiwa profesi.

5.2 Faktor Pendorong


Faktor yang mendorong keberhasilan pendidikan kesehatan mengenai gizi
untuk ibu menyusui diantaranya:
1. Ibu Bidan yang membawahi posyandu bugenvil 66 serta kader posyandu
bugenvil 66 yang telah memberikan fasilitas baik tempat dan waktu kepada
mahasiswa untuk memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi
memsak untuk PMT pada balita dengan BGM.

5.3 Faktor Penghambat


Faktor yang menghambat keberhasilan yaitu tempat yang terbuka yakni
kegiatan yang berlangsung dengan membawa balita yang rewel sehingga
konsentrasi ibu-ibu terpecah serta pendidikan kesehatan kurang berjalan begitu
kondusif sehingga mahasiswa kesulitan dalam menyampaikan pendidikan
kesehatan agar didegar baik oleh ibu-ibu posyandu.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Masalah gizi pada balitadan anak sekolah hakekatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah
gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan dan penanggulangannya harus
dari berbagai faktor. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan orang tua, motivasi,
dan partisipasi. Kurangnya pendidikan pada orang tuaakan mempengaruhi
pengetahuan orang tua sehingga orang tua kurang mengerti masalah gizi. Motivasi
yang dimaksud disini adalah besarnya dorongan orang tua untuk mengetahui
besarnya peranan gizi bagi kesehatan balitadan anak sekolah. Partisipasi disini
adalah keikut sertaan para orang tua untuk berperan penting menjaga kesehatan
balitadan anak sekolah agar terpenuhinya gizi yang seimbang.
Mengingat pentingnya gizi pada balita maka hendaknya setiap ibu serta
anggota keluarga yang memiliki balita memperhatikan pola serta asupan gizi
balita agar gizi tersebut tercukupi serta meningkatkan kekebalan ubuh anak dari
dari berbagai penyakit. Salah satu kegiatan mahasiswa dalam meningkatkan gizi
balita di Desa Nogosari adalah pemberian latihan demontrasi memasak variasi
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

PMT utuk balita sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu posyandu di


kesehariannya.

SARAN
6.2.1 Bagi Sasaran
Dapat menerapkan pola makan serta jenis makanan yang dibutuhakan balita
dalam kehidupan sehari-hari agar memenuhi kebutuhan gizi balita.
6.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat yang memiliki anggota keluarga balita diharapkan dapat
mengajarkan, mneyedikan, serta menerapkan pola makan serta jenis
makanan yang dibutuhakan balita dalam kehidupan sehari-hari.
6.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya terus aktif mengmberikan penyuluhan terkait
pentingnya gizi balita serta variasi makanan yang dapat diberikan pada
balita baik pada warga maupun pada saat posyandu, pada saat imuniasasi.

DAFTAR PUSTAKA

WHO, 2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Balita di Rumah Sakit, Pedoman


Bagi Rumah sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.

Bobak, Lowdermilk,Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC.

Daftar Lampiran
Lampiran 1: Berita Acara
Lampiran 2: Daftar Hadir
Lampiran 3: SAP
Lampiran 5: Materi
Lampiran 6: Media (Leaflet)

Pemateri

Kelompok 7
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 1. Berita Acara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Pada hari ini Selasa, tanggal 13 Juni 2017 jam 08.00 s/d selesai bertempat di
posyandu bugenvil 66 Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
telah dilaksanakan kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang gizi balita dan anak
sekolah oleh Mahasiswa Profesi PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti
oleh.orang (daftar hadir terlampir).

Jember, 13 Juni 2017

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Akademik

Ns. Kushariyadi, M.Kep


NRP.760015697
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 2. Daftar Hadir


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

Kegiatan : Pendidikan Kesehatan Gizi Seimbang Balita dan anak sekolah


Waktu : 08.00 WIB-selesai
Tempat: Posyandu 66 Desa Nogosari Kabupaten Jember

Jember 13 Juni 2017

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan

Ns. Kushariyadi, M.Kep


NRP.760015697
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 3. SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Materi : Gizi Seimbang Balita dan anak sekolah


Sasaran ` : Ibu-ibu dengan balita di posyandu 66 Desa Nogosari.
Hari/Tgl : Selasa/13 Juni 2017
Alokasi Waktu: 30 menit
Tempat : posyandu Bugenvil 66 Desa Nogosari

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit masyarakat
mengerti terkait gizi seimbang balitadan anak sekolah

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan terkait gizi seimbang balitadan
anak sekolah, masyarakat dapat :
1. Mengetahui pengertian gizi seimbang balitadan anak sekolah
2. Mengetahui macam-macam makanan yang bergizi bagi balitadan anak
sekolah
3. Mengetahui manfaat pemenuhan gizi seimbang balitadan anak sekolah
4. Mengetahui cara memenuhi gizi seimbang balitadan anak sekolah

C. Materi
1. Konsep gizi balita dan anak sekolah

D. Kegiatan Penyuluhan
Media dan
Tahap
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta alat
kegiatan
Penyuluhan
Pendahuluan Memberi salam, mengingatkan kontrak Memperhatikan Leaflet
( 5 menit) waktu kegiatan dan membuka materi
terkait gizi seimbang balitadan anak
sekolah Memperhatikan
Menjelaskan gambaran kegiatan secara
umum Memperhatikan
Menjelaskan tentang TIU dan TIK.
Penyajian Menjelaskan tentang gizi seimbang Memperhatikan Leaflet
( 25 menit) balitadan anak sekolah
a. Memberi kesempatan pada balitadan Memberikan
anak sekolah untuk bertanya tentang pertanyaan.
materi yang baru dijelaskan.
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan
yang telah diberikan Memperhatikan
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Penutup 1. Memberi pertanyaan pada keluarga Menjawab Leaflet


(5 menit) tentang materi yang telah dijelaskan pertanyaan
2. Memberikan komentar terhadap
jawabanan telah diberikan Memperhatikan dan
3. Menyimpulkan materi memberi sumbang
4. Membagikan menutup pertemuan dan saran
memberi salam. Memperhatikan
Menerima dengan
baik.
Memperhatikan dan
menjawab salam.
E. Media Penyuluhan
1. Leaflet
F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi

Jember, 13 Juni 2017


Pemateri

Kelompok 7
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 4. Materi

MATERI

A. KEBUTUHAN GIZI BALITA


Masa balita-balita sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental. Pola
makan dan nutrisi yang diberikan harus memenuhi untuk menjamin kesehatan
balita. Masa balita-balita adalah periode kehidupan yang sangat penting bagi
perkembangan fisik dan mental. Dalam fase ini, dibutuhkan asupan nutrisi yang
tinggi.

1. Kebutuhan Gizi Untuk Balita dan Pra sekolah (1-5 tahun)


Usia balita tidaklah tumbuh sepesat pada masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi
mereka tetap merupakan prioritas yang utama. Di masa balita ini, nutrisi
memegang peranan yang penting dalam perkembangan balita. Masa balita adalah
masa transisi terutama pada usia 1 2 tahun dimana balita akan mulai memakan
makanan yang padat dan menerima rasa serta tekstur makanan yang baru.
Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga dipengaruhi oleh usia, besar
tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya.
Energi : biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 samapi 1.400
kalori per hari.
Kalsium : dibutuhkan kurang lebih 500 mg per hari.
Zat besi : balita balita membutuhkan 7 mg per hari.
Vitamin C dan D.
Tubuh balita terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan otak,
dan organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi oleh
masukan (intake) berbagai macam nutrisi makanan penunjang pertumbuhan.
Pada usia 2 tahun ini, balita-balita memiliki kerangkan tubuh berupa tulang
rawan sehinga dengan pemberian masukan gizi berupa vitamin dan mineral akan
mempercepat pembentukan tulang (osifkasi).
Balita usia 2 tahun juga sudah mampu untuk berjalan dan melakukan semua
gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot
yang semakin membesar dan terus bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat
dari asupan makanan yang diberikan pada balita.

2. Jenis Nutrisi Yang Dibutuhkan Balita


a. Energi
Kalori yang dibutuhkan balita dalam masa pertumbuhan ini adalah sekitar
1.900 kalori. Menu yang diberikan untuk mereka sebaiknya tidak terlalu
padat tetapi berserat. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi
seperti : nasi, roti, dan kentang adalah sumber karbohidrat yang bagus.
Gula bukanlah merupakan sumber enrgi yang baik karena tidak
mengandung vitamin dan mineral. Pemberian gula yang terlalu banyak
pada balita akan menyebabkan kerusakan pada gigi.
b. Protein
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar balita mendapat asupan


kombinasi asam amino yang tepat. Protein dibutuhkan balita untuk
perkembangan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Berikut adalah angka kecukupan protein dalam sehari menurut kisaran
umur balita :

c. Lemak
Lemak dibutuhkan oleh balita untuk berbagai fungsi tubuh dan penyediaan
energi, proses produksi hormon, dan perlindungan tubuh. Lemak juga
dapat menjamin ketersediaan vitamin A,D,E,K pada balita karena lemak
dapat melarutkan vitamin tersebut.
d. Kalsium
Balita membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi,
pembekuan darah, serta kontaksi otot.
e. Kolin
Kolin merupakan nutrisi penting bagi membran otak dalam meningkatkan
kemampuan daya ingat dan konsentrasi. Balita telah memasuki masa
sekolah sehingga dalam proses ini mereka membutuhkan asupan makanan
untuk membantu pemikiran.
f. Zat Besi
Penting bagi balita-balita yang sedang tumbuh serta meningkatkan
kesehatan darah. Banyak jenis sayuran yang merupakan sumber zat besi
yang bagus meskipun zat besi yang berasal dari non-hewan lebih sulit
diserap tubuh. Dalam hal ini harus diberikan pula supan zat besi dari susu.
g. Seng
Seng merupakan mineral penting yang menyususn banyak enzim pada
tubuh. Seng berperan untuk memerangi infeksi, untuk pertumbuhan,
perkembangan aspek seksualitas, dan indera perasa, serta pemulihan luka.
h. Vitamin D
Vitamin D penting dalam proses penyerapan kalsium. Vitamin D
ditemukan pada produk susu, telur, dan makanan yang difortifikasi seperti
margarin, sereal, dan dapat diproduksi tubuh melalui proses penyerapan
sinar matahari pada kulit.
i. Antioksidan dan Buah
Makan 3-5 porsi buah atau sayuran bervitamin C dan beta karotin tinggi,
dapat meningkatkan daya tahan tubuh balita pada serangan penyakit.
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

3. Karakteristik Pola Maka Balita Terkait Dengan Pemenuhan


Kebutuhan Gizi
a. Balita Usia Todler atau Batita (1-2 tahun)
*) Balita sukar untuk makan.
*) Nafsu makan sering berubah-ubah.
*) Balita cenderung menyukai jenis makanan tertentu.
*) Balita cepat bosan untuk makan sambil duduk, harus dengan
bermain-main.
b. Balita Usia Prasekolah (3-5 tahun)
*) Nafsu makan berkurang.
*) Balita lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau
lingkungannya daripada makan.
*) Balita senang untuk mencoba jenis makanan baru.
*) Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi balita utnuk
belajar dan bersosialisasi dengan keluarga.
c. Balita Usia Sekolah (6 tahun 13 tahun)
*) Balita dapat mengatur pola makannya sendiri.
*) Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah serta
adanya reklame di televisi dapat mempengaruhi pola makan untuk
mencoba makanan yang belum dikenalnya.
*) Kesukaan menyukai satu makanan tertentu berangsur-angsur hilang.
*) Pengaruh aktivitas bermain dapat menyebabkan keinginan bermain
lebih besar daripada makan.

Dengan melihat karakteristik pola makan balita usia tersebut, maka


pemilihan zat gizi dan menu harus variatif agar kebutuhan gizi balita tercukupi
dengan baik. Syarat pemberian makanan bagi balita antara lain sebagai berikut.
1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umurnya.
2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang.
3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima dan toleransi balita
4. Memperhatikan kebersihan perorangan/balita dan lingkungan.
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Kombinasi Menu Bergizi Seimbang

4. CARA MENGHITUNG BERAT BADAN IDEAL TUBUH


Kita bisa mengetahui berat badan seseorang itu ideal atau tidak dengan cara
menghitung indeks massa tubuhnya. Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan
dengan cara membagi berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Berat badan
yang dihitung menggunakan satuan kilogram (kg), sedangkan tinggi badan
dalam satuan meter (m). Gambar berikut adalah rumus untuk mendapatkan
indeks massa tubuh berikut dengan tabel makna nilai masing-masing hasilnya.

5. MASALAH KEKURANGAN GIZI PADA BALITA-BALITA


Masalah-masalah yang sering dihadapi balita-balita yang mengalami
kekurangan gizi adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Kecerdasan Otak
Pada masa balita-kbalita proses pertumbuhan serta perkembangan
terjadi sangat cepat. Oleh sebab itu apabila makanan balita tidak cukup
mengansung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaaan ini berlangsung
lama, maka akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal
ini akan berakibat terjadi ketidakmampuan otak berfungsi secara normal.
Pertumbuhan otak sangat ternganggu apabila kurang gizi sejak dalam
kandungan dan berlanjut sampai usia bayi. Pada janin keadaan kekurangan
gizi akan menyebabkan jumlah sel otak menurun terutama pada cerebrum
dan cerebellum.
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

2. Anemia Gizi Besi


Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin
didalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan.
Menurut WHO (1996), balita umur 6 bulan 5 tahun dikatakan anemia
jika mempunyai kadar hemoglobin darah kurang 110 g/L.
Pada balita-balita AGB ini diperberat keadaannya oleh infestasi cacing
tambang. Cacing tambang menempel pada dinding usus dan memakan
darah. Akibat gigitannya sebagian darah hilang dan dikeluarkan dari badan
bersama tinja. Setiap hari diperkirakan satu ekor cacing tambang memakan
0.03 0.15 ml darah, jika didalam tubuh terdapat 100 ekor cacing
tambang, akan menyababkan kehilangan darah sekitar 3 15 ml per hari.
3. Kekurangan Vitamin A
4. Kekurangan Energi dan Protein

a. Marasmus
Seorang balita yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit
makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI.
Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. Hampir
selalu disertai terjadinya infeksi. Jika balita mengalami cedera atau
infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.
b. Kwashiorkor
KKP basah disebut kwashiorkor.
Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas
dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang dapat mengakibatkan:
- tertahannya cairan sehingga bengkak (edema).
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

- penyakit kulit
- perubahan warna rambut.
Balita yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani
penyapihan, sehingga usianya lebih besar daripada balita yang
menderita marasmus.

6. PERKEMBANGAN BALITA-BALITA
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh dari
waktu ke waktu sedangkan perkembangan adalah berkembangnya fungsi
mental, social dan psikomotor.. Untuk perkembangan yang normal diperlukan
pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi (Vaughan,
1983).
Pertumbuhan sebagai indikator perkembangan status gizi mempunyai
makna bahwa pertumbuhan merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara
asupan dengan kebutuhan zat gizi.
Balita yang pertumbuhannya baik
Merupakan bukti yang menunjukkan bahwa antara asupan dan
kebutuhan zat gizi seimbang.
Balita yang pertumbuhannya tidak baik
Merupakan bukti yang menunjukkan bahwa antara asupan dan
kebutuhan zat gizi tidak seimbang.

Grafik Tumbuh Kembang Balita Yang Sehat

Pertumbuhan balita sehat dan normal sangat dipengaruhi oleh intake zat gizi
yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi akan
dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar.
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 5. Media
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Pendidikan Kesehatan Tentang Gizi Pada Balita Oleh Oleh Kelompok 7
Mahasiswa Profesi PSIK Unej P2N 18 di Posyandu Bugenvil 66 Desa Nogosari
Laporan P2N Stase Keperawatan Komunitas PSIK Universitas Jember 2017

Gambar 2. Demonstrasi bersama Ibu-Ibu tentang Pembuatan Pemberian Makanan


Tambahan (PMT) Pada Balita Oleh Kelompok 7 Mahasiswa Profesi PSIK Unej
P2N18 di Posyandu Bugenvil 66 Desa Nogosari

Anda mungkin juga menyukai