Bagaimana Pencegahan Primer

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

0

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH 1

Tn. G berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk berat. Menurut Tn. G keluhan
batuk telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan sering demam pada malam hari.
Pemeriksaan fisik ditemui adanya anemis pada seluruh tubuh. Suhu tubuh febris, berat badan
turun disertai malaise, heamaptoe ditemui setiap batuk dan semakin parah apabila batuk yang
keras. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) positif BTA. Tn. G dirujuk ke RSU untuk
pemeriksaan dan terapi rawat inap lebih lanjut. Terapi yang ada dari puskesmas adalah OAT
dengan metode DOTS.

Tugas Mahasiswa

Membuat sebanyak mungkin pertanyaan yang timbul setelah menganalisis LBM diatas.

Cara Belajar

1. Menerapkan metode SEVEN JUMP.


2. Diskusi kelompok tanpa tutor untuk mengindetifikasi pertanyaan teori, sumber belajar
dan pertanyaan praktik.
3. Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengkonfirmasikan sumber belajar dan
alternative jawaban.
4. Konsultasi untuk memperdalam pemahaman.
5. Lecture dan atau hand out.

BAB II

1|PBL 1
0

Jump 1 : Klarifikasi istilah atau konsep

1). Febris : Keadaan suhu tubuh orang di atas suhu normal (36,5C 37,5C ).

2). Malaise : Perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu ( tidak enak badan).

3). BTA : Bakteri Tahan Asam.

4). OAT : Obat anti tuberkolosis

5). Metode DOTS : Pengawasan langsung jangka pendek.

6). Hemapthoe : Batuk di sertai darah.

Jump 2 Mendefinisikan Masalah

1. Klien datang dengan keluhan batuk berat selama 3 bulan yang lalu.
2. Klien merasa sering demam pada malam hari.
3. Pemeriksaan fisik klien di temukan anemis diseluruh tubuh.
4. Klien mengalami hipertermi.
5. Berat badan klien turun dan klien tampak malaise.
6. Semakin keras batuk semakin banyak haemaptoe.
7. Dari hasil pemeriksaan terdapat sputum positif BTA.
8. Klien mendapat terapi dari puskesmas OAT dengan metode DOTS.

Jump 3 Analisa Masalah

1. Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada pasien TBC?

a. Pencegahan Primer atau pencegahan tingkat pertama yang meliputi promosi


kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada host, agent dan
lingkungan. Contohnya :

1). Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan mengurangi


penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis yaitu mycobacterium
tuberkulosa serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita tuberkulosa
selama menjalani proses pengobatan.

2|PBL 1
0

2). Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosa seperti
meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan
mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah

3). Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu,
pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak.

4). Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan penderita
karena bisa menyebabkan penularan.

5). Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberkulosa definisi,


penyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti imunisasi BCG,
dan pengobatan tuberculosis paru.

b. Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa dini dan
pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses
penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ni
ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang
terancam akan menderita tuberkulosa (masa tunas). Contohnya :

1). Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai
dengan kategori pengobatan seperti isoniazid aatau rifampizin.

2). Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa
pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.

3). Diagnosa dengan tes tuberculin

4). Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya

5). Melakukan foto thorax

6). Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa.

3|PBL 1
0

c. Pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan
sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehbilitasi untuk mencegah
efek fisik, psikologis dan sosialnya.

1). Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang.

2). Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap pengobatan.

3). Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-
paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang
akibat tulang belakang.

2. Bagaimana keadaan TBC di Indonesia ?


Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, penyakit
TBC merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah jantung dan pembuluh darah
serta penyakit saluran pernafasan.
Tahun 1999, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperkirakan setiap tahun
terjadi 583.000 orang penderita TBC dengan jumlah kematian sebanyak 140.000
orang. Secara diperkirakan dari setiap 100.000 penduduk Indonesiaterdapat 130
orang penderita TBC paru yang sangat menular. Penyakit TBC menjadi masalah
social karena sebagian besar penderitanya adalah kelompok usia produktif, kelompok
ekonomi lemah, dan tingkat pendidikan rendah. Selain itu masalah lainnya adalah
pengobatan penyakit TBC memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8
bula. Dengan demikian, apabila penderita meminum obat secara tidak teratur/tidak
selesai, justru akan mengakibatkanterjadinya kekebalan ganda kuman TBC terdapat
Obat Anti-Tuberkulosis (OAT), yang akhirnya untuk pengobatannya penderita harus
mengeluarkan biaya yang tinggi/mahal serta dalam jangka waktu yang relative lebih
lama.
Sejak tahun 1995, WHO merekomendasikan program pemberantasan penyakit
TBC dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short course) yang
menurut Bank Dunia merupakan strategi kesehatan yang paling Cost-effective yaitu
memerlukan biaya pengobatan yang lebih murah, namun mampu menghasilkan angka
penyembuhan yang lebih tinggi. Menurut WHO, pada tahun 1996, dari penderita TBC
yang tidak diobati setelah 5 tahun, 50% meninggal, 25% sembuh, 25% kronik dan
menular.

4|PBL 1
0

3. Selain di paru-paru Bakteri TBC bisa menyerang dimana saja?


Mycobacterium tuberkocusis dapat juga menyerang: Tulang, ginjal, usus, otak,
kulit, kelenjar getah bening, urugenetal, jantung.
4. Apakah boleh imunisasi BCG pada usia anak diatas 2 bulan?
Imunisasi BCG sebaiknya pertamakali diberikan pada saat bayi berusia 2-3
bulan. Pemberian BCG pada bayi beruisa < 2 bulan akan meningkatkan risiko terkena
penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh bayi yang belum matang. Apabila bayi
telah berusia > 3 bulan dan belum mendapatkan imunisasi BCG, maka harus
dilakukan uji tuberkulin (tes mantoux dengan PPD2TU/PPDRT23) terlebih dulu. Bila
hasilnya negatif, imunisasi BCG dapat diberikan. Imunisasi BCG tidak membutuhkan
booster. Tuberculin tes: diujikan apakah dia spostf TBC, mantoux tes:injeksi intra
dermal.
5. Bagaimana pemeriksaan pada pasien TBC?
Dengan dilakukan pemeriksaan dahak untuk mencari ada tidaknya kuman TB
dalam bentuk hasil tahan asam (BTA). Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan
suatu alat penentu yang amat penting dalam diagnosis tuberculosis paru. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat diperlukan rangkaian kegiatan yang baik, mulai dari
cara batuk untuk mengumpulkan dahak, pemilihan bahan dahak yang akan diperiksa,
teknik pewarnaan dan mengolahan sediaan serta kemampuan membaca sediaan di
bawah mikroskop. Harus diketahui bahwa untuk mendapatkan BTA (+) di bawah
mikroskop diperlukan jumlah kuman yang tertentu, yaitu sekitar 5.000 kuman/ml
dahak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menetukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 bahan dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa, yang dikenal dengan
konsep Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),
S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat pasien yang di duga TB dating
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas kesehatan.
S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB paru pada orang dewasa di tegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

5|PBL 1
0

sesuai dengan indikasinya. Mendiagnosis TB pada anak terkadang lebih sulit sehingga
sering kali terjadi over-diagnosis, tetapi juga mudah untuk terjadi misdiagnosis.
Dahak pada anak usia dibawah 6-8 tahun biasanya sulit. Karena itu diagnosis TB paru
pada anak hampir selalu menggunakan presumtif, dengan menggunakan system skor
(scoring system, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai.
Setelah berbagai data dikumpulkan maka akan dibuat klasifikasi penyakit dan tipe
pasien tuberculosis, tergantung dari:
a. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau diluar paru;
b. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) : ditemukan BTA
(disebut BTA positif) atau tidak (disebut BTA negative)
c. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat
d. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.
6. Darimana datangnya Micobacterium tubercolusis ?

Dasar sifat virulensi kuman ini belum diketahui. Kuman ini tidak membuat
toksin, namun keanekaragaman komponen dari kuman ini memiliki keaktifan biologis
yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi pathogenesis, alergi, dan kekebalan
pada penyakit ini. Virulensi tergantung pada dua senyawa di selubung sel M.
tubercolosis yang berminyak. Faktor genjel (cord factor, trehalosa mikrolet)
menghambat respirasi mitokondria. Sulfolipid/ sulfatida menghambat fusi fagosom-
lisosom, sehingga M. tubercolosis dapat bertahan hidup dalam sel.
Infeksi terjadi melalui debu atau titik cairan(droplet) yang mengandung kuman
TBC dan masuk ke jalan nafas. Penyakit imbul setelah kuman menetap dan
berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar getah bening regional.
Perkembangan penyakit bergantung pada : Dosis kuman yang masuk dan Daya tahan
serta hipersensitivitas hospes.
7. Bagaimana cara penanggulangan penyakit TBC?
WHO Telah memperkenalkan strategi DOTS ( Directly observed treatment
short course ), yang juga di anut oleh program penanggulangan TB di Negara kita.
WHO menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan tuberculosis
adalah dengan menerapkan strategi DOTS, yang telah teruji amuph di berbagai
Negara. Karena itu, pemahaman DOTS merupalkan hal yang penting agar TB dapat di
tanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen:
Pertama, adanya jaminan komitmen pemerintah untuk menanggulangi
tuberkolosis di suatu Negara. Secara umum komitmen pemerintah di bangun atas
kesadaran tentang besarnya masalah TB dan pengetahuan tentang adanya program

6|PBL 1
0

penanggulangan TB yang telah terbukti ampuh. Komitmen ini seyogyanya di mulai


dengan keputusan pemerintah untuk menjadikan tuberkolosis sebagai prioritas
penting/utama dalam program kesehatannya.
Kedua, penemuan pasien dengan pemeriksaan mikroskopik, utamanya
dilakukan pada mereka yang datang kepasilitas kesehatan karena keluhan paru dan
pernafasan. Pendekatan ini disebut sebagai passive case finding. Dalam hal ini, pada
keadaan tertentu dapat dilakukan pemeriksaan ronsen, dengan kriteria-kriteria yang
jelas yang dapat diterapkan di masyarakat.
Aspek ketiga dari strategi DOTS adalah pemberian obat yang di awasi secara
langsung, atau dikenal dengan istilah DOT ( Directly observed therapy ). Pasien di
awasi secara langsung ketika menelan obatnya, obat yang diberikan harus sesuai
standar. Seperti di ketahui, pengobatan tuberkulosis memakan waktu 6 bulan. Setelah
makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah menghilang, ia merasa
dirinya telah sehat, dan menghentikan pengobatannya. Karena itu, harus ada suatu
system yang menjamin pasien mau menyelesaikan seluruh masa pengobatannya
sampai selesai. Siapa yang harus melihat pasien menelan obatnya ? ini dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan atau oleh pemuka masyarakat setempat, atau
tetangga pasien atau oleh keluarganya sendiri. Kaum perempuan juga dapat
memainkan peran aktifnya, baik sebagai kader PMO maupun sebagai istri atau ibu
kalau ada anggota keluarga yang sakit.
Aspek keempat dari strategi DOTS adalah jaminan tersedianya obat secara
teratur, menyeluruh dan tepat waktu. Masalah utama dalam hal ini adalah perencanaan
dan pemeliharaan stok obat pada berbagai tingkat daerah. Untuk ini diperlukan
pencatatan dan pelaporan penggunaan obat yang baik, seperti misalnya jumlah kasus
pada setiap katagori pengobatan, pasien yang ditangani dalam waktu yang lalu, data
akurat stok di masing-masing gudang yang ada dan lain-lain.
Sementara itu aspek kelima dari strategi ini adalah system monitoring serta
pencatatan dan pelaporan yang baik. Setiap pasien TB yang di obati harus mempunyai
satu kartu identitas pasien yang kemudian tercatat di catatan TB yang ada di
kabupaten. Kemanapun pasien ini pergi dia harus menggunakan kartu yang sama
sehingga dapat melanjutkan pengobatannya dan tidak sampai tercatat dua kali.
8. Bagaimana cara pecegahan penyakit TBC ?
Usaha pencegahan penularan penyakit dapat di lakukan dengan cara memutus
rantai penularan yaitu mengobati penderita TBC sampai benar-benar sembuh serta
melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Pada anak balita pencegahan di berikan
dengan memberikan isoniazin selama 6 bulan.

7|PBL 1
0

Bila belum mendapatkan vaksin BCG, maka di berikan vaksinasi BCG setelah
pemberian isoniazin selesai.
9. Apa saja gejala penyakit TBC?
Gejala penyakit TBC:
a. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
b. Dapat juga batuk darah atau batuk bercampur darah
c. Sakit/nyeri dada
d. Demam
e. Penurunan berat badan
f. Hilang nafsu makan
g. Keringat malam
h. Sesak napas
i. Dll.
10. Bagaimana membedakan batuk TBC dan batuk selain TBC ?
Umumnya Batuk adalah reflex fisiologis untuk melindungi tubuh dari benda-
benda yang masuk ketenggorokan. Namun ada gejala batuk yang perlu diwaspadai.
Gejala umum penyakit TBC:
a. Demam yang disertai dengan keringat dan biasanya terjadi setiap malam
b. Keinginan makan dan berat badan turun
c. Batuk-batuk kadang disertai darah yang lebih pada 3 minggu
d. Kondisi fisik yang semakin lemah disertai perasaan tidak enak disertai
e. Sesak nafas jika yang terjadi pada bagian bronkus. Hal ini terjadi akibat tekanan dari
kelenjar getah bening (http://hariansehat.com/gejala-penyakit-tbc/ )
Gejala-gejala batuk biasanya disebabkan oleh influenza:
a. Demam yang tinggi diserrtai otot tubuh yang kaku.
b. Bersin-bersin, hidung tersumbat.
c. Sakit tenggorokan.
11. Apa Efek smping terapi OAT?
Efek samping OAT bias di bedakan dua kelompok :
1). Efek samping ringan:
a. Nafsu makan menurun, mual, sakit perut.
b. Nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar di kaki.
c. Warna kemerahan pada air seni.
2). Efek samping berat:
a. Gatal dan kemerahan kulit
b. Tuli / gangguan pendengaran
c. Gangguan keseimbangan
d. Kulit menjadi kekuning-kuningan
e. Bingung dan muntah-muntah
f. Gangguan penglihatan
12. Apakah ada obat herbal untuk penyakit TBC ?

Pengobatan tbc tradisional bisa dengan daun sirsak dan kulit manggis:
Daun sirsak dengan kandungan acetogenin-nya mampu melawan bakteri
penyebab tbc, bahkan virus yang lebih kebal dari virus tbc. Penelitian yang dilakukan

8|PBL 1
0

di amerika serikat telah membuktikan bahwa daun sirsak tidak hanya baik melawan
virus bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Pada tahun 1997 Para peneliti di Universitas Purdue, Amerika Serikat
menyatakan, bahwasannya NADH dehidrogenase pada ekstrak daun sirsak berperan
sebagai penghambat inveksi virus. NADH dehidrogenase merupakan enzim yang
berada dalam protein yang terikat oleh membrane dari sistem transport electron
mitokondria. Selain itu, hasil penelitian yang tercantum dalam review Laporan Ilmiah
Skaggs tahun 1997 sampai 1998 menyatakan annonaceous acetogenins terutama yang
berdekatan dengan cincin bis-tetrahidrofuran (THF) berperan sebagai sitotoksik
terhadap aktivitas virus malaria dan imunospresif (Zuhud, 2011). Menurut Padma
dkk. (1999), ekstrak daun sirsak dapat melawan virus herpes simleks (HSV-1) yang
menyerang kulit.
Menurut Takashi dkk. (2006), senyawa acetogenins dan beberapa alkaloid
murisolin, cauxine, couclamine, stepharine, dan reticulin di dalam daun sirsak mampu
bertindak sebagai antibakteri. Kandungan fitokimia annonaceous acetogenins pada
ekstrak daun sirsak merupakan agen aktif antibakteri.
Sedangkan pada kulit manggis Beberapa penelitian tentang kulit manggis
mempublikasikan bahwasannya senyawa xanthone pada kulit manggis bersifat
antimikroba terhadap MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus), yaitu
bakteri yang telah kebal terhadap obat antibiotik yang dapat menyebabkan infeksi
parah. Penyakit akibat MRSA memang tidak dikenal di Indonesia. Namun di beberapa
negara, seperti Amerika, bakteri ini sangat menakutkan karena dalam waktu singkat
akan memakan sel-sel tubuh manusia. Bakteri ini dapat menyebabkan cacat fisik dan
kematian pada penderitanya.
Hasil penelitian di Tokyo pada tahun 2003, menunjukkan bahwa antioksidan
xanthone dalam manggis (dan kulit manggis) juga memiliki efek antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti mycobacterium tuberculosis
(penyebab TBC) dan staphylococcus aureus (penyebab infeksi dan gangguan
pencernaan).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suksamran pada tahun 2003,
kandungan alpha-mangostin, beta-mangostin, dan garcinone B pada manggis mampu
menghambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit
paru-paru atau tuberkulosis (TBC).

9|PBL 1
0

Manfaat dan kandungan dari kedua bahan alami tersebut bisa Anda dapatkan
di obat herbal ace maxs, dimana obat herbal ace maxs ini diramu dengan teknologi
modern dan diawasi oleh para pakar ahli sehingga semua kandungan dari kulit
manggis dan daun sirsak mampu diambil dengan sempurna.
Yang terpenting dari obat herbal ace maxs adalah tidak adanya kandungan atau bahan
kimia, juga tidak berbahan pengawet sehingga sangat aman dikonsumsi tanpa ada
efeksamping.
13. siapa yang lebih dominan terserang penyakit TBC?
WHO memperkirakan bahwa sedikitya setahun ada 1 juta perempuan yang
meninggal akibat Tuberkolosis. Perlu di catat bahwa kematian ibu akibat kehamilan,
persalinan dan masa nifas (yang di kenal dengan istilah kematian internal) itu
setahunnya setengah juta orang. TBC membunuhnya sedikitnya 2 kali lebih banyak
perempuan dari pada kematian akibat kehamilan/persalinan. TBC merupakan
masalah kesehatan penting bagi kaum perempuan. TBC menyerang sebagian besar
perempuan pada usianya yang paling produktif. Beberapa alasan perempuan tidak di
diagnosis sebagaimana mestinya tidak dapat pengobatan yang adekuat, yaitu :
a. Tidak ada waktu, karena kesibukannya mengurus keluarga
b. Masalah biaya dan transportasi,
c. Perlunya teman laki-laki yang mendampingi untuk pergi ke fasilitas kesehatan
d. Stigma atau cacat, karena beberapa bentuk tuberkolosis dapat mengakibatkan
kemandulan
e. Tingkat pendidikan yang relative yang masih rendah, sehingga keterbatasan
informasi tentang gejala dan pengobatan tuberkolosis, dan
f. Faktor sosiobudaya, yang menghambat perempuan untuk kotak dengan petugas
kesehatan laki-laki.
14. Apa saja yang tidak boleh dimakan oleh penderita TBC ?
Penderita TBC tidak boleh makan:
a. Gula halus dan gula olahan
b. Saus yang kaya akan natrium
c. Teh kental dan kopi
d. Acar yang banyak mengandung natrium
e. Tidak boleh mengkonsumsi alkohol (Putro Agus Harwono 2013).
15. Apakah TBC mempengaruhi pada janin untuk ibu hamil?
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada
sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-
obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan
limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir.

10 | P B L 1
0

Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha,


Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan
hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan
dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang
tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih
tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%),
berat badan lahir rendah (<2500 )
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin
melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital
biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur,
gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan
kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut
atau setelah lahir.
16. Bagaimana keadaan paru-paru yang terkena TBC?
. Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis tingkat lanjut. Panah putih
menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan
adanya lubang yang sudah terbentuk

17. Bagaimana cara kerja bakteri TBC ?


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini
bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
18. Apa yang perlu diperhatikan pada pasien TBC ?

11 | P B L 1
0

Bagi para penderita TBC, ada satu hal yang penting harus di perhatikan dan di
lakukan, yaitu keteraturan minum obat TBC sasmpai di nyatakan sembu, biasanya
berkisar antara 6-8 bulan. Apabila hal ini tidak di lakukan (tidak teratur minum
obat), maka akan terjadi beberapa hal yang akan terjadi beberapa hal tsb :
a. Kuman penyakit TBC kebal sehingga penyakitnya lebih sulit di obati
b. Kuman berkembang lebih banyak dan menyerang orang lain
c. Membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh
d. Biaya pengobatan semakin mahal
e. Masa produktif yang hilang semakin banyak
Pada umumnya , pengobatan penyakit TBC akan selesai pada jangka
waktu 6 bulan, yaitu2 bulan pertama setiap hari (tahap intensif) di lanjutkan 3
kali dalam seminggu selama 4 bulan (tahap lanjut). Pada kasus tertentu
penderita bias minum obat setiap hari selama 3 bulan, kemudian di lnjutkan 3
kli dalam seminggu selama 4 bulan. Bila pengobatan tahap intensif di berikan
secara tepat, penderita menular akan menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
19. Bagaimana ASKEP (Pengkajian, Diagnosa, NIC dan NOC) pada pasien TBC ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone) serta
pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh system
pernapasan.
Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai
secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai
sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit
seperti hipertensi.
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien dengan TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter

12 | P B L 1
0

bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada


penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya
ketidaksimetrian rongga dada, pelebar intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit.
TB paru yang disertai atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris,
yang membuat penderitanya mengalami penyempitan intercostals space (ICS) pada
sisi yang sakit. Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya
gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat
komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya klien akan
terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan menggunakan otot
bantu napas.

Batuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB
paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang disertai adanya peningkatan produksi
secret dan sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama
apabila TB paru disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan mengalami
peningkatan produksi sputum yang sangat banyak. Perawat perlu mengukur jumlah
produksi sputum per hari sebagai penunjang evaluasi terhadap intervensi keperawatan
yang telah diberikan.

Palpasi

Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru tanpa


komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya normal
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru
yang luas.

Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat


meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang
dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronchial
untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, teerutama pada bunyi konsonan.
Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil fremitus.

Perkusi

13 | P B L 1
0

Klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan


resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi
yang sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumothoraks
ventil yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.

Auskultasi

Klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil
auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan TB paru
yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan pneumopthoraks akan didapatkan
penurunan resonan vocal pada sisi yang sakit.

B2 (Blood)

Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:

Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.

Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.

Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi


pleura masif mendorong ke sisi sehat.

Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya


tidak didapatkan.

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila


gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan
meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian
pada mata, biasanya didapatkan adanya kengjungtiva anemis pada TB paru dengan
gangguan fungsi hati.

14 | P B L 1
0

B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh


karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna
jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai
ekskresi karena meminum OAT terutama fifampisin.

B5 (Bowel)

Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.

B6 (Bone)

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala


yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, jadwal
olahraga menjadi tak teratur.

. RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
N KRITERIA INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O HASIL (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan untuk Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
membersihkan sekresi atau obstruksi Respiratory status : tracheal suctioning
dari saluran pernafasan untuk Airway patency Auskultasi suara nafas
mempertahankan kebersihan jalan Aspiration Control sebelum dan sesudah
nafas. suctioning.
Kriteria Hasil : Informasikan pada klien
Batasan Karakteristik : Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
Dispneu, Penurunan suara nafas batuk efektif dan suctioning
Orthopneu suara nafas yang Minta klien nafas dalam
Cyanosis bersih, tidak ada sebelum suction
Kelainan suara nafas (rales, wheezing) sianosis dan dilakukan.
Kesulitan berbicara, dyspneu (mampu Berikan O2 dengan
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada mengeluarkan menggunakan nasal
Mata melebar sputum, mampu untuk memfasilitasi
Produksi sputum bernafas dengan suksion nasotrakeal
Gelisah mudah, tidak ada Gunakan alat yang steril

15 | P B L 1
0

Perubahan frekuensi dan irama nafas pursed lips) sitiap melakukan


Menunjukkan jalan tindakan
Faktor-faktor yang berhubungan: nafas yang paten Anjurkan pasien untuk
Lingkungan : merokok, menghirup (klien tidak merasa istirahat dan napas
asap rokok, perokok pasif-POK, tercekik, irama dalam setelah kateter
infeksi nafas, frekuensi dikeluarkan dari
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, pernafasan dalam nasotrakeal
hiperplasia dinding bronkus, alergi rentang normal, Monitor status oksigen
jalan nafas, asma. tidak ada suara pasien
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas abnormal) Ajarkan keluarga
nafas, sekresi tertahan, banyaknya Mampu bagaimana cara
mukus, adanya jalan nafas buatan, mengidentifikasika melakukan suksion
sekresi bronkus, adanya eksudat di n dan mencegah Hentikan suksion dan
alveolus, adanya benda asing di jalan factor yang dapat berikan oksigen apabila
nafas. menghambat jalan pasien menunjukkan
nafas bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2

16 | P B L 1
0

2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


Respiratory Status : Airway Management
Definisi : Kelebihan atau kekurangan Gas exchange Buka jalan nafas,
dalam oksigenasi dan atau Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
pengeluaran karbondioksida di dalam ventilation atau jaw thrust bila perlu
membran kapiler alveoli Vital Sign Status Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan
Batasan karakteristik : Mendemonstrasikan ventilasi
Gangguan penglihatan, Penurunan peningkatan Identifikasi pasien
CO2, Takikardi, Hiperkapnia, ventilasi dan perlunya pemasangan
Keletihan, somnolen, Iritabilitas, oksigenasi yang alat jalan nafas buatan
Hypoxia, kebingungan, Dyspnoe, adekuat Pasang mayo bila perlu
nasal faring, AGD Normal, sianosis, Memelihara Lakukan fisioterapi
warna kulit abnormal (pucat, kebersihan paru dada jika perlu
kehitaman), Hipoksemia, hiperkarbia, paru dan bebas Keluarkan sekret
sakit kepala ketika bangun, frekuensi dari tanda tanda dengan batuk atau
dan kedalaman nafas abnormal distress pernafasan suction
Mendemonstrasikan
Auskultasi suara nafas,
Faktor faktor yang berhubungan : batuk efektif dan
catat adanya suara
1). ketidakseimbangan perfusi suara nafas yang
tambahan
ventilasi bersih, tidak ada
Lakukan suction pada
2). perubahan membran kapiler- sianosis dan
mayo
alveolar. dyspneu (mampu
mengeluarkan Berika bronkodilator
sputum, mampu bial perlu
bernafas dengan Barikan pelembab
mudah, tidak ada udara
pursed lips) Atur intake untuk
Tanda tanda vital cairan mengoptimalkan
dalam rentang keseimbangan.
normal Monitor respirasi dan
status O2

Respiratory
Monitoring
Monitor rata rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,

17 | P B L 1
0

cheyne stokes, biot


Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh Nutritional Status : Nutrition Management
food and Fluid Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Intake makanan
untuk keperluan metabolisme tubuh. Kriteria Hasil : Kolaborasi dengan ahli
Adanya gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik : peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi
- a. Berat badan 20 % atau lebih di badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
bawah ideal dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
- b. Dilaporkan adanya intake makanan Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
yang kurang dari RDA (Recomended sesuai dengan Anjurkan pasien untuk
Daily Allowance) tinggi badan meningkatkan protein
- c. Membran mukosa dan konjungtiva Mampu dan vitamin C
pucat mengidentifikasi Berikan substansi gula
- d. Kelemahan otot yang digunakan kebutuhan nutrisi Yakinkan diet yang
untuk menelan/mengunyah Tidak ada tanda dimakan mengandung
- e. Luka, inflamasi pada rongga mulut tanda malnutrisi tinggi serat untuk
- f. Mudah merasa kenyang, sesaat Tidak terjadi mencegah konstipasi
setelah mengunyah makanan penurunan berat Berikan makanan yang
- g. Dilaporkan atau fakta adanya badan yang berarti terpilih ( sudah
kekurangan makanan dikonsultasikan dengan
- h. Dilaporkan adanya perubahan ahli gizi)
sensasi rasa Ajarkan pasien bagaimana
- i. Perasaan ketidakmampuan untuk membuat catatan
mengunyah makanan makanan harian.
- j. Miskonsepsi Monitor jumlah nutrisi
- k. Kehilangan BB dengan makanan dan kandungan kalori
cukup Berikan informasi tentang
- m.. Keengganan untuk makan kebutuhan nutrisi
- n. Kram pada abdomen Kaji kemampuan pasien
- o. Tonus otot jelek untuk mendapatkan
- p. Nyeri abdominal dengan atau tanpa nutrisi yang dibutuhkan

18 | P B L 1
0

patologi
- q. Kurang berminat terhadap makanan Nutrition Monitoring
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh BB pasien dalam batas
- r. Diare dan atau steatorrhea normal
- s. Kehilangan rambut yang cukup Monitor adanya
banyak (rontok) penurunan berat badan
- t. Suara usus hiperaktif Monitor tipe dan jumlah
- Kurangnya informasi, misinformasi aktivitas yang biasa
dilakukan
Faktor-faktor yang berhubungan : Monitor interaksi anak
Ketidakmampuan pemasukan atau atau orangtua selama
mencerna makanan atau mengabsorpsi makan
zat-zat gizi berhubungan dengan Monitor lingkungan
faktor biologis, psikologis atau selama makan
ekonomi. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4. Hipertermia NOC : NIC :


Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering
rentang normal Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal Monitor IWL
Batasan Karakteristik: Nadi dan RR dalam Monitor warna dan suhu

19 | P B L 1
0

kenaikan suhu tubuh diatas rentang rentang normal kulit


normal Tidak ada Monitor tekanan darah,
serangan atau konvulsi (kejang) perubahan warna nadi dan RR
kulit kemerahan kulit dan tidak ada Monitor penurunan
pertambahan RR pusing, merasa tingkat kesadaran
takikardi nyaman Monitor WBC, Hb, dan
saat disentuh tangan terasa hangat Hct
Monitor intake dan
Faktor faktor yang berhubungan : output
penyakit/ trauma Berikan anti piretik
peningkatan metabolisme Berikan pengobatan
aktivitas yang berlebih untuk mengatasi
pengaruh medikasi/anastesi penyebab demam
ketidakmampuan/penurunan Selimuti pasien
kemampuan untuk berkeringat Lakukan tapid sponge
terpapar dilingkungan panas Berikan cairan intravena
dehidrasi Kompres pasien pada
pakaian yang tidak tepat lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara
Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya menggigil

Temperature
regulation
Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan
RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari

20 | P B L 1
0

kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring

Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR

Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah

Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri

Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan

Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas

Monitor kualitas
dari nadi

Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan

Monitor suara
paru

21 | P B L 1
0

Monitor pola
pernapasan
abnormal

Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit

Monitor sianosis
perifer

Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)

Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

5. Nyeri NOC : NIC :


Pain Level, Pain Management
Definisi : Pain control, Lakukan pengkajian nyeri
Sensori yang tidak menyenangkan dan Comfort level secara komprehensif
pengalaman emosional yang muncul Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
Mampu mengontrol karakteristik,
secara aktual atau potensial kerusakan durasi,
jaringan atau menggambarkan adanya nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri penyebab nyeri, faktor presipitasi
Internasional): serangan mendadak mampu Observasi reaksi
atau pelan intensitasnya dari ringan menggunakan nonverbal dari
sampai berat yang dapat diantisipasi tehnik ketidaknyamanan
dengan akhir yang dapat diprediksi nonfarmakologi Gunakan teknik
dan dengan durasi kurang dari 6 bulan. untuk mengurangi komunikasi terapeutik
nyeri, mencari untuk mengetahui
Batasan karakteristik : bantuan) pengalaman nyeri pasien
Laporan secara verbal atau non verbal Melaporkan bahwa Kaji kultur yang
Fakta dari observasi nyeri berkurang mempengaruhi respon
Posisi antalgic untuk menghindari dengan nyeri
nyeri menggunakan Evaluasi pengalaman
Gerakan melindungi manajemen nyeri nyeri masa lampau
Tingkah laku berhati-hati Mampu mengenali Evaluasi bersama pasien
Muka topeng nyeri (skala, dan tim kesehatan lain
Gangguan tidur (mata sayu, tampak intensitas, tentang ketidakefektifan

22 | P B L 1
0

capek, sulit atau gerakan kacau, frekuensi dan kontrol nyeri masa
menyeringai) tanda nyeri) lampau
Terfokus pada diri sendiri Menyatakan rasa Bantu pasien dan keluarga
Fokus menyempit (penurunan nyaman setelah untuk mencari dan
persepsi waktu, kerusakan proses nyeri berkurang menemukan dukungan
berpikir, penurunan interaksi dengan Tanda vital dalam Kontrol lingkungan yang
orang dan lingkungan) rentang normal dapat mempengaruhi
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- nyeri seperti suhu
jalan, menemui orang lain dan/atau ruangan, pencahayaan
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) dan kebisingan
Respon autonom (seperti diaphoresis, Kurangi faktor presipitasi
perubahan tekanan darah, perubahan nyeri
nafas, nadi dan dilatasi pupil) Pilih dan lakukan
Perubahan autonomic dalam tonus penanganan nyeri
otot (mungkin dalam rentang dari (farmakologi, non
lemah ke kaku) farmakologi dan inter
Tingkah laku ekspresif (contoh : personal)
gelisah, merintih, menangis, waspada, Kaji tipe dan sumber nyeri
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) untuk menentukan
Perubahan dalam nafsu makan dan intervensi
minum Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Faktor yang berhubungan : Berikan analgetik untuk
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, mengurangi nyeri
psikologis) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari

23 | P B L 1
0

satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

20. Mengapa bakteri tuberkolosis bisa menyerang tulang, ginjal, lambung, otak, kulit,
kelenjar getah bening ?
Selain paru-paru bakteri mycrobacterium tuberculosa bias menyerang organ lain
seperti :

a. Penyakit TBC Tulang

Selain organ paru-paru, penyakit tuberculosis atau yang lebih dikenal dengan TBC ini
sering menyerang bagian organ lainnya, seperti tulang. Hampir semua tulang yang ada di
dalam tubuh manusia bisa terinfeksi oleh virus Mycobacterium tuberculosis ini, namun ada
bagian-bagian yang lebih rawan seperti tulang belakang, lutut, siku, kaki, pinggul, dan bahu.

Penyakit TBC tulang akan menyebabkan peradangan kronik atau destruktif sehingga
tulang akan semakin rapuh, dan sedikit demi sedikit akan kehilangan kekuatannya. Apabila
tidak diatasi dengan benar, kondisi tulang akan semakin rapuh dan bisa menyebabkan
kelumpuhan total, khususnya bagian tulang belakang yang pada seluruh bagiannya terdapat
syaraf-syaraf.

24 | P B L 1
0

Selain paru-paru, dan tulang ada juga bagian tubuh lainnya yang sering terinfeksi oleh
virus Mycobacterium tuberculosis yaitu bagian kelenjar. Cara penginfeksiannya tidak jauh
berbeda dengan organ tubuh lainnya.

b. Penyakit TBC kelenjar getah bening

Satu hal yang harus diwaspadai dari penyakit TBC kelenjar ini adalah gejala yang
ditimbulkan hampir menyerupai penyakit biasa, seperti demam dengan suhu yang tidak
terlalu tinggi namun dengan jangka waktu lama, tubuh terasa lemah, nafsu makan hilang, dan
yang lainnya. Salah satu kelenjar yang sangat sering terinfeksi adalah kelenjar tiroid pada
bagian pangkal leher.

Dalam hal pengobatan penyakit TBC tidak bisa sembarangan, karena apabila berbeda
jenisnya maka akan berbeda pula pengobatannya. Maka dari itu, pengetahuan yang luas yang
berkaitan dengan penyakit ini akan sengat membantu sebagai langkah pencegahan.
Menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi buah, sayur, serta makanan bergizi
akan menjadi pelindung tubuh terhadap serangan virus Mycobacterium tuberculosis.

c. Penyakit TBC Ginjal


Tuberkulosis yang menyerang ginjal dikenal sebagai Tuberkulosis ginjal.
Perkembangan virus ini dalam organ ginjal lama kelamaan akan menyebabkan sakit ginjal
serius.
TBC ginjal, Ini adalah patogen dan patologis terhadap proses dua arah, klinis awalnya
terjadi sebagai satu-sisi. Keterlibatan ginjal bilateral terjadi pada sekitar 1/3 kasus
tuberkulosis ginjal.

21. Bagaimana cara penularan penyakit TBC ?


Pada waktu berbicara, meludah, bersin, ataupun batuk, penderita TBC akan
mengeluarkan kuman TBC yang ada di paru-parunya ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Kemudian, tanpa sadar dan tanpa sengaja, orang lain akan menghirup udara
yang mengandung kuman TBC itu hingga masuk ke paru-paru dan kemudian
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Begitulah penularan penyakit TBC itu terjadi.

22. Bagaimana terapi OAT ?


Kategori 1 :
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etembutol
setiap hari.
25 | P B L 1
0

4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin 3x dalam seminggu.


Di berikan kepada penderita baru TBC paru BTA positif.
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori 2 :

a. Di berikan kepada penderita kambuh


b. Penderita gagal terapi
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat

Kategori 3 :

Di berikan kepada penderita BTA positif dan rontgen paru mendukung aktif.

Nama Obat Indikasi Dosis Efek Samping


INH -pengobatan dan 5 mg/kg BB per hari (u/ tiap Rasa panas dikaki,
pencegahan tbc, dalam hari). 10 mg/kg BB per hari syok, gagal ginjal
bentuk pengobatan (u/ pemberian 3x seminggu). akut.
tunggal maupun
kombinasi dengan obat
tbc lainnya.
- pengobatan infeksi
mikobakterium tbc.
Rifampisin TBC, pencegahan 8-12mg/kg per hari Anoreksia, mual, sakit
meningitis, infeksi perut, mengantuk,
staphylococcus, lemas, diare, nafsu
pneumonia legionnaries, makan berkurang.
Bruselosis, Kusta, Urine berwarna
mencegah influenza kemerahan.
haemophilus.
Pirazinamid TBC yang diberikan 25mg/kg BB per hari Nyeri sendi
bersama anti TBC lainnya
(terapi kombinasi).
Etambutol TBC. 15 mg/kg BB per hari Gangguan
penglihatan.

26 | P B L 1
0

Jump 4 : Menyusun urutan penjelasan masalah

TBC

Definisi : Penularan :
Etiologi :
disebabkan oleh - melalui udara
Mycobacterium tuberculosis
kuman(Mycobacterium - batuk percikan
Tuberculosis). - ludah
- bersin,
Faktor Resiko :; - berbicara saat berhadapan
1. Faktor Umur
2. Faktor Jenis Kelamin. TBC dgn orang lain
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Kebiasaan Merokok
6. Kepadatan hunian kamar Pencegahan :
tidur Pencegahan Primer
7. Pencahayaan
8. Ventilasi 1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi
BCG
2) Chemoprophylaxis
3) Pengontrolan Faktor Prediposisi
Pencegahan Sekunder
TERAPI Agent, Host dan Lingkungan.
Komplikasi
1. Kerusakan tulang dan Pencegahan Tersier
sendi Manifestasi Klinis Rehabilitasi merupakan tingkatan
2. Kerusakan otak terpenting pengontrolan TBC.
3. Kerusakan hati dan 1. Demam
ginjal 2. Batuk 1. Perkembangan media.
4. Kerusakan jantung 3. Sesak nafas
27 | P B L 1 4. Nyeri dada
5. Gangguan mata 2. Metode solusi problem
6. Resistensi kuman 5. malaise keresistenan obat.

3. Perkembangan obat
0

Non Farmakologi :
1. Mengkonsumsi makanan bergizi
2. Tinggal dilingkungan sehat
3. olahraga secara rutin
4. Mengurangi makanan bernatrium dan kafein

Farmakologi :
Terapi jangka pendek Fase Organ Yg Terserang TBC
intensif : 1 3 bln
1. INH (5-10 mg/kg bb 124
jam)
Rifampisin (10 mg/kg bb Lambung
124 jam)
Pirazinamid (25mg 1x 24
jam) Hati
1. INH, Rifampisin,
Streptomisin (15mg/kg)
2. INH, Rifampisin,
Otak
etambutol 15-25 mg/kg
Fase Lanjutan :
INH, Rif 3-8 bln 124 j
INH 700mg, Rif.600mg 224 Paru
j.
Terapi jangka panjang
Fase intensif 1 3 bln1. Limfe
INH, etambutol, strep. 124 jam
2.INH, etambutol, pirazinamida
124 jam Kulit
3.INH, strep. Pirazinamida 124
jam
Fase lanjut 17 bln : Tulang
1.INH , etamb. 50 mg/kg 1x 24j

28 | P B L 1
0

Organ yang terserang PARU

TBC

i
INFEKSI BAKTERI PADA PARU

Metabolisme Menurun Penurunan Kapasitas


Infeksi Bronkus
pada Paru

Oksigen Menurun Hemaptoe


Imun Tubuh Menurun Energi Menurun

HB Menurun Nyeri Dada

Hipertermi Malaise

Anemis
Pola Nafas Tidak

Kurang Efektif
Perawatan Diri

Nafsu Makan
29 | P B L 1 Menurun

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan


Tubuh
Berat Badan
0

Jump 5 : Menentukan Tujuan atau Target

1. Mahasiswa mampu memahami istilah dalam penyakit TBC.


2. Mahasiswa mampu memahami dan mengenal mycobacterium tubercolusis.
3. Mahasiswa mampu membedakan batuk TBC dan bukan TBC.
4. Mahasiswa mampu mengenal tentang imunisasi BCG.
5. Mahasiswa mengetahui terapi farmakologi pada pasien TBC.
6. Mahasiswa di harapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan.

30 | P B L 1
0

Jump 6: Belajar Mandiri (Laporan Pendahuluan TBC)

TUBERKULOSIS

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit


parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang
sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain
manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia
melalui kotorannya (Wiwid, 2005).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

31 | P B L 1
0

B. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN

Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:

1). Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan


(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2). Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:

a. Tuberkulosis paru BTA positif.

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negative

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

1). Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

2). Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3). Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

4). Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

32 | P B L 1
0

TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan
atau keadaan umum pasien buruk.

TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis


eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

4. Tipe Pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:

a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e. Kasus Pindahan (Transfer In)


Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.

33 | P B L 1
0

C. ETIOLOGI

Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk


batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :

1). M. Tuberculosae

2). Varian Asian

3). Varian African I

4). Varian African II

5). M. bovis.

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA)
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada
udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi
malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).

Cara penularan TB (Depkes, 2006)

a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
34 | P B L 1
0

D. PATOFISIOLOGI

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan,


dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin,
yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.

Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran

35 | P B L 1
0

hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.
Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

Pathway

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah


banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):

36 | P B L 1
0

1). Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat


mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
demam influenza ini.

2). Batuk/Batuk Darah

Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3). Sesak Napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.

4). Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepaskan napasnya.

5). Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

37 | P B L 1
0

F. KOMPLIKASI

Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :

1). Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2). Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3). Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4). Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.

5). Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.

6). insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis TB menurut Depkes (2006):

38 | P B L 1
0

1). Diagnosis TB paru

a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).

b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB


(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan
dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto
toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.

d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2). Diagnosis TB ekstra paru.

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis
pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lainlainnya.

Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks dan lain-lain.

Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):

1). Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru
(segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.

39 | P B L 1
0

2). Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang


meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai
sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah
normal lagi.

b. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,


diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.

c. Tes Tuberkulin

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteriapatogen
lainnya.

H. PENATALAKSANAAN

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,


mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT.

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan
dan sangat dianjurkan.

40 | P B L 1
0

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah


terjadinya kekambuhan

3). Jenis, sifat dan dosis OAT

4). Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

41 | P B L 1
0

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di


Indonesia:

a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

a. Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak.

Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.

b. Paket Kombipak.

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu
(1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

1). Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.

2). Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep

3). Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana
dan meningkatkan kepatuhan pasien

42 | P B L 1
0

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

Laban, y. yohannes.2008.TBC.kanisius:Yogyakarta

Aditama, y. Tjandra.2006.Tuberkulosis, Rokok dan Perempuan. Balai penerbit FKUI:Jakarta

http://hariansehat.com/gejala-penyakit-tbc/

43 | P B L 1

Anda mungkin juga menyukai