Bagaimana Pencegahan Primer
Bagaimana Pencegahan Primer
Bagaimana Pencegahan Primer
BAB I
Tn. G berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk berat. Menurut Tn. G keluhan
batuk telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan sering demam pada malam hari.
Pemeriksaan fisik ditemui adanya anemis pada seluruh tubuh. Suhu tubuh febris, berat badan
turun disertai malaise, heamaptoe ditemui setiap batuk dan semakin parah apabila batuk yang
keras. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) positif BTA. Tn. G dirujuk ke RSU untuk
pemeriksaan dan terapi rawat inap lebih lanjut. Terapi yang ada dari puskesmas adalah OAT
dengan metode DOTS.
Tugas Mahasiswa
Membuat sebanyak mungkin pertanyaan yang timbul setelah menganalisis LBM diatas.
Cara Belajar
BAB II
1|PBL 1
0
1). Febris : Keadaan suhu tubuh orang di atas suhu normal (36,5C 37,5C ).
2). Malaise : Perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu ( tidak enak badan).
1. Klien datang dengan keluhan batuk berat selama 3 bulan yang lalu.
2. Klien merasa sering demam pada malam hari.
3. Pemeriksaan fisik klien di temukan anemis diseluruh tubuh.
4. Klien mengalami hipertermi.
5. Berat badan klien turun dan klien tampak malaise.
6. Semakin keras batuk semakin banyak haemaptoe.
7. Dari hasil pemeriksaan terdapat sputum positif BTA.
8. Klien mendapat terapi dari puskesmas OAT dengan metode DOTS.
2|PBL 1
0
2). Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosa seperti
meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan
mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah
3). Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu,
pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak.
4). Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan penderita
karena bisa menyebabkan penularan.
b. Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa dini dan
pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses
penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ni
ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang
terancam akan menderita tuberkulosa (masa tunas). Contohnya :
1). Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai
dengan kategori pengobatan seperti isoniazid aatau rifampizin.
2). Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa
pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.
6). Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa.
3|PBL 1
0
c. Pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan
sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehbilitasi untuk mencegah
efek fisik, psikologis dan sosialnya.
1). Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang.
3). Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-
paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang
akibat tulang belakang.
4|PBL 1
0
5|PBL 1
0
sesuai dengan indikasinya. Mendiagnosis TB pada anak terkadang lebih sulit sehingga
sering kali terjadi over-diagnosis, tetapi juga mudah untuk terjadi misdiagnosis.
Dahak pada anak usia dibawah 6-8 tahun biasanya sulit. Karena itu diagnosis TB paru
pada anak hampir selalu menggunakan presumtif, dengan menggunakan system skor
(scoring system, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai.
Setelah berbagai data dikumpulkan maka akan dibuat klasifikasi penyakit dan tipe
pasien tuberculosis, tergantung dari:
a. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau diluar paru;
b. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) : ditemukan BTA
(disebut BTA positif) atau tidak (disebut BTA negative)
c. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat
d. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.
6. Darimana datangnya Micobacterium tubercolusis ?
Dasar sifat virulensi kuman ini belum diketahui. Kuman ini tidak membuat
toksin, namun keanekaragaman komponen dari kuman ini memiliki keaktifan biologis
yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi pathogenesis, alergi, dan kekebalan
pada penyakit ini. Virulensi tergantung pada dua senyawa di selubung sel M.
tubercolosis yang berminyak. Faktor genjel (cord factor, trehalosa mikrolet)
menghambat respirasi mitokondria. Sulfolipid/ sulfatida menghambat fusi fagosom-
lisosom, sehingga M. tubercolosis dapat bertahan hidup dalam sel.
Infeksi terjadi melalui debu atau titik cairan(droplet) yang mengandung kuman
TBC dan masuk ke jalan nafas. Penyakit imbul setelah kuman menetap dan
berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar getah bening regional.
Perkembangan penyakit bergantung pada : Dosis kuman yang masuk dan Daya tahan
serta hipersensitivitas hospes.
7. Bagaimana cara penanggulangan penyakit TBC?
WHO Telah memperkenalkan strategi DOTS ( Directly observed treatment
short course ), yang juga di anut oleh program penanggulangan TB di Negara kita.
WHO menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan tuberculosis
adalah dengan menerapkan strategi DOTS, yang telah teruji amuph di berbagai
Negara. Karena itu, pemahaman DOTS merupalkan hal yang penting agar TB dapat di
tanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen:
Pertama, adanya jaminan komitmen pemerintah untuk menanggulangi
tuberkolosis di suatu Negara. Secara umum komitmen pemerintah di bangun atas
kesadaran tentang besarnya masalah TB dan pengetahuan tentang adanya program
6|PBL 1
0
7|PBL 1
0
Bila belum mendapatkan vaksin BCG, maka di berikan vaksinasi BCG setelah
pemberian isoniazin selesai.
9. Apa saja gejala penyakit TBC?
Gejala penyakit TBC:
a. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
b. Dapat juga batuk darah atau batuk bercampur darah
c. Sakit/nyeri dada
d. Demam
e. Penurunan berat badan
f. Hilang nafsu makan
g. Keringat malam
h. Sesak napas
i. Dll.
10. Bagaimana membedakan batuk TBC dan batuk selain TBC ?
Umumnya Batuk adalah reflex fisiologis untuk melindungi tubuh dari benda-
benda yang masuk ketenggorokan. Namun ada gejala batuk yang perlu diwaspadai.
Gejala umum penyakit TBC:
a. Demam yang disertai dengan keringat dan biasanya terjadi setiap malam
b. Keinginan makan dan berat badan turun
c. Batuk-batuk kadang disertai darah yang lebih pada 3 minggu
d. Kondisi fisik yang semakin lemah disertai perasaan tidak enak disertai
e. Sesak nafas jika yang terjadi pada bagian bronkus. Hal ini terjadi akibat tekanan dari
kelenjar getah bening (http://hariansehat.com/gejala-penyakit-tbc/ )
Gejala-gejala batuk biasanya disebabkan oleh influenza:
a. Demam yang tinggi diserrtai otot tubuh yang kaku.
b. Bersin-bersin, hidung tersumbat.
c. Sakit tenggorokan.
11. Apa Efek smping terapi OAT?
Efek samping OAT bias di bedakan dua kelompok :
1). Efek samping ringan:
a. Nafsu makan menurun, mual, sakit perut.
b. Nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar di kaki.
c. Warna kemerahan pada air seni.
2). Efek samping berat:
a. Gatal dan kemerahan kulit
b. Tuli / gangguan pendengaran
c. Gangguan keseimbangan
d. Kulit menjadi kekuning-kuningan
e. Bingung dan muntah-muntah
f. Gangguan penglihatan
12. Apakah ada obat herbal untuk penyakit TBC ?
Pengobatan tbc tradisional bisa dengan daun sirsak dan kulit manggis:
Daun sirsak dengan kandungan acetogenin-nya mampu melawan bakteri
penyebab tbc, bahkan virus yang lebih kebal dari virus tbc. Penelitian yang dilakukan
8|PBL 1
0
di amerika serikat telah membuktikan bahwa daun sirsak tidak hanya baik melawan
virus bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Pada tahun 1997 Para peneliti di Universitas Purdue, Amerika Serikat
menyatakan, bahwasannya NADH dehidrogenase pada ekstrak daun sirsak berperan
sebagai penghambat inveksi virus. NADH dehidrogenase merupakan enzim yang
berada dalam protein yang terikat oleh membrane dari sistem transport electron
mitokondria. Selain itu, hasil penelitian yang tercantum dalam review Laporan Ilmiah
Skaggs tahun 1997 sampai 1998 menyatakan annonaceous acetogenins terutama yang
berdekatan dengan cincin bis-tetrahidrofuran (THF) berperan sebagai sitotoksik
terhadap aktivitas virus malaria dan imunospresif (Zuhud, 2011). Menurut Padma
dkk. (1999), ekstrak daun sirsak dapat melawan virus herpes simleks (HSV-1) yang
menyerang kulit.
Menurut Takashi dkk. (2006), senyawa acetogenins dan beberapa alkaloid
murisolin, cauxine, couclamine, stepharine, dan reticulin di dalam daun sirsak mampu
bertindak sebagai antibakteri. Kandungan fitokimia annonaceous acetogenins pada
ekstrak daun sirsak merupakan agen aktif antibakteri.
Sedangkan pada kulit manggis Beberapa penelitian tentang kulit manggis
mempublikasikan bahwasannya senyawa xanthone pada kulit manggis bersifat
antimikroba terhadap MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus), yaitu
bakteri yang telah kebal terhadap obat antibiotik yang dapat menyebabkan infeksi
parah. Penyakit akibat MRSA memang tidak dikenal di Indonesia. Namun di beberapa
negara, seperti Amerika, bakteri ini sangat menakutkan karena dalam waktu singkat
akan memakan sel-sel tubuh manusia. Bakteri ini dapat menyebabkan cacat fisik dan
kematian pada penderitanya.
Hasil penelitian di Tokyo pada tahun 2003, menunjukkan bahwa antioksidan
xanthone dalam manggis (dan kulit manggis) juga memiliki efek antibakteri yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti mycobacterium tuberculosis
(penyebab TBC) dan staphylococcus aureus (penyebab infeksi dan gangguan
pencernaan).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suksamran pada tahun 2003,
kandungan alpha-mangostin, beta-mangostin, dan garcinone B pada manggis mampu
menghambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit
paru-paru atau tuberkulosis (TBC).
9|PBL 1
0
Manfaat dan kandungan dari kedua bahan alami tersebut bisa Anda dapatkan
di obat herbal ace maxs, dimana obat herbal ace maxs ini diramu dengan teknologi
modern dan diawasi oleh para pakar ahli sehingga semua kandungan dari kulit
manggis dan daun sirsak mampu diambil dengan sempurna.
Yang terpenting dari obat herbal ace maxs adalah tidak adanya kandungan atau bahan
kimia, juga tidak berbahan pengawet sehingga sangat aman dikonsumsi tanpa ada
efeksamping.
13. siapa yang lebih dominan terserang penyakit TBC?
WHO memperkirakan bahwa sedikitya setahun ada 1 juta perempuan yang
meninggal akibat Tuberkolosis. Perlu di catat bahwa kematian ibu akibat kehamilan,
persalinan dan masa nifas (yang di kenal dengan istilah kematian internal) itu
setahunnya setengah juta orang. TBC membunuhnya sedikitnya 2 kali lebih banyak
perempuan dari pada kematian akibat kehamilan/persalinan. TBC merupakan
masalah kesehatan penting bagi kaum perempuan. TBC menyerang sebagian besar
perempuan pada usianya yang paling produktif. Beberapa alasan perempuan tidak di
diagnosis sebagaimana mestinya tidak dapat pengobatan yang adekuat, yaitu :
a. Tidak ada waktu, karena kesibukannya mengurus keluarga
b. Masalah biaya dan transportasi,
c. Perlunya teman laki-laki yang mendampingi untuk pergi ke fasilitas kesehatan
d. Stigma atau cacat, karena beberapa bentuk tuberkolosis dapat mengakibatkan
kemandulan
e. Tingkat pendidikan yang relative yang masih rendah, sehingga keterbatasan
informasi tentang gejala dan pengobatan tuberkolosis, dan
f. Faktor sosiobudaya, yang menghambat perempuan untuk kotak dengan petugas
kesehatan laki-laki.
14. Apa saja yang tidak boleh dimakan oleh penderita TBC ?
Penderita TBC tidak boleh makan:
a. Gula halus dan gula olahan
b. Saus yang kaya akan natrium
c. Teh kental dan kopi
d. Acar yang banyak mengandung natrium
e. Tidak boleh mengkonsumsi alkohol (Putro Agus Harwono 2013).
15. Apakah TBC mempengaruhi pada janin untuk ibu hamil?
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada
sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-
obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan
limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum
melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir.
10 | P B L 1
0
11 | P B L 1
0
Bagi para penderita TBC, ada satu hal yang penting harus di perhatikan dan di
lakukan, yaitu keteraturan minum obat TBC sasmpai di nyatakan sembu, biasanya
berkisar antara 6-8 bulan. Apabila hal ini tidak di lakukan (tidak teratur minum
obat), maka akan terjadi beberapa hal yang akan terjadi beberapa hal tsb :
a. Kuman penyakit TBC kebal sehingga penyakitnya lebih sulit di obati
b. Kuman berkembang lebih banyak dan menyerang orang lain
c. Membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh
d. Biaya pengobatan semakin mahal
e. Masa produktif yang hilang semakin banyak
Pada umumnya , pengobatan penyakit TBC akan selesai pada jangka
waktu 6 bulan, yaitu2 bulan pertama setiap hari (tahap intensif) di lanjutkan 3
kali dalam seminggu selama 4 bulan (tahap lanjut). Pada kasus tertentu
penderita bias minum obat setiap hari selama 3 bulan, kemudian di lnjutkan 3
kli dalam seminggu selama 4 bulan. Bila pengobatan tahap intensif di berikan
secara tepat, penderita menular akan menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
19. Bagaimana ASKEP (Pengkajian, Diagnosa, NIC dan NOC) pada pasien TBC ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone) serta
pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh system
pernapasan.
Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai
secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai
sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit
seperti hipertensi.
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien dengan TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter
12 | P B L 1
0
Batuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB
paru, biasanya didapatkan batuk produktif yang disertai adanya peningkatan produksi
secret dan sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama
apabila TB paru disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan mengalami
peningkatan produksi sputum yang sangat banyak. Perawat perlu mengukur jumlah
produksi sputum per hari sebagai penunjang evaluasi terhadap intervensi keperawatan
yang telah diberikan.
Palpasi
Perkusi
13 | P B L 1
0
Auskultasi
Klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil
auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui
stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan TB paru
yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan pneumopthoraks akan didapatkan
penurunan resonan vocal pada sisi yang sakit.
B2 (Blood)
B3 (Brain)
14 | P B L 1
0
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
B6 (Bone)
. RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
N KRITERIA INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O HASIL (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan untuk Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
membersihkan sekresi atau obstruksi Respiratory status : tracheal suctioning
dari saluran pernafasan untuk Airway patency Auskultasi suara nafas
mempertahankan kebersihan jalan Aspiration Control sebelum dan sesudah
nafas. suctioning.
Kriteria Hasil : Informasikan pada klien
Batasan Karakteristik : Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
Dispneu, Penurunan suara nafas batuk efektif dan suctioning
Orthopneu suara nafas yang Minta klien nafas dalam
Cyanosis bersih, tidak ada sebelum suction
Kelainan suara nafas (rales, wheezing) sianosis dan dilakukan.
Kesulitan berbicara, dyspneu (mampu Berikan O2 dengan
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada mengeluarkan menggunakan nasal
Mata melebar sputum, mampu untuk memfasilitasi
Produksi sputum bernafas dengan suksion nasotrakeal
Gelisah mudah, tidak ada Gunakan alat yang steril
15 | P B L 1
0
Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
16 | P B L 1
0
Respiratory
Monitoring
Monitor rata rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
17 | P B L 1
0
18 | P B L 1
0
patologi
- q. Kurang berminat terhadap makanan Nutrition Monitoring
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh BB pasien dalam batas
- r. Diare dan atau steatorrhea normal
- s. Kehilangan rambut yang cukup Monitor adanya
banyak (rontok) penurunan berat badan
- t. Suara usus hiperaktif Monitor tipe dan jumlah
- Kurangnya informasi, misinformasi aktivitas yang biasa
dilakukan
Faktor-faktor yang berhubungan : Monitor interaksi anak
Ketidakmampuan pemasukan atau atau orangtua selama
mencerna makanan atau mengabsorpsi makan
zat-zat gizi berhubungan dengan Monitor lingkungan
faktor biologis, psikologis atau selama makan
ekonomi. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
19 | P B L 1
0
Temperature
regulation
Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan
RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
20 | P B L 1
0
kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu
Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
Monitor suara
paru
21 | P B L 1
0
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
22 | P B L 1
0
capek, sulit atau gerakan kacau, frekuensi dan kontrol nyeri masa
menyeringai) tanda nyeri) lampau
Terfokus pada diri sendiri Menyatakan rasa Bantu pasien dan keluarga
Fokus menyempit (penurunan nyaman setelah untuk mencari dan
persepsi waktu, kerusakan proses nyeri berkurang menemukan dukungan
berpikir, penurunan interaksi dengan Tanda vital dalam Kontrol lingkungan yang
orang dan lingkungan) rentang normal dapat mempengaruhi
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- nyeri seperti suhu
jalan, menemui orang lain dan/atau ruangan, pencahayaan
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) dan kebisingan
Respon autonom (seperti diaphoresis, Kurangi faktor presipitasi
perubahan tekanan darah, perubahan nyeri
nafas, nadi dan dilatasi pupil) Pilih dan lakukan
Perubahan autonomic dalam tonus penanganan nyeri
otot (mungkin dalam rentang dari (farmakologi, non
lemah ke kaku) farmakologi dan inter
Tingkah laku ekspresif (contoh : personal)
gelisah, merintih, menangis, waspada, Kaji tipe dan sumber nyeri
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) untuk menentukan
Perubahan dalam nafsu makan dan intervensi
minum Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Faktor yang berhubungan : Berikan analgetik untuk
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, mengurangi nyeri
psikologis) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
23 | P B L 1
0
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
20. Mengapa bakteri tuberkolosis bisa menyerang tulang, ginjal, lambung, otak, kulit,
kelenjar getah bening ?
Selain paru-paru bakteri mycrobacterium tuberculosa bias menyerang organ lain
seperti :
Selain organ paru-paru, penyakit tuberculosis atau yang lebih dikenal dengan TBC ini
sering menyerang bagian organ lainnya, seperti tulang. Hampir semua tulang yang ada di
dalam tubuh manusia bisa terinfeksi oleh virus Mycobacterium tuberculosis ini, namun ada
bagian-bagian yang lebih rawan seperti tulang belakang, lutut, siku, kaki, pinggul, dan bahu.
Penyakit TBC tulang akan menyebabkan peradangan kronik atau destruktif sehingga
tulang akan semakin rapuh, dan sedikit demi sedikit akan kehilangan kekuatannya. Apabila
tidak diatasi dengan benar, kondisi tulang akan semakin rapuh dan bisa menyebabkan
kelumpuhan total, khususnya bagian tulang belakang yang pada seluruh bagiannya terdapat
syaraf-syaraf.
24 | P B L 1
0
Selain paru-paru, dan tulang ada juga bagian tubuh lainnya yang sering terinfeksi oleh
virus Mycobacterium tuberculosis yaitu bagian kelenjar. Cara penginfeksiannya tidak jauh
berbeda dengan organ tubuh lainnya.
Satu hal yang harus diwaspadai dari penyakit TBC kelenjar ini adalah gejala yang
ditimbulkan hampir menyerupai penyakit biasa, seperti demam dengan suhu yang tidak
terlalu tinggi namun dengan jangka waktu lama, tubuh terasa lemah, nafsu makan hilang, dan
yang lainnya. Salah satu kelenjar yang sangat sering terinfeksi adalah kelenjar tiroid pada
bagian pangkal leher.
Dalam hal pengobatan penyakit TBC tidak bisa sembarangan, karena apabila berbeda
jenisnya maka akan berbeda pula pengobatannya. Maka dari itu, pengetahuan yang luas yang
berkaitan dengan penyakit ini akan sengat membantu sebagai langkah pencegahan.
Menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi buah, sayur, serta makanan bergizi
akan menjadi pelindung tubuh terhadap serangan virus Mycobacterium tuberculosis.
Kategori 2 :
Kategori 3 :
Di berikan kepada penderita BTA positif dan rontgen paru mendukung aktif.
26 | P B L 1
0
TBC
Definisi : Penularan :
Etiologi :
disebabkan oleh - melalui udara
Mycobacterium tuberculosis
kuman(Mycobacterium - batuk percikan
Tuberculosis). - ludah
- bersin,
Faktor Resiko :; - berbicara saat berhadapan
1. Faktor Umur
2. Faktor Jenis Kelamin. TBC dgn orang lain
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Kebiasaan Merokok
6. Kepadatan hunian kamar Pencegahan :
tidur Pencegahan Primer
7. Pencahayaan
8. Ventilasi 1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi
BCG
2) Chemoprophylaxis
3) Pengontrolan Faktor Prediposisi
Pencegahan Sekunder
TERAPI Agent, Host dan Lingkungan.
Komplikasi
1. Kerusakan tulang dan Pencegahan Tersier
sendi Manifestasi Klinis Rehabilitasi merupakan tingkatan
2. Kerusakan otak terpenting pengontrolan TBC.
3. Kerusakan hati dan 1. Demam
ginjal 2. Batuk 1. Perkembangan media.
4. Kerusakan jantung 3. Sesak nafas
27 | P B L 1 4. Nyeri dada
5. Gangguan mata 2. Metode solusi problem
6. Resistensi kuman 5. malaise keresistenan obat.
3. Perkembangan obat
0
Non Farmakologi :
1. Mengkonsumsi makanan bergizi
2. Tinggal dilingkungan sehat
3. olahraga secara rutin
4. Mengurangi makanan bernatrium dan kafein
Farmakologi :
Terapi jangka pendek Fase Organ Yg Terserang TBC
intensif : 1 3 bln
1. INH (5-10 mg/kg bb 124
jam)
Rifampisin (10 mg/kg bb Lambung
124 jam)
Pirazinamid (25mg 1x 24
jam) Hati
1. INH, Rifampisin,
Streptomisin (15mg/kg)
2. INH, Rifampisin,
Otak
etambutol 15-25 mg/kg
Fase Lanjutan :
INH, Rif 3-8 bln 124 j
INH 700mg, Rif.600mg 224 Paru
j.
Terapi jangka panjang
Fase intensif 1 3 bln1. Limfe
INH, etambutol, strep. 124 jam
2.INH, etambutol, pirazinamida
124 jam Kulit
3.INH, strep. Pirazinamida 124
jam
Fase lanjut 17 bln : Tulang
1.INH , etamb. 50 mg/kg 1x 24j
28 | P B L 1
0
TBC
i
INFEKSI BAKTERI PADA PARU
Hipertermi Malaise
Anemis
Pola Nafas Tidak
Kurang Efektif
Perawatan Diri
Nafsu Makan
29 | P B L 1 Menurun
30 | P B L 1
0
TUBERKULOSIS
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang
sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain
manusia, satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia
melalui kotorannya (Wiwid, 2005).
31 | P B L 1
0
Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2). Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan
sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
32 | P B L 1
0
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan
atau keadaan umum pasien buruk.
a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
33 | P B L 1
0
C. ETIOLOGI
1). M. Tuberculosae
5). M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA)
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada
udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi
malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
D. PATOFISIOLOGI
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran
35 | P B L 1
0
hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier.
Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
36 | P B L 1
0
1). Demam
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepaskan napasnya.
5). Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
37 | P B L 1
0
F. KOMPLIKASI
1). Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
3). Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4). Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5). Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
38 | P B L 1
0
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS).
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto
toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis
pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lainlainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks dan lain-lain.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru
(segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.
39 | P B L 1
0
a. Darah
b. Sputum
c. Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteriapatogen
lainnya.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan Pengobatan
2. Prinsip pengobatan
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan
dan sangat dianjurkan.
40 | P B L 1
0
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
41 | P B L 1
0
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.
b. Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu
(1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
1). Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
2). Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3). Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana
dan meningkatkan kepatuhan pasien
42 | P B L 1
0
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Laban, y. yohannes.2008.TBC.kanisius:Yogyakarta
http://hariansehat.com/gejala-penyakit-tbc/
43 | P B L 1